Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Masa post partum adalah Masa sejak melahirkan sampai dengan pulihnya alat-alat
reproduksi dan anggota tubuh lainnya. Yang berlangsung sampai sekitar 40 hari, masa post
partum mungkin tampak sebagai antiklimaks dibanding masa prenatal dan pada saat persalinan.
Meskipun demikian pada masa post partum ini terjadi perubahan fisiologis dan psikologis yang
sangant kompleks. Dimana peran perawat adalah membantu ibu beradaptasi baik fisik dan
psikologis sampai pada kondisi yang optimal.
Karena perawatan ibu post partum di Rumah Sakit hanya berlangsung singkat maka
perawat perlu menetapkan rencana yang efektif dari mulai pengkajian sampai evaluasi dan
mempersiapkan ibu kembali kemasyarakat. Intervensi keperawatan disini meliputi: perawatan
fisik secara langsung, dukungan kepada ibu dan keluarga dalam menerima anggota baru, dan
pendidikan kesehatan untuk ibu dan perawatan bayinya. Perawat diruang post partum harus
dapat menentukan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu post partum, bayi dan keluarganya
dan selanjutnya merujukkan kepada perawat komunitas.
Dalam satu jam sampai beberapa hari setelah persalinan, ibu mengalami perubahan yang
dramatis meliputi seluruh sistim tubuh.
Banyak ibu post partum mengalami rasa ketidak nyamanan yang bersifat relatif
disebabkan oleh perubahan fisik yang dapat mengganggu istirahat. Perubahan-perubahan ini
harus dimonitor oleh perawat. Adanya penyimpangan dari perubahan fisiologis yang normal
merupakan tanda-tanda komplikasi, seperti perdarahan atau infeksi.
Post partum dibagi dalam 3 fase yaitu, Immediate post partum berlangsung dalam 24 jam
pertama, Early post partum yang berlangsung sampai minggu pertama dan late post partum yang
berlangsung sampai masa post partum berakhir. Pembagian ini didasari pada karakteristik yang
bervariasi. Perubahan paling besar dan sangat berisiko terjadi pada masa immediate dan early
post partum.
TANDA VITAL
Suhu oral dalam 24 jam pertama meningkat 380 C sebagai akibat dari adanya dehidrasi,
peregangan muskuler dan perubahan hormonal. Jika setelah 24 jam didapatkan peningkatan suhu
tubuh 380 C selama 2 hari berturut-turut dalam 10 hari post partum, maka dicurigai adanya
sepsis puerpperial. Infeksi saluran kemih, endometritis, mastitis atau infeksi lain.
Pembengkakan payudara biasanya timbul pada hari ke dua atau ketiga dan tidak
menimbulkan peningkatan suhu tubuh, bila suhu tubuh meningkat maka tidak lebih dari 24 jam
(milk fever)
Tekanan darah ibu stabil, terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat
perubahan posisi dari tidur keduduk, disebut hipotensi ortostatik. Yang merupakan kompensasi
kardiovaskuler terhadap penurunan resistensi vaskuler didaerah panggul. Kenaikan tekanan
sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg dan bila disertai sakit kepala atau gangguan
penglihatan maka harus dicurigai adanya pre eklampsia post partum.
Jumlah komponen darah seperti haemoglobin, hematokrit dan sel darah merah
seharusnya mendekati jumlah sebelum persalinan. Menurunnya hematokrit kemungkinan karena
terjadi perdarahan dalam persalinan. Meskipun penurunan ini ditutup oleh adanya
hemokonsentrasi yang disebabkan oleh diuresis paska persalinan. Limfosit biasanya menurun,
jika terjadi peningkatan 15.000 30.000/mm3 maka merupakan hal yang tidak normal.
Mekanisme pembekuan darah diaktifkan pada massa immediate post partum dan kemungkinan
menetap sampai beberapa hari, ini merupakan resiko terjadi thromboembolisme pada ibu post
partum.
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan
edema dan menurunnya sensitifitas terhadap tekanan cairan. Perubahan ini menyebabkan
tekanan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Biasanya ibu
mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari pertama post pertum. Penimbunan cairan dalam
jaringan selama hamil dikeluarkan dengan diuresis, yang dimulai dalam 24 jam pertama post
partum. Diuresis ini mengakibatkan penurunan berat badan kurang lebih 2,5 kg pada masa early
post partum
Hematuri pada masa early post partum menandakan adanya trauma pada kandung kemih
pada waktu persalinan, bila berlanjut dikhawatirkan ada infeksi saluran kemih.
Acetonuria dan proteinuria ringan juga timbul pada early post partum menunjukkan
adanya dehidrasi setelah partus yang lama, meskipun proteinuria menunjukkan proses
katabolisme yang merupakan bagian dari proses involusio uteri. Fungsi ginjal akan kembali
normal seperti sebelum hamil pada bulan pertama post partum.
Sistim endokrin mulai mengalami perubahan pada kala IV persalinan. Mengikuti lahirnya
plasenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen, progesteron dan prolaktin. Kadar prolaktin
pada ibu tidak menyusui akan berada dalam batas normal sampai beberapa hari post partum.
Sedangkan pada ibu menyusui kadar prolaktin akan meningkat sebagai respon terhadap
rangsangan dari isapan bayi.
Estrogen pada ibu tidak menyusui akan meningkat secara bertahap. Ditemukan fase
follikuler dalam tiga minggu setelah melahirkan. Menstruasi biasanya terjadi pada 12 minggu
post partum pada ibu menyusui terjadi pada minggu ke 36. Siklus menstruasi yang pertama tidak
terjadi ovulasi (anovulasi). Walaupun menyusui dapat memperlambat siklus menstruasi, namun
menyusui bukan metode kontrasepsi yang efektif.
Payudara telah dipersiapkan untuk laktasi sejak kehamilan, dibawah pengaruh hormon
estrogen dan progesteron. Colostrum cairan yang keluar mendahului ASI ada sejak kehamilan
trimester ketiga dan berlanjut sampai minggu pertama post partum. Colostrum bersifat cair,
kuning, terdiri dari protein, lemak dan anti bodi.
Produksi ASI mulai sekitar hari ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara terjadi
karena peningkatan sistem vaskuler dan limfatik yang mengelilingi payudara. Payudara menjadi
besar, kenyal, kencang, dan nyeri jika disentuh. Produksi ASI mulai dalam sel-sel alveolar atas
pengaruh hormon prolaktin. Refleks let down (keluarnya ASI ke ductus lactiferus) yang
disebabkan oleh kontraksi sel-sel myoepitel adalah tergantung pada banyaknya sekresi oksitiksin
yang di stimulasi oleh isapan bayi. Jika laktasi mulai, ibu mengalami pembengkakan payudara
karena distensi lobus dan peningkatan produksi ASI hal ini berlangsung sampai laktasi
berlangsung baik.
Pengembalian fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu pertama
postpartum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus. Kehilangan cairan dan
ketidak nyamanan perineal. Tindakan klisma pada kala I dan penurunan otot abdomen juga
merupakan predisposisi konstipasi. Fungsi defekasi kembali normal pada akhir minggu pertama
sebagaimana kepulihannya selera makan ibu dan peningkatan cairan dan makanan beserat serta
berkurangnya ketidaknyamanan perineal.
Involusi uteri terjadi segera setelah bayi lahir dan prosesnya berlangsung cepat ( lihat
tabel 1 ).
Setelah plasenat lahir fundus uteri dapat dipalpasi didaerah pusat. Kontraksi uterus pada
masa immediate kira-kira sebesar buah anggur.
Involusio Uterus
Dalam 12 jam setelah melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat. Kontraksi
uterus berlanjut sampai plasenta dilahirkan. Pada primi para tonus uterus tinggi dan kontraksi
jelas. Pada multipara kontraksi uterus secara periodik dan relaksasi biasanya sering
menyebabkan afterpains yang menimbulkan ketdak nyamanan selama 2 3 hari sebanding
dengan isapan bayi.
Dalam 2 3 minggu post partum kelenjar endometrium dan stroma dari jaringan konektif
interglandular sudah melakukan proliferasi, endometrium secara keseluruhan pulih. Kecuali pada
daerah bekas plasenta.
Lochea
Setelah melahirkan uterus membersihkan dirinya sendiri dari debris dengan pengeluaran
pervaginam yang disebut lochea. Jenis-jenis lochia (lihat tabel 2 ) adalah Lochea rubra yaitu
pengeluaran pervaginam pada 3 hari pertama post partum berupa darah dan sedikit bekuan.
Lochea serosa berwarna lebih terang, seperti pink atau kecoklatan, pengeluaran sampai hari ke
sembilan. Lovhea alba yaitu pengeluaran mulai hari kesepuluh, warna kuning keputihan,
mengandung banyak sel leokosit dan sel-sel debris. Bau lochea sedikit amis dan segar seperti
darah menstruasi. Bau busuk menunjukkan adanya infeksi dan membutuhkan pengkajian lebih
lanjut. Pengeluaran pervaginam yang terus berlangsung setelah 2 3 minggu mungkin
disebabkan endometritis.
Proses tersebut menyebabkan tidak adanya luka parut pada endometrium yang dapat
menghambat implantasi berikutnya. Melambatnya atau gagalnya penyembuhan tempat
menempelnya plasenta disebut subinvolusio tempat plasenta, mungkin mengakibatkan lochea
yang persisten dan perdarahan pervaginam tanpa nyeri.
Dinding vagina tampak edema dan memerah, serta sedikit daerah lecet. Rugae tidak ada.
Himen tampak tersisa pada beberapa tempat. Rugae akan kembali dalam 3 minggu. Mukosa
vaginal atrofi sampai siklus menstruasi terjadi kembali. Labia mayora dan minora sedikit
teregang dan kurang licin.
Menjadi orang tua adalah situasi krisis dan merupakan masa transisi. Perawat harus
memperhatikan fase dalam masa transisi dan situasi krisis tersebut dalam mengelola ibu
postpartum. Tindakan yang diberikan pada setiap fase tersebut akan membantu ibu dalam
melalui masa postpartum secara optimal. Fase dimana seorang ibu mengalami kebahagiaan dan
kebanggaan pada bayi yang baru dilahirkannya, terjadi kontak antara ibu dan bayinya dan timbul
rasa kasih sayang. Masa ini akan lebih optimal bila dilalui bersama ayah si bayi.
Ikatan kasih dan keterikatan (Bonding and attachment) antara ibu ayah bayi dimulai pada
kala IV. Perlu peran perawat sebagai fasilitator yang mempermudah pelaksanaannya. Partisipasi
suami dalam persalinan merupakan salah satu upaya dalam proses tersebut.
Fase Taking In
Masa dimana ibu berperilaku tergantung pada orang lain. Perhatian ibu berfokus pada
dirinya sendiri, pasif, tergantung, terkenang dengan pengalamannya saat persalinan,
membutuhkan banyak makan dan istirahat. Belum ingin kontak atau merawat bayinya.
Berlangsung sekitar 1 2 hari.
Masa antara perilaku tergantung dan mandiri. Fokus perhatian lebih luas termasuk pada
bayinya. Mandiri dan berinisiatif dalam perawatan dirinya. Banyak brtanya tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan perawatan diri dan bayinya. Timbul rasa kurang percaya diri, sehingga
mudah mengatakan tidak mampu fase ini merupakan fase yang paling tepat untuk diberikan
pendidikan kesehatan pada ibu nifas, berlangsung kurang lebih 10 hari.
Fase Letting Go
Memperoleh peran dan tanggungjawab baru. Kemandirian dalam perawatan diri dan
bayinya semakin meningkat. Menyadari bahwa dirinya terpisah dari bayinya. Penyesuaian
hubungan keluarga dalam menerima kehadiran bayinya.
Pada masa post partum kadang-kadang ibu mengalami kekecewaan, mudah tersinggung,
sedih sehingga nafsu makan menurun dan sulit tidur. Manifestasi ini disebut postpartum blues
yang biasanya terjadi dirumah sakit. Diperkirakan hal ini berkaitan dengan perubahan hormonal
dan peran selama masa transisi. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya postpartum blues
adalah rasa tidak nyaman, kelelahan dan kehabisan tenaga. Menangis adalah salah satu cara
melepaskan diri dari situasi yang menekan. Keadaan ini bila berlanjut akan mengakibatkan
depresi post partum. Oleh karena itu perlu bagi seorang perawat untuk memahami permasalahan
ibu dan memberikan bantuan yang dibutuhkan.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian pada post partum perlu merujuk pada catatan riwayat keperawatan pada masa
prenatal dan intrapartal. Selanjutnya pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu,
ayah dan anggota keluarga lain yang dianggap berpengaruh. Perawat harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang perubahan perubahan yang terjadi pada masa post partum
untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal.
Dari masa prenatal perlu diketahui adanya masalah kesehatan selama kehamilan yang
pernah timbul, seperti anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes. Pada beberapa kasus
kondisi demikian akan mempengaruhi kondisi bayi pada masa post partum. Sedangkan dari
proses persalinan hal yang perlu diperhatikan adalah: lamanya dan jenis persalinan, kondisi
selaput dan cairan ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon
keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
Pengkajian fisiologik ibu post partum harus dilakukan segera pada masa immediate post
partum, seperti observasi tanda vital, keseimbangan cairan pencegahan kehilangan darah yang
abnormal dan eliminasi urin. Pengkajian fisiologi meliputi :
TANDA-TANDA VITAL
Harus dimonitor secara teratur pada masa early post partum, terutama pengkajian
terhadap adaptasi kardiovaskuler dan tanda-tanda infeksi. Biasanya tanda vital diukur setiap 4
jam selama 24 jam pertama dan selanjutnya setiap 8 jam.
Adanya involusi uterus akan teraba bulat dan keras, bila terasa lembek maka resiko
terjadi perdarahan. Sedangkan posisi uterus yang tidak digaris tengah menunjukkan adanya
distensi kandung kemih. Berpindahnya uterus karena kandung kemih yang penuh dan menjadi
predisposisi atonia uterus dan perdarahan post partum.
Pada saat palpasi uterus perawat harus mencatat adanya diastasis rectum abdominalis.
Jika ada ukur panjang dan lebarnya dengan jari. Umumnya tonus, posisi dan tinggi fundus uteri
dikaji tiap 4 jam selama 24 jam post partum
Jenis dan jumlah lochea, kaji jumlah, warna, bau dan adanya bekuan darah. Perawat
harus menanyakan kepada ibu berapa kali ganti pembalut dan tingkat saturasinya. Aliran lochea
sifatnya banyak, sedang dan ringan. Jika ibu mengganti pembalut tiap 2 jam berarti banyak. Jika
seperti menstruasi berarti ringan, jika kurang berarti sedikit, jika lochea banyak maka
dibutuhkan pengkajian lebih lengkap untuk mengetahui penyebabnya.
PERUBAHAN PAYUDARA
Sebelum terjadi laktasi, payudara terasa lembek. Bila pembesaran terjadi kaji tingkat
kenyamanan ibu. Puting payudara juga perlu diperhatikan apakah ada lecet atau luka, menonjol
atau tidak.
Dikaji tiap 4 jam selama 24 jam pertama dan selanjutnya setiap hari. Posisi ibu pada saat
pengkajian adalah miring dengan kaki ditekuk. Jika ibu dilakukan episiotomi, perawat mengkaji
adanya kemerahan (Redness), Edem, Ekimosis, Pengeluaran (Discharge) dan Approximate
(REEDA). Jika tidak diepisiotomi kaji adanya edem dan nyeri mungkin menunjukkan adanya
hematomma. Sedangkan untuk rektum kaji adanya hemoroid.
Kaji adanya kesulitan BAK dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Mungkin
perlu tindakan kateterisasi. Ibu harus dimotivasi untuk BAK setiap 3 atau 4 jam. Kaji adanya
rasa seperti terbakar bila BAK karena ini merupakan tanda adanya infeksi saluran kemih.
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Kaji bising usus, adanya mual muntah tanyakan apakah ibu sudah flatus atau BAB.
Umumnya dikaji dua kali sehari sampai kondisi kembali normal. Diet ibu post partum tinggi
protein dengan pemasukkan cairan sekitar 3000ml perhari untuk membantu proses penyembuhan
dan mencegah konstipasi.
EKSTREMITAS BAWAH
Aspek psikologis yang perlu diperhatikan antara lain respon ibu terhadap persalinan,
persepsi ibu terhadap respon persalianan , persepsi ibu terhadap respon keluarga dan status
psikologis yang ditemukan pada saat itu.
Pengkajian adaptasi keluarga meliputi: status psikologis ayah, kemampuan orang tua
dalam perawatan anak, respon keluarga terhadap bayi, dukungan dan bantuan keluarga setelah
pulang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan pada postpartum tergantung kondisi ibu saat itu dan hal ini
berkaitan dengan fase dimana ibu berada. Kemungkinan diagnosa keperawatannya adalah sbb :
2. Perubahan pola eliminasi urin sehubungan dengan nyeri perineum / trauma saluran kemih.
6. Harga diri rendah sehubungan dengan belum pengalaman dalam persalinan dan merawat
bayi.
- Perdarahan postpartum
- Gangguan mood
- Infeksi postpartum
Dan komplikasi lain yang membutuhkan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
5. Menunjukkan involusi yang normal dan perubahan pengeluaran lochea tanpa perdarahan.
EVALUASI
Evaluasi merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Bayi, orang tua dan
keluarga secara konsisten dikaji dan menjadi indikator penetapan kesehatan keluarga setelah
kelahiran bayi. Pemulihan kondisi fisiologis ibu merupakan hal yang utama. Pengkajian dan
intervensi berfokus pada monitor perubahan fisiologis, peningkatan istirahat dan kenyamanan,
dan meningkatkan keberhasilan menyusui.
PELAYANAN KONTRASEPSI
Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut.
- Melumpuhkan sperma
- Mengalami pertemuan sel telur dengan sperma.
1. Metode sederhana
Tanpa alat/obat
- Sanggama terputus
- Pantang berkala
Dengan alat/obat
- Kondom
- Intravag (tisu KB )
2. Metode efektif
Pil KB
Suntikan KB
1. Cara apapun yang dipakai adalah lebih baik dari pada tidak memakai sama sekali.
2. Cara yang terbaik hasilnya (efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan
teguh terus menerus.
3. Penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang penting untuk berhasilnya
suatu cara / metode kontrasepsi sebagai berikut :
a. Pengertian :
Metode kontrasepsi sederhana ialah : Suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta
keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis teerlebih dahulu. Hasil yang dapat diperoleh
dengan cara-cara kontrasepsi ini tergantung dari pengetahuan tentang cara kerja obat, alat yang
dipakai, atau cara kontrasepsi sederhana lainnya dan penggunaannya secara tertib. Pada
umumnya keefektifan cara kontrasepsi sederhana kurang, dibandingkan dengan cara-cara lain
seperti pil yang diminum, suntikan, IUD atau susuk KB.
b. Macam-macamnya
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat/obat, dan metode kontrasepsi sederhana dengan alat/obat.
sanggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada puncak senggama, kemaluan pria (zakar)
dikeluarkan dari vagina, sehingga mani keluar diluar vagina. Cara ini tidak berbahaya, baik fisik
maupun mental. Namun sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan sepenuhnya karena :
Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa tertumpah dari zakar masuk ke
dalam vagina sehingga dapat terjadi kehamilan, meskipun sudah dilakukan pencabutan sebelum
mani menyemprot.
b. Pantang berkala
ialah tidak melakukan sanggama pada masa subur seorang wanita yaitu
sekitar waktu terjadi ovulasi.
Masa subur :
Sela mani dapat hidup dalam tuba falopi selama 1x 24 jam. Persetubuhan
yang dilakukan 2x 24 jam sebelum dan 1x 24 jam setelah evaluasi dapat menghasilkan
kehamilan. Oleh karena itu, masa subur ialah 12 sampai 16 hari sebelum haid yang akan datang.
Masa berpantang:
Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur,
tetapi lebih aman kalau masa berpantang itu dimulai 18 hari sebelum haid yang akan datang. Hal
ini diterangkan sebagai berikut : Seandainya haid terakhir jatuh pada tanggal 31 agustus, maka
haid akan datang pada siklus terpendek jatuh pada tanggal 26 september, dan pada siklus
terpanjang jatuh tanggal 29 september.
Masa Ovulasi :
Masa Berpantang :
Kerugian cara ini ialah masa puasa bersanggama sangat lama sehingga
menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa mentaati.
Penentuan masa ovulasi dapat juga dilakukan dengan cara lain, misalnya dengan mengukur suhu
basal. Cara mengukur suhu basal adalah sebagai berikut :