You are on page 1of 13

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, hlm.15-27

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kesi Widjajanti
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
Jalan Soekarno-Hatta Semarang 50196 Indonesia Telepon +62-024-6702757
E-mail: kesi_widjajanti@yahoo.com

Diterima 2 Desember 2010 /Disetujui 15 April 2011

Abstract: The issue in this research is how to improve society ability through process human
and physical capital. The relation between capital and ability improvement will be examined
in this research by placing process empowerment as mediating variable to explain the activi-
ties involved. The data used in this study are primary and secondary data. The primary data
was collected using survey method technique through questionnaire. Furthermore statistical
analysis was used Structural Equation Modeling (SEM) of Smart Partial Least Square. This
research has found two ways as path patterns directed to the increasing of society ability,
which are (1) pattern consist of two creating stage to society ability, and (2) These pattern
show that to improve society ability need three stage of process activity. The correlation is
while the empowerment process increases higher, it will impulse the creating of society ability.
The implementation of this researchs result, stated that if the empowerment wants to develop
human capital, it will be better if the empowerment is supported by apply the developing abil-
ity of subject empowerment.
Keywords: physical capital, human capital, ability society, empowerment process

Abstrak: Masalah penelitian adalah bagaimana meningkatkan keberdayaan masyarakat me-


lalui proses modal manusia dan modal fisik. Hubungan antara modal dan perbaikan keber-
dayaan akan diuji dengan meletakkan proses pemberdayaan sebagai variabel mediasi untuk
menjelaskan aktivitas-aktivitas yang terkait. Data yang digunakan adalah data primer dan se-
kunder, data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner.
Selanjutnya, analisis statistik yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM)-
Smart Partial Least Square. Temuan penelitian menunjukkan ada dua pola cara yang meng-
arah pada peningkatan keberdayaan masyarakat, dimana (1) pola yang terdiri dari dua tahap-
an untuk keberdayaan, dan (2) pola yang menunjukkan bahwa untuk meningkatkan keber-
dayaan diperlukan tiga tahapan proses aktivitas. Terdapat korelasi dimana semakin tinggi
proses pemberdayaan akan dapat menciptakan keberdayaan masyarakat. Implementasi dari
hasil penelitian ini adalah bahwa pemberdayaan menginginkan pengembangan modal manu-
sia, dan akan lebih baik lagi jika pemberdayaan didukung oleh pengembangan kemampuan
pelaku pemberdayaan.
Kata kunci: modal fisik, modal manusia, keberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan

PENDAHULUAN sama, kekuatan intelektual dan komitmen


bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip
pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempu-
Tanggung jawab utama dalam program pemba-
nyai arti yang sama dengan kemandirian
ngunan adalah masyarakat berdaya atau memi-
masyarakat. Terkait dengan program pemba-
liki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan
ngunan, bahwa tujuan yang ingin dicapai
yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik
adalah untuk membentuk individu dan masya-
dan material, ekonomi, kelembagaan, kerja-
rakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan kan salah satu pertimbangan dalam pengambil-
mengendalikan apa yang mereka lakukan. an kebijakan dan perencanaan penyusunan pro-
Kemandirian masyarakat merupakan su- gram, agar setiap kebijakan dan program ten-
atu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang tang pengaturan pengelolaan hutan yang diam-
ditandai dengan kemampuan memikirkan, me- bil tetap memperhatikan kondisi sosial budaya
mutuskan serta melakukan sesuatu yang dipan- dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hu-
dang tepat demi mencapai pemecahan masa- tan lindung.
lah-masalah yang dihadapi dengan memper- Paradigma perencanaan pengelolaan hutan
gunakan daya kemampuan yang dimiliki. Daya dan pemberdayaan masyarakat yang sentralis-
kemampuan yang dimaksud adalah kemam- tik dimana program dirancang dari atas tanpa
puan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif melibatkan masyarakat, harus diubah kearah
serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/ peningkatan partisipasi masyarakat lokal secara
material. Kemandirian masyarakat dapat dica- optimal. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai
pai tentu memerlukan sebuah proses belajar. suatu pelimpahan atau pemberian kekuatan
Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang (power) yang akan menghasilkan hierarki ke-
baik, secara bertahap akan memperoleh daya, kuatan dan ketiadaan kekuatan, seperti yang
kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dikemukakan Simon (1993) bahwa pemberda-
dalam proses pengambilan keputusan secara yaan merupakan suatu aktvitas refleksi, suatu
mandiri. Berkaitan dengan hal ini, Sumodining- proses yang mampu diinisiasikan dan diperta-
rat (2000) menjelaskan bahwa keberdayaan hankan hanya oleh agen atau subyek yang
masyarakat yang ditandai adanya kemandirian- mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri
nya dapat dicapai melalui proses pemberdaya- (self-determination). Sulistiyani (2004) menjelas-
an masyarakat. kan lebih rinci bahwa secara etimologis pem-
Keberdayaan masyarakat dapat diwujud- berdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang
kan melalui partisipasi aktif masyarakat yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak
difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdaya- dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan
an. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai proses untuk memperoleh
adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pro-
daya, kekuatan atau kemampuan mengakses ses pemberian daya, kekuatan atau kemam-
sumberdaya produktif atau masyarakat yang puan dari pihak yang memiliki daya kepada
terpinggirkan dalam pembangunan. Tujuan pihak yang kurang atau belum berdaya. Ber-
akhir dari proses pemberdayaan masyarakat dasarkan beberapa pengertian pemberdayaan
adalah untuk memandirikan warga masyarakat yang dikemukakan tersebut, maka dapat disim-
agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarga pulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan
dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimi- adalah suatu proses dan upaya untuk memper-
likinya. Secara sosial, masyarakat sekitar ka- oleh atau memberikan daya, kekuatan atau ke-
wasan hutan lindung sampai saat ini tetap mampuan kepada individu dan masyarakat
teridentifikasi sebagai masyarakat marginal lemah agar dapat mengidentifikasi, mengana-
(terpinggirkan) dan tidak memiliki daya, ke- lisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta
kuatan, dan kemampuan yang dapat diandal- masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih
kan serta tidak memiliki modal yang memadai alternatif pemecahannya dengan mengoptimal-
untuk bersaing dengan masyarakat kapitalis kan sumber daya dan potensi yang dimiliki se-
atau masyarakat pengusaha yang secara sosial cara mandiri. Pranarka dan Vidhyandika (1996)
dan politik memiliki daya, kekuatan, dan ke- menjelaskan bahwa proses pemberdayaan me-
mampuan yang memadai. Ketidakberdayaan ngandung dua kecenderungan. Pertama, proses
masyarakat secara sosial dan ekonomi menjadi pemberdayaan yang menekankan pada proses
salah satu ganjalan bagi masyarakat untuk ber- memberikan atau mengalihkan sebagian ke-
diri sama tinggi dan duduk sama rendah de- kuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
ngan sesama saudaranya yang telah berhasil. masyarakat agar individu lebih berdaya
Kondisi inilah yang perlu dipahami dan dijadi- Pada era reformasi dan desentralisasi saat

16 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 15-27


ini, tuntutan terhadap pelaku pemberdayaan modal yang memiliki nilai ekonomi, dan dapat
yang memiliki kemampuan yang memadai se- dilembagakan, seperti kualifikasi pendidikan.
makin menguat. Pelaku pemberdayaan tidak Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
hanya dituntut untuk memperkaya pengeta- modal sosial (social capital) merupakan fasilita-
huannya, melainkan mereka dituntut mening- tor penting dalam pembangunan ekonomi.
katkan keterampilannya dalam mendesain pro- Modal sosial yang dibentuk berdasarkan ke-
gram pemberdayaan. Lantas muncul pertanya- giatan ekonomi dan sosial di masa lalu dipan-
an, kemampuan seperti apa yang harus dimiliki dang sebagai faktor yang dapat meningkatkan
oleh pelaku pemberdayaan?. Huseini (1999) pembangunan ekonomi dan jika digunakan
menjelaskan bahwa modal manusia merupakan secara tepat mampu memperkuat efektivitas
refleksi dari pendidikan, pengalaman, intuisi pembangunan (Suharto dan Yuliani, 2005).
dan keahlian. Era globalisasi yang menuntut Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, ma-
perhatian terhadap modal manusia semakin ka dapat disimpulkan bahwa modal sosial ada-
tinggi, terkait dengan perkembangan dalam lah suatu norma atau nilai yang telah dipahami
ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi. bersama oleh masyarakat yang dapat memper-
Para ahli kedua bidang tersebut umumnya kuat jaringan sosial/kerja yang positif, terjalin-
sepakat pada satu hal, yakni modal manusia nya kerjasama yang saling menguntungkan,
berperan secara signifikan, bahkan lebih pen- menumbuhkan kepedulian dan solidaritas yang
ting daripada faktor teknologi, dalam memacu tinggi dan dapat mendorong tingkat keperca-
pertumbuhan ekonomi. Modal manusia (human yaan antara sesama dalam rangka tercapainya
capital) tersebut tidak hanya menyangkut kuan- tujuan bersama.
titas tetapi juga kualitas. Lalu muncul perta- Penelitian ini mengkaji beberapa permasa-
nyaan, apa ukuran yang menentukan kualitas lahan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
manusia?. Berdasarkan beberapa definisi modal berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan
manusia yang telah diuraikan, maka dapat di- warga masyarakat dan merumuskan model
simpulkan bahwa modal manusia (human capi- pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi
tal) adalah suatu aset yang berhubungan de- lokasi. Dari uraian di atas dapat dirumuskan
ngan intelektualitas dan kondisi seseorang yang masalah penelitian yaitu Bagaimana mening-
diperoleh melalui pendidikan formal dan non- katkan keberdayaan warga masyarakat, melalui
formal yang didukung oleh kesehatan jasmani proses pemberdayaan yang terwujud dari
dan rohani yang prima dan kemampuan me- modal sosial, modal manusia, modal fisik dan
lakukan hubungan/interaksi antarsesama seca- kemampuan pelaku?. Tujuan penelitian adalah:
ra baik, menguntungkan, dan berkelanjutan. (1) menganalisis faktor-faktor yang mempenga-
Penting juga diketahui bentuk transaksi ruhi modal sosial, (2) menganalisis faktor-faktor
yang dalam teori ekonomi dianggap sebagai yang mempengaruhi proses pemberdayaan ma-
nonekonomi karena tidak dapat secara lang- syarakat, (3) menganalisis faktor-faktor yang
sung memaksimalkan keuntungan material. mempengaruhi keberdayaan masyarakat, dan
Padahal sebenarnya dalam setiap transaksi (4) merumuskan model pemberdayaan masya-
modal ekonomi selalu disertai oleh modal rakat.
immaterial berbentuk modal budaya dan modal
sosial. Syabra (2003) menjelaskan perbedaan
METODE PENELITIAN
antara modal ekonomi, modal budaya dan
modal sosial, serta menggambarkan bagaimana
ketiganya dapat dibedakan antara satu dengan Desain Penelitian
yang lain dilihat dari tingkat kemudahannya Rancangan penelitian ini bersifat penelitian pre-
untuk dikonversikan. Modal ekonomi dengan diksi dan deskriptif yang melibatkan beberapa
mudah dapat dikonversikan ke dalam bentuk konsep. Analisis secara deskriptif diharapkan
uang dan dapat dilembagakan dalam bentuk dapat memberikan penjelasan fenomena proses
hak kepemilikan. Dalam kondisi tertentu, mo- pemberdayaan masyarakat Limbangan, yang
dal budaya juga dapat dikonversikan menjadi menggambarkan karakteristik masyarakat ter-

Model Pemberdayaan Masyarakat (Kesi Widjajanti) 17


sebut. Penelitian deskriptif penting dilakukan norma, (d) kepedulian terhadap sesama, dan (e)
untuk mengarahkan berbagai kebijakan peme- keterlibatan dalam aktivitas organisasi sosial
rintah yang berkaitan dengan aspek perilaku Kemampuan Pelaku Pemberdayaan. Kemam-
pelaku pemberdayaan dan aspek proses pem- puan Pelaku Pemberdayaan adalah kemam-
berdayaannya. Pada penggambaran variabel puan yang dimiliki oleh pelaku pemberdayaan
dalam model persamaan struktural, variabel yang diharapkan dapat memberdayakan ma-
kunci yang menjadi perhatian adalah variabel syarakat. Kemampuan pelaku pemberdayaan
laten atau latent construct, yaitu konsep abstrak diukur melalui tiga aspek perilaku yaitu: (a)
modal fisik, modal manusia, modal sosial, ke- pengetahuan/kognitif, (b) sikap/afektif,dan (c)
mampuan pelaku, proses pemberdayaan ma- keterampilan/psikomotorik.
syarakat, dan keberdayaan warga masyarakat. Proses Pemberdayaan. Proses pemberdayaan
Model struktural meliputi hubungan konstruk adalah suatu siklus atau proses yang melibat-
laten dan pengukurannya menggunakan indi- kan masyarakat untuk bekerjasama dalam
kator. Penelitian ini menggunakan konsep dan kelompok formal maupun nonformal untuk
indikator beberapa peneliti terdahulu yaitu melakukan kajian masalah, merencanakan,
Pranarka dan Vidhyandika (1996), Kartasasmita melaksanakan, dan melakukan evaluasi terha-
(1995), Slamet (2003), dan Jamasy (2004). dap program yang telah direncanakan bersama.
Proses pemberdayaan diukur melalui (a) kua-
Definisi Operasional dan Pengukuran litas dan kuantitas keterlibatan masyarakat mu-
Variabel lai dari kegiatan kajian atau analisis masalah,
(b) perencanaan program, (c) pelaksanakan
Modal fisik (physical capital). Modal fisik
program, serta (d) keterlibatan dalam evaluasi
adalah fasilitas atau aset yang digunakan se-
secara berkelanjutan.
bagai alat dan pendukung utama terselengga-
Keberdayaan Masyarakat. Keberdayaan ma-
ranya suatu proses usaha atau aktivitas dalam
syarakat adalah dimilikinya daya, kekuatan
rangka pencapaian tujuan seperti gedung, jalan,
atau kemampuan oleh masyarakat untuk me-
alat-alat, mesin, dan sebagainya. Modal fisik
ngidentifikasi potensi dan masalah serta dapat
dalam penelitian ini diukur dengan mengguna-
menentukan alternatif pemecahannya secara
kan enam indikator yaitu: (a) sarana produksi
mandiri. Keberdayaan masyarakat diukur me-
pertanian, (b) sarana dan prasarana pendidikan,
lalui tiga aspek (a) kemampuan dalam pengam-
(c) sarana dan prasarana kesehatan, (d) sarana
bilan keputusan, (b) kemandirian dan (c) ke-
dan prasarana ekonomi, (e) sarana dan prasa-
mampuan memanfaatkan usaha untuk masa
rana komunikasi, dan (f) sarana dan prasarana
depan.
transportasi.
Modal Manusia (human capital). Modal manu-
Sampel Penelitian
sia adalah aset yang berkaitan dengan kemam-
puan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Sampel penelitian adalah masyarakat yang
Modal manusia dalam penelitian ini diukur dipilih yang dianggap berpatisipasi aktif dalam
dengan menggunakan tiga indikator yaitu (a) proses pemberdayaan dari sejumlah populasi
tingkat pendidikan, (b) tingkat kesehatan dan masyarakat Desa Sumber Rahayu Kecamatan
(c) kemampuan membangun interaksi hubung- Limbangan di Kendal Jawa Tengah. Jumlah
an/asosiasi antarsesama. sampel dalam penelitian ini bejumlah 104
Modal Sosial (social capital). Modal sosial ada- orang.
lah suatu norma atau nilai yang telah dipahami
bersama oleh masyarakat yang dapat memper- Teknik Analisis Data
kuat jaringan sosial/kerja yang positif, dalam Teknik analisis data dilakukan dengan model
rangka tercapainya tujuan bersama untuk men- persamaan struktural dengan menggunakan
ciptakan nilai. Indikator yang digunakan de- Partial Least Square (PLS) dan SPSS dengan
ngan menggunakan lima pertanyaan yaitu ada- persamaan:
nya (a) jaringan sosial/kerja, (b) tingkat keper-
cayaan antara sesama, (c) ketaatan terhadap Modal Manusia= 1 mf + 1 (1)

18 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 15-27


Modal Sosial= 1 mf + 2 mm + 2 (2)
discriminant validity dengan cara membanding-
kan nilai akar dari Average Variance Extracted
Pemberdayaan= 1 ms + 2 mf + 3 mm+ (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara
konstruk dan konstruk lainnya.
4 kpp + 3 (3)
Konstruk dinyatakan valid jika nilai akar
dari average variance extract lebih besar dari
Keberdayaan= 1 pmb +2 ms+ 3 mm +
korelasi antara konstruk dengan konstruk lain-
4mm + 5 kpp+ 4 (4) nya. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpul-
kan bahwa semua konstruk dalam penelitian
dimana mf adalah modal fisik, mm adalah ini yaitu modal fisik, modal manusia, modal
modal manusia, ms adalah modal sosial, kpp sosial, kemampuan pelaku pemberdayaan, pro-
adalah kemampuan pelaku pemberdayaan, ses pemberdayaan dan keberdayaan masya-
pmb adalah pemberdayaan. rakat mempunyai nilai akar AVE lebih besar
dari korelasi antarkonstruk, yang berarti bahwa
semua konstruk dalam model yang diestimasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
memenuhi kriteria discriminant validity.
Jumlah indikator atau item pertanyaan
Teknik analisis yang digunakan dalam pengu- yang digunakan dalam kuesioner sebanyak 24
jian empirik adalah model persamaan struk- pertanyaan. Secara lebih rinci, loading factor
tural menggunakan software Partial Least Square. untuk masing-masing indikator dari konstruk
Pengujian validitas dan reliabilitas data dila- modal fisik, modal manusia, modal sosial,
kukan dengan convergent dan discriminant vali- kemampuan pelaku pemberdayaan, proses
dity. Convergent validity dapat dinilai dengan pemberdayaan, dan keberdayaan masyarakat
melihat reliabilitas indikator, composite relia- dapat dilihat pada Gambar 1.
bility, dan average variance extracted. Sedangkan Gambar 1 menunjukkan model struktural

Gambar 1. Model Pemberdayaan Masyarakat Sebelum Dilakukan Pergujian Convergent Validity

Model Pemberdayaan Masyarakat (Kesi Widjajanti) 19


penelitian sebelum dilakukan pengujian masing Sehubungan dengan hal tersebut, indikator-in-
masing konstruk (outer model) dan hubungan dikator yang mempunyai loading factor lebih
antar konstruk (inner model). Outer model sering kecil dari 0,60 dan tidak signifikan dikeluarkan
juga disebut (outer relation atau measurement dari analisis. Jumlah indikator awal yang diaju-
model) mendefinisikan bagaimana setiap blok kan dalam penelitian ini sebanyak 24 indikator,
indikator berhubungan dengan konstruknya. namun setelah dilakukan pengujian convergent
Inner model dievaluasi dengan menggunakan validity I, terdapat 16 indikator yang represen-
R-square, uji t, serta signifikansi dari koefisien tatif dan delapan indikator yang tidak repre-
parameter jalur structural. sentatif. Selanjutnya, model di estimasi ulang
Outer Model dengan indikator refleksif di- dengan mengeluarkan delapan indikator yang
evaluasi dengan convergent dan discriminant tidak representatif. Hasil pengujian convergent
validity dari indikatornya dan composite realia- validity II menunjukkan bahwa masih ada 1 in-
bilitynya untuk block indicator. Menurut Chin dikator yang laoding-nya di bawah 0,60 dan ter-
(1996), suatu indikator dikatakan mempunyai dapat 15 indikator yang di atas 0,60. Dengan
reliabilitas yang baik jika nilainya lebih besar menggunakan 15 indikator yang representatif
dari 0,70, sedangkan Loading factor 0,50 sampai pada pengujian convergent validity II dilakukan
0,60 masih dapat dipertahankan untuk model estimasi ulang kembali, didapatkan hasil con-
yang masih dalam tahap pengembangan. vergent validity III yang menunjukkan bahwa 15
Penelitian ini menggunakan criteria Chin indikator tersebut valid, karena semua mem-
dengan nilai batas loading factor yang diguna- punyai nilai t statistik yang signifikan pada
kan 0,60. Pertimbangan dalam penggunaan p<0.05 dengan laoding factor di atas 0.60.
batas loading factor di atas 0,60 dengan harapan Setelah pengujian convergent validity perta-
pengujian hipotesis analisis SEM dengan PLS ma, kedua, dan ketiga dilakukan, hasil pengu-
akan dapat menghasilkan model yang lebih fit. jian menunjukkan tidak adanya nilai loading

Gambar 2. Model Pemberdayaan Masyarakat Setelah Dilakukan Pengujian Convergent Validity

20 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 15-27


factor yang lebih kecil dari 0,60, seperti pada Berdasarkan perubahan tersebut, masyarakat
Gambar 2. akan melakukan perubahan dalam mengubah
Dari pengujian convergent validity 1 sampai budaya ke arah orientasi yang lebih maju. Pe-
dengan 3, dapat disimpulkan bahwa pada rubahan ini tidak membatasi cakupan aktivitas
intinya indikator untuk masing-masing kon- dalam pengambilan keputusan saja, tetapi juga
struk pada convergent validity semuanya signifi- meliputi aktivitas yang berkaitan dengan pe-
kan, karena mempunyai nilai t statistik lebih ningkatan kesejahteraan masyarakat. Keber-
besar 1,96 dan loading factor lebih besar dari dayaan masyarakat yang didukung modal fisik
0,60. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk dicerminkan dengan derajat peningkatan sara-
modal fisik, modal manusia, modal sosial, ke- na dan prasarana pendidikan secara merata.
mampuan pelaku pemberdayaan, proses pem- Dukungan Pemerintah pada peningkatan sara-
berdayaan dan keberdayaan masyarakat adalah na dan prasarana pendidikan memungkinkan
valid. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa untuk bertambah jika keberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat suatu desa meningkat. Untuk memudahkan
sekitar hutan Desa Sumber Rahayu dapat proses pemberdayaan yang lebih cepat yaitu
dicapai melalui langkah langkah yang bermula dengan cara meningkatkan modal fisik dan
dari: modal manusia. Hal ini diharapkan akan me-
(1) Modal Fisik. Variabel modal fisik dalam mudahkan komunikasi antara masyarakat, se-
penelitian ini diwujudkan dalam bentuk indi- hingga akan memudahkan aliran informasi
kator sarana produksi pertanian, sarana dan yang dapat membuka perubahan kearah yang
prasarana pendidikan, sarana dan prasarana lebih maju.
kesehatan, sarana dan prasarana ekonomi, Berdasarkan hasil pengujian indikator di-
sarana dan prasarana komunikasi, dan sarana tunjukkan bahwa modal fisik sarana produksi
dan prasarana transportasi. Hasil pengujian pertanian (MFA) tidak digunakan sebagai indi-
analisis faktor Confirmatory menunjukkan bah- kator modal fisik. Hal ini dapat dijelaskan
wa hanya ada satu indikator yang signifikan karena sarana produksi pertanian belum sepe-
dan mempunyai loading factor lebih dari 0,60, nuhnya dapat memotivasi masyarakat agar be-
yaitu indikator sarana dan prasarana pendidik- kerja lebih produktif sesuai dengan pencapaian
an (MFB), sementara indikator lainnya mempu- tujuan masyarakat Desa Sumber Rahayu.
nyai loading factor di bawah 0,60. Sarana dan prasrana kesehatan masih rendah,
Confirmatory analysis terhadap modal fisik sementara sarana dan prasarana komunikasi
menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dan transportasi juga tidak representatif
pendidikan merupakan pengukur yang repre- sebagai indikator modal fisik karena masya-
sentatif modal fisik. Hasil ini menunjukkan rakat hanya melakukan komunikasi berbasis
bahwa perusahaan memandang bahwa sarana pada tular menular informasi, sedangkan ko-
dan prasarana pendidikan dimana tingkat pen- munikasi berbasis teknologi sedikit dilakukan.
didikan yang cenderung mempunyai wawasan Komunikasi antarmasyarakat belum sepenuh-
yang lebih besar dengan kemandirian untuk nya dapat mendorong komitmen masyarakat
mengambil keputusan dapat mendukung ke- desa untuk lebih berdaya.
berdayaan masyarakat. (2) Modal Manusia. Variabel modal manusia
Sarana dan prasarana pendidikan suatu dalam penelitian ini semula diukur dengan tiga
desa dapat merubah tingkat keberanian dalam indikator, yaitu tingkat pendidikan (MMA),
mengambil keputusan. Perubahan ini akan tingkat kesehatan (MMB), dan kemampuan
berdampak juga pada perubahan keberdayaan berinteraksi antarsesama (MMC). Varibel indi-
masyarakat di Desa Sumber Rahayu. Untuk kator ini mengacu pada teori yang menjelaskan
dapat meningkatkan keberdayaannya memer- bahwa modal manusia dapat ditingkatkan
lukan proses pemberdayaan yang didukung melalui tingkat pendidikan, kesehatan dan
oleh modal manusia, selain modal fisik. Melalui kemampuan interaksi.
proses pemberdayaan, dapat dikembangkan Hasil pengujian analisis faktor confirmatory
pelatihan untuk masyarakat agar lebih mandiri. menunjukkan bahwa dua indikator signifikan

Model Pemberdayaan Masyarakat (Kesi Widjajanti) 21


pada p<0,005, tetapi ada satu indikator yang dan penciptaan bisnis baru (MSE). Sedangkan
mempunyai loading faktor kurang dari 0,60 yang mempunyai loading factor di atas 0,60 ada
yaitu indikator tingkat kesehatan (MMB), se- tiga indikator yaitu jaringan sosial/kerja
dangkan indikator yang mempunyai loading (MSA), ketaatan terhadap norma (MSC) dan
factor di atas 0,60 ada dua indikator, yaitu ting- kepedulian terhadap sesama (MSD). Hal ini
kat pendidikan (MMA) dan kemampuan ber- mengindikasikan bahwa masyarakat di Desa
interaksi antarsesama (MMC). Sumber Rahayu telah mempunyai jaringan
Indikator tingkat pendidikan dan kemam- sosial/kerja dan dalam aktivitas-aktivitasnya
puan berinteraksi antarsesama merupakan pe- sangat memperhatikan ketaatan terhadap nor-
ngukur yang valid untuk modal manusia. ma dan kepedulian terhadap sesama. Ketika
Masyarakat memandang penting upaya-upaya tingkat kepedulian terhadap sesama yang ada
dalam melaksanakan kemampuan berinteraksi dalam masyarakat meningkat, memungkinkan
yang menghasilkan aktivitas yang dapat memperkuat budaya dalam meningkatkan ke-
mendukung proses pemberdayaan yang akan inginan untuk menambah tali persaudaraan
dikembangkan ke arah keberdayaan masyara- yang mengarah pada tujuan bersama untuk
kat. kesejahteraan.
Hasil pengujian indikator ini mendukung Confirmatory analysis konstruk modal sosial
pendapat Romer (1990) yang menyatakan bah- menyatakan bahwa jaringan sosial/kerja, ke-
wa proses modal manusia dapat diperoleh taatan terhadap norma dan kepedulian terha-
melalui pendidikan dan pengalaman dalam dap sesama merupakan indikator-indikator
share interpretasi, sebagaimana pendapat Tobing yang representatif untuk mengukur modal
(2005) bahwa modal manusia dapat diperoleh sosial. Hal ini mendukung konsep Fukuyama
dengan melakukan akumulasi pada stok penge- (1985) yang menyatakan bahwa modal sosial
tahuan untuk meningkatkan kemampuan ma- berkaitan dengan serangkaian nilai dan norma
syarakat dalam melakukan asosiasi (berhu- informal yang dimiliki bersama di antara para
bungan) satu sama lain. anggota suatu kelompok yang memungkinkan
Hasil pengujian confirmatory analisis me- terjalinnya kerjasama di antara mereka. Peneliti
nunjukkan indikator tingkat kesehatan tidak lain yang mendukung adalah Suharto dan
representatif. Hal ini kemungkinan disebabkan Yuliani (2005) yang menyatakan bahwa modal
oleh kecenderungan dukungan kesehatan yang sosial akan tercermin pada karakteristik yang
ada di masyarakat kurang di perhatikan. Selain melekat pada individu seperti misalnya norma-
itu, tingkat kesehatan masyarakat belum sepe- norma, saling percaya, saling pengertian dan
nuhnya melibatkan semua aspek yang ber- kepedulian. Modal sosial merupakan faktor isu
kaitan dengan kualitas hidup layak sehat dan yang penting, yang berkaitan dengan proses
bersih. pemberdayaan (Jamasy, 2004).
(3) Modal Sosial. Variabel modal sosial dalam Sementara itu, tingkat kepercayaan antar
penelitian ini semula diukur dengan 5 indika- sesama dan keterlibatan dalam aktivitas organi-
tor, yaitu tingkat jaringan sosial/kerja, keperca- sasi sosial tidak representatif sebagai pengukur
yaan antarsesama, ketaatan terhadap norma, modal sosial karena masyarakat dalam me-
kepedulian terhadap sesama, dan keterlibatan ngembangkan modal sosial dimulai dari peri-
dalam aktivitas organisasi sosial. Variabel indi- laku ketaatan terhadap norma dan kepedulian
kator ini mengacu pada penelitian terdahulu terhadap sesama.
yang menyatakan bahwa modal sosial meliputi (4) Kemampuan Pelaku Pemberdayaan. Varia-
trust,eksistensi jaringan (network), kemudahan bel indikator yang mengukur kemampuan pela-
bekerja sama, dan juga termasuk kemauan baik ku pemberdayaan semula diajukan tiga indika-
(Syabra, 2003). Setelah dilakukan pengujian tor yaitu tingkat pengetahuan/kognitif, sikap/
analisis faktor confirmatory, semua indikator efektif, dan tingkat keterampilan/psikomotorik.
signifikan pada p<0,005 dan menunjukkan ada Pengukuran kemampuan pelaku pemberdaya-
dua indikator yang mempunyai loading factor an tersebut mengacu pada penelitian terdahulu
kurang dari 0,60 yaitu indikator proaktif (MSB) yang dilakukan oleh Tjokrowinoto (2001) yang

22 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 15-27


menekankan pada kemampuan yang dianggap an pelaku untuk keberhasilan pemberdayaan.
relevan dengan kualitas pelaku pemberdayaan. Sesuai dengan pendapat Sulistiyani (2004) yang
Keterpaduan kemampuan pelaku pemberdaya- mengemukakan bahwa sikap/afektif lebih
an dalam meningkatkan keberhasilan pemba- bersifat kompleks, dan pada tahap awal lebih
ngunan harus disertai dengan komitmen yang sulit dirubah dan dipindahkan dibandingkan
kuat. Keberhasilan pelaku pemberdayaan dapat pengetahuan dan ketrampilan.
diwujudkan melalui peningkatan partisipasi (5) Proses Pemberdayaan. Variabel indikator
aktif masyarakat. yang mengukur proses pemberdayaan ada em-
Hasil pengujian analisis faktor confirmatory pat yaitu analisis masalah (PPA), perencanaan
menunjukkan bahwa ada tiga indikator yang (PPB), pelaksanaan (PPC) dan evaluasi (PPD).
mempunyai loading factor kurang dari 0,60, Hasil pengujian analisis faktor confirmatory
yaitu indikator akses new brand (CAA), pelayan- menunjukkan bahws semua indikator mempu-
an superior pada pelanggan (TOB) dan reputasi nyai nilai statistik signifikan dan mempunyai
perusahaan (TOC). Sedangkan indikator yang loading factor lebih dari 0,60. Variabel indikator
mempunyai loading factor di atas 0,60 ada tiga yang memberi sumbangan terbesar dalam men-
indikator. Indikator tersebut adalah cost reduct- jelaskan proses pemberdayaan adalah indikator
ion (CAD), akses financial (CAE), dan kapabilitas evaluasi. Variabel indikator yang memberi
network dalam meningkatkan bisnis (CAF). sumbangan kedua dalam menjelaskan proses
Confirmatory analysis konstruk kemampuan pemberdayaan adalah variabel indikator pelak-
pelaku pemberdayaan menyatakan bahwa pe- sanaan. Sedangkan variabel indikator yang
ningkatan pengetahuan/kognitif dan kemam- memberikan sumbangan peringkat terakhir
puan ketrampilan/psikomotorik merupakan adalah variabel analisis masalah.
indikator-indikator yang representatif untuk Confirmatory analysis konstruk proses pem-
mengukur kemampuan pelaku pemberdayaan. berdayaan menyatakan keempat indikator ter-
Hal ini bermakna bahwa upaya kemampuan sebut merupakan indikator yang representatif
pelaku untuk dapat menciptakan pemberda- untuk mengukur proses pemberdayaan. Hal ini
yaan dapat tercapai, jika masyarakat dapat menunjukkan bahwa perusahaan untuk dapat
meningkatkan tingkat pengetahuannya sehing- meningkatkan proses pemberdayaan tidak ha-
ga dapat meemperkuat kemampuannya untuk nya dituntut bisa meningkatkan evaluasi suatu
melakukan pengembangan dalam memperluas aktivitas saja namun juga harus dapat mening-
jaringan sosial/kerja yang dapat menghasilkan katkan perencanaan yang bisa mengarahkan
keberdayaan masyarakat. Hasil ini sesuai untuk pelaksanaan keberhasilan penyelesaian suatu
era reformasi dan desentralisasi saat ini bahwa masalah yang ada di masyarakat.
untuk mendukung pemberdayaan masyarakat Hasil ini mendukung konsep penelitian
diperlukan pelaku pemberdayaan yang kaya terdahulu yang dilakukan oleh Pranarka (1996)
akan pengetahuan dan keterampilan yang dan Simon (1993) bahwa determinan untuk
dapat menunjang perwujudan program pem- proses pemberdayaan diukur oleh aktivitas-
berdayaan. Di samping itu, penelitian ini juga aktivitas yang mengarah pada perencanaan
memberi dukungan konsep Sumodiningrat untuk mengarahkan aktivitas yang dicermin-
(2000) bahwa kemampuan pelaku pemberda- kan pada pelaksanaan dalam mengatasi ma-
yaan merupakan faktor penting dalam kesuk- salah yang ada. Selain dicerminkan dengan
sesan pemberdayaan. Tahap transformasi ke- tingkat pelaksanaan suatu aktivitas, penelitian
mampuan berupa wawasan berpikir/pengeta- ini juga mendukung Kartasasmita (1995) yang
huan dan peningkatan kecakapan ketrampilan lebih memfokuskan bahwa proses pemberda-
merupakan kemampuan sebagai sumber keber- yaan tidak hanya didasarkan pada evaluasi
hasilan pemberdayaan. Indikator sikap/afektif namun lebih fokus pada tingkat pengembangan
tidak representatif sebagai pengukur kemam- potensi masyarakat (enabling).
puan pelaku pemberdayaan. Hal ini dapat (6) Keberdayaan Masyarakat. Variabel keber-
dijelaskan bahwa sikap di sini bersifat lebih dayaan masyarakat dalam penelitian ini semula
kompleks dalam kaitannya dengan kemampu- diukur dengan tiga indikator, yaitu tingkat

Model Pemberdayaan Masyarakat (Kesi Widjajanti) 23


keputusan masyarakat, tingkat kemandirian, ruh terhadap proses pemberdayaan? Dan hipo-
dan kemampuan memanfaatkan usaha untuk tesis 8, 9, 10, 11, dan 12 menjawab pertanyaan
masa depan. Variabel indikator ini mengacu penelitian apakah peningkatan keberdayaan
pada penelitian terdahulu yang menyatakan dapat dicapai secara langsung atau tidak lang-
bahwa keberdayaan masyarakat meliputi ke- sung melalui pengembangan modal fisik, mo-
mandirian (Sulistiyani, 2004), dan masyarakat dal manusia, dan modal sosial?
mampu mengambil keputusan dan mampu me-
nangkap informasi untuk memanfaatkan usaha
di masa depan (Slamet, 2003). Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan pengujian analisis faktor
Path t- Keterangan
confirmatory, semua indikator signifikan pada
Cooef value
p<0,005 dan menunjukkan bahwa semua indi-
Modal Fisik
kator mempunyai loading factor diatas 0,60. Hal
Modal Manusia 0,345 2,574 *Diterima
ini mengindikasikan bahwa masyarakat di Desa
Sumber Rahayu telah mempunyai kemampuan Modal Sosial
untuk mengambil keputusan yang mengarah Modal Fisik 0,262 2,078 *Diterima
pada kemandirian masyarakat yang dapat me- Modal manusia 0,434 3,273 *Diterima
manfaatkan usaha untuk masa depan. Ketika Proses
tingkat kemandirian masyarakat meningkat, Pemberdayaan
memungkinkan memperkuat budaya dalam Modal Fisik 0,007 0,064 Tidak Diterima
meningkatkan keinginan untuk menambah ke- Modal Manusia 0,295 2,258 *Diterima
sempatan memanfaatkan peluang yang menga- Modal Sosial 0,148 1,163 Tidak diterima
rah pada pengoptimalan partisipasi masyarakat Kemampuan Pela- 0,506 4,458 *Diterima
ku Pemberdayaan
untuk tujuan pembangunan bersama mencapai
kesejahteraan. Keberdayaan
Confirmatory analysis konstruk keberdayaan Masyarakat
masyarakat menyatakan kemampuan mengam- Modal Fisik 0,188 1,326 Tidak Diterima
bil keputusan, kemandirian, dan kemampuan Modal Manusia 0,070 0,484 Tidak Diterima
memanfaatkan usaha untuk masa depan me- Modal Sosial 0,083 0,669 Tidak Diterima
rupakan indikator-indikator yang representatif Proses 0,503 3,044 * Diterima
untuk mengukur keberdayaan masyarakat. Hal Pemberdayaan
ini mendukung konsep Pranarka dan Vidhyan- Kemampuan -0,053 0,258 Tidak Diterima
dika (1996) yang menyatakan bahwa keberda- Pelaku Pember-
dayaan
yaan masyarakat berkaitan dengan kemandi-
rian masyarakat. Sumber: hasil analisis data
Hasil pengujian hiptesis dengan Partial
Least Square pada model penelitian yang meru-
pakan persamaan struktural hipotesis 1 sampai Hasil tersebut bermakna bahwa terdapat
dengan hipotesis 12 dapat dijelaskan pada Tabel langkah-langkah utama yang dapat dilakukan
1. dalam rangka meningkatkan keberdayaan ma-
Dari hasil pengujian hipotesis yang diuji syarakat: Pertama adalah modal fisik. Untuk
dengan tingkat kesalahan Alpha 0,05, menun- dapat meningkatkan pemberdayaan, pengem-
jukkan terdapat enam hipotesis yang diterima bangan modal fisik harus dilakukan. Peran
dan enam hipotesis yang tidak diterima (Tabel modal fisik diharapkan bisa mengubah kualitas
1). Hipotesis 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 digunakan untuk manusia menjadi lebih berpendidikan dalam
menjawab pertanyaan penelitian 1 yaitu apakah meningkatkan kemampuan berinteraksi antar
kondisi modal fisik, manusia dan sosial mampu sesama. Masyarakat dapat memanfaatkan usa-
mendukung proses pemberdayaan?. Sedangkan ha di masa depan apabila melakukan analisis
hipotesis 7 untuk menjawab pertanyaan pene- yang berkaitan dengan menangkap peluang
litian: apakah pelaku pemberdayaan berpenga- usaha dengan menitikberatkan pada penting-

24 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 15-27


nya peluasan jaringan sosial/kerja. Kedua Tabel 2. Nilai R- Square
adalah pengembangan modal manusia. Peran
modal manusia menjadi landasan mengem- Variabel R-square
bangkan pemberdayaan dan menjadi mediasi Modal Fisik
peningkatkan keberdayaan masyarakat dari Modal Manusia 0,089
modal fisik. Oleh karena itu, sharing pengeta- Modal Sosial 0,444
huan merupakan syarat untuk dapat mening- Kemampuan Pelaku Pemberdayaan
katkan kreativitas dan inovasi. Masyarakat Proses Pemberdayaan 0,610
akan lebih optimal dalam pengembangan pem- Keberdayaan Masyarakat 0,424
berdayaan apabila didukung proses peningkat- Sumber: hasil analisis data
an kualitas manusianya. Peran pelaku pember-
dayaan akan meningkatkan kompetensi baik
pengetahuan maupun keahliannya untuk dapat
menjadi penentu pelaksanaan kegiatan dalam Hasil empirik penelitian menunjukkan
menciptakan masyarakat yang berdaya saing. bahwa nilai R-square yang tertinggi adalah
Ketiga adalah pengembangan pemberdayaan. proses pemberdayaan sebesar 61,0 persen. Nilai
Untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, ini mengindikasikan bahwa modal fisik, modal
selain ditentukan oleh kemampuan melakukan manusia, modal sosial, dan kemampuan pelaku
evaluasi, dan perencanaan, juga ditentukan mampu memberikan kontribusi penjelasan pro-
oleh kemampuan berinteraksi antarsesama. Ke- ses pemberdayaan sebesar 61,1 persen, sedang-
terbukaan antarmasyarakat akan memudahkan kan 38,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
akses informasi yang penting dalam melakukan Sementara itu R-square pada variabel keberda-
inovasi yang berbeda dengan yang lain, se- yaan masyarakat lebih rendah dari R-square
hingga dapat menciptakan keunggulan. Perlu- proses pemberdayaan, yaitu hanya sebesar 42,4
nya menghargai inovasi dan ide-ide baru dalam persen. Hal ini menunjukkan bahwa lima
masyarakat, sebagai faktor pendorong untuk variabel yaitu modal fisik, modal manusia,
berani mengambil resiko yang bertujuan untuk modal sosial, kemampuan pelaku pemberda-
peningkatan keunggulan di bidang usaha. yaan, dan proses pemberdayaan belum cukup
Untuk menilai inner model atau model menjelaskan keberdayaan masyarakat.
strukturalnya, yaitu ingin melihat hubungan
antarkonstruk, salah satu indikator kekuatan SIMPULAN
prediktif model jalur adalah menguji nilai R-
square untuk konstruk endogen. R-square di-
gunakan untuk menilai konstruk dependen Penelitian ini memberi kesimpulan terhadap
dalam model structural. R-square diinterpreta- masalah penelitian yang telah diajukan sebe-
sikan sama seperti analisis regresi berganda lumnya, yaitu: bagaimana proses meningkatkan
yang mengindikasikan jumlah variance dalam keberdayaan warga masyarakat melalui proses
konstruk yang dijelaskan oleh model jalur pemberdayaan yang terwujud dari modal
(Chin, 1996). Hasil evaluasi model struktural sosial, modal manusia, modal fisik dan kemam-
dengan menggunakan R-square seperti pada puan pelaku. Hal ini akan dapat memberikan
Tabel 2. solusi yang lebih baik karena dapat menambah
penjelasan bahwa proses pemberdayaan ma-

Gambar 3. Pola Pertama Proses Pemberdayaan Masyarakat

Model Pemberdayaan Masyarakat (Kesi Widjajanti) 25


syarakat mutlak diperlukan untuk mencapai pada Gambar 4.
keberdayaan masyarakat. Ada dua pola untuk Untuk dapat meningkatkan keberdayaan-
meningkatkan keberdayaan masyarakat. Pola nya, masyarakat tidak hanya cukup melakukan
pertama, adalah ada dua konstruk sebagai pengembangan modal fisik saja, tetapi juga
antesedennya, seperti ditunjukkan pada Gambar harus meningkatkan kualitas sumberdaya ma-
3. nusianya sebagai syarat kesuksesan dalam
Temuan ini memberikan solusi bahwa melakukan pemberdayaan. Dalam era refor-
peran kemampuan pelaku pemberdayaan akan masi ini, masyarakat harus mampu dan berani
efektif dapat meningkatkan keberdayaan ma- mengambil keputusan untuk melakukan usaha
syarakat jika masyarakat sebelumnya mening- baru untuk masa depan.
katkan pemberdayaannya. Pelaku pemberda- Penelitian ini membuktikan bahwa modal
yaan tidak dapat langsung berpengaruh terha- manusia berperan memainkan perubahan sum-
dap keberdayaan masyarakat, tetapi harus ber daya masyarakat untuk meraih kesuksesan
dimediasi dengan proses yang mengiringi pem- proses pemberdayaan. Modal manusia ditandai
berdayaan. Peningkatan pemberdayaan sebagai adanya tingkat pendidikan yang memadai yang
penentu keberhasilan pelaku dalam upaya diperoleh dari dukungan pengembangan sara-
peningkatan keberdayaan masyarakat. na dan prasarana pendidikan sehingga dapat
Proses pemberdayaan di Desa Sumber mengembangkan pemberdayaannya dan akan
Rahayu berpengaruh secara signifikan terhadap berdampak secara signifikan pada kemandirian
keberdayaan masyarakat. Proses pemberda- masyarakat. Penelitian ini menegaskan bahwa
yaan ini ditandai adanya kemampuan masya- masyarakat dalam meningkatkan pemberda-
rakat dalam membuat analisis masalah, peren- yaannya didasari atas pertimbangan sumber
canaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu pro- daya yang ada. Untuk dapat menyesuaikan di
gram pemberdayaan. Peran pelaku perlu diper- era reformasi ini, masyarakat harus dapat me-
baiki dalam pengetahuan dan ketrampilannya lakukan perubahan yang lebih kompetitif
agar dapat memberi dukungan dalam memper- dengan melakukan peningkatan pendidikan
lancar keberhasilan pemberdayaan, sehingga dan keterampilannya untuk menjadi masya-
dapat meningkatkan kemandirian masyarakat rakat yang tajam dalam menangkap peluang
yang berkelanjutan. yang berorientasi pada masa depan. Temuan ini
Pola kedua, adalah pola jalur bertahap mendukung penelitian yang dilakukan oleh
yang dapat dilalui untuk pemberdayaan ma- Fukuyama (1995) tentang hubungan kemam-
syarakat. Peningkatan keberdayaan masyarakat puan masyarakat dengan modal manusia (hu-
dapat dicapai melalui proses pemberdayaan man capital) dan berimplikasi pada teori yang
karena adanya peran modal manusia dan mo- terkait dengan konsep yang dikembangkan
dal fisik. Temuan ini memberikan solusi bahwa Romer (1990) dimana human capital sebagai an-
modal usaha yang meliputi modak fisik dan teseden proses pemberdayaan.
modal manusia tidak secara otomatis mengha- Peningkatan keberdayaan masyarakat me-
silkan keberdayaan masyarakat. Pengembang- merlukan satu paket secara koheren dari per-
an modal fisik akan menstimulasi pengembang- ubahan modal fisik yang dibangun berdasarkan
an modal manusia yang akan mendukung kekuatan sarana dan prasarana pendidikan
proses pemberdayaan yang pada akhirnya akan dalam mengembangkan sumber daya manusia
meningkatkan keberdayaan masyarakat seperti dan kemampuan pelaku pemberdayaan dalam

Gambar 4. Pola Kedua Pemberdayaan Masyarakat

26 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 15-27


mengembangkan pemberdayaan masyarakat. dayaan dalam Onny S.P dan AMW.
Hasil ini merupakan kontribusi terhadap apli- Pranarka (ed). 1996. Pemberdayaan:
kasi empirik dari konsep yang dikembangkan Konsep, Kebijakan dan Implementasi.
oleh Fukuyama (1995) tentang hubungan Jakarta: Center for Strategic and Inter-
human capital dan keberdayaan masyarakat. national Studies (CSIS).
Dan juga mendukung penelitian Sumodining-
rat (2000) bahwa keterlibatan fasilitator seba- Romer Paul. 1990. Endogenous Technological
gai pelaku pemberdayaan dalam mengawal Change. Journal of Political Economy
proses pemberdayaan merupakan sumber Simon, H. 1993. Hutan Jati dan Kemakmuran.
penting sebagai jalur untuk meraih keberda- Problematika dan Strategi Pemecahannya.
yaan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan Yogyakarta: Aditya Media.
R square keberdayaan masyarakat, penelitian
Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat.
yang akan datang hendaknya mempertim-
dalam Membetuk Pola Perilaku Manusia
bangkan variabel lain selain modal fisik, modal
manusia, modal sosial, kemampuan pelaku Pembangunan. Disunting oleh Ida Yus-
pemberdayaan dan proses pemberdayaan seba- tina dan Adjat Sudradjat. Bogor: IPB
gai faktor penentu keberhasilan keberdayaan Press.
masyarakat. Suharto, E. & Yuliani. 2005. Analisis Jaringan
Sosial: Menerapkan Metode Asessmen
DAFTAR PUSTAKA Cepat dan Partisipatif (MACPA) Pada
Lembaga Sosial Lokal di Subang, Jawa
Barat: http://www.policy.hu/ suharto/
Chin,W.W., Marcolin, B.L dan Newsted, P.R.
mak-Indo4.html. Diakses pada 28 Juli
1996. A Partial Least Squares Latent
2005.
Variable Modeling Approach for Meas-
uring Interaction Effects: Result from a Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan Model-
Monte Carlo Simulation Study and Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gaya
Voice Mail Emotion/Adoption Study. Media.
Proceeding of the Seventeenth Interna- Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluh-
tional Conference on Information Sys- an Pertanian Menuju Pengembangan Ke-
tem.16_18 December. Cleveland.Ohio. mandirian Petani: Kasus di Propinsi Jawa
Fukuyama, 1995. Trust: The Social Virtues Barat. Disertasi Doktor. Bogor: Program
and the Creation of Prosperity. Free Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Press, ISBN 0-02-910976_0 Sumodiningrat, G. 2000. Visi dan Misi Pem-
Huseini, M. 1999. Mencermati Misteri Glob- bangunan Pertanian Berbasis Pemberda-
alisasi: Menata Ulang Strategi Pemasaran yaan. Yogyakarta: IDEA.
Internasional Indonesia Melalui Pendekatan Syabra, R. 2003. Modal Sosial: Konsep dan
Resource-Based. Depok: Fisip Universitas aplikasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya.
Indonesia. Vol.V. N0.1:1-5.
Jamasy, O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, & Tobing, E. 2005. Pendidikan dan Pertumbuh-
Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta Sela- an Ekonomi. (Article on-line). Didapat
tan: Blantika. dari
Kartasasmita, G. 1996. Power and Empower- http://www-theindone-sian-institute.
mant: Sebuah Telaah Mengenal Konsep org/ janeducfile.htm. Internet.
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Badan Tjokrowinoto, M. 2001. Pembangunan Dilema
Perencanaan Pembangunan Nasional. dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka
Pranarka dan Vidhyandika, 1996. Pember- Pelajar.

Model Pemberdayaan Masyarakat (Kesi Widjajanti) 27

You might also like