Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Permasalahan pendidikan dan kemiskinan saling terkait, dimana kebodohan erat kaitannya dengan
kemiskinan. Karenanya, salah satu upaya memutus rantai kemiskinan adalah dengan memberi
kesempatan bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Dompet Dhuafa
melakukan pemberdayaan pendidikan melalui SMART Ekselensia Indonesia yang merupakan SMP -
SMA akselerasi bebas biaya dan berasrama untuk siswa dari masyarakat marginal. Sebagai program
pelayanan pendidikan, keberhasilan program diantaranya ditentukan oleh mutu layanan. Pelayanan
yang bermutu dapat diidentifikasi melalui kepuasan pelanggan, dalam hal ini adalah siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kepuasan siswa SMART Ekselensia Indonesia
terhadap layanan program tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis
dengan membandingkan antara tingkat kepentingan dengan kenyataan terhadap kriteria seleksi,
sekolah dan asrama, sekaligus dibandingkan dengan pencapaian sebelumnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada peningkatan kepuasan penerima manfaat di semua kriteria evaluasi.
Beberapa perbaikan masih perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan program.
Kata kunci : kualitas layanan, kepuasan pelanggan, SMART Ekselensia Indonesia, evaluasi seleksi,
pengelolaan sekolah, asrama siswa
ABSTRACT
Educational issues and poverty are interrelated, where ignorance is closely related to poverty.
Therefore, one attempts to break the chain of poverty is to provide opportunities for the poor to obtain
quality education. Dompet Dhuafa conduct educational empowerment through SMART Ekselensia
Indonesia, which is accelerated high school, free of charge, and boarding school for students from
marginalized communities. As an educational service program, the success of program one of which is
determined by the quality of service. Quality services can be identified through customer satisfaction,
in this case is the students. This research aims to analyze the students satistaction on SMART
Ekselensia Indonesia program services in 2011. The research method used is descriptive analysis to
compare degree of importance to the fact of the selection, school and dormitories management, and
compared to the previous results. The results showed that there is an increase in beneficiary
satisfaction in all evaluation criteria. Some improvements still need to be done to improve the quality
services of program.
Key words: service quality, customer satisfaction, SMART Ekselensia Indonesia, evaluation of
selection, school management, student dormitories
1
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
2
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
tingginya nilai raport siswa. Kualitas sekolah yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.
lebih ditentukan oleh kualitas pelayanan yang Oleh karena itu, mutu pelayanan harus dimulai
diberikan yang salah satu proses identifikasinya dari kebutuhan pelanggan akan pelayanan dan
dapat dilakukan melalui pengukuran kepuasan berakhir pada persepsi pelanggan akan mutu
pelanggan, dalam hal ini para peserta didik pelayanan yang diberikan.
(siswa). Untuk mencapai tingkat kepuasan yang Berdasarkan uraian di atas, pokok
tinggi, diperlukan adanya pemahaman tentang permasalahan dalam penelitian ini adalah
apa yang diinginkan oleh pelanggan, dengan seberapa tinggi tingkat kepuasan siswa SMART
mengembangkan komitmen setiap orang yang Ekselensia Indonesia terhadap proses seleksi,
ada dalam lembaga untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan sekolah dan pengelolaan asrama
pelanggan (Cravens dalam Handayani, dkk., serta bagaimana perbandingannya dengan
2003). pengukuran dua tahun yang lalu. Berdasarkan
SMART Ekselensia Indonesia adalah rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin
sekolah bebas biaya untuk siswa yang kurang dicapai dalam penelitian ini adalah : 1)
mampu. Sekolah ini setingkat SMP SMA mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap
namun ditempuh dalam waktu 5 tahun dengan pelayanan program yang meliputi seleksi,
siswa terpilih dari seluruh Indonesia. Selain sekolah dan asrama; dan 2) mengetahui
menjalani aktivitas belajar mengajar dengan peningkatan/ penurunan pencapaian kepuasan
metode moving class dan active learning, siswa pelanggan dengan membandingkan dengan
siswa SMART Ekselensia yang semuanya penelitian sebelumnya.
berjenis kelamin laki laki ini juga mendapat Dengan mengetahui tingkat kepuasan
fasilitas asrama beserta pembinaannya. siswa, diharapkan dapat diperoleh rekomendasi
Berbagai prestasi sudah ditorehkan oleh para perbaikan untuk improvement program SMART
siswa SMART Ekselensia Indonesia, baik Ekselensia Indonesia. Lebih jauh lagi, hasil
tingkat lokal maupun nasional. Berdiri sejak penelitian ini diharapkan juga dapat memberi
tahun 2004 di bawah naungan Dompet Dhuafa, manfaat secara teoritis dan praktis terhadap
Lembaga Amil Zakat terbesar di Indonesia, perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
hingga tahun 2011 SMART Ekselensia terkait analisa kepuasan pelanggan terhadap
Indonesia sudah meluluskan tiga angkatan yang layanan pendidikan. Selain itu, hasil penelitian
kesemuanya lolos seleksi masuk PTN. Namun ini diharapkan juga dapat menambah khasanah
berbagai prestasi ini, ditambah dengan prestasi keilmuan bidang pendidikan serta memberikan
guru gurunya, tidak lantas membuat SMART sumbangsih pemikiran dan gambaran yang
Ekselensia Indonesia serta merta berpredikat lebih jelas kepada pengelola jasa pendidikan,
sekolah berkualitas. Oleh karena itu, perlu khususnya terkait pengaruh kualitas pelayanan
dilakukan pengukuran kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan siswa.
terhadap siswa SMART Ekselensia Indonesia.
Pengukuran kualitas layanan SMART
Ekselensia Indonesia didasarkan pada bussiness KAJIAN PUSTAKA
process yang ada di program, yaitu meliputi Pengertian dan Karakteristik Pelayanan
proses seleksi, pengelolaan sekolah (SMP Jasa mempunyai banyak arti, mulai
SMA) dan pengelolaan asrama siswa. Kepuasan pelayanan personal (personal service) sampai
pelanggan adalah suatu keadaan terpenuhinya jasa sebagai suatu produk. Berry dalam Yazid
keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan. (2005) menyatakan bahwa jasa itu sebagai
Bila pelayanan yang diberikan dapat memenuhi deeds (tindakan, prosedur, aktivitas), proses,
keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan, dan unjuk kerja yang intangible. Mudrick
dinilai pelayanan itu memuaskan (Sugito, dalam Yazid (2005) mendefinisikan jasa dari
2005). Pengukuran mutu pelayanan merupakan sisi penjualan dan konsumsi secara kontras
elemen penting dalam menyediakan pelayanan dengan barang. Sedangkan Kolter (2000)
3
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan orang lain sesuai dengan haknya. Sedangkan
atau perubuatan yang dapat ditawarkan oleh menurut Siagian (1998) pelayanan secara
suatu pihak kepada pihak lain yang pada umum adalah rasa menyenangkan yang
dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud diberikan kepada orang lain disertai
fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala
sesuatu. Selalu ada aspek interaksi antara pihak kebutuhan mereka. Menurut Payne (2000),
konsumen dan pemberi jasa, meskipun pihak- pelayanan adalah rasa menyenangkan atau tidak
pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa menyenangkan yang oleh penerima pelayanan
adalah suatu proses atau aktivitas yang tidak pada saat memperoleh pelayanan. Payne juga
berwujud dan memiliki karakteristik yang mengatakan bahwa pelayanan pelanggan
berbeda dengan barang. Berbagai riset dan mengandung pengertian:
literatur manajemen dan pemasaran jasa Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk
mengungkapkan bahwa jasa memiliki empat menerima, memproses, menyampaikan
karateristik yaitu Intangibility, Heterogeneity, dan memenuhi pesanan pelanggan dan
Inseparability dan Perishability (Paradigma untuk menindaklanjuti setiap kegiatan
IHIP: Lovelock dan Gummesson, dalam Fandy yang mengandung kekeliruan.
Tjiptono dan Gregorius Chandra, 2005). Ketepatan waktu dan reliabilitas
Jasa bersifat intangibility artinya jasa penyampaian jasa kepada pelanggan
tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau diraba sesuai dengan harapan mereka.
sebelum dibeli dan dikonsumsi. Seorang Serangkaian kegiatan yang meliputi
konsumen jasa tidak dapat menilai hasil dari semua bidang bisnis yang terpadu
sebuah jasa sebelum ia mengalami atau untuk menyampaikan produk-produk
mengkonsumsinya sendiri. Apabila pelanggan dan jasa tersebut sedemikian rupa
membeli jasa tertentu maka ia hanya sehingga dipersepsikan memuaskan
menggunakan, memanfaatkan atau menyewa oleh pelanggan dan merealisasikan
jasa tersebut, namun tidak memiliki jasa yang pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
dibelinya. Jasa bersifat heterogeneity karena Total pesanan yang masuk dan seluruh
merupakan non-standardized output artinya komunikasi dengan pelanggan.
terbanyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, Penyampaian produk kepada pelanggan
tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tepat waktu dan akurat dengan segala
tersebut diproduksi. Contohnya, dua orang yang tindak lanjut serta tanggapan
datang ke salon yang sama dan meminta model keterangan yang akurat.
yang sama tidak akan mendapatkan hasil yang
seratus persen sama. Jasa bersifat inseparability Bentuk Pelayanan
artinya jasa dijual terlebih dahulu kemudian Pelayanan adalah bentuk memenuhi
baru diproduksi dan dikonsumsi pada waktu apa-apa yang diharapkan pelanggan atas
dan tempat yang sama. Berbeda dengan produk kebutuhan mereka. Pelayanan pada umumnya
yang biasanya diproduksi terlebih dahulu baru dibedakan atas dua, yaitu pelayanan atas produk
dapat dikonsumsi. Jasa bersifat perishability berbentuk barang yang berwujud dan pelayanan
artinya jasa merupakan komoditas yang tidak atas produk berbentuk jasa yang sifatnya tidak
tahan lama, tidak dapat disimpan untuk berwujud (tidak nyata). Menurut Moenir
pemakaian ulang di waktu yang akan datang, (1992), bentuk-bentuk dari pelayanan tersebut
dijual kembali atau dikembalikan. terdiri dari pelayanan dengan lisan, tulisan dan
Menurut Munir (1991), pelayanan perbuatan. Dalam pelayanan dengan lisan,
adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau fungsi humas betul-betul diefektifkan sebagai
sekelompok orang dengan landasan faktor kepanjangan tangan dari pemberian informasi
material melalui sistem, prosedur, dan metode kepada pelanggan. Dengan kata lain pelayanan
tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan lisan adalah komunikasi langsung kepada
4
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
5
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
6
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, tingkatan kepuasan. Jika keberadaan suatu
karyawan, dan sistem operasionalnya dirancang produk berada di bawah harapan pembeli, maka
dan dioperasikan sedemikian rupa, sehingga pembeli tersebut tidak merasa puas. Menurut
pelanggan dapat melakukan dengan mudah. Mowen dan Minor (2001), kepuasan pelanggan
Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar adalah keseluruhan sikap yang ditunjukkan
dapat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka
dan keinginan pelanggan; (4) Reliability dan memperoleh dan menggunakannya.
Trustworthiness, pelanggan memahami bahwa Sedangkan menurut Band (1991),
apapun yang terjadi, mereka dapat kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan
mempercayakan segala sesuatunya kepada dimana kebutuhan, keinginan dan harapan dari
penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya; pelanggan akan dapat terpenuhi atau terlampaui
(5) Recovery, pelanggan memahami bahwa bila melalui suatu transaksi yang akan
ada kesalahan atau terjadi sesuatu yang tidak mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau
diharapkan, maka penyedia jasa akan segera kesetiaan yang terus berlanjut. Menurut Tse dan
mengambil tindakan untuk mengendalikan Wilton, kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
situasi dan mencari pemecahan yang tepat; dan merupakan respon pelanggan terhadap
(6) Reputation dan credibility, pelanggan ketidaksesuaian/ diskonfirmasi yang dirasakan
meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
dapat dipercaya dan memberikan nilai atau yang dirasakan pemakaiannya. Menurut Wilkie,
imbangan yang sesuai dengan pengorbanannya. kepuasan pelanggan merupakan suatu
Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang tanggapan emosional pada evaluasi terhadap
tinggi, Tjiptono (2000) mengemukakan garis pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
besar strategi pemasaran pelayanan jasa yang Menurut Engel, kepuasan pelanggan
pokok berkaitan dengan tiga hal, yaitu merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif
melakukan differensiasi kompetitif, mengelola yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau
kualitas jasa dan mengelola produktivitas. melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan pelanggan timbul apabila hasil
Kepuasan Pelanggan (outcome) tidak memenuhi harapan. Menurut
Kata kepuasan atau satisfaction berasal Oliver dalam Ferrinadewi (2005), kepuasan
dari bahasa Latin satis (artinya cukup baik, merupakan penilaian konsumen terhadap fitur-
memadai) dan facio/ facere (melakukan atau fitur produk atau jasa yang berhasil
membuat). Jadi secara etimologi, kepuasan memberikan pemenuhan kebutuhan pada level
dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan yang menyenangkan baik itu di bawah maupun
sesuatu atau membuat sesuatu memadai. di atas harapan. Menurut Sumarwan (2003)
Namun ditinjau dari perspektif perilaku kepuasan adalah tingkat perasaan setelah
konsumen, istilah kepuasan pelanggan menjadi membandingkan kinerja/ hasil yang dirasakan
sesuatu yang kompleks. Bahkan hingga kini dengan harapannya. Tingkat kepuasan
belum ada kesepakatan mengenai konsep merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
kepuasan pelanggan, apakah kepuasan yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja
merupakan respon emosional ataukah evaluasi di bawah harapan, pelanggan akan kecewa. Bila
kognitif (Tjiptono, 2006). kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan
Kotler & Amstrong (2000) menyatakan sangat puas.
bahwa kepuasan pelanggan adalah suatu Dari berbagai definisi di atas, dapat
tingkatan di mana produk dirasakan sesuai dismpulkan bahwa kepuasan pelanggan
dengan harapan pembeli. Kepuasan pelanggan merupakan fungsi harapan dan kinerja, yaitu
terhadap pembelian tergantung pada kinerja evaluasi pelanggan terhadap kinerja produk/
produk aktual, sehingga sesuai dengan harapan layanan yang sesuai atau melampaui harapan
pembeli. Pelanggan memiliki berbagai macam konsumen. Secara konseptual kepuasan
7
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
pelanggan dapat dilihat pada Gambar 1. perbandingan dalam evaluasi suatu kualitas
maupun kepuasan.
Tujuan Perusahaan Kebutuhan Menurut Zeithaml, et all (1990:37)
dan keinginan faktor-faktor yang mempengaruhi harapan
pelanggan pelanggan adalah: (1) Komunikasi dari mulut
ke mulut (word of mouth communication),
Produk merupakan pernyataan (secara personal atau
(barang atau jasa) non personal) yang disampaikan oleh orang lain
selain organisasi (service provider) kepada
Harapan pelanggan pelanggan dan biasanya cepat diterima sebagai
Nilai produk Terhadap produk referensi pelanggan; (2) Keinginan pribadi dan
bagi pelanggan pelanggan (personal needs), kebutuhan dasar
(fisik, sosial dan psikologis) yang dirasakan
seseorang sangat menentukan harapannya; (3).
Tingkat kepuasan
Pengalaman masa lalu (past experience),
pelanggan
meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau
Sumber: Rangkuti, 2003. Konsep Kepuasan diketahui pelanggan dan sifatnya terus
Pelanggan berkembang; dan (4) Komunikasi eksternal
(external communication), pemberi layanan
Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan juga memainkan peranan penting dalam
membentuk harapan pelanggan.
Berdasarkan gambar di atas, diketahui
bahwa perusahaan menawarkan jasa sesuai Pengukuran Kepuasan Pelanggan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Menurut Tjiptono (2006), tidak ada satu
pelanggan. Produk yang ditawarkan tersebut pun ukuran tunggal terbaik mengenai kepuasan
diharapkan sesuai harapan pelanggan, sehingga pelanggan yang disepakati secara universal.
mereka merasa puas. Apabila pelanggan puas, Meskipun demikian, di tengah beragamnya cara
maka tujuan perusahaan akan tercapai karena mengukur kepuasan pelanggan, terdapat
produk yang ditawarkan perusahaan bernilai kesamaan paling tidak dalam enam konsep inti
bagi konsumen. Kepuasan pelanggan mengenai objek pengukuran sebagai berikut :
merupakan hasil yang dirasakan oleh pembeli 1. Kepuasan pelanggan keseluruhan
yang mengalami kinerja sebuah perusahaan (overall customer satisfaction), dimana
yang sesuai dengan harapannya. Pengguna jasa pengukuran kepuasan pelanggan
(pelanggan) cenderung merasa puas apabila dilakukan dengan menanyakan
harapan pelanggan terpenuhi, dan merasa amat langsung kepada pelanggan seberapa
senang apabila harapan mereka terlampaui. puas mereka dengan produk atau jasa
Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal spesifik tertentu. Biasanya, ada dua
lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka bagian dalam proses pengukurannya.
terhadap perubahan harga, dan pembicaraannya Pertama, mengukur tingkat kepuasan
menguntungkan perusahaan. pelanggan terhadap produk atau jasa
Menurut Yoeti (2003:36), kepuasan perusahaan yang bersangkutan. Kedua,
pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas menilai dan membandingkannya
performa pelayanan di lapangan. Bila pelayanan dengan tingkat kepuasan pelanggan
(service) tidak sama sekali atau tidak sesuai keseluruhan terhadap produk atau jasa
dengan harapan (expectation) pelanggan, maka para pesaing.
di mata pelanggan pelayanan yang diberikan 2. Dimensi kepuasan pelanggan, dimana
dinilai jelek. Harapan pelanggan memiliki pengukuran kepuasan pelanggan
peranan yang besar sebagai standar dilakukan dengan merinci komponen-
8
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
9
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
10
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
minimal (n) diperoleh dengan menggunakan kurang terukur. Karenanya dibuatlah indikator
N untuk masing masing kriteria yang
rumus Slovin, yaitu : n= disesuaikan dengan standar program SMART
1 +Ne 2
dengan N adalah jumlah populasi sebanyak 172 EI. Pengukuran terhadap ketiga kriteria tersebut
siswa SMART EI yang tersebar dalam lima dijabarkan melalui 62 pertanyaan yang
angkatan dan presentasi kelonggaran karena merupakan indikator mutu pelayanan yang
kesalahan pengambilan sampel (e) sebesar 5% disusun dalam kuesioner.
(0,05). Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah Untuk kriteria pengelolaan seleksi
sampel minimal dalam penelitian ini adalah 121 SMART EI terdapat 7 (tujuh) indikator, yaitu
responden (pembulatan ke atas dari 120.28). kemudahan memperoleh informasi seleksi,
Untuk ketelitian penelitian, responden yang kemudahan proses pendaftaran, pelaksanaan tes
diambil sebanyak 140 siswa SMART EI tulis dan wawancara, pelayanan selama proses
angkatan 2007 2011. seleksi, pelaksanaan home visit, transparansi
Pengambilan data dilakukan pada bulan dan keadilan proses seleksi serta pengumuman
September 2011 dengan penyebaran kuesioner. hasil seleksi tepat waktu.
Item item pertanyaan pada kuesioner Untuk kriteria pengelolaan sekolah
mengacu pada penelitian serupa sebelumnya, terdapat 5 (lima) indikator besar, yaitu metode
dimana dalam penelitian ini akan dilakukan pembelajaran, performansi guru, evaluasi hasil
pembandingan pencapaiannya. Selain itu, untuk pembelajaran, sarana/ prasarana penunjang
memperdalam hasil temuan dilakukan juga KBM dan administrasi sekolah yang kemudian
wawancara tidak terstruktur terhadap pengelola didetailkan dalam 30 (tiga puluh) indikator
program SMART EI. Sebelum penelitian turunan. Indikator metode pembelajaran
dilakukan, juga telah ditelaah data sekunder mencakup persiapan guru sebelum mengajar,
dari internal program, terutama Buku Manual variasi metode belajar dan cara mengajar guru.
Program SMART Ekselensia Indonesia 2011. Indikator performansi guru meliputi pengertian
Untuk mengukur tingkat kepuasan guru terhadap perbedaan gaya belajar siswa,
siswa SMART EI, penelitian ini membutuhkan dorongan guru agar siswa aktif dalam KBM,
sejumlah kriteria dan indikator yang menjadi dorongan guru agar siswa bepartisipasi dalam
variabel penelitian. Dari tinjauan pustaka, lomba, emphaty guru terhadap siswa, guru
terdapat beberapa variabel yaitu tangible, menjadi teman bicara yang menyenangkan, cara
reliability, responsiveness, assurance dan guru memberi nasehat, suasana komunikasi
emphaty. Namun karena adanya kekhasan yang diciptakan guru, kontrol guru terhadap
bentuk pelayanan pendidikan di SMART EI, siswa di luar KBM, bimbingan guru dalam
maka variabel tersebut dimasukkan ke dalam mengatasi masalah siswa, ketepatan waktu
kriteria kriteria yang disesuaikan dengan datang dan kerapihan guru serta konsistensi
bussiness process SMART EI. Dalam hal ini, guru dalam melaksanakan aturan. Indikator
ada 3 (tiga) proses bisnis utama program evaluasi hasil pembelajaran dijabarkan menjadi
SMART EI yang tercantum dalam Buku obyektivitas penilaian guru, penginformasian
Manual Program SMART EI, yaitu pengelolaan sistem penilaian, dampak hasil evaluasi bagi
seleksi program, pengelolaan sekolah dan siswa dan tindak lanjut hasil evaluasi. Indikator
pengelolaan asrama. Ketiga aspek itulah yang sarana/ prasarana yang menunjang KBM terdiri
menjadi kriteria dalam penelitian ini. dari kelengkapan laboratorium, kesempatan
Penelitian secara lebih mendalam siswa menggunakan laboratorium, kebersihan
memerlukan indikator untuk setiap kriteria. dan kenyamanan ruang kelas, penataan ruang
Deskripsi kualitatif tanpa indikator sebenarnya kelas, kesempatan siswa dalam menata ruang
dapat saja dilakukan dengan memperhatikan kelas, kelengkapan Pusat Studi Belajar (PSB),
definisi dari setiap kriteria, hanya saja penataan dan kelengkapan perpustakaan,
deskripsinya akan kurang mendalam dan kemudahan pencarian buku perpustakaan dan
11
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
12
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
mutu jasa dengan yang secara aktual perbaikan dalam pengelolaan asrama masih
disampaikan kepada pelanggan; (4) perbedaan tinggi. Kepuasan siswa SMART EI terbesar
antara minat penyampaian jasa dan apa yang masih diraih kriteria seleksi dengan pencapaian
dikomunikasikan tentang jasa kepada pelangan; 69.98%. Sementara itu, peningkatan terkecil
(5) perbedaan antara kinerja aktual dengan terjadi pada kriteria sekolah (10.83%).
persepsi pelanggan terhadap jasa. Kesenjangan Kenaikan yang terjadi di seluruh
(5) ini terjadi sebagai akibat terjadinya kriteria evaluasi ini terjadi karena ada beberapa
kesenjangan (1) sampai kesenjangan (4), kemungkinan. Pertama, memang terjadi
dimana ukuran yang digunakan oleh pelanggan perbaikan dalam pengelolaan program SMART
dalam menilai kinerja perusahaan/ lembaga, EI, baik seleksi, sekolah maupun asrama.
yaitu berupa harapannya tentang kinerja Kedua, siswa SMART EI mulai terkena
tersebut berlainan dengan apa yang telah normative effect, dimana responden penerima
diperbuat dan diberikan oleh perusahaan/ manfaat cenderung untuk memberikan penilaian
lembaga (Berry, dkk., 1990). positif terhadap pihak yang telah membantunya.
Berdasarkan jawaban responden dari Ketiga, ada dampak perbedaan terminologi dan
140 siswa SMART EI, dengan memperhatikan format kuesioner yang digunakan. Dua tahun
frekuensi untuk setiap variabel indikator mutu lalu, terminologi yang digunakan adalah
pelayanan dapat dibentuk menjadi kategori 'evaluasi program SMART EI' dengan beberapa
kategori berdasarkan prosentase pencapaian pertanyaan terbuka sehinga responden dapat
terhadap skor maksimal. Hasil pencapaian leluasa menyampaikan pendapatnya sementara
pengukuran kepuasan penerima manfaat per pengukuran kepuasan siswa SMART EI kali ini
kriteria bisnis proses utama program SMART menggunakan terminologi 'kuesioner CSI'
EI dirangkum dalam tabel 2. dengan pertanyaan tertutup. Dari berbagai
kemungkinan tersebut, perlu dilakukan probing
Tabel 2. Hasil Pencapaian CSI SMART EI per item evaluasi khususnya untuk item item
Kriteria Pencapaian Pencapaian CSI Kenaikan evaluasi yang pencapaiannya masih di bawah
Evaluasi CSI sebelumnya rata rata (pun nilainya tinggi). Selanjutnya
Seleksi 69.98% 55.74% 14.24% akan dipaparkan hasil pencapaian per kriteria.
13
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
14
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
Kelengkapan PSB 68.39% 51.50% 16.89% Evaluasi hasil 62.16% 35.32% 26.84%
pembinaan
Kelengkapan dan penataan 73.72% 51.01% 22.71%
perpustakaan Fasilitas fisik asrama 54.18% 48.22% 5.96%
Kemudahan pencarian buku 56.15% 49.06% 7.09%
perpustakaan
Apresiasi diberikan untuk perbaikan
Kelengkapan dan penataan ruang art 47.49% 50.68% -3.19% sistem asrama yang mengalami peningkatan
Responsivitas bagian administrasi 56.53% 49.75% 6.78% signifikan, baik dari segi performansi pembina
sekolah asrama maupun evaluasi hasil pembinaan. Titik
Pengelolaan informasi sekolah 61.75% 51.82% 9.93% kritis dalam kriteria ini justru terletak pada
indikator fasilitas fisik asrama yang pencapaian
15
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
dan peningkatannya paling rendah (54.18% dan Perbaikan yang dilakukan dalam
5.96%) dibandingkan indikator lainnya. Tabel 7 pengelolaan asrama SMART EI diantaranya
berikut menggambarkan detail pencapaian CSI pembuatan levelisasi pembina asrama, pelibatan
dari 25 indikator dalam kriteria asrama. OASE (organisasi siswa SMART EI) dalam
pengelolaan kegiatan siswa di asrama SMART
Tabel 7. Detail Pencapaian CSI SMART EI EI, pembuatan program Social Entrepreneur
Kriteria Asrama Leader (SEL), penunjukan admin khusus untuk
Indikator Capaian Capaian CSI Kenaikan menangani administrasi asrama, pelaksanaan
CSI sebelumnya berbagai program sosial misalnya Bimbel Siswa
Empati pembina asrama terhadap 51.05% 26.13% 24.92% SD untuk masyarakat sekitar serta sertifikasi
perasaan & masalah siswa
publik untuk home stay dan berbagai kegiatan
Pembina asrama sebagai teman 58.65% 32.05% 26.60% sosial SMART EI lainnya.
bicara siswa
Secara umum, performansi pembina
Cara pembina asrama memberi 67.29% 35.01% 32.28%
nasehat
asrama mengalami kenaikan signifikan di
semua indikator. Hal ini tentunya sangat baik
Suasana komunikasi yang pembina 60.89% 29.60% 31.29%
asrama ciptakan mengingat kriteria asrama merupakan titik kritis
kepuasan siswa SMART EI. Jika pada
Bimbingan pembina asrama atas 56.87% 33.43% 23.44%
masalah siswa pencapaian sebelumnya, semua indikator
Konsistensi pembina asrama dalam 70.25% 33.86% 36.39%
performansi pembina asrama dinilai kurang
menjalankan aturan memuaskan (20 40%), pada pencapaian kali
Ketelatenan dalam mendampingi 53.09% 33.32% 19.77% ini beberapa indikator bahkan sudah mencapai
siswa yang sakit kriteria memuaskan. Beberapa indikator
Arahan dalam menanamkan 66.12% 37.43% 28.69% performansi pembina asrama yang 'melompati'
kebersihan & kedisiplinan kategori kepuasan siswa SMART EI dari
Kemudahan pembina asrama 55.12% 34.42% 20.70% 'kurang memuaskan' menjadi 'memuaskan'
diminta bantuan oleh siswa adalah pada indikator cara pembina asrama
Obyektivitas penilaian pembina 62.00% 33.71% 28.29% memberi nasehat, suasana komunikasi yang
asrama
dibangun pembina asrama, konsistensi pembina
Representasi laporan pembinaan 60.69% 36.23% 24.46% asrama dalam menjalankan aturan serta arahan
Dampak positif hasil evaluasi siswa 64.78% 33.89% 30.89% wali asrama dalam menanamkan kebersihan
Followup hasil evaluasi siswa 61.16% 37.46% 23.70% dan kedisiplinan. Pun sudah naik signifikan,
Kebersihan & kelengkapan ruang 56.67% 32.82% 23.85%
empati dan kesigapan pembina asrama terhadap
kamar permasalahan siswa SMART EI masih perlu
Kebersihan kamar mandi 40.05% 29.06% 10.99% diperbaiki. Dalam hal ini, pembina asrama
Kebersihan tempat makan 52.16% 43.12% 9.04%
diharapkan lebih memposisikan dirinya sebagai
orang tua siswa.
Kecukupan makanan bergizi 55.28% 40.91% 14.37%
Catatan positif lainnya diberikan untuk
Keterjangkauan masjid 82.67% 81.96% 0.71% evaluasi hasil pembinaan yang mengalami
Kebersihan masjid 75.87% 68.05% 7.82% kenaikan signifikan di semua indikator, mulai
Kebersihan tempat wudhu & 66.63% 70.59% -3.96% dari obyektivitas penilaian, representasi laporan
kelancaran air pembinaan, dampak positif evaluasi hingga
Ketersediaan tempat belajar mandiri 49.64% 43.13% 6.51% tindak lanjut evaluasi siswa. Semua indikator
Kelengkapan tempat olah raga 37.53% 42.06% -4.53% tersebut bahkan 'melompati' kategori kepuasan
Kelengkapan alat olah raga 33.51% 35.73% -2.22% siswa SMART EI dari 'kurang memuaskan'
menjadi 'memuaskan'.
Ketersediaan fasilitas mencuci & 53.22% 49.63% 3.59%
mandi Titik kritis kriteria asrama ini adalah
Keterjangkauan dan kebersihan 46.89% 41.59% 5.30%
pada pemenuhan fasilitas fisik asrama. Hanya
tempat jemuran indikator terkait dengan masjid yang
16
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
capaiannya sudah memuaskan, mulai dari kepuasannya semakin kecil. Penilaian positif
keterjangkauan dan kebersihan masjid, hingga sebagian besar disumbang oleh siswa kelas 1
kebersihan termpat wudhu dan kelancaran air (angkatan 2011) dengan memberikan kategori
wudhu. Untuk indikator terakhir, kepuasan 'sangat memuaskan' untuk seluruh kriteria.
siswa SMART EI bahkan mengalami Dapat dibayangkan penurunan kepuasan yang
penurunan dikarenakan beberapa kali air wudhu signifikan jika responden siswa angkatan 2011
tidak tersedia (karena mesin air rusak) dan yang baru beberapa bulan ada di SMART EI ini
tempat wudhu tidak bersih (karena sedang ditiadakan. Kriteria seleksi relatif 'aman',
diperbaiki). Penurunan kepuasan lainnya juga namun kriteria asrama sangat rentan dengan
terjadi pada indikator kelengkapan tempat dan kekurangpuasan siswa SMART EI. Secara
alat olah raga, bahkan masuk kategori 'kurang awam juga dapat dikatakan bahwa terjadi
memuaskan'. Hal ini di antaranya disebabkan penurunan kepuasan siswa SMART EI seiring
perbaikan lapangan futsal yang tak kunjung lamanya siswa berada di lingkungan SMART
selesai. Titik kritis lainnya adalah pada EI. Catatan ini tentunya perlu menjadi perhatian
indikator kebersihan kamar mandi asrama khusus, bagaimana menjaga performa dan
SMART EI yang masih jauh dari memuaskan. kualitas layanan program SMART EI.
Selain jumlahnya tidak mencukupi, beberapa
toilet saluran airnya tidak lancar. Ke depan,
selain pembenahan sistem, perbaikan sarana KESIMPULAN
fisik juga perlu menjadi perhatian. Selama ini, Dari hasil pengukuran kepuasan siswa
bagian maintainance memerlukan waktu yang SMART EI di atas ada beberapa kesimpulan
cukup lama untuk memperbaiki fasilitas asrama yang dapat diperoleh :
yang rusak. 1. Pencapaian kepuasan siswa SMART EI
2011 adalah sebesar 64.13% atau
Capaian Kepuasan Siswa SMART EI per mengalami peningkatan sebesar
Angkatan 13.99% dari pencapaian dua tahun
Pemetaan lebih mendalam berkenaan sebelumnya.
dengan pencapaian kepuasan siswa SMART EI 2. Kriteria asrama mengalami kenaikan
sebaiknya juga ditinjau per angkatan. Hal ini yang paling signifikan (16.91%),
dikarenakan perbedaan karakteristik di masing namun masih menjadi titik kritis
masing turut berperan dalam menentukan perbaikan dengan pencapaian kepuasan
kepuasan siswa SMART EI. Tabel 8 berikut siswa SMART EI terendah (57.52%).
memaparkan pengukuran kepuasan SMART EI 3. Kriteria sekolah mengalami kenaikan
per angkatan. yang paling sedikit (10.83%)
memperlihatkan belum banyak
Tabel 8. Hasil Pencapaian CSI SMART EI per perbaikan yang dilakukan untuk
angkatan peningkatan performa sekolah.
S isw a S M A R T 4. Kriteria seleksi mendapatkan
K r ite r ia E v a lua si
2007 2008 2009 2010 2011 pencapaian terbesar (69.98%) dengan
Sel e k si 6 4 .0 8 % 6 0 .7 8 % 7 0 .34 % 6 5 .9 2 % 8 8 .7 7 % titik kritis perbaikan pada indikator
Sek o l a h 5 4 .32 % 5 6 .0 9 % 6 3.4 6 % 6 5 .4 6 % 8 5 .1 2 % kemudahan informasi pendaftaran.
A sra ma 4 2 .9 9 % 5 0 .9 0 % 4 9 .2 3% 5 6 .8 1 % 8 7 .6 8 % 5. Metode pembelajaran dan evaluasi hasil
R a ta - ra ta 5 3 .8 0 % 5 5 .9 3 % 6 1 .0 1 % 6 2 .7 3 % 8 7 .1 9 % pembelajaran di SMART EI sudah
memuaskan, namun perbaikan masih
Dari tabel 8 terlihat bahwa angkatan perlu dilakukan khususnya pada aspek
sangat mempengaruhi capaian kepuasan siswa empati guru, perbaikan fasilitas belajar
SMART EI, dimana semakin lama siswa berada dan responsivitas bagian administrasi
di SMART EI (angkatannya semakin tinggi), sekolah.
17
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
18
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011
DAFTAR PUSTAKA
19