You are on page 1of 14

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PROTEIN DAN KESEGARAN

JASMANI DENGAN ANGKA KESAKITAN PADA SISWA SD NEGERI


KARTASURA 1

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Ijasah S1 Gizi

Disusun Oleh:

DIAN ISMIYANTI
J 310 090 041

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

0
1
HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PROTEIN DAN KESEGARAN
JASMANI DENGAN ANGKA KESAKITAN PADA SISWA SD NEGERI
KARTASURA 1

Dian Ismiyantia, Dwi Sarbinia dan Isnaeni Herawatib


a
Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
b
Prodi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102

Morbidity is a deviation from the healthy and prosperous case. Incidence of


the disease is the outcome of an interactive relationship between people and the
environment that has potential danger to health problems. Based on previous
research, in elementary schools of Kartasura, had a high morbidity rate of cold
which was 56.3% per week and diarrhea 14.58% per week. Protein intake in SD
N Kartasura 1 was deficit of was 64.8% and varied physical fitness.
The study aims to determine the relationship between pattern of protein
consumption and physical fitness and morbidity rate in students of Kartasura
01 elementary school.
The type of research was an observasional satudy with crosssectional
approach. Sampling techniques used was proportional random sampling, which
were 47 samples . Pattern of protein consumption obtained through the
methods of quantitative food frequency questionnaire and 24-hour recall.
Physical fitness data were obtained by 1.6 Km run method and morbidity data
were obtained through questionnaire. Data analysis used was product moment
correlations.
The number of subjects who consumed animal protein >5 times per week
was 42,6%, the number of subjects who consumed plant protein 3-5 times per
week was 55,3% and the number of deficit protein intake was 59.6%, well
physical fitness was greater in male subjects was 36.4% and experienced often
sick was 72.3%. The correlation between frequency of animal and plant protein
consumption, and the number of protein consumptions and morbidity rate were
unseen (p=0,348; p=0,681; p=0,559). The test results of correlation between
physical fitness with morbidity obtained value p = 0,224. There was not any
relationship between pattern of protein consumption and physical fitness and
morbidity rate in students of Kartasura 01 elementary school.

Key words : morbidity rate, pattern of protein consumption, physical fitness,


students
References : 13 (2004-2013)

2
PENDAHULUAN Penyakit dapat menyerang
dikarenakan tubuh dalam keadaan
Keberhasilan pembangunan yang tidak seimbang. Kondisi tubuh
dapat dicapai dengan diperlukannya yang demikian akan menambah
sumber daya manusia (SDM) yang tingginya angka kesakitan
berkualitas (Azwar, 2004). Upaya (Notoatmodjo, 2003). Penyakit
peningkatan SDM yang berkualitas infeksi yang sering menyerang anak
dimulai dengan penanganan adalah batuk pilek. Anak-anak lebih
pertumbuhan anak sebagai bagian sering terkena pilek daripada orang
dari keluarga. Anak sekolah dewasa. Diperkirakan, rata-rata anak
termasuk golongan rawan terhadap mendapatkan pilek delapan kali
kesakitan karena akan berada dalam dalam setahun sampai umur 12
masa percepatan pertumbuhan yang tahun (Thompsom, 2006). Survei
kedua. Hal ini menyebabkan anak penelitian oleh Lestari (2008),
membutuhkan lebih banyak asupan mengatakan anak sekolah dasar
makanan terutama asupan protein wilayah Kartasura memiliki
(Notoatmodjo, 2007). Penelitian prevalensi kesakitan yang cukup
Hastuti (2010) di SD N Kartasura 1 tinggi yaitu tiap minggunya ada 56,3
menunjukkan bahwa asupan protein % anak menderita batuk pilek dan
anak di sekolah tersebut masih 14,58 % anak menderita diare.
rendah yaitu 64,8% defisit berat, Tujuan penelitian ini adalah
16,7% defisit sedang, 11,1% defisit untuk mengetahui hubungan antara
ringan dan hanya 7,4% yang normal. pola konsumsi protein dan
Asupan protein yang rendah dapat kesegaran jasmani dengan angka
menyebabkan daya tahan tubuh kesakitan pada siswa SD Negeri
menurun dan lebih mudah terserang Kartasura 1.
infeksi karena peran protein selain
untuk membangun struktur tubuh
juga untuk membentuk antibodi yang METODE PENELITIAN
dapat membantu tubuh untuk
memerangi infeksi dari luar Jenis penelitian ini adalah
(Kartasapoetra & Marsetyo, 2003). penelitian observasional analitik
Selain asupan makanan, hal melalui pendekatan crossectional.
lain yang mempengaruhi tingkat Penelitian dilakukan di SD Negeri
kesakitan adalah tingkat kesegaran Kartasura 1 dilaksanakan bulan
jasmani. Peranan kesegaran Maret sampai April 2013. Populasi
jasmani sangat penting terutama adalah semua siswa kelas 3,4 dan 5
untuk menekan angka kesakitan SD Negeri Kartasura 1. Subjek
karena orang yang memiliki tingkat dalam penelitian ini adalah 47 siswa
kesegaran jasmani yang tinggi kelas 3, 4 dan 5 SD Negeri
menjadikan daya tahan tubuh lebih Kartasura 1 dengan kriteria inklusi
kebal terhadap penyakit. Paiman bersedia menjadi responden dan
(2009) menyatakan bahwa orang dapat berkomunikasi dengan baik,
yang rajin olahraga akan memiliki dan kriteria eksklusi siswa yang
kebugaran yang lebih dikarenakan pindah sekolah, siswa yang tidak
sistem metabolisme semakin efektif, datang selama proses pengambilan
produksi sel darah putih (leukosit) data. Teknik yang digunakan dalam
dan zat penangkal penyakit pemilihan sampel adalah
(antibodi) semakin banyak. proportional random sampling.

3
Data karakteristik responden
diperoleh dengan wawancara 1. Jenis kelamin
langsung siswa dengan
Berdasarkan hasil
menggunakan kuesioner. Data pola
penelitian dapat diketahui
konsumsi protein diperoleh dengan bahwa sebagian besar
menggunakan form semi Food subjek berjenis kelamin laki-
Frequency Questionnaire dan recall laki 33 anak (70,8%) dan 14
3 x 24 jam. Data kesegaran jasmani anak (29,8%) perempuan.
dengan melihat waktu yang
2. Umur dan IMT (Indeks
ditempuh untuk lari sejauh 1,6 km
Masa Tubuh)
dan pengukuran angka kesakitan
dilakukan melalui pengisian Umur subjek dalam
kuesioner oleh siswa. penelitian ini berusia 8
Hasil uji kenormalan data sampai 12 tahun. Umur
dengan menggunakan uji One minimal subjek 8,3 tahun,
Sample Kolmogorof Smirnov, umur maksimal 11,6 tahun
menunjukkan semua data dengan rata-rata umur 9,9
berdistribusi normal maka digunakan tahun. Pengukuran status gizi
uji statistik Pearson Product menggunakan Indeks Massa
Moment. Tubuh (IMT), subjek
penelitian memiliki nilai IMT
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam kategori normal
A. Karakteristik Subjek sebesar 72,3%, gemuk
12,8% dan kategori kurus
Subjek dalam penelitian ini 14,9%.
adalah siswa SD N Kartasura 1
sebanyak 47 siswa dari kelas 3, 3. Pola Konsumsi Protein
4 dan 5. Karakteristik subjek
dalam penelitian ini meliputi Frekuensi konsumsi
jenis kelamin, umur, IMT (Indeks protein dan asupan protein
Massa Tubuh), pola konsumsi siswa SD N Kartasura 1
protein, kesegaran jasmani dan dapat dilihat pada Tabel 1.
angka kesakitan.

Tabel 1
Deskripsi Subjek Menurut Frekuensi Konsumsi dan Asupan Protein

Variabel Minimal Maksimal Rata-rata


Frekuensi konsumsi protein 2 11 4,94
Hewani (kali/minggu)

Frekuensi konsumsi protein 2 18 4,91


Nabati (kali/minggu)

Asupan protein (gr) 15,23 72,60 38,63

4
Tabel 1 menunjukkan jika frekuensi konsumsi
bahwa frekuensi konsumsi protein 1-2 kali/minggu,
protein hewani minimal kadang jika frekuensi
adalah 2 kali perminggu dan konsumsi protein 3-5
maksimal adalah 11 kali kali/minggu dan sering jika
perminggu dengan rata-rata frekuensi konsumsi protein >
frekuensi konsumsi protein 5 kali/minggu. Tabel 2
hewani subjek dalam satu menunjukkan bahwa
minggunya adalah 4,94 kali distribusi frekuensi konsumsi
perminggu. Frekuensi protein hewani kategori
konsumsi protein nabati sering sebanyak 42,6% dan
minimal adalah 2 kali frekuensi konsumsi protein
perminggu dan maksimal nabati kategori kadang
adalah 18 kali perminggu sebanyak 55,3%.
dengan rata-rata frekuensi Pada penelitian ini,
konsumsi protein nabati kategori asupan protein
subjek dalam satu hewani dan nabati dibagi
minggunya adalah 4,91 kali menjadi 3 menurut
perminggu. Asupan protein Hardiansyah (2004) yaitu
minimal 15,23 gram dan defisit jika asupan protein
asupan protein maksimal <70-89% AKG, normal jika
72,60 gram dengan rata-rata asupan protein 90-119%
asupan protein subjek dalam AKG dan lebih jika asupan
seharinya adalah 38,63 protein >120% AKG. Pada
gram. Tabel 3 menunjukkan bahwa
Pada penelitian ini, sebagian besar subjek
kategori frekuensi konsumsi penelitian memiliki asupan
protein hewani dan nabati protein dalam kategori defisit
dibagi menjadi 3 menurut 59,6%.
Aprilian (2009) yaitu jarang

Tabel 2
Distribusi Subjek Menurut Frekuensi Konsumsi Protein
Hewani dan Nabati

Variabel Kategori n Persentase


(%)
Frekuensi konsumsi protein Jarang 11 23,4
hewani Kadang 16 34
Sering 20 42,6

Frekuensi konsumsi protein Jarang 9 19,2


nabati Kadang 26 55,3
Sering 12 25,5
Jumlah 47 100

5
Tabel 3
Distribusi Subjek Menurut Asupan Protein

Variabel Kategori N Persentase


(%)
Asupan protein Defisit 28 59,6
Normal 14 29,8
Lebih 5 10,6
Jumlah 47 100

4. Kesegaran Jasmani

Tabel 4 menunjukkan Sedangkan kesegaran


bahwa kesegaran jasmani jasmani baik lebih besar
kurang lebih besar pada pada subjek berjenis kelamin
subjek berjenis kelamin laki-laki (36,4%)
perempuan (57,1%) dibandingkan subjek berjenis
dibandingkan subjek berjenis kelamin perempuan (28,6%)
kelamin laki-laki (36,4%).

Tabel 4
Distribusi Subjek Menurut Kesegaran Jasmani

Kesegaran
Jasmani Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Kurang 12 (36,4%) 8 (57,1%) 20 (100%)
Cukup 9 (27,3%) 2 (14,2%) 11 (100%)
Baik 12 (36,4%) 4(28,6%) 16 (100%)

5. Angka Kesakitan

Angka kesakitan yang Kesakitan yang umumnya


dijelaskan dalam penelitian dialami oleh subjek adalah
ini adalah jumlah hari sakit batuk pilek karena hampir
siswa sekolah dasar dalam tiap minggu subjek
satu bulan. Jenis kesakitan mengalami batuk pilek. Ada 2
yang diamati adalah diare, anak yang mengalami diare
batuk, pilek dan demam. dalam satu bulan dengan
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi paling banyak 4
bahwa lebih dari setengah hari. Distribusi angka
subjek penelitian mengalami kesakitan subjek dapat dilihat
sakit tiap bulannya yaitu pada Tabel 5.
sering sakit sebanyak 72,3%.

6
Tabel 5
Distribusi Subjek Menurut Angka Kesakitan

Jumlah hari Kategori N Persentase (%)


sakit/bulan
0 Tidak pernah sakit 6 12,8
1 4 hari Jarang sakit 7 14,9
>4 hari Sering sakit 34 72,3
Jumlah 47 100

B. Hubungan Antara Pola Konsumsi Protein dengan Angka Kesakitan

Pola konsumsi protein 1. Hubungan Frekuensi


meliputi frekuensi, jumlah dan Konsumsi Protein Hewani
jenis protein yang sering dengan Angaka Kesakitan
dikonsumsi individu. Ada
tidaknya hubungan antara pola Hasil analisis antara
konsumsi protein dengan angka frekuensi konsumsi protein
kesakitan pada siswa SD N hewani dengan angka
Kartasura 1 sebagai berikut: kesakitan dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6
Angka Kesakitan Subjek Menurut Frekuensi Konsumsi Protein Hewani

Frekuensi
Konsumsi Angka Kesakitan Total p
Protein Hewani
Tidak sakit Jarang sakit Sering sakit
Jarang 1 (9,1%) 0 (0%) 10 (90,9%) 11 (100%)
Kadang 2 (12,5%) 3 (18,7%) 11 (68,8%) 16 (100%) 0,348*
Sering 3 (15%) 4(20%) 13 (65%) 20 (100%)
* Uji corelation Pearson Product Moment

Tabel 6 menunjukkan menggunakan uji Pearson


bahwa pada subjek dengan Product Moment dan
angka kesakitan tidak sakit, diperoleh nilai p-value 0,348.
frekuensi konsumsi protein Berarti Ho diterima karena p-
hewani sering lebih besar value >0,05 sehingga dapat
(15%) dibanding frekuensi ditarik kesimpulan bahwa
konsumsi protein hewani tidak ada hubungan antara
kadang (12,5%) dan jarang frekuensi konsumsi protein
(9,1%), sedangkan pada hewani dengan angka
subjek dengan angka kesakitan siswa SD N
kesakitan sering sakit, Kartasura 1.
frekuensi konsumsi protein Pada penelitian ini
hewani jarang lebih besar menunjukkan tidak adanya
(90,9%) dibanding frekuensi hubungan antara frekuensi
konsumsi protein hewani konsumsi protein hewani
kadang (66,8%) dan sering dengan angka kesakitan,
(65%). Hasil pengujian namun hasil penelitian ini

7
dapat menggambarkan protein yang terpenuhi
bahwa subjek dengan dengan baik karena peran
frekuensi konsumsi hewani protein selain untuk
jarang lebih sering terkena membangun struktur tubuh
kesakitan dibandingkan yang juga untuk membentuk
frekuensi konsumsi protein antibodi yang dapat
hewani sering. Hal ini membantu tubuh untuk
disebabkan anak yang jarang memerangi infeksi dari luar.
konsumsi protein antibodi
yang terbentuk lebih sedikit 2. Hubungan Frekuensi
sehingga daya tahan tubuh Konsumsi Protein Nabati
menjadi rendah. Pendapat ini dengan Angka Kesakitan
didukung oleh Kartasapoetra
& Marsetyo (2003) yang Hasil analisis antara
mengatakan bahwa asupan frekuensi konsumsi protein
protein yang rendah dapat nabati dengan angka
menyebabkan daya tahan kesakitan dapat dilihat pada
tubuh menurun dan lebih Tabel 7.
mudah terserang infeksi
dibandingkan dengan asupan

Tabel 7
Angka Kesakitan Subjek Menurut Frekuensi Konsumsi Protein Nabati

Frekuensi
Konsumsi Angka Kesakitan Total p
Protein
Nabati Tidak sakit Jarang sakit Sering sakit

Jarang 1 (11,1%) 1 (11,1%) 7 (77,8%) 9 (100%)


Kadang 4 (15,4%) 3 (11,5%) 19 (73,1%) 26 (100%) 0,681*
Sering 1(8,3%) 3(25%) 8 (66,7%) 12 (100%)
* Uji corelation Pearson Product Moment

Tabel 7 menunjukkan kadang (73,1%) dan sering


bahwa pada subjek dengan (66,7%). Hasil pengujian
angka kesakitan tidak sakit, menggunakan uji Pearson
frekuensi konsumsi protein Product Moment dan
nabati kadang lebih besar diperoleh nilai p-value 0,681,
(15,4%) dibanding frekuensi maka Ho diterima yang
konsumsi protein nabati berarti tidak ada hubungan
jarang (11,1%) dan sering antara frekuensi konsumsi
(8,3%), sedangkan pada protein nabati dengan angka
subjek dengan angka kesakitan siswa SD N
kesakitan sering sakit, Kartasura 1.
frekuensi konsumsi protein Pada penelitian ini
nabati jarang lebih besar menunjukkan bahwa subjek
(77,8%) dibanding frekuensi yang sering maupun jarang
konsumsi protein nabati mengkonsumsi protein

8
hewani tetap saja memiliki tidaknya antibodi tergantung
angka kesakitan yang tinggi. dari seseorang sering
Hal ini mungkin disebabkan mengkonsumsi makanan
karena protein nabati sumber protein apa tidak.
memiliki nilai biologis yang Seseorang yang sering
rendah dibandingkan protein mengkonsumsi maka
hewani sehingga antibodi antibodi yang ada akan lebih
yang dihasilkan kurang dan aktif dalam menyerang
tidak meningkatkan daya organisme yang
tahan tubuh. Pendapat ini menyebabkan infeksi karena
didukung oleh Almatsier imunitas atau daya tahan
(2004) mengungkapkan tubuh meningkat.
bahwa protein mempunyai
beberapa fungsi yang salah 3. Hubungan Asupan Protein
satunya pembentukan dengan Angka Kesakitan
antibodi. Kemampuan tubuh
untuk memerangi infeksi Hasil analisis antara
bergantung pada asupan protein dengan
kemampuan tubuh dalam angka kesakitan dapat dilihat
memproduksi antibodi, aktif pada Tabel 8.

Tabel 8
Angka Kesakitan Subjek Menurut Asupan Protein

Asupan
Protein Angka Kesakitan Total p

Tidak sakit Jarang sakit Sering sakit


Defisit 3 (10,7%) 4 (14,3%) 21 (75%) 28 (100%)
Normal 2 (14,3%) 1 (7,1%) 11 (78,6%) 14 (100%) 0,559*
Lebih 1 (20%) 2 (40%) 2 (40%) 5 (100%)
* Uji corelation Pearson Product Moment

Hasil penelitian Product Moment diperoleh


menunjukkan bahwa pada nilai p-value 0,559. Maka Ho
subjek dengan angka diterima dapat ditarik
kesakitan tidak sakit, asupan kesimpulan bahwa tidak ada
protein lebih (20%) lebih hubungan antara asupan
besar dibanding asupan protein dengan angka
protein normal (14,3%) dan kesakitan siswa SD N
defisit (10,7%), sedangkan Kartasura 1.
pada subjek dengan angka Pada penelitian ini
kesakitan sering sakit, menunjukkan bahwa tidak
asupan protein normal lebih adanya hubungan antara
besar (78,6%) dibanding asupan protein dengan
jumlah konsumsi protein angka kesakitan, hal ini
defisit (75%) dan lebih (40%). dikarenakan masih banyak
Hubungan asupan protein faktor lain yang
dengan angka kesakitan di uji mempengaruhi angka
menggunakan Pearson kesakitan seseorang, seperti

9
sumber penyakit (agens), ISPA tidak hanya dipengaruhi
pejamu (host) dan lingkungan oleh asupan protein dan
(Widoyono, 2005). Meskipun asupan seng saja, melainkan
asupan protein mempunyai terdapat faktor yang tidak
pengaruh terhadap angka diteliti yang dapat menjadi
kesakitan, masih banyak penyebab munculnya
faktor yang dapat penyakit ISPA, seperti
mempengaruhi seperti asupan vitamin A, vitamin B,
lingkungan yang bersih, vitamin C, vitamin D dan
kebiasaan mencuci tangan vitamin E dapat menurunkan
sebelum makan, bahkan sistem imunitas yang pada
kalau individu mempunyai akhirnya akan meningkatkan
kebiasaan jajan tergolong risiko terkena penyakit ISPA.
sering, bila jenis jajanan tepat
dapat mencukupi kebutuhan C. Hubungan Antara Kesegaran
sehingga status gizi dan Jasmani dengan Angka
sistem pertahanan tubuh Kesakitan
menjadi baik yang membuat
individu menjadi sehat Kesegaran jasmani anak
(Lestari, 2008). sekolah dapat dibagi menjadi 3
Penelitian ini sejalan kategori yaitu kesegaran
dengan penelitian yang jasmani baik, cukup dan kurang
dilakukan oleh Maitatorum (Morrow, Jackson, Disch dan
(2011) menyebutkan tidak Mood, 2000). Ada tidaknya
ada hubungan antara asupan hubungan antara kesegaran
protein dan seng dengan jasmani dengan angka
kejadian ISPA pada anak. kesakitan pada siswa SD N
Hal ini terjadi karena kejadian Kartasura 1 dapat dilihat pada
Tabel 9.

Tabel 9
Angka Kesakitan Subjek Menurut Kesegaran Jasmani

Kategori Kategori Angka Kesakitan


Kesegaran Tidak Jarang Sering Sakit Total p
Jasmani Sakit Sakit
Kurang 5 (25%) 1 (5%) 14 (70%) 20 (100%)
Cukup 1 (9,1%) 2 (18,2%) 8 (72,7%) 11 (100%) 0,224*
Baik 0 (0%) 4 (25%) 12 (75%) 16 (100%)
* Uji corelation Pearson Product Moment

Tabel 9 menunjukkan lebih besar (75%) dibanding


bahwa pada subjek dengan kesegaran jasmani kurang
angka kesakitan tidak sakit, (70%) dan cukup (72,7%).
kesegaran jasmani kurang lebih Hasil pengujian hubungan
besar (25%) dibanding kesegaran jasmani dengan
kesegaran jasmani cukup dan angka kesakitan menggunakan
baik, sedangkan pada subjek uji Pearson Product Moment
dengan angka kesakitan sering dan diperoleh nilai p-value
sakit, kesegaran jasmani baik 0,224. Menunjukkan bahwa Ho

10
diterima karena p-value >0,05 selanjutnya membuat respon
sehingga dapat ditarik imun menjadi lambat terhadap
kesimpulan tidak ada hubungan virus atau bakteri yang
antara kesegaran jasmani menyerang tubuh.
dengan angka kesakitan siswa Selain itu masih banyak
SD N Kartasura 1, hal ini dapat faktor lain yang mempengaruhi
disebabkan karena subjek angka kesakitan antara lain
umumnya memiliki aktifitas biologis/parasit, karakteristik
yang ringan. pejamu, higiene pribadi,
Salah satu faktor yang pengobatan dan lingkungan
mempengaruhi kesegaran (Widoyono, 2005).
jasmani adalah aktivitas fisik.
Aktivitas fisik mempengaruhi D. Keterbatasan Penelitian
perbaikan komposisi tubuh dan
terjadi pergerakan otot tubuh 1. Tidak dianalisis data
termasuk lengan dan kaki pendukung seperti data
(Sharkey, 2011). Aktivitas yang sosial ekonomi keluarga,
ringan dapat menyebabkan pendidikan orang tua, asupan
respon imun yang ada didalam mikronutrien dan lingkungan
tubuh menjadi tidak aktif subjek sehingga tidak
sehingga tubuh sangat lambat diketahui pengaruh faktor lain
menanggapi serangan penyakit terhadap angka kesakitan
dari luar yang akhirnya subjek.
membuat tubuh mudah 2. Pengambilan data angka
terserang penyakit (Muhajir, kesakitan menggunakan
2007 dalam Purwanto, 2011). kuesioner dengan
Hal ini berarti aktivitas ringan menghitung jumlah hari sakit
membuat kesegaran jasmani selama sebulan tanpa
kurang yang akhirnya adanya pemeriksaan secara
menyebabkan tingkat kesakitan klinis.
tinggi dikarenakan respon imun 3. Tidak dikendalikannya
yang tidak aktif. penyakit kronis sehingga
Keadaan cuaca juga bisa dapat merancukan hasil
mempengaruhi tingkat penelitian.
kesakitan, disaat penelitian
cuaca yang ada tidak menentu SIMPULAN DAN SARAN
yaitu sering hujan yang bisa
menyebabkan kesakitan siswa A. Kesimpulan
semakin tinggi. Hal lain
dikarenakan kebersihan 1. Sebagian besar subjek
lingkungan yang masih rendah berjenis kelamin laki-laki
sehingga bakteri dengan 70,2%, rata-rata umur subjek
mudahnya berkembang biak 9,9 tahun dan rata-rata nilai
dan menyerang tubuh. Selain itu IMT subjek 16,63 kg/m2 (status
asupan zat gizi juga gizi normal).
mempengaruhi kesegaran 2. Rata-rata frekuensi konsumsi
jasmani seseorang, mayoritas protein hewani subjek masuk
asupan subjek tidak bervariasi dalam kategori sering sebesar
sehingga bisa menyebabkan 42,6%, frekuensi konsumsi
kesegaran jasmani kurang, yang protein nabati subjek masuk

11
dalam kategori kadang Aprilian, R. 2010. Pola Konsumsi
sebesar 55,3%. Rata-rata Pangan Hewani Dan Status Gizi
asupan protein masuk dalam Remaja SMA dengan Status
kategori defisit sebesar 59,6%. Sosial Ekonomi Berbeda.
3. Rata-rata kesegaran jasmani Skripsi. Institut Pertanian Bogor
laki-laki baik sebesar 36,4% Azwar, A. 2004. Kecenderungan
sedangkan perempuan Masalah Gizi dan Tantangan di
kesegaran jasmani kurang Masa Datang; disampaikan
sebesar 57,1%. pada pertemuan advokasi
4. Rata-rata subjek mengalami program perbaikan gizi menuju
sering sakit dalam satu bulan Keluarga Sadar Gizi, di Hotel
sebanyak 72,3%. Sahid Jaya : Jakarta
5. Tidak ada hubungan antara Hastuti, NP. 2010. Hubungan
frekuensi konsumsi protein Tingkat Konsumsi Karbohidrat,
hewani, frekuensi konsumsi Protein dan Lemak dengan
nabati dan asupan protein Kesegaran Jasmani Anak
dengan angka kesakitan. Sekolah Dasar di SD Negeri
6. Tidak ada hubungan antara Kartasura 1. Skripsi thesis,
kesegaran jasmani dengan Universitas Muhammadiyah
angka kesakitan. Surakarta
Kartasapoetra, G. & Marsetyo, H.
B. Saran 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi
dan Kesehatan dan Produktifitas
1. Bagi Sekolah Kerja). Cet. Ke empat. Rineka
Diharapkan pihak Cipta : Jakarta
sekolah dapat mengambil Lestari, TP. 2010. Hubungan Pola
informasi dalam Konsumsi Makanan Jajanan
meningkatkan pola konsumsi dengan Morbiditas dan status
protein dan kesegaran Gizi Anak Sekolah Dasar di
jasmani siswa melalui mata Wilayah Kartasura. Skripsi
pelajaran dan memotivasi thesis, Universitas
siswa untuk mengkonsumsi Muhammadiyah Surakarta
zat-zat makanan yang Morrow, J.R., Jackson, A.W., Disch,
mengandung gizi seimbang J.G., & Mood, D.P. (2000).
serta menjaga kebersihan Measurement and evalua-tion in
lingkungan. human performance.
2. Bagi Pembaca Champaign, IL: Human Kinetics
Perlu adanya penelitian Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
lebih lanjut dengan Kesehatan Ilmu Dan Seni. Rineka
memperhatikan faktor-faktor Cipta : Jakarta
lain seperti data sosial Paiman. 2009. Olahraga Dan
ekonomi keluarga, Kebugaran Jasmani (Physical
pendidikan orang tua, asupan
Fitness) Pada Anak Usia Dini.
mikronutrien, lingkungan dan
Cakrawala Pendidikan :
hygiene sanitasi sekolah.
Yogyakarta
Purwanto. 2011. Dampak Senam
DAFTAR PUSTAKA
Aerobik terhadap Daya Tahan
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Tubuh dan Penyakit. Jurnal
Ilmu Gizi. Garmedia : Jakarta Media Ilmu Keolahragaan

12
Indonesia. Volume 1. Edisi 1 : Thompson, J. 2006. Pedoman
Semarang Merawat Balita. Erlangga :
Sharkey, B. 2011. Kebugaran Jakarta
Kesehatan. Raja Grafindo Widoyono. 2005. Penyakit Tropis
Persada : Jakarta Epidemiologi Penularan dan
Pemberantasannya. Erlanggga:
Jakarta

13

You might also like