You are on page 1of 19

Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

ANALISA TINGKAT KEPUASAN SISWA TERHADAP LAYANAN


PROGRAM SMART EKSELENSIA INDONESIA TAHUN 2011
oleh : Purwa Udiutomo1

ABSTRAK

Permasalahan pendidikan dan kemiskinan saling terkait, dimana kebodohan erat kaitannya dengan
kemiskinan. Karenanya, salah satu upaya memutus rantai kemiskinan adalah dengan memberi
kesempatan bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Dompet Dhuafa
melakukan pemberdayaan pendidikan melalui SMART Ekselensia Indonesia yang merupakan SMP -
SMA akselerasi bebas biaya dan berasrama untuk siswa dari masyarakat marginal. Sebagai program
pelayanan pendidikan, keberhasilan program diantaranya ditentukan oleh mutu layanan. Pelayanan
yang bermutu dapat diidentifikasi melalui kepuasan pelanggan, dalam hal ini adalah siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kepuasan siswa SMART Ekselensia Indonesia
terhadap layanan program tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis
dengan membandingkan antara tingkat kepentingan dengan kenyataan terhadap kriteria seleksi,
sekolah dan asrama, sekaligus dibandingkan dengan pencapaian sebelumnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada peningkatan kepuasan penerima manfaat di semua kriteria evaluasi.
Beberapa perbaikan masih perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan program.

Kata kunci : kualitas layanan, kepuasan pelanggan, SMART Ekselensia Indonesia, evaluasi seleksi,
pengelolaan sekolah, asrama siswa

ABSTRACT

Educational issues and poverty are interrelated, where ignorance is closely related to poverty.
Therefore, one attempts to break the chain of poverty is to provide opportunities for the poor to obtain
quality education. Dompet Dhuafa conduct educational empowerment through SMART Ekselensia
Indonesia, which is accelerated high school, free of charge, and boarding school for students from
marginalized communities. As an educational service program, the success of program one of which is
determined by the quality of service. Quality services can be identified through customer satisfaction,
in this case is the students. This research aims to analyze the students satistaction on SMART
Ekselensia Indonesia program services in 2011. The research method used is descriptive analysis to
compare degree of importance to the fact of the selection, school and dormitories management, and
compared to the previous results. The results showed that there is an increase in beneficiary
satisfaction in all evaluation criteria. Some improvements still need to be done to improve the quality
services of program.

Key words: service quality, customer satisfaction, SMART Ekselensia Indonesia, evaluation of
selection, school management, student dormitories

1 Penulis adalah peneliti pendidikan di Dompet Dhuafa

1
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

PENDAHULUAN baik pada tatanan internal perusahaan, antar


Dalam menghadapi era globalisasi, perusahaan dalam negara tertentu, perusahaan
pendidikan merupakan sebuah hal mutlak bagi antar benua tertentu hingga perusahaan dunia.
seseorang agar memiliki daya saing yang tinggi. Masalah kualitas menjadi syarat kelangsungan
Tanpa memiliki pendidikan yang memadai, hidup perusahaan dan tiket untuk menembus
seorang anak akan sulit menghadapi persaingan perdagangan internasional di era perdagangan
tenaga kerja yang makin kompetitif. Pendidikan bebas seperti saat ini. Penekanan kualitas yang
adalah salah satu kebutuhan dasar kehidupan mengarah kepada customer satisfaction pada
manusia yang akan menentukan kualitas hidup bidang jasa lebih intens dilakukan karena sifat
manusia. Walaupun bukan satu satunya faktor produk yang tidak nyata (intangible) dapat
yang menentukan, tidak dapat dipungkiri bahwa membuat setiap konsumen memiliki persepsi
ilmu pengetahuan merupakan kunci sukses yang berbeda tentang kualitas dari jasa yang
hidup seseorang dan ilmu pengetahuan diraih dihasilkan.
melalui pendidikan. Pendidikan juga diyakini Lembaga pendidikan adalah suatu
berperan penting dalam upaya pengentasan lembaga yang memberikan/ menyelenggarakan
kemiskinan, baik miskin ilmu, mental, fisik pelayanan pendidikan kepada pelanggannya
maupun materi. (siswa) untuk meningkatkan kualitas hidup
Berbagai program pun diselenggarakan melalui pendidikan yang diselenggarakan
untuk memenuhi hak pendidikan ini, misalnya dengan cara yang sistematis dan konsisten.
program wajib belajar sembilan tahun dan Lembaga pendidikan diyakini mempunyai tugas
berbagai sekolah gratis. Sayangnya, berbagai yang sangat penting yaitu menyiapkan sumber
program yang dijalankan hanya memperhatikan daya manusia agar mampu bertindak sebagai
peningkatan akses pendidikan masyarakat dan agen perubahan dalam transformasi sosial
pembangunan fasilitas pendidkan. Tidak salah, menuju terciptanya masyarakat yang positif
karena masih banyak masyarakat yang sulit serta lebih baik.
untuk mengakses pendidikan, baik karena Kualitas dalam bidang pendidikan sama
kendala finansial, jarak, informasi maupun pentingnya dengan kualitas dalam bidang bisnis
pemahaman. Hanya saja perlu juga diperhatikan (Arcaro, 1995: 15). Permasalahan kualitas
bahwa upaya membentuk SDM yang memiliki dalam bidang pendidikan mempunyai arti yang
daya saing tinggi menuntut adanya pendidikan sangat penting dalam rangka memberikan
yang berkualitas, bukan sekedar ada. kualitas belajar mengajar yang sesuai dengan
Masalah kualitas merupakan salah satu kurikulum dan harapan siswa yang nantinya
hal penting yang perlu mendapatkan perhatian akan menghasilkan SDM yang memiliki
serius dari seluruh pihak dalam menjalankan intelektual dan kualitas.
strategi operasinya suatu perusahaan. Dalam era Kebutuhan masyarakat akan pendidikan
globalisasi, kemajuan teknologi yang begitu berkualitas ini menjadi tantangan bagi institusi
pesat menyebabkan terjadinya kecenderungan pendidikan. Beragam status pun dikejar, mulai
proses pengembangan produk/ jasa menjadi dari akreditasi, sistem manajemen, hingga
lebih baik, canggih, berkualitas dan murah jika membuka kelas akselerasi dan internasional
dibandingkan sebelumnya. Operasi perusahaan, untuk menunjukkan kualitas suatu instansi
baik manufaktur maupun jasa dalam era ini pendidikan. Akhirnya kualitas pendidikan
dituntut mempunyai keunggulan dalam daya menjadi komoditi bisnis, padahal salah satu
saing dan kualitas produk. Bahkan tidak jarang, cara mengetahui kualitas pendidikan adalah
customer satisfaction ditempatkan pada barisan dengan mengukur kualitas layanannya. Dan itu
depan dari visi dan misi perusahaan. artinya kualitas pendidikan ditentukan oleh
Kualitas selalu menjadi target penting pelanggan, bukan pihak penjual status.
dari suatu proses produksi manufaktur maupun Kualitas suatu sekolah tidak diukur dari
jasa (dengan produk tangible atau intangible), luasnya area, megahnya bangunan sekolah atau

2
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

tingginya nilai raport siswa. Kualitas sekolah yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.
lebih ditentukan oleh kualitas pelayanan yang Oleh karena itu, mutu pelayanan harus dimulai
diberikan yang salah satu proses identifikasinya dari kebutuhan pelanggan akan pelayanan dan
dapat dilakukan melalui pengukuran kepuasan berakhir pada persepsi pelanggan akan mutu
pelanggan, dalam hal ini para peserta didik pelayanan yang diberikan.
(siswa). Untuk mencapai tingkat kepuasan yang Berdasarkan uraian di atas, pokok
tinggi, diperlukan adanya pemahaman tentang permasalahan dalam penelitian ini adalah
apa yang diinginkan oleh pelanggan, dengan seberapa tinggi tingkat kepuasan siswa SMART
mengembangkan komitmen setiap orang yang Ekselensia Indonesia terhadap proses seleksi,
ada dalam lembaga untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan sekolah dan pengelolaan asrama
pelanggan (Cravens dalam Handayani, dkk., serta bagaimana perbandingannya dengan
2003). pengukuran dua tahun yang lalu. Berdasarkan
SMART Ekselensia Indonesia adalah rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin
sekolah bebas biaya untuk siswa yang kurang dicapai dalam penelitian ini adalah : 1)
mampu. Sekolah ini setingkat SMP SMA mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap
namun ditempuh dalam waktu 5 tahun dengan pelayanan program yang meliputi seleksi,
siswa terpilih dari seluruh Indonesia. Selain sekolah dan asrama; dan 2) mengetahui
menjalani aktivitas belajar mengajar dengan peningkatan/ penurunan pencapaian kepuasan
metode moving class dan active learning, siswa pelanggan dengan membandingkan dengan
siswa SMART Ekselensia yang semuanya penelitian sebelumnya.
berjenis kelamin laki laki ini juga mendapat Dengan mengetahui tingkat kepuasan
fasilitas asrama beserta pembinaannya. siswa, diharapkan dapat diperoleh rekomendasi
Berbagai prestasi sudah ditorehkan oleh para perbaikan untuk improvement program SMART
siswa SMART Ekselensia Indonesia, baik Ekselensia Indonesia. Lebih jauh lagi, hasil
tingkat lokal maupun nasional. Berdiri sejak penelitian ini diharapkan juga dapat memberi
tahun 2004 di bawah naungan Dompet Dhuafa, manfaat secara teoritis dan praktis terhadap
Lembaga Amil Zakat terbesar di Indonesia, perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
hingga tahun 2011 SMART Ekselensia terkait analisa kepuasan pelanggan terhadap
Indonesia sudah meluluskan tiga angkatan yang layanan pendidikan. Selain itu, hasil penelitian
kesemuanya lolos seleksi masuk PTN. Namun ini diharapkan juga dapat menambah khasanah
berbagai prestasi ini, ditambah dengan prestasi keilmuan bidang pendidikan serta memberikan
guru gurunya, tidak lantas membuat SMART sumbangsih pemikiran dan gambaran yang
Ekselensia Indonesia serta merta berpredikat lebih jelas kepada pengelola jasa pendidikan,
sekolah berkualitas. Oleh karena itu, perlu khususnya terkait pengaruh kualitas pelayanan
dilakukan pengukuran kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan siswa.
terhadap siswa SMART Ekselensia Indonesia.
Pengukuran kualitas layanan SMART
Ekselensia Indonesia didasarkan pada bussiness KAJIAN PUSTAKA
process yang ada di program, yaitu meliputi Pengertian dan Karakteristik Pelayanan
proses seleksi, pengelolaan sekolah (SMP Jasa mempunyai banyak arti, mulai
SMA) dan pengelolaan asrama siswa. Kepuasan pelayanan personal (personal service) sampai
pelanggan adalah suatu keadaan terpenuhinya jasa sebagai suatu produk. Berry dalam Yazid
keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan. (2005) menyatakan bahwa jasa itu sebagai
Bila pelayanan yang diberikan dapat memenuhi deeds (tindakan, prosedur, aktivitas), proses,
keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan, dan unjuk kerja yang intangible. Mudrick
dinilai pelayanan itu memuaskan (Sugito, dalam Yazid (2005) mendefinisikan jasa dari
2005). Pengukuran mutu pelayanan merupakan sisi penjualan dan konsumsi secara kontras
elemen penting dalam menyediakan pelayanan dengan barang. Sedangkan Kolter (2000)

3
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan orang lain sesuai dengan haknya. Sedangkan
atau perubuatan yang dapat ditawarkan oleh menurut Siagian (1998) pelayanan secara
suatu pihak kepada pihak lain yang pada umum adalah rasa menyenangkan yang
dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud diberikan kepada orang lain disertai
fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala
sesuatu. Selalu ada aspek interaksi antara pihak kebutuhan mereka. Menurut Payne (2000),
konsumen dan pemberi jasa, meskipun pihak- pelayanan adalah rasa menyenangkan atau tidak
pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa menyenangkan yang oleh penerima pelayanan
adalah suatu proses atau aktivitas yang tidak pada saat memperoleh pelayanan. Payne juga
berwujud dan memiliki karakteristik yang mengatakan bahwa pelayanan pelanggan
berbeda dengan barang. Berbagai riset dan mengandung pengertian:
literatur manajemen dan pemasaran jasa Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk
mengungkapkan bahwa jasa memiliki empat menerima, memproses, menyampaikan
karateristik yaitu Intangibility, Heterogeneity, dan memenuhi pesanan pelanggan dan
Inseparability dan Perishability (Paradigma untuk menindaklanjuti setiap kegiatan
IHIP: Lovelock dan Gummesson, dalam Fandy yang mengandung kekeliruan.
Tjiptono dan Gregorius Chandra, 2005). Ketepatan waktu dan reliabilitas
Jasa bersifat intangibility artinya jasa penyampaian jasa kepada pelanggan
tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau diraba sesuai dengan harapan mereka.
sebelum dibeli dan dikonsumsi. Seorang Serangkaian kegiatan yang meliputi
konsumen jasa tidak dapat menilai hasil dari semua bidang bisnis yang terpadu
sebuah jasa sebelum ia mengalami atau untuk menyampaikan produk-produk
mengkonsumsinya sendiri. Apabila pelanggan dan jasa tersebut sedemikian rupa
membeli jasa tertentu maka ia hanya sehingga dipersepsikan memuaskan
menggunakan, memanfaatkan atau menyewa oleh pelanggan dan merealisasikan
jasa tersebut, namun tidak memiliki jasa yang pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
dibelinya. Jasa bersifat heterogeneity karena Total pesanan yang masuk dan seluruh
merupakan non-standardized output artinya komunikasi dengan pelanggan.
terbanyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, Penyampaian produk kepada pelanggan
tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tepat waktu dan akurat dengan segala
tersebut diproduksi. Contohnya, dua orang yang tindak lanjut serta tanggapan
datang ke salon yang sama dan meminta model keterangan yang akurat.
yang sama tidak akan mendapatkan hasil yang
seratus persen sama. Jasa bersifat inseparability Bentuk Pelayanan
artinya jasa dijual terlebih dahulu kemudian Pelayanan adalah bentuk memenuhi
baru diproduksi dan dikonsumsi pada waktu apa-apa yang diharapkan pelanggan atas
dan tempat yang sama. Berbeda dengan produk kebutuhan mereka. Pelayanan pada umumnya
yang biasanya diproduksi terlebih dahulu baru dibedakan atas dua, yaitu pelayanan atas produk
dapat dikonsumsi. Jasa bersifat perishability berbentuk barang yang berwujud dan pelayanan
artinya jasa merupakan komoditas yang tidak atas produk berbentuk jasa yang sifatnya tidak
tahan lama, tidak dapat disimpan untuk berwujud (tidak nyata). Menurut Moenir
pemakaian ulang di waktu yang akan datang, (1992), bentuk-bentuk dari pelayanan tersebut
dijual kembali atau dikembalikan. terdiri dari pelayanan dengan lisan, tulisan dan
Menurut Munir (1991), pelayanan perbuatan. Dalam pelayanan dengan lisan,
adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau fungsi humas betul-betul diefektifkan sebagai
sekelompok orang dengan landasan faktor kepanjangan tangan dari pemberian informasi
material melalui sistem, prosedur, dan metode kepada pelanggan. Dengan kata lain pelayanan
tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan lisan adalah komunikasi langsung kepada

4
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

pelanggan. Sementara itu, pelayanan dalam tuntutan/ persyaratan pelanggan/ masyarakat.


bentuk tulisan dilakukan berdasarkan pada jarak Kualitas pada dasarnya terkait dengan
yang terlalu jauh antara pelanggan dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap atau
produsen.Pelayanan ini dapat digolongkan yaitu cara karyawan dalam melayani pelanggan atau
pelayanan berupa petunjuk dan pelayanan masyarakat secara memuaskan. Menurut
berupa reaksi tertulis atas permohonan. Adapun Triguno (1997:78), pelayanan terbaik yaitu
pelayan yang dilakukan dengan perbuatan melayani setiap saat, secara cepat dan
merupakan tindak lanjut dari suatu pekerjaan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan
pada bagian pelayanan agar dapat beradaptasi menolong serta profesional dan mampu.
langsung atau bertatap muka dengan pelanggan. Pelayanan merupakan aspek yang
Adanya penerapan bentuk pelayanan yang sangat penting dan menentukan kualitas jasa
diberikan secara tidak langsung akan dapat yang dihasilkan. Untuk bisa tampil dalam
memberikan kepuasan kepada para pelanggan. suasana yang kompetitif, organisasi harus
berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya
Pengertian Kualitas Pelayanan sebagai strategi memenangkan persaingan.
Menurut Gaspersz (1997:5), definisi Kualitas harus dimulai dari kebutuhan
kualitas secara konvensional menggambarkan pelanggan dan berakhir pada persepsi
karakteristik langsung dari suatu produk, seperti pelanggan (Kotler, 1994). Dengan demikian
performance, keandalan (reliability), mudah produk-produk didesain, diproduksi serta
digunakan (easy to use), estetika (esthetics) dan pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan
sebagainya. Sedangkan definisi strategis dari pelanggan.
kualitas adalah segala sesuatu yang mampu Menurut Lewis & Booms dalam
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan Tjiptono & Chandra (2005), kualitas pelayanan
(meeting the needs of customers). Suatu produk adalah ukuran seberapa baik tingkat layanan
dikatakan berkualitas bila dapat memberi yang diberikan mampu sesuai dengan harapan
kepuasan sepenuhnya kepada konsumen yaitu pelanggan. Menurut Tjiptono (2001), kualitas
sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen pelayanan adalah tingkat keunggulan yang
atas suatu produk. Menurut Goestch dan Davis diharapkan dan pengendalian atas tingkat
(dalam Tjiptono, 2002:51), kualitas merupakan keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan pelanggan. Dari definisi tersebut, ada faktor
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang
harapan. ISO 8402 (Quality Vocabulary) dirasakan/ dipersepsikan. Apabila jasa yang
mendefinisikan kualitas sebagai totalitas dari dirasakan sesuai dengan jasa yang diharapkan,
karakteristik suatu produk yang menunjang maka kualitas pelayanan tersebut akan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan dipersepsikan baik atau positif. Jika jasa yang
yang dispesifikasikan atau ditetapkan, kualitas dipersepsikan melebihi jasa yang diharapkan,
seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai
(customer satisfaction). Produk disini dapat kualitas ideal. Sebaliknya, jika jasa yang
berupa barang (goods), perangkat lunak dipersepsikan lebih jelek dibandingkan dengan
(software) atau jasa (service). Triguno (1997: jasa yang diharapkan maka kualitas jasa
76) mengartikan kualitas sebagai standar yang dipersepsikan negatif atau buruk.
harus dicapai oleh seseorang/ kelompok/ Konsep kualitas pelayanan juga dapat
lembaga/ organisasi mengenai kualitas sumber dipahami melalui perilaku konsumen
daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan (consumer behaviour), yaitu suatu perilaku
hasil kerja atau produk. Berkualitas berarti yang dimainkan oleh konsumen dalam mencari,
memuaskan yang dilayani, internal maupun membeli, menggunakan dan mengevaluasi
eksternal, dalam arti optimal pemenuhan atas suatu produk pelayanan yang diharapkan dapat

5
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

memuaskan kebutuhannya (Schiffman-Kanuk, (physical safety), keamanan finansial


1997:7). Keputusan-keputusan konsumen untuk (financial security), dan kerahasiaan
mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu (confidentiality)
barang/ jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor 9) Understanding/ knowing the customer,
antara lain adalah persepsinya terhadap kualitas yaitu usaha untuk memahami
pelayanan. Pernyataan ini menunjukkan adanya kebutuhan pelanggan
interaksi yang kuat antara kepuasan 10) Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa,
konsumen dengan kualitas pelayanan. bisa berupa fasilitas fisik, peralatan
yang digunakan, maupun representasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas fisik dari jasa.
Pelayanan Metode pengukuran kualitas pelayanan
Menurut Zeithaml et.all (dalam dengan menggunakan 10 dimensi di atas
Tjiptono, 2002:69), ada 10 dimensi yang saling dikenal dengan nama Metode SERVQUAL
melengkapi dan merupakan faktor utama dalam (Service Quality). Dalam perkembangannya,
menentukan kualitas pelayanan, yaitu : dari 10 dimensi yang ada dapat dirangkum
1) Reliability, yang mencakup dua hal menjadi hanya lima dimensi pokok, yaitu : (1)
pokok, yaitu konsistensi kerja Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas
(performance) dan kemampuan untuk fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
dipercaya (dependability). komunikasi; (2) Keandalan (reliability), yakni
2) Responsiveness, yaitu kemauan atau kemampuan memberikan pelayanan dengan
kesiapan pelayan untuk memberikan segera, akurat, dan memuaskan; (3) Daya
jasa yang dibutuhkan pelanggan tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para
3) Competence,setiap orang dalam suatu staf untuk membantu para pelanggan dan
perusahaan memiliki keterampilan dan memberikan pelayanan dengan tanggap; (4)
pengetahuan yang dibutuhkan agar Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan,
dapat memberikan jasa tertentu kemampuan, dari bahaya, resiko atau keragu-
4) Acces, meliputi kemudahan untuk raguan; dan (5). Empati (emphaty), meliputi
dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti kemudahan dalam melakukan hubungan,
lokasi fasilitas jasa yang mudah komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan
dijangkau, waktu menunggu yang tidak memahami kebutuhan para pelanggan
terlalu lama, saluran komunikasi yang (Parasuraman, et all dalam Tjiptono, 2002:70).
mudah dihubungi, dan lain-lain Pakar lainnya, Gronroos (dalam
5) Courtesy, meliputi sikap sopan santun, Tjiptono, 2002:72-73) menyatakan bahwa ada
respek, perhatian, dan keramahan yang tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa,
dimiliki para penyedia jasa. yaitu outcome-related, process-related, dan
6) Communication, artinya memberikan image-related criteria. Ketiga kiriteria tersebut
informasi kepada pelanggan dalam masih dapat dijabarkan menjadi enam unsur,
bahasa yang dapat mereka pahami, yaitu : (1) Professionalism dan Skills, di mana
serta selalu mendengarkan saran dan pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa
keluhan pelanggan (service provider), sistem operasional dan
sumbangan fisik, memiliki pengetahuan dan
7) Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat
keterampilan untuk memecahkan masalah
dipercaya. Kredibilitas mencakup nama
pelanggan secara profesional; (2) Attitudes dan
perusahaan, reputasi perusahaan,
Behavioral, pelanggan merasa bahwa pemberi
karakteristik pribadi, contact personnel,
layanan menaruh perhatian terhadap mereka
dan interaksi dengan pelanggan
dan berusaha membantu dalam memecahkan
8) Security, yaitu aman dari bahaya, masalah mereka secara spontan dan senang hati;
resiko, atau keragu-raguan. Aspek ini
(3) Accessibility dan flexibility, pelanggan
meliputi keamanan secara fisik

6
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, tingkatan kepuasan. Jika keberadaan suatu
karyawan, dan sistem operasionalnya dirancang produk berada di bawah harapan pembeli, maka
dan dioperasikan sedemikian rupa, sehingga pembeli tersebut tidak merasa puas. Menurut
pelanggan dapat melakukan dengan mudah. Mowen dan Minor (2001), kepuasan pelanggan
Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar adalah keseluruhan sikap yang ditunjukkan
dapat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka
dan keinginan pelanggan; (4) Reliability dan memperoleh dan menggunakannya.
Trustworthiness, pelanggan memahami bahwa Sedangkan menurut Band (1991),
apapun yang terjadi, mereka dapat kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan
mempercayakan segala sesuatunya kepada dimana kebutuhan, keinginan dan harapan dari
penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya; pelanggan akan dapat terpenuhi atau terlampaui
(5) Recovery, pelanggan memahami bahwa bila melalui suatu transaksi yang akan
ada kesalahan atau terjadi sesuatu yang tidak mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau
diharapkan, maka penyedia jasa akan segera kesetiaan yang terus berlanjut. Menurut Tse dan
mengambil tindakan untuk mengendalikan Wilton, kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
situasi dan mencari pemecahan yang tepat; dan merupakan respon pelanggan terhadap
(6) Reputation dan credibility, pelanggan ketidaksesuaian/ diskonfirmasi yang dirasakan
meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
dapat dipercaya dan memberikan nilai atau yang dirasakan pemakaiannya. Menurut Wilkie,
imbangan yang sesuai dengan pengorbanannya. kepuasan pelanggan merupakan suatu
Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang tanggapan emosional pada evaluasi terhadap
tinggi, Tjiptono (2000) mengemukakan garis pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
besar strategi pemasaran pelayanan jasa yang Menurut Engel, kepuasan pelanggan
pokok berkaitan dengan tiga hal, yaitu merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif
melakukan differensiasi kompetitif, mengelola yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau
kualitas jasa dan mengelola produktivitas. melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan pelanggan timbul apabila hasil
Kepuasan Pelanggan (outcome) tidak memenuhi harapan. Menurut
Kata kepuasan atau satisfaction berasal Oliver dalam Ferrinadewi (2005), kepuasan
dari bahasa Latin satis (artinya cukup baik, merupakan penilaian konsumen terhadap fitur-
memadai) dan facio/ facere (melakukan atau fitur produk atau jasa yang berhasil
membuat). Jadi secara etimologi, kepuasan memberikan pemenuhan kebutuhan pada level
dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan yang menyenangkan baik itu di bawah maupun
sesuatu atau membuat sesuatu memadai. di atas harapan. Menurut Sumarwan (2003)
Namun ditinjau dari perspektif perilaku kepuasan adalah tingkat perasaan setelah
konsumen, istilah kepuasan pelanggan menjadi membandingkan kinerja/ hasil yang dirasakan
sesuatu yang kompleks. Bahkan hingga kini dengan harapannya. Tingkat kepuasan
belum ada kesepakatan mengenai konsep merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
kepuasan pelanggan, apakah kepuasan yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja
merupakan respon emosional ataukah evaluasi di bawah harapan, pelanggan akan kecewa. Bila
kognitif (Tjiptono, 2006). kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan
Kotler & Amstrong (2000) menyatakan sangat puas.
bahwa kepuasan pelanggan adalah suatu Dari berbagai definisi di atas, dapat
tingkatan di mana produk dirasakan sesuai dismpulkan bahwa kepuasan pelanggan
dengan harapan pembeli. Kepuasan pelanggan merupakan fungsi harapan dan kinerja, yaitu
terhadap pembelian tergantung pada kinerja evaluasi pelanggan terhadap kinerja produk/
produk aktual, sehingga sesuai dengan harapan layanan yang sesuai atau melampaui harapan
pembeli. Pelanggan memiliki berbagai macam konsumen. Secara konseptual kepuasan

7
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

pelanggan dapat dilihat pada Gambar 1. perbandingan dalam evaluasi suatu kualitas
maupun kepuasan.
Tujuan Perusahaan Kebutuhan Menurut Zeithaml, et all (1990:37)
dan keinginan faktor-faktor yang mempengaruhi harapan
pelanggan pelanggan adalah: (1) Komunikasi dari mulut
ke mulut (word of mouth communication),
Produk merupakan pernyataan (secara personal atau
(barang atau jasa) non personal) yang disampaikan oleh orang lain
selain organisasi (service provider) kepada
Harapan pelanggan pelanggan dan biasanya cepat diterima sebagai
Nilai produk Terhadap produk referensi pelanggan; (2) Keinginan pribadi dan
bagi pelanggan pelanggan (personal needs), kebutuhan dasar
(fisik, sosial dan psikologis) yang dirasakan
seseorang sangat menentukan harapannya; (3).
Tingkat kepuasan
Pengalaman masa lalu (past experience),
pelanggan
meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau
Sumber: Rangkuti, 2003. Konsep Kepuasan diketahui pelanggan dan sifatnya terus
Pelanggan berkembang; dan (4) Komunikasi eksternal
(external communication), pemberi layanan
Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan juga memainkan peranan penting dalam
membentuk harapan pelanggan.
Berdasarkan gambar di atas, diketahui
bahwa perusahaan menawarkan jasa sesuai Pengukuran Kepuasan Pelanggan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Menurut Tjiptono (2006), tidak ada satu
pelanggan. Produk yang ditawarkan tersebut pun ukuran tunggal terbaik mengenai kepuasan
diharapkan sesuai harapan pelanggan, sehingga pelanggan yang disepakati secara universal.
mereka merasa puas. Apabila pelanggan puas, Meskipun demikian, di tengah beragamnya cara
maka tujuan perusahaan akan tercapai karena mengukur kepuasan pelanggan, terdapat
produk yang ditawarkan perusahaan bernilai kesamaan paling tidak dalam enam konsep inti
bagi konsumen. Kepuasan pelanggan mengenai objek pengukuran sebagai berikut :
merupakan hasil yang dirasakan oleh pembeli 1. Kepuasan pelanggan keseluruhan
yang mengalami kinerja sebuah perusahaan (overall customer satisfaction), dimana
yang sesuai dengan harapannya. Pengguna jasa pengukuran kepuasan pelanggan
(pelanggan) cenderung merasa puas apabila dilakukan dengan menanyakan
harapan pelanggan terpenuhi, dan merasa amat langsung kepada pelanggan seberapa
senang apabila harapan mereka terlampaui. puas mereka dengan produk atau jasa
Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal spesifik tertentu. Biasanya, ada dua
lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka bagian dalam proses pengukurannya.
terhadap perubahan harga, dan pembicaraannya Pertama, mengukur tingkat kepuasan
menguntungkan perusahaan. pelanggan terhadap produk atau jasa
Menurut Yoeti (2003:36), kepuasan perusahaan yang bersangkutan. Kedua,
pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas menilai dan membandingkannya
performa pelayanan di lapangan. Bila pelayanan dengan tingkat kepuasan pelanggan
(service) tidak sama sekali atau tidak sesuai keseluruhan terhadap produk atau jasa
dengan harapan (expectation) pelanggan, maka para pesaing.
di mata pelanggan pelayanan yang diberikan 2. Dimensi kepuasan pelanggan, dimana
dinilai jelek. Harapan pelanggan memiliki pengukuran kepuasan pelanggan
peranan yang besar sebagai standar dilakukan dengan merinci komponen-

8
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

komponennya. Umumnya, proses ini (penarikan kembali produk dari pasar),


terdiri atas empat langkah. Pertama, gethok tular negatif dan defections
mengidentifikasi dimensi - dimensi (konsumen yang beralih ke pesaing).
kunci kepuasan pelanggan. Kedua, Mengukur kepuasan pelanggan sangat
meminta pelanggan menilai produk bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka
atau jasa perusahaan berdasarkan item- mengevaluasi posisi perusahaan saat ini
item spesifik, seperti kecepatan dan dibandingkan dengan pesaing dan pengguna
fasilitas layanan, atau keramahan staf akhir, serta menemukan bagian mana yang
layanan pelanggan. Ketiga, meminta membutuhkan peningkatan. Menurut Kotler,
pelanggan menilai produk atau jasa (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan
pesaing berdasarkan item-item spesifik pelanggan ada empat metode pengukuran yang
yang sama. Keempat, meminta para perlu diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:
pelanggan untuk menentukan dimensi- 1. Sistem keluhan dan saran pelanggan.
dimensi yang menurut mereka paling Setiap organisasi jasa yang berorientasi
penting dalam menilai kepuasan pada pelanggan harus memberikan
pelanggan keseluruhan. kesempatan seluas-luasnya bagi para
3. Konfirmasi Harapan (Confirmation of pelanggannya untuk menyampaikan
Expectations), dimana kepuasan tidak saran, kritik, pendapat dan keluhan.
diukur langsung, namun disimpulkan Media yang digunakan bisa berupa
dari kesesuaian/ ketidaksesuaian antara kotak saran yang diletakkan di tempat-
harapan pelanggan dengan kinerja tempat strategis (yang mudah diakses
aktual produk perusahaan pada atau sering dilalui pelanggan), kartu
sejumlah atribut atau dimensi penting. komentar (yang bisa diisi langsung
4. Minat pembelian ulang (repurchase maupun yang dikirim via pos kepada
intent), dimana kepuasan pelanggan perusahaan), saluaran telepon khusus
diukur secara behavioral dengan jalan bebas pulsa, website, dan lain-lain.
menanyakan apakah pelanggan akan Informasi-informasi yang diperoleh
berbelanja atau menggunakan jasa melalui metode ini dapat memberikan
perusahaan lagi. ide-ide baru dan masukan yang
5. Kesediaan untuk merekomendasi berharga kepada perusahaan, sehingga
(willingness to recommend), dimana memungkinkannya untuk bereaksi
kesediaan pelanggan untuk dengan tanggap dan cepat untuk
merekomendasikan produk kepada mengatasi masalah-masalah yang
teman atau keluarganya menjadi ukuran timbul. Akan tetapi, karena metode ini
yang penting untuk dianalisis dan bersifat pasif, maka sulit mendapatkan
ditindaklanjuti. Biasanya digunakan gambaran lengkap mengenai kepuasan
untuk produk yang pembelian ulangnya atau ketidakpuasan pelanggan.
relatif lama atau bahkan hanya terjadi 2. Survei kepuasan pelanggan. Umumnya
satu kali pembelian (seperti pembelian banyak penelitian mengenai kepuasan
mobil, broker rumah, asuransi jiwa, tur pelanggan dilakukan dengan metode
keliling dunia, dan sebagainya), survei, baik melalui pos, telepon,
6. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer maupun dengan wawancara langsung.
Dissatisfaction), dimana kepuasan Untuk mengukur kepuasan pelanggan
pelanggan dilihat dari berbagai aspek dapat dilakukan dengan cara :
yang sering ditelaah guna mengetahui Pengukuran dapat dilakukan secara
ketidakpuasan pelanggan, yaitu langsung dengan pertanyaan seperti
komplain, retur atau pengembalian ungkapan seberapa puas saudara
produk, biaya garansi, product recall terhadap pelayanan.

9
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

Responden diminta menuliskan pelanggannya. Akan tetapi, kesulitan


masalah-masalah yang mereka menerapkan metode adalah pada
hadapi berkaitan dengan penawaran mengidentifikasi dan mengontak
dari perusahaan dan juga dimintai mantan pelanggan yang bersedia
untuk menuliskan perbaikan- memberikan masukan dan evaluasi
perbaikan yang mereka sarankan. terhadap kinerja perusahaan.
Responden diberi pertanyaan
mengenai seberapa besar
mengharapkan atribut tertentu dan METODOLOGI
seberapa besar mereka rasakan. Siswa SMART EI berasal dari keluarga
Responden dapat merangking yang kurang mampu dengan karakter awal
berbagai elemen dan penawaran kurang percaya diri namun memiliki potensi
berdasarkan derajat penting setiap yang dapat dikembangkan serta mempunyai
elemen seberapa baik kinerja keinginan kuat untuk memperbaiki kualitas
perusahaan dalam masing-masing hidup diri dan keluarganya. SMART EI, selain
elemen. menyediakan layanan pendidikan secara gratis
3. Ghost shopping. Metode ini yang meliputi biaya pendidikan dan penyediaan
dilaksanakan dengan memperkerjakan semua perlengkapan sekolah mulai dari pakaian
beberapa orang yang berperan sebagai hingga buku dan alat tulis, juga menyediakan
pembeli yang memanfaatkan produk fasilitas asrama lengkap dengan pemenuhan
atau jasa perusahaan dan pesaing, kebutuhan harian siswa. Tidak hanya itu, siswa
sehingga dapat diprediksi tingkat SMART juga disediakan makan tiga kali sehari
kepuasan pelanggan atas produk tanpa dikenakan biaya, mengikuti berbagai
tersebut. Mereka diminta melaporkan kegiatan pembinaan bahkan diberikan uang
berbagai temuan penting berdasarkan saku rutin setiap bulannya. SMP SMA yang
pengalamannya mengenai kekuatan dan biasanya ditempuh dalam waktu 6 tahun, cukup
kelemahan pelayanan perusahaan diselesaikan selama 5 tahun di SMART EI.
dibandingkan para pesaing. Selain itu, KBM dilakukan setelah apel pagi hingga waktu
para ghost shoppers juga dapat ashar dengan pengelolaan kelas berupa moving
mengobservasi cara perusahaan dan class dan active learning, dimana siswa
pesaingnya melayani permintaan beranjak dari satu kelas ke kelas berikutnya
spesifik pelanggan, menjawab sehingga meningkatkan aktivitas siswa di luar
pertanyaan pelanggan, dan menangani kelas. Asrama tidak hanya menjadi tempat
setiap masalah/ keluhan pelanggan. tinggal, namun ada pengelolaan dan pembinaan
4. Lost customer analysis. Dalam metode di dalamnya yang utamanya menguatkan aspek
ini perusahaan menghubungi para agama dan kepribadian siswa.
pelanggan yang telah beralih ke Siswa SMART EI diambil dari seluruh
perusahaan lain. Hal ini ditujukan untuk Indonesia dengan memberdayakan mitra
memperoleh informasi penyebab SMART EI yang tersebar di 33 provinsi. Quota
terjadinya peralihan pelanggan kepada setiap tahunnya berubah dengan rata rata 35
perusahaan lain, sehingga dapat siswa per angkatan dan semuanya laki laki.
dijadikan sebagai bahan evaluasi Teknik pengambilan sampel untuk responden
selanjutnya. Bukan hanya exit yang digunakan adalah convenience sampling
interview saja yang perlu, tetapi yang dipadukan dengan purposive sampling,
pemantauan customer loss rate juga dimana teknik pengambilan sampel akan
penting, di mana peningkatan customer memilih yang lebih mudah ditemui namun
loss rate menunjukkan kegagalan harus memenuhi pertimbangan kriteria
perusahaan dalam memuaskan kriteria tertentu. Ukuran banyaknya sampel

10
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

minimal (n) diperoleh dengan menggunakan kurang terukur. Karenanya dibuatlah indikator
N untuk masing masing kriteria yang
rumus Slovin, yaitu : n= disesuaikan dengan standar program SMART
1 +Ne 2
dengan N adalah jumlah populasi sebanyak 172 EI. Pengukuran terhadap ketiga kriteria tersebut
siswa SMART EI yang tersebar dalam lima dijabarkan melalui 62 pertanyaan yang
angkatan dan presentasi kelonggaran karena merupakan indikator mutu pelayanan yang
kesalahan pengambilan sampel (e) sebesar 5% disusun dalam kuesioner.
(0,05). Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah Untuk kriteria pengelolaan seleksi
sampel minimal dalam penelitian ini adalah 121 SMART EI terdapat 7 (tujuh) indikator, yaitu
responden (pembulatan ke atas dari 120.28). kemudahan memperoleh informasi seleksi,
Untuk ketelitian penelitian, responden yang kemudahan proses pendaftaran, pelaksanaan tes
diambil sebanyak 140 siswa SMART EI tulis dan wawancara, pelayanan selama proses
angkatan 2007 2011. seleksi, pelaksanaan home visit, transparansi
Pengambilan data dilakukan pada bulan dan keadilan proses seleksi serta pengumuman
September 2011 dengan penyebaran kuesioner. hasil seleksi tepat waktu.
Item item pertanyaan pada kuesioner Untuk kriteria pengelolaan sekolah
mengacu pada penelitian serupa sebelumnya, terdapat 5 (lima) indikator besar, yaitu metode
dimana dalam penelitian ini akan dilakukan pembelajaran, performansi guru, evaluasi hasil
pembandingan pencapaiannya. Selain itu, untuk pembelajaran, sarana/ prasarana penunjang
memperdalam hasil temuan dilakukan juga KBM dan administrasi sekolah yang kemudian
wawancara tidak terstruktur terhadap pengelola didetailkan dalam 30 (tiga puluh) indikator
program SMART EI. Sebelum penelitian turunan. Indikator metode pembelajaran
dilakukan, juga telah ditelaah data sekunder mencakup persiapan guru sebelum mengajar,
dari internal program, terutama Buku Manual variasi metode belajar dan cara mengajar guru.
Program SMART Ekselensia Indonesia 2011. Indikator performansi guru meliputi pengertian
Untuk mengukur tingkat kepuasan guru terhadap perbedaan gaya belajar siswa,
siswa SMART EI, penelitian ini membutuhkan dorongan guru agar siswa aktif dalam KBM,
sejumlah kriteria dan indikator yang menjadi dorongan guru agar siswa bepartisipasi dalam
variabel penelitian. Dari tinjauan pustaka, lomba, emphaty guru terhadap siswa, guru
terdapat beberapa variabel yaitu tangible, menjadi teman bicara yang menyenangkan, cara
reliability, responsiveness, assurance dan guru memberi nasehat, suasana komunikasi
emphaty. Namun karena adanya kekhasan yang diciptakan guru, kontrol guru terhadap
bentuk pelayanan pendidikan di SMART EI, siswa di luar KBM, bimbingan guru dalam
maka variabel tersebut dimasukkan ke dalam mengatasi masalah siswa, ketepatan waktu
kriteria kriteria yang disesuaikan dengan datang dan kerapihan guru serta konsistensi
bussiness process SMART EI. Dalam hal ini, guru dalam melaksanakan aturan. Indikator
ada 3 (tiga) proses bisnis utama program evaluasi hasil pembelajaran dijabarkan menjadi
SMART EI yang tercantum dalam Buku obyektivitas penilaian guru, penginformasian
Manual Program SMART EI, yaitu pengelolaan sistem penilaian, dampak hasil evaluasi bagi
seleksi program, pengelolaan sekolah dan siswa dan tindak lanjut hasil evaluasi. Indikator
pengelolaan asrama. Ketiga aspek itulah yang sarana/ prasarana yang menunjang KBM terdiri
menjadi kriteria dalam penelitian ini. dari kelengkapan laboratorium, kesempatan
Penelitian secara lebih mendalam siswa menggunakan laboratorium, kebersihan
memerlukan indikator untuk setiap kriteria. dan kenyamanan ruang kelas, penataan ruang
Deskripsi kualitatif tanpa indikator sebenarnya kelas, kesempatan siswa dalam menata ruang
dapat saja dilakukan dengan memperhatikan kelas, kelengkapan Pusat Studi Belajar (PSB),
definisi dari setiap kriteria, hanya saja penataan dan kelengkapan perpustakaan,
deskripsinya akan kurang mendalam dan kemudahan pencarian buku perpustakaan dan

11
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

kelengkapan ruang seni. Sementara indikator mendekati kenyataan.


administrasi sekolah diturunkan menjadi Ukuran jawaban responden dalam
responsiveness bagian administrasi SMART EI penelitian ini berkisar dari satu sampai empat.
dan kecakapan SMART EI dalam mengelola Skor tertinggi diberikan untuk jawaban yang
informasi. paling diharapkan, sedangkan skor terendah
Untuk kriteria pengelolaan asrama untuk jawaban yang paling tidak diharapkan.
SMART EI terdapat 3 (tiga) indikator besar, Data yang diperoleh dari variabel yang diukur,
yaitu performansi pembina asrama, evaluasi didistribusikan pada kelas/ interval yang
hasil pembinaan dan fasilitas fisik asrama. berbeda dan dinyatakan dalam persen.
Ketiga indikator tersebut didetailkan dalam 25 Prosentase jumlah skor yang paling diharapkan
(dua puluh lima) indikator. Indikator performasi (skor tertinggi = kepuasan sempurna) adalah
pembina asrama meliputi emphaty pembina 100%, sedangkan prosentase jumlah skor yang
asrama terhadap perasaan dan masalah siswa, tidak diharapkan (skor terendah = tidak ada
pembina asrama menjadi teman bicara siswa kepuasan sedikit pun) adalah 0%. Sedangkan
yang menyenangkan, cara pembina asrama lebar kelas/ interval (dalam persen) yang
memberikan nasehat, suasana komunikasi yang dimaksud adalah :
dibangun pembina asrama, bimbingan pembina Jarak kelas T R 1000
asrama dalam mengatasi permasalahan siswa,
I= = = =20
Jumlah kelas 5 5
konsistensi pembina asrama dalam menjalankan Pengubahan skor tiap tiap indikator
aturan, ketelatenan pembina asrama dalam menjadi nilai prosentase skor terhadap skor
mendampingi siswa yang sakit, arahan pembina maksimal dinyatakan dalam bentuk kelas/
asrama dalam menanamkan kebersihan dan interval nilai, yang diuraikan dalam Tabel 1.
kedisiplinan serta kemudahan pembina asrama
diminta bantuan oleh siswa. Indikator evaluasi Tabel 1. Kategori Persepsi Responden dalam
hasil pembinaan terdiri dari obyektivitas Pencapaian Penelitian
penilaian pembina asrama, representasi laporan Kelas Prosentase Kategori
asrama, dampak hasil evaluasi bagi siswa dan Pencapaian
tindak lanjut hasil evaluasi. Sementara indikator
fasilitas fisik asrama diturunkan menjadi 1 80 x 100 Sangat puas
kebersihan dan kelengkapan ruang kamar, 2 60 x < 80 Puas
kebersihan kamar mandi, kebersihan tempat 3 40 x < 60 Cukup puas
makan, kecukupan makanan yang bergizi,
kemudahan akses ke masjid, kebersihan masjid, 4 20 x < 40 Kurang puas
kebersihan tempat wudhu dan ketersediaan air, 5 0 x < 20 Tidak puas
kelayakan tempat belajar mandiri, kelengkapan Sumber : Kategori menurut Riduwan (2004)
tempat dan alat olah raga, ketersediaan fasilitas
mandi dan mencuci, serta kebersihan dan
keterjangkauan tempat jemuran. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk setiap indikator dilakukan Capaian Umum Kepuasan Siswa SMART EI
pengukuran pencapaian melalui kuesioner Ada hal hal yang menjadi masalah
dengan metode pembobotan skala likert. dalam jasa pelayanan dan mempengaruhi mutu
Pengukuran adalah suatu proses penerjemahan pelayanan, yaitu terjadinya kesenjangan/
hasil hasil pengamatan menjadi angka perbedaan, yang meliputi : (1) perbedaan antara
angka sehingga dapat dianalisis menurut kaidah harapan pelanggan dengan persepsi pengelola
kaidah tertentu. Dalam skala likert, dapat mengenai harapan pelanggan; (2) perbedaan
dibuat lebih banyak kemungkinan jawaban, antara persepsi pengelola terhadap harapan
sehingga memudahkan responden untuk pelanggan dengan spesifikasi mutu jasa yang
mengekspresikan tingkat pendapat mereka lebih dihasilkan; (3) perbedaan antara spesifikasi

12
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

mutu jasa dengan yang secara aktual perbaikan dalam pengelolaan asrama masih
disampaikan kepada pelanggan; (4) perbedaan tinggi. Kepuasan siswa SMART EI terbesar
antara minat penyampaian jasa dan apa yang masih diraih kriteria seleksi dengan pencapaian
dikomunikasikan tentang jasa kepada pelangan; 69.98%. Sementara itu, peningkatan terkecil
(5) perbedaan antara kinerja aktual dengan terjadi pada kriteria sekolah (10.83%).
persepsi pelanggan terhadap jasa. Kesenjangan Kenaikan yang terjadi di seluruh
(5) ini terjadi sebagai akibat terjadinya kriteria evaluasi ini terjadi karena ada beberapa
kesenjangan (1) sampai kesenjangan (4), kemungkinan. Pertama, memang terjadi
dimana ukuran yang digunakan oleh pelanggan perbaikan dalam pengelolaan program SMART
dalam menilai kinerja perusahaan/ lembaga, EI, baik seleksi, sekolah maupun asrama.
yaitu berupa harapannya tentang kinerja Kedua, siswa SMART EI mulai terkena
tersebut berlainan dengan apa yang telah normative effect, dimana responden penerima
diperbuat dan diberikan oleh perusahaan/ manfaat cenderung untuk memberikan penilaian
lembaga (Berry, dkk., 1990). positif terhadap pihak yang telah membantunya.
Berdasarkan jawaban responden dari Ketiga, ada dampak perbedaan terminologi dan
140 siswa SMART EI, dengan memperhatikan format kuesioner yang digunakan. Dua tahun
frekuensi untuk setiap variabel indikator mutu lalu, terminologi yang digunakan adalah
pelayanan dapat dibentuk menjadi kategori 'evaluasi program SMART EI' dengan beberapa
kategori berdasarkan prosentase pencapaian pertanyaan terbuka sehinga responden dapat
terhadap skor maksimal. Hasil pencapaian leluasa menyampaikan pendapatnya sementara
pengukuran kepuasan penerima manfaat per pengukuran kepuasan siswa SMART EI kali ini
kriteria bisnis proses utama program SMART menggunakan terminologi 'kuesioner CSI'
EI dirangkum dalam tabel 2. dengan pertanyaan tertutup. Dari berbagai
kemungkinan tersebut, perlu dilakukan probing
Tabel 2. Hasil Pencapaian CSI SMART EI per item evaluasi khususnya untuk item item
Kriteria Pencapaian Pencapaian CSI Kenaikan evaluasi yang pencapaiannya masih di bawah
Evaluasi CSI sebelumnya rata rata (pun nilainya tinggi). Selanjutnya
Seleksi 69.98% 55.74% 14.24% akan dipaparkan hasil pencapaian per kriteria.

Sekolah 64.89% 54.06% 10.83%


Capaian Kepuasan Siswa SMART EI
Asrama 57.52% 40.61% 16.91% Kriteria Seleksi
Rata - rata 64.13% 50.14% 13.99% Seperti disebutkan sebelumnya, kriteria
seleksi program SMART EI memperoleh
pencapaian CSI terbesar dibandingkan kriteria
Secara umum, pencapaian Costumer lainnya. Sejauh ini, seleksi sudah dilakukan
Satisfaction Index (CSI) SMART EI naik sesuai dengan prosedur yang meliputi
signifikan (13.99%) dengan kriteria bahkan perencanaan, bedah anggaran, penentuan mitra
item pertanyaan yang sama. Kategori hasil daerah, publikasi dan pendaftaran, seleksi
pencapaian pun beranjak dari 'cukup puas' akademis, psikotes, home visit, verifikasi
menjadi 'puas'. Kenaikan terbesar terjadi pada berkas seleksi, rapat penentuan akhir (pantuhir),
kriteria asrama (16.91%) yang menunjukkan pengumuman dan tes kesehatan (kerja sama
perbaikan signifikan pada pengelolaan asrama dengan LKC). Perbaikan yang dilakukan dalam
SMART EI. Namun kriteria asrama ini masih pengelolaan seleksi diantaranya pembuatan
menjadi titik kritis kepuasan siswa SMART EI rubrik seleksi berkas, penetapan kesiswaan
karena pencapaiannya masih paling kecil SMP sebagai PIC seleksi, pengelolaan seleksi
dibandingkan kriteria lainnya (57.52%) bahkan wilayah Jabodetabek langsung oleh tim pusat
menjadi satu satunya kriteria yang termasuk dan pelibatan pendamping sekolah sebagai
dalam kategori 'cukup puas'. Pencapaian ini mitra seleksi daerah.
menunjukkan bahwa tingkat kepentingan

13
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

Tabel 3. Hasil Pencapaian CSI SMART EI Capaian Kepuasan Siswa SMART EI


Kriteria Seleksi Kriteria Sekolah
Indikator Capaian Capaian CSI Kenaikan Seperti telah disebutkan sebelumnya,
CSI sebelumnya kriteria sekolah memperoleh peningkatan CSI
Kemudahan informasi 54.53% 38.57% 15.96% terkecil, namun peningkatannya tidak rendah.
pendaftaran Beberapa perbaikan yang dilakukan dalam
Kemudahan proses 62.01% 46.13% 15.88% kriteria ini di antaranya pembuatan levelisasi
pendaftaran guru, pendampingan oleh Makmal Pendidikan,
Pelaksanaan tes tulis dan 72.86% 68.28% 4.58% pengembangan diri guru sebagai trainer di
wawancara sekolah pendampingan, reading corner dan
Pelayanan selama proses 75.78% 59.61% 16.17%
display out door, book sharing, implementasi
seleksi nilai nilai SMART dalam KBM, pelibatan
komunitas filantropi sebagai model bagi siswa
Transparansi dan 79.90% 64.55% 15.35%
keadilan proses seleksi dan evaluasi kurikulum 7 mata pelajaran.
Hanya saja berbagai perbaikan ini secara umum
Pelaksanaan home visit 77.94% 59.29% 18.65%
tidak langsung dirasakan siswa sehingga tidak
Pengumuman hasil 66.84% 53.74% 13.10% serta merta meningkatkan kepuasan siswa
seleksi tepat waktu
terhadap pengelolaan sekolah secara signifikan.

Pencapaian CSI tertinggi diperoleh Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pencapaian CSI


indikator transparansi dan keadilan proses SMART EI Kriteria Sekolah
seleksi (79.90%). Pelaksanaan seleksi sesuai Indikator Capaian Capaian CSI Kenaikan
prosedur, termasuk pemberdayaan mitra seleksi, CSI sebelumnya
pembuatan rubrik seleksi dan pelaksanaan rapat Metode pembelajaran 69.49% 59.26% 10.23%
pantuhir turut mendukung pencapaian ini.
Perfomansi guru 64.10% 54.13% 9.97%
Peningkatan capaian CSI terbesar terdapat pada
indikator pelaksanaan home visit (18.65%). Hal Evaluasi hasil 66.74% 55.92% 10.82%
pembelajaran
ini tidak terlepas dari kesungguhan mitra seleksi
dalam menyelenggarakan seleksi. Sarana & prasarana 64.88% 52.15% 12.73%
Titik kritis dalam kriteria seleksi ini penunjang KBM
adalah pada indikator kemudahan informasi Administrasi sekolah 59.14% 50.79% 8.35%
pendaftaran. Walaupun mengalami peningkatan
drastis dari pencapaian CSI sebelumnya Secara umum, siswa SMART EI
(15.96%), namun pencapaian indikator ini menilai bahwa pencapaian CSI kriteria sekolah
masih dalam kategori 'cukup puas' di saat sudah memuaskan. Berbagai perbaikan yang
indikator lainnya sudah mencapai kategori dilakukan memberi dampak positif terhadap
'puas'. Cakupan area seleksi yang luas belum peningkatan indikator metode pembelajaan,
berimbang dengan sumber daya yang ada performansi guru, evaluasi hasil pembelajaran
sehingga penyebaran informasi seleksi belum dan sarana/ prasarana penunjangn KBM. Titik
optimal. Misalnya saja Semen Padang tidak kritis dalam kriteria ini adalah pada indikator
memperoleh informasi seleksi SMART padahal administrasi sekolah yang peningkatan dan
secara geografis tidak terlalu jauh dari mitra pencapaiannya paling rendah dibandingkan
seleksi di Padang (DD Singgalang). Perlu indikator lainnya (8.36%). Pencapaian indikator
dilakukan pengukuran kinerja mitra seleksi dan ini masih dalam kategori 'cukup puas' di saat
efektivitas publikasi. Selain itu perlu juga indikator lainnya sudah mencapai kategori
dijajaki potensi optimalisasi pemanfaatan 'puas'. Tabel 5 berikut menggambarkan detail
teknologi informasi untuk memudahkan proses pencapaian CSI dari 30 indikator dalam kriteria
seleksi program SMART EI. sekolah.

14
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

Tabel 5. Detail Pencapaian CSI SMART EI Secara umum, metode pembelajaran


Kriteria Sekolah yang dilakukan guru SMART EI sudah
Indikator Capaian Capaian CSI Kenaikan memuaskan, baik dari segi persiapan, variasi
CSI sebelumnya hingga cara mengajar. Untuk performansi guru,
Persiapan guru sebelum mengajar 74.40% 60.43% 13.97% catatan positif diberikan untuk kerapihan guru
Variasi metode belajar 73.56% 68.44% 5.12% yang dinilai sangat memuaskan. Namun
Cara guru mengajar 60.50% 48.90% 11.60% kekurangan masih dirasakan, terutama terkait
Pengertian guru terhadap perbedaan 53.29% 49.80% 3.49%
empati guru terhadap permasalahan siswa.
gaya belajar siswa Untuk evaluasi hasil pembelajaran, secara
Dorongan guru agar siswa terlibat 72.57% 63.47% 9.10% umum sudah memuaskan. Untuk sarana/
aktif dalam KBM prasarana penunjang KBM, masih ada berbagai
Dorongan guru agar siswa mengikuti 57.80% 47.86% 9.94% perbaikan yang harus dilakukan, khususnya
lomba penataan ruang art. Selain itu, responsivitas
Empati guru terhadap perasaan & 49.26% 40.21% 9.05% administrasi sekolah dalam membantu
masalah siswa keperluan siswa SMART EI juga masih perlu
Guru sebagai teman bicara siswa 55.88% 50.71% 5.17% ditingkatkan. Administrasi sekolah sangat
Cara guru memberi nasehat 69.35% 54.60% 14.75% berperan dalam pengelolaan dan pengadaan
Suasana komunikasi yang guru 63.27% 54.28% 8.99% seluruh dokumen milik siswa dan kebutuhan
ciptakan siswa/ guru.
Kontrol guru di luar KBM 69.38% 64.47% 4.91%
Bimbingan guru atas masalah siswa 59.91% 51.13% 8.78%
Capaian Kepuasan Siswa SMART EI
Kategori Asrama
Guru datang tepat waktu 65.22% 45.46% 19.76%
Seperti disebutkan sebelumnya, kriteria
Kerapihan guru 83.62% 71.83% 11.79% pengelolaan asrama SMART EI memperoleh
Konsistensi guru dalam menjalankan 69.62% 55.75% 13.87% peningkatan pencapaian terbesar dibandingkan
aturan
kriteria lainnya. Pun demikian kriteria ini masih
Obyektivitas penilaian guru 70.36% 52.29% 18.07% menjadi titik kritis karena walaupun mengalami
Penginformasian sistem penilaian 69.23% 55.35% 13.88% peningkatan drastis dari pencapaian CSI
Dampak positif hasil evaluasi siswa 67.30% 60.46% 6.84% sebelumnya, pencapaian kriteria ini masih
Followup hasil evaluasi siswa 60.07% 55.56% 4.51% dalam kategori 'cukup puas' di saat kriteria
Kelengkapan laboratorium IPA & 69.19% 44.13% 25.06%
lainnya sudah mencapai kategori 'puas'.
komputer
Kesempatan siswa mengunakan 67.96% 59.44% 8.52% Tabel 6. Rekapitulasi Pencapaian CSI SMART
fasilitas laboratorium EI Kriteria Asrama
Kebersihan&kenyamanan ruang kelas 78.12% 57.77% 20.35% Indikator Capaian Capaian CSI Kenaikan
CSI sebelumnya
Penataan ruang kelas 66.95% 53.24% 13.71%
Performansi pembina 59.93% 32.81% 27.12%
Kesempatan siswa untuk menata 55.91% 52.49% 3.42%
kelas asrama

Kelengkapan PSB 68.39% 51.50% 16.89% Evaluasi hasil 62.16% 35.32% 26.84%
pembinaan
Kelengkapan dan penataan 73.72% 51.01% 22.71%
perpustakaan Fasilitas fisik asrama 54.18% 48.22% 5.96%
Kemudahan pencarian buku 56.15% 49.06% 7.09%
perpustakaan
Apresiasi diberikan untuk perbaikan
Kelengkapan dan penataan ruang art 47.49% 50.68% -3.19% sistem asrama yang mengalami peningkatan
Responsivitas bagian administrasi 56.53% 49.75% 6.78% signifikan, baik dari segi performansi pembina
sekolah asrama maupun evaluasi hasil pembinaan. Titik
Pengelolaan informasi sekolah 61.75% 51.82% 9.93% kritis dalam kriteria ini justru terletak pada
indikator fasilitas fisik asrama yang pencapaian

15
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

dan peningkatannya paling rendah (54.18% dan Perbaikan yang dilakukan dalam
5.96%) dibandingkan indikator lainnya. Tabel 7 pengelolaan asrama SMART EI diantaranya
berikut menggambarkan detail pencapaian CSI pembuatan levelisasi pembina asrama, pelibatan
dari 25 indikator dalam kriteria asrama. OASE (organisasi siswa SMART EI) dalam
pengelolaan kegiatan siswa di asrama SMART
Tabel 7. Detail Pencapaian CSI SMART EI EI, pembuatan program Social Entrepreneur
Kriteria Asrama Leader (SEL), penunjukan admin khusus untuk
Indikator Capaian Capaian CSI Kenaikan menangani administrasi asrama, pelaksanaan
CSI sebelumnya berbagai program sosial misalnya Bimbel Siswa
Empati pembina asrama terhadap 51.05% 26.13% 24.92% SD untuk masyarakat sekitar serta sertifikasi
perasaan & masalah siswa
publik untuk home stay dan berbagai kegiatan
Pembina asrama sebagai teman 58.65% 32.05% 26.60% sosial SMART EI lainnya.
bicara siswa
Secara umum, performansi pembina
Cara pembina asrama memberi 67.29% 35.01% 32.28%
nasehat
asrama mengalami kenaikan signifikan di
semua indikator. Hal ini tentunya sangat baik
Suasana komunikasi yang pembina 60.89% 29.60% 31.29%
asrama ciptakan mengingat kriteria asrama merupakan titik kritis
kepuasan siswa SMART EI. Jika pada
Bimbingan pembina asrama atas 56.87% 33.43% 23.44%
masalah siswa pencapaian sebelumnya, semua indikator
Konsistensi pembina asrama dalam 70.25% 33.86% 36.39%
performansi pembina asrama dinilai kurang
menjalankan aturan memuaskan (20 40%), pada pencapaian kali
Ketelatenan dalam mendampingi 53.09% 33.32% 19.77% ini beberapa indikator bahkan sudah mencapai
siswa yang sakit kriteria memuaskan. Beberapa indikator
Arahan dalam menanamkan 66.12% 37.43% 28.69% performansi pembina asrama yang 'melompati'
kebersihan & kedisiplinan kategori kepuasan siswa SMART EI dari
Kemudahan pembina asrama 55.12% 34.42% 20.70% 'kurang memuaskan' menjadi 'memuaskan'
diminta bantuan oleh siswa adalah pada indikator cara pembina asrama
Obyektivitas penilaian pembina 62.00% 33.71% 28.29% memberi nasehat, suasana komunikasi yang
asrama
dibangun pembina asrama, konsistensi pembina
Representasi laporan pembinaan 60.69% 36.23% 24.46% asrama dalam menjalankan aturan serta arahan
Dampak positif hasil evaluasi siswa 64.78% 33.89% 30.89% wali asrama dalam menanamkan kebersihan
Followup hasil evaluasi siswa 61.16% 37.46% 23.70% dan kedisiplinan. Pun sudah naik signifikan,
Kebersihan & kelengkapan ruang 56.67% 32.82% 23.85%
empati dan kesigapan pembina asrama terhadap
kamar permasalahan siswa SMART EI masih perlu
Kebersihan kamar mandi 40.05% 29.06% 10.99% diperbaiki. Dalam hal ini, pembina asrama
Kebersihan tempat makan 52.16% 43.12% 9.04%
diharapkan lebih memposisikan dirinya sebagai
orang tua siswa.
Kecukupan makanan bergizi 55.28% 40.91% 14.37%
Catatan positif lainnya diberikan untuk
Keterjangkauan masjid 82.67% 81.96% 0.71% evaluasi hasil pembinaan yang mengalami
Kebersihan masjid 75.87% 68.05% 7.82% kenaikan signifikan di semua indikator, mulai
Kebersihan tempat wudhu & 66.63% 70.59% -3.96% dari obyektivitas penilaian, representasi laporan
kelancaran air pembinaan, dampak positif evaluasi hingga
Ketersediaan tempat belajar mandiri 49.64% 43.13% 6.51% tindak lanjut evaluasi siswa. Semua indikator
Kelengkapan tempat olah raga 37.53% 42.06% -4.53% tersebut bahkan 'melompati' kategori kepuasan
Kelengkapan alat olah raga 33.51% 35.73% -2.22% siswa SMART EI dari 'kurang memuaskan'
menjadi 'memuaskan'.
Ketersediaan fasilitas mencuci & 53.22% 49.63% 3.59%
mandi Titik kritis kriteria asrama ini adalah
Keterjangkauan dan kebersihan 46.89% 41.59% 5.30%
pada pemenuhan fasilitas fisik asrama. Hanya
tempat jemuran indikator terkait dengan masjid yang

16
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

capaiannya sudah memuaskan, mulai dari kepuasannya semakin kecil. Penilaian positif
keterjangkauan dan kebersihan masjid, hingga sebagian besar disumbang oleh siswa kelas 1
kebersihan termpat wudhu dan kelancaran air (angkatan 2011) dengan memberikan kategori
wudhu. Untuk indikator terakhir, kepuasan 'sangat memuaskan' untuk seluruh kriteria.
siswa SMART EI bahkan mengalami Dapat dibayangkan penurunan kepuasan yang
penurunan dikarenakan beberapa kali air wudhu signifikan jika responden siswa angkatan 2011
tidak tersedia (karena mesin air rusak) dan yang baru beberapa bulan ada di SMART EI ini
tempat wudhu tidak bersih (karena sedang ditiadakan. Kriteria seleksi relatif 'aman',
diperbaiki). Penurunan kepuasan lainnya juga namun kriteria asrama sangat rentan dengan
terjadi pada indikator kelengkapan tempat dan kekurangpuasan siswa SMART EI. Secara
alat olah raga, bahkan masuk kategori 'kurang awam juga dapat dikatakan bahwa terjadi
memuaskan'. Hal ini di antaranya disebabkan penurunan kepuasan siswa SMART EI seiring
perbaikan lapangan futsal yang tak kunjung lamanya siswa berada di lingkungan SMART
selesai. Titik kritis lainnya adalah pada EI. Catatan ini tentunya perlu menjadi perhatian
indikator kebersihan kamar mandi asrama khusus, bagaimana menjaga performa dan
SMART EI yang masih jauh dari memuaskan. kualitas layanan program SMART EI.
Selain jumlahnya tidak mencukupi, beberapa
toilet saluran airnya tidak lancar. Ke depan,
selain pembenahan sistem, perbaikan sarana KESIMPULAN
fisik juga perlu menjadi perhatian. Selama ini, Dari hasil pengukuran kepuasan siswa
bagian maintainance memerlukan waktu yang SMART EI di atas ada beberapa kesimpulan
cukup lama untuk memperbaiki fasilitas asrama yang dapat diperoleh :
yang rusak. 1. Pencapaian kepuasan siswa SMART EI
2011 adalah sebesar 64.13% atau
Capaian Kepuasan Siswa SMART EI per mengalami peningkatan sebesar
Angkatan 13.99% dari pencapaian dua tahun
Pemetaan lebih mendalam berkenaan sebelumnya.
dengan pencapaian kepuasan siswa SMART EI 2. Kriteria asrama mengalami kenaikan
sebaiknya juga ditinjau per angkatan. Hal ini yang paling signifikan (16.91%),
dikarenakan perbedaan karakteristik di masing namun masih menjadi titik kritis
masing turut berperan dalam menentukan perbaikan dengan pencapaian kepuasan
kepuasan siswa SMART EI. Tabel 8 berikut siswa SMART EI terendah (57.52%).
memaparkan pengukuran kepuasan SMART EI 3. Kriteria sekolah mengalami kenaikan
per angkatan. yang paling sedikit (10.83%)
memperlihatkan belum banyak
Tabel 8. Hasil Pencapaian CSI SMART EI per perbaikan yang dilakukan untuk
angkatan peningkatan performa sekolah.
S isw a S M A R T 4. Kriteria seleksi mendapatkan
K r ite r ia E v a lua si
2007 2008 2009 2010 2011 pencapaian terbesar (69.98%) dengan
Sel e k si 6 4 .0 8 % 6 0 .7 8 % 7 0 .34 % 6 5 .9 2 % 8 8 .7 7 % titik kritis perbaikan pada indikator
Sek o l a h 5 4 .32 % 5 6 .0 9 % 6 3.4 6 % 6 5 .4 6 % 8 5 .1 2 % kemudahan informasi pendaftaran.
A sra ma 4 2 .9 9 % 5 0 .9 0 % 4 9 .2 3% 5 6 .8 1 % 8 7 .6 8 % 5. Metode pembelajaran dan evaluasi hasil
R a ta - ra ta 5 3 .8 0 % 5 5 .9 3 % 6 1 .0 1 % 6 2 .7 3 % 8 7 .1 9 % pembelajaran di SMART EI sudah
memuaskan, namun perbaikan masih
Dari tabel 8 terlihat bahwa angkatan perlu dilakukan khususnya pada aspek
sangat mempengaruhi capaian kepuasan siswa empati guru, perbaikan fasilitas belajar
SMART EI, dimana semakin lama siswa berada dan responsivitas bagian administrasi
di SMART EI (angkatannya semakin tinggi), sekolah.

17
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

6. Performa pembina asrama dan evaluasi pengadaan sarana/ prasarana penunjang


hasil pembinaan mengalami kenaikan KBM masih perlu ditingkatkan.
yang menggembirakan (berturut turut 4. Seperti halnya program pengelolaan
meningkat 27.12% dan 26.84%), SDM lainnya, potensi dan bakat dari
namun empati dan kesigapan pembina setiap siswa perlu lebih dikembangkan.
asrama terhadap permasalahan siswa Standar kompetensi, baik pengetahuan,
SMART EI masih perlu ditingkatkan. keterampilan maupun sikap memang
7. Pemenuhan fasilitas fisik menjadi titik diperlukan, namun keahlian spesifik
kritis kriteria asrama, khususnya yang juga perlu ditemukenali, dikembangkan
berkaitan dengan fasilitas olah raga dan dan dipertajam.
kamar mandi. 5. Sharing antar komponen SMART EI
8. Pencapaian kepuasan siswa SMART EI mengenai pengelolaan program perlu
terbesar dirasakan siswa angkatan 2011 lebih diintensifkan agar dapat saling
(87.19%), dimana ada kecenderungan menularkan kebaikan dan melengkapi
semakin lama menjadi siswa SMART kekurangan sekaligus meningkatkan
EI, kepuasannya akan semakin kecil. soliditas tim, misalnya antar pembina
asrama, antar mitra seleksi dan antara
REKOMENDASI pengelola asrama dengan sekolah.
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan Diskusi produktif ini juga dapat
pengukuran CSI di atas, ada beberapa mengumpulkan pengetahuan/ wawasan
rekomendasi yang perlu menjadi perhatian yang terserak mengenai pengelolaan
1. Secara umum, proritas perbaikan yang program. Permasalahan yang kerap
akan berdampak pada peningkatan terjadi berulang tentunya akan lebih
performa secara keseluruhan adalah cepat terpecahkan jika ada aktivitas
pada kriteria asrama. Perlu adanya knowledge management dalam
berbagai perbaikan fasilitas asrama dan pengelolaan program.
peningkatan emphaty & responsiveness 6. Bagaimanapun juga, siswa sejatinya
pembina asrama terhadap permasalahan merupakan bagian dari masyarakat.
siswa SMART EI. Transfer knowledge Oleh karena itu, pelibatan siswa
dan mentalitas juga perlu menjadi SMART EI dalam berbagai kegiatan
perhatian di setiap pergantian pembina sosial kemasyarakatan harus dilakukan
asrama. Selain itu, sinergi peran antar dan terus dikembangkan.
pembina asrama dan antara asrama 7. Sebagai bagian dari keluarga besar
dengan sekolah harus lebih terbangun, Dompet Dhuafa (DD), sejak dini siswa
sehingga produktivitas dan soliditas itu SMART EI juga perlu dikenalkan
menular ke siswa SMART EI. tentang kelembagaan dan nilai nilai
2. Untuk meningkatkan performa seleksi DD, sehingga inspirasi kebaikan yang
SMART EI, yang paling utama perlu ada dapat terinternalisasi dan roda
diperbaiki adalah kemudahan informasi pemberdayaanpun dapat terus berputar.
pendaftaran. Dalam hal ini, komponen Pengenalan lebih dalam tidak melulu
penting yang perlu dikelola dengan berupa presentasi profil lembaga,
baik adalah mitra seleksi daerah selaku namun dapat lebih aplikatif dengan
pihak yang melakukan sosialisasi sinergitas terhadap perwakilan, mitra
hingga menyelenggarakan berbagai dan jejaring DD ataupun pelibatan
tahapan seleksi. langsung dalam pengelolaan program.
3. Walaupun tidak menjadi sorotan, pihak 8. Untuk penguatan data, perlu dilakukan
sekolah juga harus berbenah. Performa pengukuran CSI lanjutan terhadap
guru dan administrasi sekolah serta alumni SMART EI.

18
Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa edisi I/ 2011

DAFTAR PUSTAKA

Danupranata, Gita, Pengaruh Performance Manullang, Ida, Pengaruh Kualitas Pelayanan


Quality Jasa Pendidikan terhadap Reputasi terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa
Merk, Kepuasan dan Loyalitas Siswa SMA Penerbangan PT. Garuda Indonesia
pada Lembaga Bimbingan Belajar di Airlines di Bandara Polonia Medan
Yogyakarta (Yogyakarta : Fakultas Ekonomi (Medan : Sekolah Pascasarjana USU, 2008)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
2007) Musanto, Trisno, Faktor faktor Kepuasan
Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan : Studi
Hidayah, Isna, Analisis Pelayanan dengan Kasus pada CV. Media Advertising
Nilai Tambah terhadap Kepuasan dan Surabaya (Surabaya : Jurnal Manajemen &
Loyalitas Nasabah Prioritas di PT. Bank Kewirausahaan Universitas Kristen Petra
Mandiri (Persero), Tbk Cabang Medan Vol. 06 No. 02, 2004)
Lapangan Merdeka (Medan : Sekolah
Pascasarjana USU, 2007) Program SMART Ekselensia Indonesia,
Manual Program, (Bogor : SMART
Julita, Menuju Kepuasan Pelanggan melalui Ekselensia Indonesia, 2011)
Penciptaan Kualitas Pelayanan (Medan :
Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis Reni, Studi Mengenai Kepuasan Pelanggan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Berdasarkan Nilai Pelanggan : Studi Kasus
Utama Vol. 01 No. 01, 2001) Pengguna Jasa Kesehatan pada Rumah
Sakit Telogorejo Semarang (Semarang :
Kadarwati, Sri, Analisis Kepuasan Konsumen Tesis untuk memperoleh gelar Magister
terhadap Pelayanan Pendidikan Sekolah Manajemen Program Pascasarjana
Dasar di Kota Surakarta (Surakarta : Universitas Diponegoro, 2007)
Program Magister Manajemen Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2006) Sukardi, Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan
Operasionalisasinya, (Jakarta : Bumi
Lukmana, Diding, Kajian Kepuasan Peserta Aksara, 2011)
Wajib PT. Askes dalam Kinerja Perspektif
Pelanggan pada Program Asuransi Syarif, Azmaniar, Pengaruh Pemasaran
Kesehatan Sosial di Kota Semarang Tahun Relasional terhadap Kepuasan Pelanggan
2006 : Studi Kualitatif (Semarang : Tesis pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi
untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Putera 1912 Cabang Medan (Medan :
Kesehatan Masyarakat dalam Konsentrasi Sekolah Pascasarjana USU, 2008)
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Program Pascasarjana Universitas Transtianingzah, Fia, Analisis Pengaruh
Diponegoro, 2006) Kualitas Pelayanan terhadap Tingkat
Kepuasan Nasabah pada Bank Muamalat
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Cabang Solo (Solo : Skripsi untuk
(Bandung : Pustaka Setia, 2011) memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
dalam Program Studi Manajemen Syari'ah,
Mansur, T, Faktor faktor yang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik Surakarta, 2006)
pada Bagian Bina Layanan Setdako
Lhokseumawe (Medan : Sekolah
Pascasarjana USU, 2008)

19

You might also like