You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang

banyak dijumpai di masyrakat. Hipertensi bukan penyakit menular, namun harus

senantiasa diwaspadai. Di seluruh dunia, Hipertensi merupakan masalah yang

besar dan serius. Disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung

meningkat dimasa yang akan datang, juga karena dampak yang diakibatkannya

berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Saat ini angka kematian

karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi, berdasarkan data Riskesdas (Riset

kesehatan dasar) tahun 2007 mencapai 30 % dari populasi, dari jumlah itu 60 %

penderita hipertensi berakhir pada stroke. 10 besar penyakit yang terbanyak pada

pasien rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia tahun 2009 hipertensi

pada urutan ke 6, tercatat sejumlah laki-laki 15.533 dan perempuan 21.144 dan

yang meninggal 935. (Dirjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009 ).

Made Astawan berpendapat, bahwa perubahan pola makan yang menjurus

ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan kandungan garam

yang tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi

terhadap berkembangnya penyakit degeneratif, seperti jantung, diabetes mellitus,

kanker, osteoporosis dan hipertensi, lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa

hipertensi dikenal sebagai kelompok heterogeneous group of disease karena dapat

menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial-
ekonomi. Penderita hipertensi tidak hanya diderita oleh sekelompok masyarakat,

Melainkan dari berbagai kelompok berisiko yang ada di masyarakat.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang

banyak dijumpai di masyrakat. Hipertensi bukan penyakit menular, namun harus

senantiasa diwaspadai ( Depkes RI, 2005 ).

Kejadian hipertensi di rawat inap Puskesmas Sluke Kabupaten Rembang

pada tahun 2010 adalah 156 ( 6.% ) Penyakit hipertensi menduduki rangking 10

besar rawat inap di Kecamatan Sluke (Puskesmas Sluke, 2010).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering disebut sebagai the silent killer

(pembunuh diamdiam), sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama

bertahun tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital yang

cukup berat dan bahkan dapat membawa kematian.

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang

berada pada tingkatan diatas normal. Peningkatan tekanan darah ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor keturunan, besarnya asupan garam sehari hari, stress,

kegemukan, dan faktor usia. Ada berbagai macam komplikasi yang ditimbulkan

oleh hipertensi diantaranya adalah stroke. Penderita hipertensi berisiko 6 kali lipat

terkena stroke. Hipertensi dan stroke merupakan dua kondisi klinis yang bisa

timbul saling berkaitan dan timbal balik.

Hipertensi juga berkaitan erat dengan penyakit ginjal dan merupakan

faktor resiko penting penyebab penyakit jantung koroner. Meski penelitian itu

dirancang untuk membuktikan bahwa hipertensi bisa menyebabkan penyakit

ginjal, namun hasilnya sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa hipertensi
yang ditangani dengan buruk bertanggung jawab atas munculnya penyakit ginjal

kronis dalam masyarakat. Sampai saat ini, usahausaha baik mencegah maupun

mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya faktor

faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian,

tanda, dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya

Upaya penyembuhan hipertensi bisa dilakukan dengan pengobatan

farmakologis dan pengobatan non farmakologis. Yang termasuk pengobatan non

farmakologis adalah pengaturan diet, terutama rendah garam dan rendah

kolesterol, mengurangi konsumsi alkohol tau menghentikan sama sekali,

menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal, menghindari rokok,

relaksasi, dan olahraga secara teratur.

Perilaku pencegahan hipertensi pada pra lansia bertujuan meningkatkan

mutu dan menjadikan usia lanjut tetap sehat, produktif dan mandiri selama

mungkin. Pelaksanaan pencegahan hipertensi pada pra usia lanjut harus dilakukan

terus menerus dan berkesinambungan. Karena pada pra lansia sering mengalami

masalah-masalah degeneratif terutama pada usia 45-59 tahun sudah mengalami

banyak kemunduran organ-organ dalam tubuh sehingga sangat dibutuhkan untuk

mengubah perilaku masyarakat dalam menjaga kesetabilan tekanan darahnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah mengenai Perilaku masyarakat dalam menjaga kesetabilan tekanan darah

pada penderita Hipertensi di Desa Sluke Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang


C. Tujuan Penelitian

1 Tujuan Umum

Diketahuinya perilaku masyarakat dalam menjaga kestabilan tekanan

darah di desa Sluke Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang periode Januari

sampai dengan Desember 2010, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan

yang tepat untuk membantu mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat.

2. Tujuan Khusus

Diketahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

kebiasaan merokok, pola asupan garam, tipe kepribadian dan riwayat

keluarga dengan hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu

yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan serta penga-

laman dalam membuat penelitian ilmiah.

b.Menambah pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang dapat mensta-

bilkan tekanan darah/hipertensi

2. Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan subyek penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat

menstabilkan tekanan darah/ hipertensi dan komplikasinya.


3. Puskesmas Sluke

Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang

perilaku masyarakat dalam menjaga kestabilan tekanan darah/hipertensi di

Desa Sluke Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam

membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa mendatang

khususnya dalam penatalaksanaan pasien dengan hipertensi. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya.

.
BAB II

TINJAUAN PUTAKA

A. Definisi Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku dibatasi sebagai sebagai keadaan jiwa (berpendapat,

berfikir, bersikap dan sebagainya) untuk memberikan responsi terhadap situasi

diluar subyek tersebut, yang bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat

aktif (dengan tindakan atau action) (Notoadmojo, 2003).

2. Jenis Perilaku

Bentuk operasional dari perilaku ini dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :

1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan pengetahuan, situasi atau

rangsangan dari luar.

2) Perilaku dalam bentuk sikap yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak

perilaku manusia yang hidup didalamnya, sesuai dengan sikap dan keadaan alam

tersebut.

3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, berupa perbuatan (action)

terhadap situasi dan atau rangsang dari luar. Bloom seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain ( ranah / kawasan ). Ketiga

domain tersebut terdiri dari ranah kognitif (cognitive), ranah afektif (affective) dan

ranah psikomotor (psycomotor). Dalam perkembangn selanjutnya para ahli

pendidikan menyebut pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan

(paractice). (Notoatmodjo, 2003).


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Lawrence Green menganalisa bahwa kesehatan dipengaruhi oleh 2

faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor non

perilaku (non behavior causes), sedangkan perilaku itu sendiri khususnya

perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 faktor yaitu

(Notoatmodjo, 2003) :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, sosial budaya, nilai-nilai dan

sebagainya bagi seseorang. Untuk berperilaku kesehatan misalnya

pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan

kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik pada

kesehatan ibu sendiri dan janinnya, disamping itu kadang-kadang

kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong

atau menghambat ibu atau periksa hamil.Misalnya orang hamil tidak

boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti

tetanus).

b. Faktor-faktor pendukung (Enabling Factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya sarana dan fasilitas kesehatn,

misalnya puskesmas,obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan

sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehtan kesehatan seperti

puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,

dokter atau bidan praktek swata.


c. Faktor-faktor Pendorong (Reinforsing factors), yang terwujud dalam

sikap-sikap perilaku dari petugas kesehatan atau petugas ynag lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku tersebut. Termasuk juga

peraturan perundangan dari pusat maupaun daerah yangb terkait dengan

kesehatan. Untuk berperikaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan

hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja

melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para masyarakat, tokoh

agama lebih-lebih para petugas kesehatan.

B. Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinsikan sebagai tekanandarah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.Menurut

WHO, didalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang

masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila

lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi, dan nilai tersebut

sebagainormal-tinggi. Batasan ini diperuntukkan bagi individu dewasa diatas

18 tahun (Novartis.com. 2002)

C. Etiologi

1. Usia

Insidens hipertensi makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia

seseorang. Jika hipertensi diderita oleh individu yang berusia kurang dari 35

tahun, maka ia berisiko menderita penyakit arteri koroner dan kematian

premature
2. Jenis Kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita,

namun pada usia pertengahan dan usia selanjutnya, insidens pada wanita

mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita

lebih tinggi.

3. Ras

Hipertensi pada umumnya lebih berat pada ras kulit hitam.

Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengandiastol 115 atau lebih, 3,3

kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita

berkulit putih (Tambayong, 2000)

Adapun faktor-faktor resiko yang bisa menyebabkan tekanan darah

tinggi diantaranya adalah :

a. Generik

Kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh orang kembar

monozigot (identik ) dibandingkan dengan kembar heterozigot. Pada

kembar monozigot, jika salah seorang menderita hipertensi, yang

lainnya kemungkinan juga akan mengalami hipertensi.

b. Gaya hidup

Perokok berat dan peminum alkohol juga memiliki risiko tekanan

darah tinggi. Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti,

namun pengamatan epidemiologi menunjukkan bahwa kebiasaan ini

banyak terdapat pada penderita tekanan darah tinggi dan penyakit

jantung. Di samping itu, kegemukan akibat kurang olahraga juga


mempengaruhi munculnya tekanan darah tinggi. Beberapa penelitian

epidimiologi membuktikan bahwa mayoritas penderita tekanan darah

tinggi adalah orang gemuk

c. Psikososial

Stress yang menyebabkan hipertensi diduga terjadi akibat adanya

rangsang saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara

intermiten. Jika berkepanjangan, stress bisa menjadikan tekanan darah

tinggi menetap.

d. Garam

Garam berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi. Jika asupan

garam kurang dari 3 gram sehari, prevalensi terjadinya hipertensi bisa

rendah. Tetapi jika asupan garam 5 -15 gram per hari maka dapat

meningkatkan prevalensi hipertensi menjadi 15 20 %.

e. Merokok dan konsumsi alkohol.

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat

dalam rokok sangat membahayakan kesehatan. Selain dapat

meningkatkan pengummpulan darah dan pembuluh darah, nikotin juga

dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Mengknsumsi alkohol juga membahayakan kesehatan karena dapat

meningkatkan sintetis katekolamin. Adanya katekholamin dalam jumlah

besar akan memicu kenaikan tekanan darah(Wiryowidagdo dan

Sitanggang, 2005).
D. Klasifikasi hipertensi

1. Menurut WHO ( World Health Organization )

WHO menentukan batasan standart tekanan darah manusia untuk

memudahkan diagnosis dan terapi atau penatalaksaan hipertensi, sebagai

berikut :

a. Normatensi yaitu tekanan sistolik < 140 mmHg, tekanan diastolik < 90

mmHg

b. Perbatasan yaitu tekanan sistolik 141 159 mmHg, Tekanan diastolik

> 91 - 94 mmHg

c. Hipertensi yaitu tekanan sistolik > 160 mmHg, tekanan diastolik > 95

mmHg( Gunawan, 2001 ).

2. Menurut Yulianti (2006) tingkatan tekanan darah orang dewasa adalah

sebagai berikut :

a. Hipertensi ringan, jika tekanan darah sistolik 140 160 dan diastolik 95

104.

b. Hipertensi sedang, jika tekanan darah sistolik 140 180 dan diastolik

105 114.

c. Hipertensi berat, jika tekanan darah sistolik lebih dari 160 dan diastolik

lebih dari 115.

3.. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan berdasarkan atas penyebabnya

dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :


a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Hipertensi primer terdapat lebih dari 90 %

penderita hipertensi, sedangkangkan 10 % hipertensi sekunder. Oleh

sebsb itu perhatian dan penelitian lebih banyak ditujukan kepada

hipertensi primer.

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

4. Komplikasi pada target organ, hipertensi dibagi dalam :

a. Tingkat I : tidak ada gejala obyektif dari perubahan target.

b. Tingkat II : sekurang-kurangnya ada salah satu komplikasi organ target.

c. Tingkat III : baik keluh kesah, maupun gejala telah terlihat sebagai akibat

kerusakan bermacam-macam organ target akibat komplikasi

hipertensi.

1). Jantung : payah jantung kiri (PJK).

2). Otak : perdarahan otak, otak kecil, batang otak,

enselopati.

3). Mata : perdarahan dan eksudat retina dengan atau

tanpa adanya pupiloedema. Ini patognomik

untuk hipertensi maligna.

4) Ginjal : Kerusakan sel-sel ginjal

5. Faktor Penyebab Hipertensi

Sampai saat ini faktor hipertensi belum diketahui secara pasti, masih

belum diketahui dengan jelas. Dengan kata lain hampir 90 % penderita

hipertensi tidak dapat diketahui penyebab secara pasti. Namun para ahli
telah mengungkapkan paling tidak ada dua faktor yang tidak dapat dikontrol

dan faktor yang dapat dikontrol (Purwati, 2003).

6. Langkah-langkah dalam Menstabilkan Tekanan darah.

a. Pengaturan Makanan (Purwati, 2003).

Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan pola

makan, pada dasarnya mengurangi konsumsi lemak melalui diet rendah

lemak dan diet rendah garam serta diet rendah kalori bila kelebihan

berat badan (obesitas). Jumlah kalori yang diberikan pada diet rendah

kaliori disesuaikan dengan berat badan.

Makanan berlemak dapat meningkat kan resiko hipertensi. Jenis

lemak yang berbahaya terhadap peningkatan tekanan darah dalah jenis

lemak jenuh yang terdapat pada bagian pangan hewani. Adapun jenis

lemak yang tidak jenuh, meski relatif tidak membahayakan kesehatan,

pemakaiannya juga harus terkontrol. Contoh bahan makanan yang

mengandung jenis lemak tidak jenuh adalah golongan serelia ( biji-

bijian ) dan bahan pangan lain dari tanaman yang mengandung lemak,

misalnya minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak biji matahari,

minyak kedelai dan minyak zaitun.

Komponen lemak tidak jenuh disebut asam lemak esensial. Asam

lemak essensial merupakan blok pembangun untuk substansi yang

menyerupai hormon dalm darah yang dikenal dengan sebutan

postaglandins. Beberapa postaglandins membantu mengatur tekanan darah


dengan melebarkan pembuluh dearah dan menaikan ekskresi natrium dan

air.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh jumlah dan tipe seratdari

makanan yang dikonsumsi. Tekanan darahakan menurun jika kita banyak

makan makanan yang berserat. Penderita hipertensi sebaiknya

melakukandiet rendah garam. Makanan dengan kandungan garam yang

tinggi pada umumnya terdapat pada makanan yang sudah diproses seperti

keju,makanan kalengan, ikan asin dan sosis. Penderita hipertensi lebih

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan alami ( belum mengalami proses

pengolahan seperti sayur segar, buah segar, golongan serelia, susu tanpa

lemak, dan daging tanpa lemak ).

Pengendalian penyakit tekanandarah tinggi dengan minum oat dan

dengan pengaturan pola makan merupakan cara yang paling ampuh.

Dengan demikian reaksi obat antihipertensi akan benar-benar sempurna bila

makanan yang mengandung kadar garam rendah, berolah raga secara

teratur, tidak merokok dan tidak minum minuman keras.

b. Perencanaan menu.

Sebelum merencankan makanan, ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan oleh penderita hipertensi. Faktor tersebut yaitu berat badan,

derajat hipertensi, aktivitas dan ada tidaknya komplikasi. Secara garis besar

ada empat macam pengaturan pola makan untuk menangulangi atau

minimal mempertahankan keadaan darah, yakni pola makan rendah garam,


pola makan rendah kolesterol, pola makan tinggi serat dan pengaturan pola

makan rendah kalori ( Purwati, 2003 : 33 )

c. Pola makan rendah garam

Orang melakukan pola makan rendah garam mempunyai dua tujuan

yaitu untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah oedema serta

penyakit jantung ( lemah jantung ). Bila melakukan pola makan rendah

garam harus berasal dari keinginan seseorang, apabila pola makan hanya

karena dianjurkan dokter atau ahli gizi akan sia-sia.

Pola makan rendah garam pada hakekatnya merupakanpola makan

dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Umumnya makanan

tersebut dimasak tidak menggunakan garm dapur sekali atau mengurangi

penggunaan garam yang tinggi kadar natriumnya. Adapun yang disebut

pola makan rendah gram adalah tidak hanya membatasi penggunaan

garam dapur saja, tetapi rendah sodium atau natrium (Na). Garam dapur

mempunyai nama kimia Natrium Klorida (NaCl) yang didalamnya

terkandung 40 % Sodium (Na). Selain membatasi konsumsi garam dapur

juga harus membatasi sodium lainya, antara lain makanan yang

mengandung soda kue, baking powder, MSG (Monosodium Glutamat)

yang lebih dikenal dengan bumbu penyedap makanan, pengawet

makanan atau natrium benzoat (biasanya terdapat dalam kecap, saos,

selai, jeli) dan makanan yang dibuat dari mentega (Purwati, 2003).
d. Pola makan rendah kolesterol dan lemak terbatas

Kolesterol merupakan bagian dari lemak. Didalam tubuh terdapat tiga

bagian dari lemak yaitu kolesterol, trigliserida dan pospolipid. Tubuh

memperoleh dari makanan sehari-hari dan hasil sintesis dalam hati

(hepar). Sekitar 25-50% kolesterol yang berasal dari makanan dapat

diobservasi oleh tubuh, lainya akan dibuang melalui feses atau kotoran.

Beberapa makanan yang tinggi kadar kolesterolnya yaitu daging,

jeroan, keju keras, susu, yogurt, kuning telur, ginjal, kepiting, kerang,

udang, cumi-cumi, cokelat, mentega, lemak,babi, margarine, hati dan

caviar (telur dari jenis ikan tertentu)(Purwati, 2003).

e. Pola makan tinggi serat

Ada dua macam istilah serat yaitu serat kasar (crude fiber) dan

serat makanan (dietary fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran

dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan

selain buah dan sayuran, seperti beras, kentang, singkong dan kacang

ijo.

Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit hipertensi. Serat ini

akan mengikat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya

membuangnya bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika

makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup

tinggi(Purwati, 2003)
f. Pengendalian Stress

Stress tidak menyebabakan hipertensi permanen (menetap). Namun

stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah menjadi sangat

tinggi untuk sementara waktu. Jika sering mengalami stress akan terjadi

kerusakan pembuluh darah, jantung, ginjal seperti hipertensi permanen.

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,

dendam, rasa takut dan bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal

melepaskan hormon adrenalin dan jantung berdenyut lebih cepat serta

lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat(Gunawan, 2001).

g. Olah raga teratur

Olah raga teratur dapat menyerap atau menglangkan endapan kolesterol

pada pembuluh darah. Olahragayang yang dimaksut adalah

menggerakkan semua sendi atau otot tubuhseperti gerak jalan, berenang

dan naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang

menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang

berat akan menimbulkan hipertensi(Gunawan, 2001).

h. Tidak merokok dan tidak minum alkohol.

Tidak merokok dan tidak minum alkohol dapat mengurangi

terjadinya hipertensi.

i. Latihan relaksasi dan meditasi.

Latihan relaksasi dan meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi digunakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,


indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat dilakukan dengan

mendengarkan musik atau bernyanyi(Gunawan, 2001).

j. Berusaha dan membina hidup positif.

Dalam dunia modern yang penuh persaingan, tuntutan atau

tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban

stress(ketegangan) bagi setiap orang. Jikatekanan stress terlampau besar

melebihi daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, rasa

marah, tidak bisa tidur atau timbul hipertensi.Agar terhindar dari efek

tersebut orang berusaha membina hidup yang positif.

1). Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah.

Jika suatu masalah mengganggu pikiran, jangan

menyimpan sendiri masalah ini hingga berlarut-larut. Coba ceritakan

masalah itu kepada orang tua, suami/istri, teman atau rohaniawan.

Dengan adanya komunikasi hati akan lebih lega karena masalahnya

sudah dikelurkan. Dari sini akan timbul saran atau ide yang akan

membantu menyelesaikanmasalah(Gunawan, 2001).

2). Menyediakan jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu

untuk kegiatan santai. Agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan

lancar, mutlakdiperlukan jadwal yang teratur, termasuk waktu

istirahat. Istirahatberguna untuk menyegarkan pikiran, mengurangi

stress dan secara tida langsung dapat meningkatkan efisiensi kerja.


a). Sekali-sekali mengalah belajar berdamai.

Dalam kehidupan sehari-hari sering timbul pendapat

dengan suami atau istri, teman kerja atau tetangga rumah. Beda

pendapat sering menjadi cekcok atau perselisihan yang

menyebabakan marah atau dendam di hati. Rasa marah atau

dendam yang berkepanjangan dapat merusak kesehatan diri

sendiri. Untuk menghindari rasa marah dendam yang berlebihan

orang harus belajar menerima kenyataan yang sering berbeda

dengan keinginan atau angan-angan. Sekali-sekali belajar

mengalah, suasana tegang akan lenyap yang ada damai dan

sejahtera(Gunawan, 2001).

b). Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

Perasaan iri dan dengki dapat diartikan sebagai sikap yang

selalu mau menang sendiri. Sikap yang demikian banyak

menimbulkan pertentangan, juga membuat orang selalu

menanggung beban untuk bersaing menjadi yang terbaik dan

lebih unggul dalam segala hal. Adanya perasaan tegang untuk

bersaing akan menimbulkan orang tertekan, kalah, takut dan

tidak bahagia. Untuk penting mempunyai rasa narimo dan

pasrah kepada Tuhan. Dengan hilangya rasa iri dan dengki akan

didapatkan ketentraman jiwa(Gunawan, 2001).


E.Kerangka Teori.

Faktor-faktor
Gaya Hidup.

Pola makan

Pendidikan Stres

Lingkungan Penyakit
Aktivitas fisik Hipertensi
Sosial ekonomi
Merokok
Budaya

Alkohol
Gen\ Keturunan
Ket:
: Yang diteliti Usia

: Tidak diteliti Jenis kelamin

Gambar : 1.1 Kerangka Teori. Ras

Sumber :
Kerangka Teori (Arjatmo, 1999; Guyton & Hall, 1997; Kurniawan, 2002; Waspaji,
1999).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan

pendekatan case control study untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam

menjaga kestabilan darah di desa Sluke Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang

periode Januari 2010

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Sluke. Pengumpulan

data dimulai tanggal .

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan Sampel

Penelitian dilakukan terhadap kasus baru pasien hipertensi yang berobat di

Puskesmas Sluke

Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003) :

1. Bersedia menjadi responden.

2. Semua yang bersedia kerjasama untuk menjawab kuesioner penelitian.

3. Laki-laki dan perempuan.


4. Pra lansia yang dapat membaca.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek penelitian tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian karena menggangu pengukuran dan interpretasi,

menggangu kemampuan dalam pelaksaaan, hambatan etis dan subjek menolak

berpartisipasi (Nursalam, 2003) :

1. Tidak bersedia menjadi responden.

2. tidak menderita penyakit psikosis.

c. Kriteria Kontrol

1. Pasien yang berobat ke Poliklinik Puskesmas Sluke yang tidakdidiagosis

menderita hipertensi danmemiliki karakteristik yang hampir sama dengan

kelompok kasus.

2. Bersedia menjadi responden.

Besar Sampel

Besar sampel penelitian ini sejumlah 35. Pengambilan sampel pada penelitian

ini dengan total sampling dan tehnik pengambilan purposive sampling.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian meliputi :

1. Variabel independen : umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, pola

asupan garam dan .

2. Variabel dependen : penderita hipertensi


Pengumpulan Data

Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan wawancara

terpimpin mengenai usia pasien, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan pola

asupan garam dengan pola kuisioner sebanyak 35 terdiri dari 5 pertanyaan nama,

alamat, umur, jenis kelamin dan 10 pertanyaan dalan menjagakestabilan tekana

darah. Wawancara terpimpin dan pengambilan kuisioner dilakukan pada subjek

penelitian yang kembali berobat ulang di Puskesmas Sluke selama dilakukan

penelitian dan melalui kunjungan rumah.

You might also like