Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan sembah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Bising sebagai syarat kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan THT-KL.
Penulis menyadari sungguh bahwa apa yang ditulis ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati, penulis bersedia menerima
kritik, usul dan saran dari semua pihak guna melengkapi dan menyempurnakan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....i
DAFTAR ISI......ii
BAB I PENDAHULUAN..1
2.3. Definisi....6
2.4. Etiologi....6
2.6. Patofisiologi...................8
2.10. Diagnosis.........13
2.11. Penatalaksanaan..15
2.12. Pencegahan.16
2.13. Komplikasi..16
2.14. Prognosis.....16
DAFTAR PUSTAKA....19
BAB I
PENDAHULUAN
Pendengaran merupakan salah satu indera khusus yang dimiliki oleh manusia.
untuk mendengar.1 Suara yang di dengar oleh manusia dapat dibagi dalam bunyi,
nada murni, dan bising. Secara audiologik, bising adalah campuran bunyi nada murni
dengan berbagai frekuensi. Bising diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki
pendengaran.2,3
yang dihasilkan dari lamanya paparan oleh tingkat kebisingan yang tinggi baik secara
tiba-tiba maupun dalam jangka waktu yang cukup lama. Paparan tingkat bising yang
berlebihan adalah penyebab yang paling utama dari ketulian dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Selain itu, paparan letusan senjata api baik
kaliber besar maupun kecil juga dapat menyebabkan trauma akustik. Trauma akustik
sering dipakai untuk menyatakan ketulian akibat pajanan bising, maupun tuli
mendadak akibat ledakan hebat, dentuman, tembakan pistol, serta trauma langsung
ke kepala dan telinga akibat satu atau beberapa pajanan dalam bentuk energi akustik
yang kuat dan tiba-tiba. Pajanan yang terjadi bisa sekali atau beberapa kali dan dapat
mengenai satu atau kedua telinga yang berakibat kerusakan pada sistem pendengaran
14% dari para pekerja terpapar suara bising lebih dari 90 dB (Kersebaum, 1998).
negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan 3 negara
lainnya yaitu Sri Langka (8,8%), Myammar (8,4%) dan India (6,3%). Ketulian akibat
bising dilaporkan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Dari segi usia,
tidak ada kejelasan pasti mengenai perbedaan antara usia tua maupun muda yang
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang gangguan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.ANATOMI TELINGA
dapat dibagi menjadi tiga bagian antara lain telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.2
Telinga luar merupakan bagian yang terletak di sebelah luar dari membran
timpani. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna), saluran liang telinga (meatus
acousticus externus), dan membran timpani atau gendang telinga.2,3 Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk lekukan seperti
huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.3 Telinga bagian luar berfungsi
Telinga tengah diawali membran timpani (sebagai batas dengan telinga luar)
sampai dengan kanalis semisirkularis dan koklea. Di dalam telinga tengah terdapat
stapes yang berfungsi menghantarkan getaran yang dihasilkan oleh membran timpani
agar sampai ke koklea melalui foramen ovale. Pada telinga tengah juga terdapat
untuk menyeimbangkan tekanan udara antara telinga tengah dengan lingkungan luar
tubuh.2,4,7,8
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berbentuk seperti rumah siput yang
berfungsi sebagai alat pendengaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 kanalis
semisirkularis yang berfungsi untuk keseimbangan. Koklea terdiri dari 3 ruang, yaitu
skala vestibuli sebelah atas, skala media (duktus koklearis) bagian tengah dan skala
timpani bagian bawah. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan
skala media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli berbentuk membran yang disebut
membrana reissner, sedangkan dasar skala media disebut membrana basillaris yang
merupakan tempat melekatnya organa corti yang terdiri dari rambut-rambut halus
(inner hair cell dan outer hair cell) yang diapit oleh serabut saraf koklear (N.
VIII).4,7,8
2.2.FISIOLOGI PENDENGARAN
Getaran suara ditangkap oleh gendang telinga dan dialirkan melalui liang telinga
dan masuk mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran
yang ditimbulkan selanjutnya diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain mulai dari maleus, incus dan stapes. Getaran diteruskan
oleh stapes dan menggetarkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe
basillaris dan membrana tektoria. Proses ini menyebabkan rangsangan mekanis yang
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Hal ini
dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius (N.
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) yang juga
disebut sebagai trauma akustik, adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh
pajanan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja maupun tuli mendadak akibat ledakan
hebat, dentuman, tembakan pistol, serta trauma langsung ke kepala dan telinga akibat
satu atau beberapa pajanan dalam bentuk energi akustik yang kuat dan tiba-tiba. Sifat
ketulian ini pada umumnya ialah tuli sensorineural yang dapat mengenai salah satu
2.4.ETIOLOGI
Gangguan pendengaran akibat bising dapat disebabkan oleh bising yang keras
dan secara tiba-tiba atau secara perlahan-lahan yang dapat dikarenakan oleh suara
(earphone).7,10,11 Paparan suara yang berlebihan apalagi berupa suara ledakan dapat
menyebabkan kerusakan organ korti. Terdapat berbagai cara bising dapat merusak
telinga dalam. Pemaparan bising yang sangat keras lebih dari 150 dB, seperti pada
Biasanya tuli timbul pada cara pemaparan yang lebih halus dan progresif sampai
pemaparan bising keras intermitten yang kurang intensif atau pemaparan kronis
bising yang kurang intensif. Pemaparan singkat berulang ke bising keras intermitten
dalam batas 120-150 dB, seperti yang terjadi akibat pemaparan senjata api atau
mesin jet, akan merusak telinga dalam. Pemaparan kronis berupa bising keras pada
pekerja dengan intensitas bising di atas 85 dB, seperti yang terjadi akibat
mengendarai traktor atau mobil salju atau gergaji rantai, merupakan penyebab
tersering dari tuli sensorineural yang diakibatkan oleh bising. Di samping itu, pada
lingkungan yang besar, seseorang dapat terpapar bising diatas 90 dB pada waktu
2.5.PEMBAGIAN KEBISINGAN
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi,
c. Impulse noise (bising impuls). Bising yang terjadi akibat adanya bunyi
antara lain sangat tenang, tenang, sedang, kuat, sangat kuat dan menulikan.14
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara
yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan fisiologis telinga
pendengaran, atau kerusakan langsung organ corti. Pada trauma akustik, cedera
koklea terjadi akibat rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yang sangat besar
sehingga merusak sel-sel rambut. Namun pada pajanan berulang kerusakan bukan
hanya semata-mata akibat proses fisika berupa mekanik semata, namun juga proses
tersebut.7,8,9,11
Pada proses mekanik terjadi pergerakan cairan dalam koklea yang begitu keras
membran basilaris yang begitu keras menyebabkan rusaknya organ korti sehingga
terjadi percampuran cairan perilimfe dan endolimfe akhimya terjadi kerusakan sel-sel
rambut. Pada proses metabolik juga dapat merusak sel-sel rarnbut melalui cara
dalam memerlukan oksigen dan nutrisi lain dalam jumlah besar. Oleh sebab itu
vasokonstriksi pembuluh darah di dalam koklea. Akibat rangsangan ini dapat terjadi
disfungsi sel-sel rambut yang mengakibatkan gangguan ambang pendengaran
perubahan fisiologi dari metabolisme sel yang mengakibatkan gangguan dari sel
rambut. Sel rambut menjadi edema dan mengganggu arah putaran dari stereosilia ke
membrana tektoria. Gangguan ini hanya terjadi selama beberapa jam atau hari. Pada
sel rambut sampai terjadi ruptur sehingga gangguan pendengaran diakibatkan karena
sel rambut akan menjadi distorsi dan arah stereosilia tidak dapat kembali ke
membrana tektoria.7,11,12,13
pendengaran dan perubahan dari pusat. Apabila penurunan ambang dengar terjadi
dalam beberapa minggu, maka gangguan dengar tersebut bersifat permanen, dan bila
percakapan, maka dipastikan telah terjadi kerusakan pada serabut saraf pendengaran
sel rambut bagian basal, sedangkan trauma akustik dengan frekuensi rendah akan
mengakibatkan rusaknya sel sel rambut bagian apex. Bila kerusakan akibat frekuensi
nada tinggi akan di dekat foramen ovale, dan frekuensi nada rendah di daerah apex.
2.7.PENGARUH BISING
Pengaruh bising secara umum dapat dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai
berikut:
a. Pengaruh auditorial
Pengaruh auditorial dari paparan bising secara umum dapat dibagi menjadi 3:14
- Trauma akustik: Terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara
yang sangat besar. Cedera cochlea terjadi akibat rangsangan fisik berlebihan
berupa getaran yang sangat besar sehingga merusak sel-sel rambut. Pada
tetapi juga proses kimiawi berupa rangsang metabolik yang secara berlebihan
merangsang sel-sel rambut sehingga terjadi disfungsi sel-sel tersebut.
permanen.
semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam bahkan
berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang sementara akan menyebar pada
frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin
cukup lama terpapar kebisingan terutama pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan
pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi
b. Pengaruh non-auditorial
gelisah, rasa tidak nyaman, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah dan
sebagainya.3,4,5
2.8.MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang dapat timbul pada penderita penurunan pendengaran akibat paparan
bising adalah kurang pendengaran yang dapat disertai oleh tinitus (berdengung)
ataupun tidak. Bila lebih berat lagi maka disertai keluhan sukar menangkap
percakapan dengan volume suara yang agak keras dan bila sudah sangat berat maka
Penelitian Covel dan kawan kawan (Davis et al, 1953 ; Eldrege et al, 1958 1961)
a. Anamnesis
bising.
- Pada orang yang menderita tuli saraf koklea sangat terganggu oleh bising,
bising dalam jangka waktu yang cukup lama biasanya 5 tahun atau lebih.
- Pernahkah terpapar atau mendapat trauma pada kepala maupun telinga baik
itu berupa suara bising, suara ledakan, suara yang keras dalam jangka waktu
cukup lama.
Pada pemeriksaan fisis telinga tidak ditemukan adanya kelainan dari telinga luar
secara lengkap dan seksama untuk menyingkirkan penyebab kelainan organik yang
agen fisik lainnya, gangguan telinga karena agen toksik. dan alergi. Selain itu
pendengaran.12,16,17,18
Pada tes dengan garpu tala menunjukkan adanya tuli sensorineural. 11,12,15,16
d. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri nada murni terdapat audiogram hantaran udara dan
kepekaan seluruh mekanisme pendengaran, telinga Iuar dan tengah serta mekanisme
antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang
2.11. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan yang spesifik dapat diberikan pada penderita dengan tuli
akibat bising, karena tuli karena trauma akustik adalah tuli saraf koklea yang bersifat
dipertimbangkan menggunakan ABD (alat bantu dengar) atau hearing aid. Pada
alat bantu dengar dibantu dengan membaca ucapan bibir, mimik, anggota gerak
Selain itu diperlukan juga rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan volume,
tinggi rendah dan irama percakapan. Bila terjadi tuli bilateral berat yang tidak dapat
dibantu dengan alat bantu dengar, maka dapat dipertirnbangkan dengan memasang
implan koklea. Implan koklea ialah suatu perangkat elektronik yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi penderita tuli saraf berat dan tuli saraf bilateral.20,21,22
2.12. PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari ketulian akibat bising antara
lain melindungi telinga secara langsung dengan memakai ear muff (penutup telinga)
yang dapat menurunkan kebisingan antara 25-40 dB atau penggunaan ear plugs
(sumbat telinga) yang dapat menurunkan kebisingan 18-25 dB bila bahannya terbuat
dari karet. Selain penutup dan penyumbat telinga, dapat digunakan penutup kepala.
peredam suara dan menempatkan suara bising (mesin) dalam ruangan yang terpisah
dari pekerja. Perlu dilakukan tes pendengaran secara periodik pada pekerja serta
dilakukan analisa bising dengan menilai intensitas bising, frekuensi bising, lama dan
distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam
2.13. KOMPLIKASI
2.14. PROGNOSIS
Oleh karena jenis ketulian akibat bising adalah tuli sensorineural koklea yang
sifatnya menetap dan tidak dapat dapat diobati dengan obat maupun pembedahan,
maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu yang terpenting adalah pencegahan
terjadinya ketulian.3,4,5
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) yang juga
disebut sebagai trauma akustik, adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh
pajanan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama. Sifat
ketulian ini pada umumnya ialah tuli sensorineural yang dapat mengenai salah satu
Gangguan pendengaran akibat bising dapat disebabkan oleh bising yang keras
dan secara tiba-tiba atau secara perlahan-lahan yang dapat dikarenakan oleh suara
ledakan bom, petasan, tembakan, konser, pekerjaan, dan telepon telinga (earphone).
paparan bising adalah kurang pendengaran yang dapat disertai oleh tinitus
(berdengung) ataupun tidak. Bila lebih berat lagi maka disertai keluhan sukar
menangkap percakapan dengan volume suara yang agak keras dan bila sudah sangat
trauma akustik ini dapat diberikan secepatnya setelah trauma. Trauma akustik
sebaiknya diobati sebagai kedaruratan medis. Apabila penderita sudah sampai pada
antara lain melindungi telinga secara langsung dengan memakai ear muff (penutup
telinga) atau penggunaan ear plugs (sumbat telinga), mengendalikan suara bising
dari sumbernya dengan memasang peredam suara dan menempatkan suara bising
(mesin) dalam ruangan yang terpisah dari pekerja serta perlu dilakukan tes
1. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi revisi. Jakarta:
EGC; 2012
2010
Jakarta. 2012.
Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2012
6. Waugh A, Grant A. Ross and Wilson Anatomy and Physiology in Health and
13. James F. Noise Exposure and Isssue in Hearing Conservation dalam: Jack K,
Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al, eds. Otolaryngology: Head &
16. OHandley JG, Tobin EJ, Shah AR. Otorhinolaryngology. In: Rakel RE,
Elsevier. 2011
17. Komang. Efek Letusan Senjata Api Ringan terhadap Fungsi Pendengaran
18. Lubis H. Luka Bakar dan Trauma Akustik dengan Tuli Sementara Karena
2010.
20. Sultan. Occupational Hearing Loss dalam: Saudi medical Journal. Penerbit: