You are on page 1of 4

asuhan keperawatan pada pasien alhzeimer

ALZHEIMER
1. PENGERTIAN
Penyakit alzheimer atau biasa disebut AD adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan
progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan
gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku.
2. INSIDEN
Alzheimer adalah gangguan dimensi yang paling sering terjadi, secara kasar tercacat merupakan
60 % hingga 80 % dari seluruh dimensia di Amerika Serikat. Alzheimer dapat menyerang
seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun. Perkiraan terbaru adalah bahwa 1 dari 10 orang
pasien Alzheimer berusia lebih dari 65 tahun dan hampir separuhnya berusia lebih dari 85 tahun.
Dengan penyebaran cepat pada populasi yang berusia lebih tua
3. ETIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
Alzheimer ini mengganggu 3 proses penting yaitu hubungan antar sel saraf, metabolisme dan
proses perbaikan. Gangguan ini menyebabkan banyak sel saraf yang tidak berfungsi, kehilangan
kontak dengan sel saraf yang lain, dan mati.
Awalnya alzheimer merusak saraf saraf pada bagian otak yang mengatur memori, khususnya
pada hipokampus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat sel sel saraf di hipokampus
berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek,
dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan seseorang untuk melakukan perbuatan mudah dan
tugas tugas biasa. Alzheimer juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang
bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran.
5. GAMBARAN KLINIS
Pasien dengan gejala alzheimer sebaiknya melakukan tes untuk mendeteksi gangguan nutrisi,
endokrin, dan infeksi penyebab timbulnya gejala yang kemungkinan masih bisa dipulihkan.
Selain untuk melengkapi pemerikaan fisik dan neurologik, pemeriksaan yang sering diminta
mencakup hitung darah lengkap dan pemeriksaan darah untuk sifilis.
Pasien dengan penyakit alzheimer, selama stadium dini, pasien tidak bergejala namun
mengalami pengurasan kapasitas dalam penyelesaian masalah, keterbatasan kemampuan untuk
mengatasi situasi yang kompleks dan berfikir abstrak, emosi yang labil, pelupa, dan hilangnya
memori ynag terbaru. Bersamaan debgan berkembangnya penyakit, prilaku pesien menjadi lebih
tidak menemtu dan aneh dengan kecendrungan sering marah yang meledak ledak.
Selama stadium akhir penyakit kemampuan pasien menjadi terbatas dan tidak mampu untuk
mengurus kebutuhan dasar mereka atau untuk mengenali anggota keluarganya. Kemetian
biasanya disebabkan oleh malnutrisi dan infeksi.
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasein dengan penyakit alzheimer melibatkan pasien dengan keluarganya. Obat
penenang dan anti depresan berguna untuk menangani perolaku pasien. Obat obat
eksperimental telah digunakan dibeberapa pusat kesehatan sebagai usaha untuk memperlambat
kemunduran otak, namun tidak ada terapi obat yang disarankan. Perkumpulan dukungan
keluarga penting untuk membantu mengatasi masah dalam keluarga.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALZHEIMER


1. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik : Didasarkan pada pengkajian neurologis ( Apendiks J ) menunjukkan
kemunduran yang progresif dari kondisi fisik dan mental.
DS : keluarganya melaporkan pasien mengalami penurunan daya ingat ringan, tidak tertarik pada
lingkungan, kurang perhatian.
Kaji penyakit pasien, apakah penyakitnya menjadi berat,kehilangan daya ingat menjadi lebih
menonjol khususnya terhadap hal hal yang baru saja terjadi. Kepribadian mengalami
kemunduran,gangguan motorik.
Kaji respon keluarga dan orang terdekat terhadap kondisi pasien dan dampaknya terhadap
lingkungan rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan status mental sekunder terhadap
penyakit Alzheimer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kemunduran status
mental.
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kemunduran mental sekunder terhadap
penyakit Alzheimer.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan status mental sekunder terhadap
penyakit Alzheimer

INTERVENSI :
a) Lakukan program latihan defekasi dan berkemih bila terjadi inkontonensia. Catat pola
defekasi untuk beberapa hari.
b) Gunakan celana sekali pakai bila terjadi inkontinensia
c) Batasi minum sebelum tidur. Barikan banyak cairan pada siang hari.
d) Bantu dalam kebersihan tubuh. Berikan kesempatan untuk melakukan aktivitas mandiri
sebanyak mungkin dengan supervise
e) Libatkan pasien dalam program latihan harian

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kemunduran status
mental.

INTERVENSI
a) Suapi pasien. Ubah konsistensi makanan untuk memudahkan menelan, sesuai keperluan. Bagi
pasien yang lupa menelan, coba memberikan makana halus.
b) Apabila pasien sudah tidak mampu untuk makan sendiri, pasang selang NGT untuk pemberian
makanan sesuai program.
c) Berikan makanan tambahan disetiap makan,(pagi, siang, dan sore)
d) Sediakan waktu cukup untuk setiap kali makan. Jangan paksakan makanan atau berdebat
dengan pasien mau bekerja sama sebelum melanjutkan memberikan makanan.

3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kemunduran mental sekunder terhadap
penyakit Alzheimer.

INTERVENSI
a) Pasang pengaman tempat tidur pada saat tidur. Sering perhatikan pasien. Kenakan pelindung
dada dan pergelangan tangan hanya bila perlu untuk melindungi yang bersangkutan dari celaka
atau mencelakakan orang lain.
b) Berikan neuroleptik ( antipsikotik ) sesuai program. Dekati pasien dengan tenang dan percaya
diri kurangi stimuli lingkungan.
c) Pertahankan jadwal yang teratur untuk aktivitas sehari harinya khususnya bila menunjukkan
kebingungan. Buat latihan harian seperti jalan kaki. Serta pasien dalam beberapa aktivitas rutin
untuk mangalihkan perhatian dari mobilitas yang tidak menentu
d) Hindari memburu buru klien. Pertahankan langkah perlahan. Bicara dengan perlahan,
berjarak, dan kalimat sederhana dengan menggunakan tanda non verbal.
4. EVALUASI
Keutuhan kulit terjaga, badan tidak bau
Tidak terjadi penurunan berat badan, menghabiskan lebih dari 40 % setiap makan
Tidak ada cedera atau kerusakan kulit, tidak ada laporan pasien jatuh

DAFTAR PUSTAKA
Engran, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.EGC. Jakarta
Wilson M,Lorraine,sylvia A. Price.2005. Patofisisologi. EGC. Jakarta

Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah mekanisme biologi
yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram.[rujukan?] Apoptosis digunakan oleh
organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.[rujukan?]
Apoptosis berbeda dengan nekrosis.[rujukan?] Apoptosis pada umumnya berlangsung seumur hidup
dan bersifat menguntungkan bagi tubuh, sedangkan nekrosis adalah kematian sel yang
disebabkan oleh kerusakan sel secara akut.[rujukan?] Contoh nyata dari keuntungan apoptosis
adalah pemisahan jari pada embrio.[rujukan?] Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang terletak di
antara jari menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah satu sama lain.[rujukan?] Bila sel
kehilangan kemampuan melakukan apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak
terbatas dan akhirnya menjadi kanker.[1]

Apoptosis memiliki ciri morfologis yang khas seperti blebbing membran plasma, pengerutan sel,
kondensasi kromatin dan fragmentasi DNA,[2] dan dimulai dengan enzim kaspase dari kelompok
sisteina protease membentuk kompleks aktivasi protease multi sub-unit yang disebut apoptosom.
Apoptosom disintesis di dalam sitoplasma setelah terjadi peningkatan permeabilitas membran
mitokondria sisi luar dan pelepasan sitokrom c ke dalam sitoplasma,[3] setelah terjadi interaksi
antara membran ganda sardiolipin mitokondria dengan fosfolipid anionik yang memicu aktivitas
peroksidase.[4] Apoptosom merupakan kompleks protein yang terdiri dari sitokrom c, Apaf-1 dan
prokaspase-9.[5] Selain sitokrom c, mitokondria juga melepaskan protein apoptotik lain seperti
apoptosis Inducing Factor, endonuclease G, Omi dan Smac/Diablo

Demensia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Demensia (bahasa Inggris: dementia, senility) merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan
penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.[1] Demensia bukan
berupa penyakit dan bukanlah sindrom.

Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi
terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan
baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun
kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional,
sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.

Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia, seperti strok, Alzheimer, penyakit


Creutzfeldt-Jakob, Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-lain. Demesia juga dapat diinduksi
oleh defisiensi niasin.[2]

Demensia pada Alzheimer dikategorikan sebagai simtoma degeneratif otak yang progresif.
Mengingat beban yang ditimbulkan penyakit ini, masyarakat perlu mewaspadai gangguan
perilaku dan psikologik penderita demensia Alzheimer

You might also like