You are on page 1of 2

Rheumatoid Arthritis adalah penyakit arthritis yang sering dijumpai di masyarakat.

Merupakan
penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan kerusakan sendi sehingga menimbulkan
kecacatan, bahkan kematian. Penyakit ini banyak dampak yang ditimbulkan selain nyeri dan
kecacatan, yang berdampak pada kualitas hidup penderita. Selain itu membutuhkan biaya yang
sangat banyak untuk mengendalikan penyakitnya

Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang merusak sinovium (bagian dari sendi)
yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pelumas sendi supaya sendi mudah bergerak.
Umumnya menyerang sendi-sendi kecil, jari-jari tangan, kaki pada kedua sisi dan simetris.

Gejala klinis biasanya ditandai dengan bengkak pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, kedua
siku, bahu, lutut, pergelangan kaki. Selain bengkak juga nyeri terutama pagi hari. Selain gejala
nyeri sendi biasanya juga disertai demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan
gejala anemia. Penyakit ini bila tidak ditangani sedini mungkin akan menimbulkan kerusakan
tulang sekitar sendi sehingga menimbulkan kecacatan.

Manifestasi Rheumatoid Arthritis diluar sendi yaitu konjungtivitis, perikarditis, feltys syndrome.
Komplikasi yang sangat membahayakan adalah adanya radang pada tulang servikal C1 yang bisa
subluksasi yang bisa menyebabkan kondisi yang fatal.

Untuk dapat mengobati penyakit autoimun, maka kita harus tahu secara detail proses terjadinya
penyakit (patogenesis) autoimun. Pada kondisi normal, respon imun yang bertanggung jawab
pada terjadinya inflamasi akan diatur ketat oleh sistem imun baik melibatkan sistem imun
alamiah maupun yang didapat melalui mediator inflamasi. Pada penyakit inflamasi kronik terjadi
ketidakseimbangan antara mediator inflamasi dan anti inflamasi yang akibatnya menimbulkan
kerusakan sendi atau jaringan. Pada rheumatoid arthritis akibat inflamasi yang berkepanjangan
menimbulkan kerusakan cartilage dan tulang daerah sekitarnya.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik, biasanya hanya ditandai dengan anemia dan
laju endap darah serta C-Reactive Protein (CRP) yang meningkat. Rematoid Faktor (RF) bukan
spesifik untuk penyakit Rheumatoid Arthritis, tetapi merupakan marker untuk memperkirakan
berat tidaknya penyakit Rheumatoid Arthritis.

Dalam usaha untuk menghentikan suatu proses inflamasi, maka harus dimengerti peran mediator
dalam patogenesis rheumatoid arthritis sehingga bisa dilakukan terapi dengan tepat sasaran,
karena terapi DMARD dianggap kurang efektif dan banyak efek samping.

Rheumatoid Arthritis harus diterapi sedini mungkin untuk mencegah kecacatan, berikut adalah
terapi yang diberikan pada penyakit rheumatoid arthritis berdasarkan standar internasional:

1. NSAID (non steroid anti inflamasi) dimana fungsi kerja obat ini adalah menghambat sintesa
prostaglandin yang menimbulkan nyeri. Obat ini menghambat COX1 dan COX2, dimana COX1
sangat penting untuk fungsi pertahanan mukosa lambung, sehingga obat ini mempunyai efek
samping pada lambung. Kerusakan pada ginjal disebabkan adanya nekrosis unit fungsional dari
ginjal, dengan pemakaian yang hati-hati dan pertimbangan yang cukup bijaksana, maka
pemakaian NSAID ini tidak perlu dikhawatirkan. Saat ini sudah ada obat yang selektif hanya
menghambat COX2 sehingga aman digunakan jangka panjang. Pada umumnya masyarakat
menganggap bahwa anti nyeri ini sama dengan anti rematik.

2. DMARD (disease modyfing anti rheumatic drug): obat ini bertujuan untuk mengendalikan sel
kekebalan tubuh yang merusak synovial, namun obat ini tidak jelas bagaimana mekanisme
kerjanya. Untuk itu pada akhir-akhir ini berkembang obat rematik yang disebut biologic agent
yang terdiri dari antibody monoclonal dengan tujuan mentarget molekul tertentu yang
berperanan dalam mekanisme penyakit, misalnya TNF alfa, IL-1, IL-6, sel B. beberapa obat
DMARD yang digunakan pada RA yaitu metrotrexate, leflunomide, sulfasalazine, azatioprine,
siklosporin, kloroquin. Obat ini bisa digunakan tunggal atau kombinasi, bila dosis yang
digunakan dengan tepat, maka efek samping dapat diminimalisasi. Bila tidak respon dengan
DMARD, maka terapi saat ini adalah kombinasi antara DMARD dan biologic agent. Kombinasi
DMARD tidak boleh lebih dari tiga macam obat (cocktail), ini sangat berbahaya efek
sampingnya sangat tinggi.

3. Biologic agent: macamnya adalah anti TNFalfa (etanercept, infliximab, adalimumab,


golimumab), anti CD20, anti IL-6, anti IL-1 (anakinra).

Terapi DMARD bisa dalam bentuk monoterapi atau single DMARD dan bisa dikombinasi
dengan DMARD yang lain, artinya terapi kombinasi. Bila tidak respon, maka diperlukan terapi
Biologic Agent. Bila sejak awal RA sangat berat, maka sebaiknya terapi dilakukan dengan
DMARD + Biologic Agent.

Tanda-tanda RA terkontrol

Secara klinis tidak ada nyeri sendi, bengkak sendi maupun kaku sendi, dan tahun ke tahun tidak
ada kecacatan yang bertambah. Secara laboratorium LED, CRP dalam batas normal. Gambaran
radiologi tidak ada destruksi sendi baru.

You might also like