Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
SHOHIFATUL FIRDAUS
101614453051
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
MINAT MANAJEMEN KESEHATAN
SURABAYA
2016
Peran Poskestren Sebagai UKBM Puskesmas Dalam Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat Pondok Pesantren
Shohifatul Firdaus
Abstrak
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang mewajibkan
siswa/santrinya untuk menetap di asrama selama masa belajar. Budaya kebersamaan
dan kurangnya perhatian terhadap kebersihan dan kesehatan menjadi penyebab
mudahnya santri terkena penyakit, terutama penyakit menular. Masalah kesehatan
pondok pesantren juga menjadi perhatian puskesmas sebagai pelaksana pelayanan
kesehatan di wilayah tersebut. Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) merupakan
sebuah upaya kesehatan bersama masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas untuk
meningkatakan kesehataan masyarakat pondok pesantren. Dalam pelaksanaanya
poskestren terdiri atas kader yang melaksanakan pelayanan kesehatan preventif dan
promotif melalui penyuluhan dan pemeriksaan berkala, dan pelayanan kesehatan
kuratif dan rehabilitasi yang di bantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas. Upaya
kesehatan melalui poskestren terbukti dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
pondok pesantren sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat pondok
pesantren. Sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat, diharapkan pada setiap
pondok pesantren terdapat poskestren yang berperan aktif dalam melaksanakan
penyuluhan-penyuluhan dan juga peran aktif puskesmas dalam membentuk dna
membimbing kader poskestren.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan islam tertua di
Indonesia. Sistem pondok pesantren mewajibkan para siswa (yang biasa disebut
dengan Santri) untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren selama masa
pendidikan.
Data kemenag tahun 2011, Pondok pesantren yang ada di Indonesia berjumlah
27.218 lembaga, terdiri dari 13.446 (49,4 %) pondok pesantren salafi/salafiyah
(tradisional), 3.064 (11,3 %) pondok pesantren salafi/salafiah (modern), dan pondok
pesantren terpadu/kombinasi sebanyak 10.708 (39,3 %), dengan jumlah santri
sebanyak 3.642.738 orang. Dari jumlah santri tersebut, laki-laki terdiri 1.895.580
(52,0 %) dan perempuan 1.747.158 (48,0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
pondok pesantren yang ada diindonesia sangatlah banyak dengan jumlah santri yang
cukup banyak pula.
Pondok pesantren adalah sebuah lembaga yang mewajibkan santrinya untuk
menetapn daqn tinggal di asrama yang disediakan oleh pondok selama 24 jam selama
masa belajar. Para santri menjalankan aktifitas sehari-hari mulai dari pagi hingga pagi
lagi dipondok pesantren. Selain melaksanakan aktifitas belajar, para santri nuga
melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti makan, mandi, mencuci, tidur dan lain-lain
di pondok pesantren.
Dengan banyaknya jumlah santri dan keterbatasan sarana dan prasarana
dipondok pesantren, dalam satu kamar asrama akan diisi oleh beberapa santri, kamar
mandi juga digunakan secara bersama-sama bahkan ada beberapa pondok pesantren
yang masih menggunakan satu tempat makan untuk bersama. Kebiasaan
menggunakan sarana dan prasarana secara bersama sering berpengaruh pada
penggunaan bersama barang-barang yang seharusnya digunakan sendiri. Contohnya
saling pinjam meminjam pakaian, perlengkapan mandi bahkan sikat gigi menjadikan
banyak sekali masalah kesehatan yang muncul di pondok pesantren.
Beberapa permasalahan kesehatan yang sering muncul adalah scabies,
dermatitis, batuk pilek, gastritis dll. Di lingkungan pondok pesantren kejadian kasus
penyakit menular cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data pada beberapa pondoki
pesantren dimana kejadian yang tertinggi adalah scabies. Jika terdapat penyakit
menular di pondok pesantren biasanya penyakit tersebut akan mudah menjadi wabah
melihat pola kehidupan dipondok pesantren dimana para santri berbagi kamar,
menggunakan kamar mandi bersama dan bahkan menggunakan satu alat mandi untuk
banyak orang. Beberapa tahun yang lalu juga terjadi kejadian luar biasa yaitu
menyebarnya virus flu babi H1N1 di pondok pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya
dan pondok pesantren Tebu Ireng Jombang pada tahun 2009 dan menjadi Kasus Luar
Biasa yang ditangani langsung oleh pemerintah.
Masalah kesehtana dipondok pesantren tidak hanya menjadi maslaah bagi
pondok pesantren sendiri. puskesmas yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya juga bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat pondok
pesantren.
Puskesmas melalui upaya kesehatan bersama masyarakat membentuk pos
kesehatan pesantren (poskestren). Poskestren merupakan salah satu perpanjangan
tangan puskesmas sebagai penanggung jawab tingkat kesehatan masyarakat di
wilayahnya. Poskestren dijalankan oleh warga pondok pesantren dengan pembekalan
dan pengawasan yang dilakukan langsung oleh puskesmas.
Sebagai bentuk upaya peningkatan kesehatan di pondok pesantren. Poskestren
melakukan pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi promotif, preventif, rehabilitatif
(memelihara kesehatan, mencegah pemulihan kesehatan) dan kuratif (pengobatan).
Khusus untuk pelayanan kuratif dan beberapa pelayanan preventif tertentu, seperti
imunisasi dan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
Dalam pelaksanaannya poskestren diharapkan mampu untuk meningkatkan kesehatan
warga pondok pesantren
Sebagai bentuk upaya peningkatan kesehatan di pondok pesantren melalui
program poskestren, Pada tahun 2007 kementerian Kesehatan menyerahkan bantuan
dana sosial pos kesehatan pesantren (poskestren), berupa 200 unit pos kesehatan
pesantren ke pondok pesantren di Jawa Timur yang meliputi 36 kota di Jawa Timur
yang masing masing Pondok Pesantren mendapat bantuan dana sebesar 10 juta
rupiah. Pada penelitian yang dilakukan oleh fauzi di pondok pesantren darul hikmah
jember tentang hubungan peran poskestren terhadap perilaku personal hygiene remaja
putri di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran
poskestren dengan personal hygiene remaja putri di pondok. perilaku personal
hygiene remaja santri bergantung pada peran Poskestren, jika peran Poskestren baik
maka tingkat pelaksanan personal hygiene santri akan baik juga, tidak menderita
penyakit kulit dan penyakit lainnya sebaliknya responden yang tingkat pelaksanaan
personal hygiene buruk akan menderita penyakit kulit dan penyakit lainnya.
Penelitian yang dilakukan wahyudin tentang Bagaimanakah Sosialisasi
Sanitasi Diri dan Lingkungan di Pesantren Melalui Poskestren dalam Membentuk
Sikap Positif Santri terhadap Sanitasi di pesantren yang terletak di kecamatan
Jampang Tengah kabupaten Sukabumi. Hasil yang didapatkan adalah terdapat
hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang positif antara inovasi
sosialisasi sanitasi diri dan lingkungan melalui poskestren dengan sikap santri
terhadap sanitasi. Terdapat hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang
positif antara dimensi saluran komunikasi sosialisasi sanitasi diri dan lingkungan
melalui poskestren dengan dengan sikap santri terhadap sanitasi. Terdapat hubungan
yang signifikan dengan arah hubungan yang positif antara dimensi waktu sosialisasi
sanitasi diri dan lingkungan dengan sikap santri terhadap sanitasi. Terdapat hubungan
yang signifikan dengan arah hubungan yang positif antara dimensi sistem sosial
sosialisasi sanitasi diri dan lingkungan dengan sikap santri terhadap sanitasi. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh
poskestren dapat memberbaiki sikap santri terhadap sanitasi yang diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan santri.
Penelitian yang dilakuakan oleh wijayanti tentang peran pos kesehatan
pesantren dalam meningkatkan kesehatan reproduksi remaja, menyimpulkan bahwa
penyuluhan dan konseling yang dilakukan oleh poskestren merupakan hal yang
penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja santri pondok
pesantren.
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaTentang Pedoman Penyelenggaraan
Dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren, Nomor 1 Tahun 2013
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat Nomor 75 Tahun 2014
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat Nomor 128 Tahun 2004
Badri, M. 2007. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Ponorogo. Media Litbang Kesehatan 12;2
Wijaya, K. 2007. Peran Pos Kesehatan Pesantren Dalam Meningkatkan Kesehatan
Reproduksi Remaja. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 10;2.
Ikhwanudin, A. 2013. Perilaku kesehatan Santri ( Studi Deskriptif Perilaku
Pemeliharaan kesehatan, Pencarian dan Penggunaan Sistem Kesehatan Dan
Perilaku Kesehatan Lingkungan di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithroh
Surabaya. Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik,
Universitas Airlangga
Wahyudin, U. Arifin, HS. 2015. Sosialisasi Sanitasi Diri Dan Lingkungan di
Pesantren Salafi Melalui Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Dalam
Membentuk Sikap Santri Terhadap Sanitasi. Jurnal Kajian Komunikasi 1;2.
Fauzi, A. 2014. Hubungan Peran Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Dengan
Perilaku Personal Hygiene Remaja Santri Pondok Pesantren Darul Hikmal Al-
Ghazaali Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jembar. Jurnal
Artikel