Professional Documents
Culture Documents
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Sdr. H
Usia : 27 tahun
Alamat : Jebed Selatan 2/4 Pemalang
Pekerjaan : Pegawai swasta
Status : Belum kawin
Masuk RS : 5 september 2017
II. Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama
Post KLL
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD Suradadi dengan post KLL dari motor
mengeluh nyeri gerak pada bahu kanan dan paha kanan. Tangan kanan dan
kaki kanan sulit digerakkan. Pasien juga mengeluh pusing (+) mual (+).
Pasien jatuh dalam kondisi sadar, tidak ada fase pingsan, muntah (-),
pasien ingat kronologi saat jatuh, yang mana bagian tubuh sisi kanan
tertindih oleh motor.
1
Riwayat Psikososial
Riwayat merokok, minum alcohol serta obat-obatan disangkal pasien
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemas, kesadaran somnolen, tekanan darah
88/64 mmHg, frekuensi nadi 56 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu
37oC, SpO2 100%, BB : 49 kg
Kepala: Bentuk normocephal, simetris, rambut hitam, tidak mudah dicabut,
hematom (-)
Mata. konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-) ,pupil isokor kanan dan
kiri, refleks cahaya positif pada kedua mata
Hidung. Septum di tengah, tidak deviasi, pernafasan cuping hidung (-),
sekret (-).
Mulut.Mukosa bibir basah, lidah (-), faring dan tonsiltidak hiperemis
Leher.Pada inspeksi bentuk normal, pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah (-), JVP tidakmeningkat
Thoraks.Pada inspeksi bentuk dada kanan dan kiri sama, pergerakan nafas
kanan dan kiri sama, iktus kordis tidak terlihat, auskultasi pernafasan
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),wheezing (-/-), bunyi jantung I-II reguler,
murmur (-) gallop (-/-).
Abdomen. Pada inspeksi supel, perut tampak datar, , hepar dan lien tidak
teraba, perkusi seluruh lapang abdomen timpani, auskultasi bising usus
normal
Pinggang. Nyeri ketok CVA (-/-)
Ekstremitas. Akral dingin (+/+), CRT >2 detik
Status lokalis
1) Regio clavicula dekstra
- Look: Deformitas (-) edema (-)
- Feel: Krepitasi (-) nyeri tekan (-)
- Movement: passive movement (ROM terbatas)
2) Regio cruris dekstra
- Look: deformitas (+) edema (+)
- Feel: krepitasi (+) nyeri tekan (+) pulsasi bagian distal trauma (+)
- Movement: passive movement (ROM terbatas)
2
IV. Hasil Pemeriksaan laboratorium (5 september 2017)
Jam 18.45
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Rutin
Hemoglobin 14,8 14 16 g/dl
Hematokrit 41 37 43 %
Eritrosit 4,92 juta 45 Juta/mm3
Leukosit 22.030 4.000-11.000 mm3
Trombosit 198.000 150000 450000 mm3
MCV 83,4 76 96 fL
MCH 30,1 27 32 pg
MCHC 36,2 32 36 g/dl
CT 7:00 menit 3-8 Menit
BT 3:30 menit 1-4 menit
GDS 166,1 <200 mg/dl
Jam 20.00
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Rutin
Hemoglobin 12,8 14 16 g/dl
Hematokrit 35,4 37 43 %
Eritrosit 4,27 juta 45 Juta/mm3
Leukosit 27.880 4.000-11.000 mm3
Trombosit 168.000 150000 450000 mm3
MCV 83,0 76 96 fL
MCH 30,1 27 32 pg
MCHC 36,3 32 36 g/dl
Jam 21.15
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Rutin
Hemoglobin 10,5 14 16 g/dl
Hematokrit 28,7 37 43 %
Eritrosit 3,48 juta 45 Juta/mm3
Leukosit 17.130 4.000-11.000 mm3
3
Trombosit 108.000 150000 450000 mm3
MCV 82,5 76 96 fL
MCH 30,3 27 32 pg
MCHC 36,7 32 36 g/dl
4
Kesan:
Tampak diskontinuitas tulang os femur dekstra 1/3 medial completed
V. Diagnosis
1. Syok hipovolemik et causa hemoragik
2. Closed fracture 1/3 medial femur dekstra completed
VI. Penatalaksanaan
Terapi IGD
5
IV line 2 jalur RL sebanyak 2000 cc
Inj. Ketorolac 3x30 mg iv
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Immobilisasi dengan pemasangan elastic verband
Pantau diuresis, ku/vs
Konsul Sp.OT mendapat jawaban:
- Cek Hb tiap 1 jam, jika Hb turun maka masukkan 1 kolf PRC atau
whole blood
- Persiapkan OP Cito
- Konsul Sp.An, mendapat jawaban: siapkan PRC atau whole blood 4
kolf, loading sampai keluar urine, HES:RL loading 2 jalur
VII. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
6
bandage Cek DL ada hasil
- Straping lapor
glenohumeral
dekstra
7
- LO tertutup Transfuse PRC 2 kolf
elastic bandage cek lab konsul dr.
dengan drainase Sp.OT, lapor mendapat
5cc advis:
Lab: - Transfuse PRC 1
Hb: 10,7 kolf
AL: 10,300
AT: 102.000
HT: 29,3%
8
Follow up (8 september 2017)
S O A P
Nyeri post KU/Kes: S.sedang/CM 1. Post syok IVFD Nacl 20 tpm
OP (+) TD: 110/70 mmHg hipovolemik Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
RR 20 x/menit 2. Post ORIF femur Inj. Gentamycin 2x80 mg
HR 86 x/menit dekstra Inj. Ketorolac 3x30 mg
Suhu 36,5C 3. Repair vascular Inj. Ranitidine 2x50 mg
Mata: KA+/+, SI-/- Evaluasi tanda-tanda
Thorax: Cor BJ1=2 reg compartment syndrome
Pulmo VBS +/+, Rh-/-, Wh - lower extremity dekstra
/- Evaluasi vascularisasi
Cor : gallop (-) murmur (-) upper extremity dekstra
Abd: supel, NTE (-) Evaluasi vaskularisasi
Status lokalis: lower extremity dekstra
LO: kering Drip tramadol 3x1 amp
Aff drain
9
Status lokalis:
LO: kering, ditutup elastic
bandage
VAS 6-7
10
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
A. SYOK HIPOVOLEMIK
1. Definisi
yang tidak adekuat sehingga suplai oksigen tidak mencukupi untuk proses
kehilangan sel darah merah dan plasma karena perdarahan atau karena
ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hampir 2/3 dari air tubuh total
2. Etiologi
1) Syok hemoragik
hemoperitonium
2) Kehilangan plasma
11
a. Eksternal : muntah, diare, keringat berlebih, keadaan hiperosmolar
Perdarahan
Perdarahan gastrointestinal
Perlukaan berganda
Kehilangan plasma
Pancreatitis
Deskuamasi kulit
Sindrom Dumping
Muntah
Dehidrasi
Diare
Diabetes insipidus
Insufisiensi adrenal
12
3. Patofisiologi Syok
klinis sindroma syok. Jika syok tetap ada, kematian sel akan terjadi dan
kompensasi biasanya mulai gagal dan terjadi sindroma klinis syok. Curah
jantung dan otak sampai pada kematian sel jika mekanisme ini juga gagal.
jika syok terus berlanjut, kerusakan organ akhir terjadi yang mencetuskan
13
intravaskuler diseminata, dan gagal multiorgan yang menyebabkan
kematian.4
dari platelet yang membentuk gumpalan yang masih baru pada sumber
matang.
14
langsung meningkatkan reabsorbsi dari air dan garam (NaCl) pada tubula
asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991).
15
4. Diagnosis
kehilangan darah yang jelas. Diagnosa lebih sulit pada pasien dengan
Pressure
16
Capilary refill Delayed Delayed Delayed Delayed
(mL/hr)
anxious lethargic
5. Gejala Klinis
Sama seperti hipovolemik syok yang terjadi akibat perdarahan internal dan
eksternal, dimana gejala dan tanda pada perdarahan internsal tidak terlalu
jelas, dimana gejala pada umunya pasien akan mengeluhkan lemah lesu
muntah darah atau buang air besar berdarah akan dikeluhkan pada pasien
6. Klasifikasi Syok
jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan
17
tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi
ringan .
takikardia.
volume darah, maka gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah
18
darah) darah)
Diaporesis Takipnea
Perubahan kesadaran
tanda syok kardiogenik seperti distensi vena jugularis, ronki dan gallop S3 maka
7. Penatalaksanaan
penyebab. 1,2,4
ABC. Jalan nafas (A = air way) pasien bebas, pertimbangan apakah perlu
pasien dengan curiga adanya trauma inhalasi atau kasus lainnya yang
19
terjamin, pertimbangan apakah perlu penggunaan ventilasi buatan dan
circulation) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu
cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu
berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah. Perdarahan yang banyak (syok
laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test. Jika
ketersediaan.
20
Pemberian darah pada awal shok karena perdarahan, dimana pasien
darah yang digunakan telah menjalani tes cross-match (uji silang), bila
sangat darurat maka dapat digunakan Packed red cells tipe darah yang
8. Komplikasi
menyebabkan kematian.3
21
9. Prognosis
B. FRAKTUR FEMUR
1. ANATOMI TULANG FEMUR
22
2. FRAKTUR FEMUR
a. Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan
korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser.
Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur
tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat luka yang
menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan
kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut
fraktur terbuka. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu
seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.1,3
b. Klasifikasi
Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam
pengolahan komputer, telah dikembangkan oleh (Muller dkk., 1990).
Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :3
1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula
23
Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :
1. Proksimal
2. Diafiseal
3. Distal
4. Maleolar
3. Patofisiologi
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, durasi
trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik (meliputi
kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya
densitas tulang tulang). Hal yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada
tulang bermacam-macam antara lain trauma (langsung dan tidak langsung),
akibat keadaan patologi serta secara spontan. Trauma langsung menyebabkan
tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma
tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
24
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu terjadi fraktur,
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak
sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih
dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat
tersebut, aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau
penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di
tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat
anoksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.
25
4. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :3
26
Gambar 4.1 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Garden2
Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun
merupakan fraktur leher femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang
dengan cepat menjadi fraktur leher femur stadium IV. Selain Garden, Pauwel juga
membuat klasifikasi berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur seperti yang
tertera pada gambar 4.2, yaitu sebagai berikut: 2
A B C
27
Ialah semua fraktur yang terjadi antara trokanter minor dan trokanter
mayor. Fraktur ini bersifat ekstra artikuler dan sering terjadi pada orang tua
diatas umur 60th.
Dibagi atas :
1. Fr. Stabil
28
- Fraktur Tertutup
Fraktur femur kanan 1/3 distal Fraktur femur kanan 1/3 proksimal
29
- Fraktur Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan
antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam
menembus keluar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
5. Manifestasi klinik
Anamnesis
30
ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan
lunak, deformitas jauh lebih mendukung.1,3
b. Pemeriksaan fisik
31
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
32
MRI : MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir
semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan
untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan,
dan tulang.9
H. DIAGNOSIS
I. PENATALAKSANAAN
33
pada frakturnya sendiri berupa transfusi darah dan cairan-cairan lainnya serta
obat-obat anti nyeri.
2. IMOBILISASI / FIKSASI
Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.
Jenis Fiksasi :
Ekternal / OREF
34
Gips ( plester cast)
Traksi
Indikasi :
Pemendekan (shortening)
Fraktur unstabel : oblique, spiral
Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar
Komplikasi Traksi :
1. Gangguan sirkulasi darah beban > 12 kg
2. Trauma saraf peroneus (kruris) droop foot
3. Sindroma kompartemen
4. Infeksi tmpat masuknya pin
35
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik
dengan operasi, misalnya fraktur femur
2. Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis
3. UNION
4. REHABILITASI
J. PROSES PENYEMBUHAN
Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya,
tulang disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2
mm.
36
Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi akut dengan
proliferasi sel di bawah periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla.
Bekuan hematom diserap secara perlahan dan kapiler baru mulai terbentuk.
4. Fase Konsolidasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan
membentuk jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.
37
5. Fase Remodeling
Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang
tanpa kanalis medularis. Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi
dan tetap terjadi osteoblastik pada tulang.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur antara lain1,3,4,5:
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
a. Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan
darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa menyebabkan
penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang
rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
b. Sindrom emboli lemak
38
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau
karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada
aliran darah.
c. Sindroma Kompartement merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot
karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau
balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena
edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya :
iskemi,dan cidera remuk).
d. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak ada nadi, CRT
menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
e. Infeksi
Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
f. Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan
adanya Volkmans Ischemia.
2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union,
delayed union, dan non union.
a. Malunion
b. Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan kelainan
penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas,
angulasi atau pergeseran.
c. Delayed Union
39
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union
merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
suplai darah ke tulang.
d. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di
tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang. 3
L. PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang
menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur
dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang
hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah
tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan
memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti
imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan,
selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial
dalam penyembuhan fraktur.2
40
DAFTAR PUSTAKA
41