You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila (Anonim, 2013)
Dan salah satu yang akan kita bahas disini adalah butir-butir pancasila yang terkandung
pada sila ke-empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Sila ini mengungkapkan bahwa bangsa ini adalah bangsa
yang mengutamakan musyawarah dan perwakilan untuk mengambil suatu keputusan atau
rencana. Untuk lebih memahami makna-makna dari butir-butir tersebut akan lebih jelasnya
akan di rincikan dipembahasan berikut :

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah sejarah dari Bhineka Tunggal Ika dan makna lambang-lambang pancasila
2. Apakah pengertian sila ke-4 pancasila
3. Apakah makna dari sila ke-4 pancasila
4. Bagaimana nilai dan butir-butir sila ke-4 pancasila
5. Bagaimana implementasi dari sila ke-4 dalam pancasila
6. Apakah penyimpangan yang terjadi dan cara penanggulangan pada sila ke-4
7. Bagaimana hubungan sila ke-4 dengan hak dan kewajiban warga negara indonesia (WNI)
serta hubungannya dengan UUD 1945

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mendeskripsikan sejarah dari Bhineka Tuggal Ika dan makna lambang-lambang pancasila
2. Mendeskripsikan Pengertian Sila Ke-4 Pancasila
3. Mengetahui apakah Makna Dari Sila Ke-4 Pancasila
4. Mengetahui bagaimana Nilai Dan Butir-Butir Sila Ke-4 Pancasila
5. Mengetahui Implementasi Dari Sila Ke-4 Dalam Pancasila
6. Mengetahui apakah Penyimpangan Yang Terjadi Pada Sila Ke-4
7. Mengetahui bagaimana Hubungan Sila Ke-4 Dengan Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Indonesia (WNI) serta UUD 1945
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah dari Bhineka Tunggal Ika dan Makna Lambang Pancasila

2.1.1. Sejarah dari Bhineka Tunggal Ika


Awalnya, semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat
panjang, yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Semboyan Bhineka
Tunggal Ika dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan
Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggal Ika ini dilakukan oleh Mpu
Tantular dalam kitab Sutasoma.
Perumusan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan
usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah
memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan.
Bhineka Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kitab Sutasoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada
perbedaan dalam hal kepercayaan dan keanekaragaman agama yang ada di kalangan
masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
konsep Bhineka Tungggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi
fokus, tapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara
memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat istiadat), beda
pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Nusantara.
Jika diuraikan kata per kata, Bhineka berarti Berbeda, Tunggal berarti Satu, dan Ika
berarti Itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun berbeda-beda, tapi pada hakekatnya
satu. Dengan kata lain, seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu
atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia.
Berbicara mengenai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian
dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober
1951 dan di-Undang-kan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa
Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan yang
sama, yaitu pendangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan
sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara.
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam
kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip pluralistik dan multikulturalistik adalah
asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku
bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai
serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman tersebut dalam
kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor
pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen
bangsa, untuk selanjutnya diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk
dimanfaatkan dalam menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.

Suatu masyarakat yang tertutup atau eksklusif sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perkembangan tidak mungkin menghadapi arus globalisasi yang demikian deras dan kuatnya,
serta dalam menghadapi keanekaragaman budaya bangsa. Sifat terbuka yang terarah
merupakan syarat bagi berkembangnya masyarakat modern. Sehingga keterbukaan dan
berdiri sama tinggi serta duduk sama rendah, memungkinkan terbentuknya masyarakat yang
pluralistik secara ko-eksistensi, saling hormat menghormati, tidak merasa dirinya yang paling
benar dan tidak memaksakan kehendak yang menjadi keyakinannya kepada pihak lain.
Segala peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah harus mampu
mengakomodasi masyarakat yang pluralistik dan multikutural, dengan tetap berpegang teguh
pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Suatu peraturan perundang-undangan, utamanya peraturan daerah yang memberi
peluang terjadinya perpecahan bangsa, atau yang semata-mata untuk mengakomodasi
kepentingan unsur bangsa harus dihindari. Suatu contoh persyaratan untuk jabatan daerah
harus dari putra daerah, menggambarkan sempitnya kesadaran nasional yang semata-mata
untuk memenuhi aspirasi kedaerahan, yang akan mengundang terjadinya perpecahan. Hal ini
tidak mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Dengan menerapkan nilai-
nilai tersebut secara konsisten akan terwujud masyarakat yang damai, aman, tertib, teratur,
sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.

2.1.2 Makna dari Lambang Pancasila

Garuda
Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di sejarah
Nusantara (Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti burung elang
rajawali. Garuda dipakai sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan Negara Indonesia
merupakan bangsa yang kuat dan besar.
Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.
Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga dan kekuatan
pembangunan.
Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi kemerdekaan
Bangsa Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu pada masing-
masing sayap berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah
perisai/pangkal ekor berjumlah 19, Jumlah bulu di leher berjumlah 45.
Perisai
Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban Nusantara
sebagai senjata yang melambangkan perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk
mencapai tujuan.
Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis khatulistiwa
hal tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia sebagai negara tropis
yang dilintasi garis khatulistiwa.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih),dan
pada bagian tengahnya memiliki warna dasar hitam.

Makna Lambang Sila Pertama

Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah
bintang emas berkepala lima (bersudut lima), bintang emas sendiri dapat diartikan sebagai
sebuah cahaya seperti layaknya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

Makna Lambang Sila Kedua

Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun atas
gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling
membantu, gelang yang persegi menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran
menggambarkan wanita.
Makna Lambang Sila Ketiga

Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus benjamina)
di bagian kiri atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah pohon Indonesia
yang berakar tunjang - sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini
dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah. Hal ini mencerminkan kesatuan dan persatuan
Indonesia. Pohon Beringin juga mempunyai banyak akar yang menggelantung dari ranting-
rantingnya. ini mencerminkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai
latar belakang budaya yang berbeda-beda (bermacam-macam).

Makna Lambang Sila Keempat

Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian kanan
atas perisai berlatar merah. Lembu liar atau Banteng merupakan binatang sosial yang suka
berkumpul, sama halnya dengan manusia dimana dalam pengambilan keputusan harus
dilakukan secara musyawarah salah satunya dengan cara berkumpul untuk mendiskusikan
sesuatu.

Makna Lambang Sila Kelima

Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan padi dan
kapas di bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi (mencerminkan
pangan dan sandang) merupakan kebutuhan pokok semua masyarakat Indonesia tanpa
melihat status maupun kedudukannya. ini mencerminkan persamaan sosial dimana tidak
adanya kesenjangan sosial anatara satu dan yang lainnya, tapi hal ini (persamaan sosial)
bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.

Pita yang bertulis semboyan "Bhinneka Tunggal Ika"


- Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam
dicengkeram oleh Kedua cakar Garuda Pancasila.
- Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya
Mpu Tantular. Kata "bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-beda,
sedang kata "tunggal" berarti satu, dan kata "ika" bermakna itu. Secara harfiah
Bhinneka Tunggal Ika diartikan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda beda tapi pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka
ragam ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa dan kepercayaan.

Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila


- Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal
asalan karena warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada bagian-bagian
yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
- Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda
Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang
bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna hitam juga
dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
- Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang terdapat
pada lambang Garuda Pancasila.
- Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
- Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih juga
diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
- Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna
bintang, rantai, kapas, dan padi.

Makna Warna pada Garuda Pancasila

Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna yang
dipakai menjadi warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan arti kurang
lebih sebagai berikut.

- Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.


- Warna hitam memiliki makna keabadian.
- Warna merah memiliki artian keberanian.
- Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.
- Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran
2.2 Pengertian dari Sila Keempat Pancasila

Setiap sila (dasar/ azas) dalam pancasila memiliki hubungan yang saling mengikat
dan menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Melanggar satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia.
Oleh karena itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh,
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh
dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar
negara.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, pada hakikatnya merupakan suatu nilai. Nilai
Pancasila bersumber dari penjabaran norma-norma dalam masyarakat. Segala sesuatu prilaku
masyarakat berakar pada Pancasila. Pada sila ke-4 inilah semua beraturan baik prilaku, hak,
dan kewajiban berasal. Dengan adanya sila ke-4, maka segala sesuatu mengenai masyarakat
dan rakyat Indonesia diatur dan ditata akar dapat saling bertoleransi dengan baik.

Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa


konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada
hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut
adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai
Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Dan kelima nilai-nilai ini
harus kita amalkan, salah satunya adalah nilai kerakyatan yaitu sila ke-4 pancasila.

Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan. Setiap manusia Indonesia harus menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil
keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan
bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam
musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan
kepada wakil- wakil yang dipercayanya.

Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Nilai
ini menganut paham demokrasi. Akan tetapi, saat ini Indonesia sudah menggunakan paham
liberalis, yaitu dimana setiap individu mempunyai hak penuh untuk menentukan pilihan,dan
cara pemilihan ini biasanya dengan cara voting.
2.3.Makna dari Sila Keempat Pancasila

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan
kedudukannya pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir tidak
diterapkan lagi dalam demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwusyawaratan perwakilan.
Sila ke-4 merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara berkedaulatan
rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara Indonesia.Disebabkan
mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara Indonesia adalah mutlak pula,
yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-4 mengandung pula sila-
sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia
dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Binatang banteng (Latin:Bos javanicus) atau lembu liar merupakan binatang sosial, yang
sama halnya dengan manusia . Pertama kali dicetuskan oleh Presiden Soekarno dimana
pengambilan keputusan yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong royong, dan
kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia.
Sila ke-4 pancasila yang berbunyi Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan memiliki makna :
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
4. Bermusyawarah sampai mencapai katamufakat diliputidengan semangat kekeluargaan

Sila ke-4 yang mana berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.Sebuah kalimat yang secara bahasa membahasakan
bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi. Dengan analisis ini
diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis yang
diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, sila ini
menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam menjalankan setiap tindakannya.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.Maksudnya
adalah bagaimana konsep demokrasi yang berarti setiap langkah yang diambil pemerintah
harus ada kaitannya dengan unsur dari, oleh dan untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur
utama dalam demokrasi. Itulah yang seharusnya menjadi realita yang membangun bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang akan di bahas sebagai berikut :
1.Hakikat sila ini adalah demokrasi.
Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Secara
sederhana, demokrasi yang melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang
tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
2.Pemusyawaratan.
Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan secara bulat.
Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan itu diambil dengan
kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang berdasarkan
pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil kebikjasanaan.Oleh karena itu kita ingin
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil
kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan lebih dahulu.
3.Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga
membawa konsekuensi adanya kejujuran bersama.Perbedaan secara umum demokrasi di
barat dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan.Permusyawaratan diusahakan
agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan keputusan
secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan
suara.Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang
bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan, maka
dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu memang di Indonesia berada pada tangan rakyat
atau masyarakat.
Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang mana
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal
sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisik/jasmaniah;
sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan
seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-
kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa
(bijaksana). Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa profesional
dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan.Tegasnya, sila keempat
menunjuk pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang
profesional-dewasa melalui sistem musyawarah. Sebuah kesadaran bertanggung jawab
terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut keyakinan beragama masing-masing, dan
menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke atas harkat dan martabat manusia, serta
memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan nasional menuju keadilan sosial.

2.4. Nilai dan Butir-Butir Sila Keempat Pancasila

2.4.1. Nilai-nilai dari Sila Keempat


Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah negara.Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara.Negara
adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila
keempat adalah :
1.Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia menganut
demokrasi.
2.Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan
hati nurani.
3.Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4.Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan rakyat.
5.Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
6.Menjujung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
7.Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
8.Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
9.Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku
maupun agama.
10.Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
11.Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab.
12.Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapainya
tujuan bersama.

2.4.2. Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila :


1.Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6.Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
7.Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
2.5. Implementasi dari Sila Keempat Dalam Pancasila

Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan Indonesia,
dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hak
demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan
Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai
kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun pelaksanaan /implementasi dari
penerapan sila ke-4 dari pancasila adalah :
1.Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3.Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil keputusan
musyawarah.
4.Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5.Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6.Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam musyawarah.
7.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan keadilan, serta
mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.

2.6. Penyimpangan yang terjadi pada Sila Keempat

Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin tergeser dari
fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini sebelumnya sudah dianut oleh
Amerika yang notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan lagi termasuk negara
berkembang, pun di Amerika sendiri yang sudah berabad- abad menganut demokrasi masih
dalam proses demokratisasi. Artinya sistem demokrasi Amerika serikat sedang dalam proses
dan masih memakan waktu yang cukup lama untuk menjadi Negara yang benar- benar
demokratis. Namun jika dibandingkan Indonesia, demokratisasi di Amerika sudah lebih
menghasilkan banyak kemajuan bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap landasan/dasar
Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika bangsa Indonesia mampu
melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1.Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam hukum.
2.Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam sistem
kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada pemerintah.
3.Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka
adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
4.Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5.Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang dibuat
oleh pemerintah.
6.Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7.Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8.Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan bersama
atau masyarakat.
9.Menciptakan perilaku KKN.
10.Pejabat pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.

2.7. Hubungan Sila Keempat dengan Pasal-pasal dalam UUD 1945

Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan. Berhubungan dengan pasal pasal :
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
(3 )Negara Indonesia adalah negara hukum.
Penjelasan : kedaulatan berada ditangan rakyat dan segala bentuk musyawarah rakyat
dipimpin oleh MPR.

Pasal 2
(1)Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang--undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu
kota negara.
(3)Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.
Pejelasan : MPR, DPR dan DPD anggota-anggotanya dipilih lewat pemilu dan di atur dengan
Undang-undang, segala keputusan MPR ditetapkan melalui suara terbanyak.

Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang--
Undang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang--Undang Dasar.
Penjelasan : segala peraturan yang ada di pasal 3 harus dilaksanakan oleh MPR.
Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal--pasal Undang--Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang--kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal--pasal Undang--Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal--pasal Undang--Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat dihadiri sekurang--kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal--pasal Undang--Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang--kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Penjelasan : segala jenis perubahan Undang-undang harus berdasarkan peraturan pada pasal
diatas.

BAB III
PENUTUP

You might also like