You are on page 1of 36

Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

PAPER

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Mental Health Nursing II

Oleh:
KELOMPOK 1
1. Made Ima Guna Pratiwi (1204.14201.159)
2. Dodo Indrayana (1204.14201.141)
3. Yohana Benedikta Pilis (1204.14201.180)
4. Yunus Hale (1204.14201.183)

PROGRAM STUDI S 1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2014
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.1 Diagnosis keperawatan


Harga Diri Rendah

1.2 Tinjauan teori


1.2.1 Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan
dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai
dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
(Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan (Keliat, 1998).

1.2.2 Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi

Diri Positif Rendah Identitas

(Sumber : Keliat 1999)


Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana


aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005).
Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna
patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul
bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus, mengekspresikan sikap malu atau minder atau rasa bersalah, kontak
mata kurang atau tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan atau kesulitan
untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan
hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan
politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang,
antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi
identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negatif, dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi,
mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan
konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti
faktor biologis, psikologis, sosial dan cultural.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus
harga diri rendah adalah :
1. Sistem Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih,
dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan
pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk
tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.2.3 Perilaku yang berhubungan dengan diagnosis


Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimistis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapi, selera makan berkurang, tidak berani
menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah

1.2.4 Faktor predisposisi dan faktor presipitasi


Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan
atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunnya
produktivitas.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.3 Patofisiologi (Clinical Pathway) :

Patofisiologi: Gangguan Konsep Diri


Hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penmapilan Harga Diri Rendah
atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, dan menurunnya Koping Individu Tidak
produktifitas. efektif

Isolasi Sosial
Situasional:
Mengkritik diri sendiri
Gangguan Sensori
Perasaan tidak mampu
Persepsi : Halusinasi
Pandangan hidup yang
pesimistis
Resiko Tinggi Perilaku
Tidak menerima pujian
Kekerasan
Lebih banyak menunduk

Maturasional:
Kurang kasih sayang
Penolakan orang tua yang
tidak realistis
Persepsi kurang dihargai
oleh orang lain
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.4 Data yang perlu dikaji


Subjektif:
1. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
2. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas
atau bekerja
4. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting)

Objektif:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Berkurang selera makan
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.5 Penentuan Diagnosis Keperawatan


1.5.1 Perumusan diagnosis keperawatan (multiaksis 1 s.d 7)

Gangguan Konsep Diri :


Gangguan
Harga Diri Rendah
Axis 3
Axis 1

Aktual Tidak ada


Axis 7 Axis 6

Tidak Teridentifikasi
Axis 4
Individu
Axis 2

Tidak Teridentifikasi
Axis 5

1.5.2 Batasan karakteristik (NANDA)


Bergantung pada pendapat orang lain
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
peristiwa
Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
Secara berlebihan mencari penguatan
Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
Enggan mencoba situasi baru
Enggan mencoba hal baru
Perilaku bimbang
Kontak mata kurang
Perilaku tidak asertif
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Sering kali mencari penegasan


Pasif
Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
Ekspresi rasa bersalah
Ekspresi rasa malu

1.5.3 Tanda mayor (Linda Jual Carpenito)


Pengungkapan diri yang negatif
Ekspresi rasa bersalah atau malu
Evaluasi dir karena tidak dapat menangani kejadian
Menjauhi rasionalisasi atau menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negatidf mengenai diri
Ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi baru

1.5.4 Tanda Minor (Linda Jual Carpenito)


Sering kurang berhasil dalam kerja atau kejadian hidup lainnya
Penyelesaian diri berlebihan, bergantung pada orang lain
Buruknya penampilan tubuh (kontak mata, postur, gerakan)
Tidak asertif atau pasif
Keragu-raguan
Mencari jaminan secara berlebihan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.6 Rencana Tindakan Keperawatan


1.6.1 Tujuan Keperawatan pada Pasien
Pasien mampu:
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Menilai kemmapuan yang dapat digunakan
Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemmapuan
Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

1.6.2 Tindakan Keperawatan pada Pasien


SP 1
Identifikasi kemampuan yang dimiliki.
1. Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di
rumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2. Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.

Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini


1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
digunakan saat ini.
2. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
3. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif.

Pilih kemampuan yang akan dilatih


Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat


dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari

Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien


lakukan secara mandiri
1. Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga.
2. Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga
atau lingkungan terdekat pasien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat
dilakukan pasien.
4. Susun bersama pasien aktifitas atau kegiatan sehari-hari
pasien.

Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih


1. Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
2. Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan pasien.
3. Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai
keemajuan yang diperlihatkan pasien.

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien


1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan.
2. Beri pujian atas aktifitas atau kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan
sikap.
4. Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

5. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah


pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktifitas yang dilakukan pasien.

SP 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
Masukkan dalan jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan SP 2)
memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
Masukkan dalan jadwal kegiatan pasien

1.6.3 Tujuan Keperawatan pada keluarga


Keluarga mampu merawat pasien dengan Harga Diri Rendah di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

1.6.4 Tindakan Keperawatan pada keluarga (buat SAP)

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Pendidikan Kesehatan Tumbuh Kembang Remaja Dan Tips Untuk Mengatasi


Problem Pada Remaja
Sasaran : Warga Yang Memiliki Remaja Usia 10-20 Tahun
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Hari/Tgl : Kamis, 13 Maret 2014
Tempat : Balai Desa Dusun Gading Desa Sidomulyo
Pemateri :
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

A. Latar Belakang
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang
punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah
mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam
bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional.
Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal atau early
adolescence (10-13 tahun), remaja menengah atau middle adolescence
(14-16 tahun) dan remaja akhir atau late adolescence (17-20 tahun)
(Behrman, Kliegman & Jenson, 2004.
Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda.
Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi
dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan
dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa
remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan
berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk
pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk
mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997).
Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini
merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang
berlangsung pada dekade kedua kehidupan.
Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat
penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya.
Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu
lebih banyak informasi mengenai seksualitas. Remaja merupakan suatu
masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial dari masa kanak-
kanak menuju dewasa (Arma, 2007).
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Remaja merupakan masa-masa yang penuh adaptasi. Masa remaja


yang penuh perubahan baik secara fisik maupun psikologis seringkali
membuat individu bingung menghadapinya.

B. Tujuan :
1. Tujuan Instruksional Umum:
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan remaja dapat memahami
tentang tumbuh kembang pada remaja.

2. Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan remaja dapat memahami tentang
tumbuh kembang pada remaja. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan
tentang tumbuh kembang remaja selama 30 menit, peserta mampu:
Menyebutkan pengertian tumbuh, kembang dan remaja
Menyebutkan perubahan fisik pada remaja putra
Menyebutkan perkembangan mental emosi remaja meliputi :
1 dari 4 perkembangan psikologis
Perkembangan emosi
Kecerdasan
1 dari 5 proses percintaan
Menyebutkan 3 dari 8 problematika remaja
Menyebutkan 1 dari 4 sikap remaja dalam menghadapi masa remaja

C. Garis Besar Materi : Pendidikan Kesehatan Tumbuh Kembang Remaja


Dan Tips Untuk Mengatasi Problem Remaja
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

D. Sub Pokok Bahasan :


1. Tumbuh Kembang Remaja
2. Perkembangan Mental Emosional
3. Sikap Remaja dalam Menghadapi Masa Remaja
4. Beberapa Tips Yang Dapat Diterapkan Untuk Mengatasi Problem
Remaja

E. Metode
Ceramah, Tanya Jawab

F. Media/alat yang digunakan


1. Leaflet
2. Lembar Balik

G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Moderator :
3. Penyaji :
4. Fasilitator :

H. Kegiatan Promosi Kesehatan


Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Media dan
Kegiatan Peserta alat
penyuluhan
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan. Leafleat dan
(15 menit) memperkenalkan diri, Lembar
dan membuka Balik
penyuluhan.
2. Menjelaskan materi Memperhatikan.
secara umum.
3. Menjelaskan tentang Memperhatikan.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

TIU dan TIK.


Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan. Leaflet dan
(30 menit) tentang tumbuh Lembar balik
kembang remaja Memberikan
a. Menanyakan pertanyaan.
kepada warga
apabila ada yang
kurang jelas. Memperhatikan.
b. Menerima dan
menjawab
pertanyaan warga. Memperhatikan
2. Menjelaskan tentang
perkembangan mental Memberikan
emosional pertanyaan
a. Menanyakan
kepada warga
apabila ada yang Memperhatikan
kurang jelas.
b. Menerima dan
menjawab Memperhatikan
pertanyaan warga.
3. Menjelaskan sikap
remaja dalam Memberikan
menghadapi masa pertanyaan
remaja.
a. Menanyakan
kepada warga Memperhatikan
apabila ada yang
kurang jelas.
b. Menerima dan Memperhatikan
menjawab
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

pertanyaan warga. Memberikan


4. Menjelaskan pertanyaan
beberapa tips yang
dapat diterapkan
untuk mengatasi Memperhatikan
problem remaja
a. Menanyakan
kepada warga
apabila ada yang
kurang jelas.
b. Menerima dan
menjawab
pertanyaan warga
Penutup 1. Memberikan Menjawab
(40 menit) pertanyaan tentang pertanyaan yang
materi yang baru diajukan
dijelaskan. pemateri.
2. Menampung Memperhatikan.
pertanyaan yang
diajukan warga
3. Mendiskusikan Memberikan
bersama jawaban sumbang saran.
warga.
4. Bersama warga Memberikan
menyimpulkan materi sumbang saran.
yang telah dibahas.
5. Menutup pertemuan Memperhatikan
dan memberikan dan membalas
salam. salam.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

E. Evaluasi :
1. Sebutkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki dan
perempuan?
2. Apa saja perkembangan mental emosional yang terjadi pada remaja?
3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi problem remaja?

F. Referensi
Rizqa, Qoqo. 2009. TUMBUH KEMBANG REMAJA DAN
PERMASALAHANNYA. http://qo2bidan.blogspot.com/2009/08/tumbuh-kembang-
remaja-dan.html [diunduh pada tanggal 10 Maret 2014]
Anonim. 2012. https://sites.google.com/site/kahirulfatihin/khiarul-fat
[diunduh pada tanggal 10 Maret 2014]

Pemateri,

Made Ima Guna Pratiwi


Dodo Indrayana
Yohana Benedikta Pilis
Yunus Hale
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Lampiran 2. Materi

PENDIDIKAN KESEHATAN TUMBUH KEMBANG REMAJA DAN TIPS


UNTUK MENGATASI PROBLEM REMAJA

1. Tumbuh Kembang Remaja


Tumbuh adalah bertambahnya ukuran anak dari segi jasmaniah. Kembang
adalah berkembangnya kemampuan atau keahlian anak.
Remaja adalah seorang manusia yang sedang mengalami masa transisi
antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa( usia 12-18 tahun).
Perubahan fisik pada remaja:
Remaja Pria:
Tubuh bertambah berat dan tinggi
Tumbuh rambut-rambut halus di daerah pubis, kaki, tangan,
dada, ketiak dan wajah
Keringat bertambah banyak
Kulit dan rambut mulai berminyak yang kadang
menimbulkan masalah jerawat
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
Tangan dan kaki bertambah besar
Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
Pundak dan dada bertambah besar dan bidang
Tumbuh jakun
Suara berubah menjadi berat
Penis dan buah zakar membesar
Mimpi basah
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Remaja Wanita:
Tubuh bertambah berat dan tinggi
Tumbuh rambut-rambut halus di daerah pubis dan ketiak
Payudara membesar
Pinggul melebar
Kulit dan rambut mulai berminyak
Keringat bertambah banyak
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
Pantat berkembang lebih besar
Indung telur mulai membesar
Vagina mulai mengeluarkan cairan
Menstruasi
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

2. Perkembangan Mental Emosional


Perkembangan Psikologis
Mencari identitas, mencari diri sendiri dan ingin tahu tentang
dirinya, soal apa dan siapa
Dengan cara pengukuran kemampuan dalam bentuk
kemauan yang tidak dapat dikompromi
Dengan cara perilaku yang cenderung melepaskan diri
sedikit demi sedikit dari ikatan psikis ortu (lebih suka pergi
dengan teman-temannya)
Ingin disapih, tapi masih ingin kasih sayang, mendambakan
pribadinya dihargai

Emosi
Usia remaja emosi meningkat, sehingga rangsangan atau
stimulus sedikit sudah menimbulkan luapan emosi besar (marah,
menangis).

Kecerdasan
Perkembangan intelektual masih berlangsung sampai usia 21
tahun dimana remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung
logika yang dapat dihubungkan dengan yang lain.

Percintaan
Akibat sudah masaknya kelenjar kelamin remaja, maka timbul
perhatian pada lawan jenis (ini tanda yang khas pada usia remaja).
Proses percintaan dimulai dari:
CRUSH: Saling membenci antara laki-laki dan perempuan.
Penyaluran cinta pada masa ini adalah memuja orang yang
lebih tua sejenis (mis. Tokoh tertentu)
HERO WORHIPING: Memuja orang yang lebih tua,
berlawanan jenis, biasanya tdk dikenal.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

BOY BRITY & GRESY: Masa kasih sayang remaja


ditujukan pada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian
antara laki-laki dan perempuan
PUPPY LOVE atau CINTA MONYET: Cinta remaja sudah
mulai tertuju pada satu orang, tapi belum stabil sehingga
masih ganti-ganti pasangan.
ROMANTIK LOVE: Cinta remaja menemukan sasaranya
dan percintaanya sudah stabil, tidak jarang berakhir dengan
perkawinan.

Problematika Remaja
Memilih pekerjaan dan kesempatan belajar
Kesehatan: pertumbuhan badan perlu makan yang sesuai
baik kualitas dan kuantitas, perlu perawatan tubuh yang
menarik, larangan merokok dari orang tua, timbulnya
penyakit dismenorhe, sakit kepala, perubahan pada alat
kelamin.
Sekolah: perhatian guru hanya pada anak yang pandai dan
banyak waktu yg harus digunakan untuk belajar.
Seks: Remaja putri secara fisik sudah siap untuk
berhubungan seks tapi norma tidak mengijinkan sebelum
menikah, sedangkan secara sosial belum boleh. Remaja
hanya punya pengetahuan hubungan seks remaja pranikah
dari teman, buku yang sebenarnya belum lengkap. Mereka
belum tahu atau ingin tahu tentang bahaya dan akibat
hubungan seks, masturbasi atau onani, dan menstruasi.
Keluarga: sering terjadi pertengkaran antara remaja dan
orang tua. Menurutnya orang tua hanya mendikte, menyuruh,
melarang, orang tua acuh dengan kegiatan remaja (terutama
pada teman-temannya)
Emosi: emosi masih labil
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Agama dan akhlak: ragu terhadap agama, karena berfikir


secara logika dan menganggap agama menghambat
kehidupannya.
Kehidupan sosial: adat istiadat, remaja suka hal-hal yang
baru, yang sering.

3. Sikap Remaja Dalam Menghadapi Masa Remaja


Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri
Menerima diri sendiri meningkatkan keimanan
Bersikap terbuka
Mempunyai kegiatan yang positif

4. Tips Yang Dapat Diterapkan Untuk Mengatasi Problem Remaja


Hargailah Dia, remaja butuh penghargaan
Dirinya mau dipandang
Tidak suka dibantah
Jangan buru-buru disalahkan
Diskusi untuk kata sepakat, kesadaran remaja sendiri

Jangan memojokkan, remaja yang terpokok biasanya bertambah nekat


maka berilah selalu beberapa kemungkinan yang dapat dipilih oleh
remaja

Hormati rahasianya, bila remaja mempunyai buku harian yang selalu


terkunci, jangan diganggu kecuali dalam keadan darurat.

Jangan mencela teman-temannya, teman tolak ukur bagi remaja,


mencela teman sama dengan mencela diri remaja tersebut.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Jangan membandingkan dengan saudara atau orangtua, karena dapat


menimbulkan rasa iri bila dibandingkan dengan orang lain, antipati
bila dibandingkan dengan orang tua.

Jangan melarang remja melakukan sesuatu yang dilakukan orang tua,


karena orang tua merupakan contoh pertama yang baik.

Sertakan mereka dalam pemecahan masalah, sehingga timbul


tanggung jawab.

Anggap saja pacaran sebagai hal biasa, misal: anak SMP sudah mulai
pacaran.
Tanggapi secara biasa
Sikap orang tua yang wajar saja, maka remaja tidak takut
untuk berkomunikasi dengan orang tua tentang temannya atau
pacarnya
Orang tua biasa memonitor perkembangan pacaran anaknya
Remaja jangan selalu dikekang dalam pacaran bisa lepas
kendalai dari orang tua

Bersabar: jangan terburu marah bila remaja tidak cepat berubah atau
bereaksi kelakuannya seperti dikehendaki orang tua, bisa melalui
proses lama atau sebentar.

Petunjuk tentang pendidikan seks bagi remaja


Jangan mengira bahwa remaja tidak tahu apa-apa tentang seks
Sebagian dari pengetahuan remaja tentang seks keliru dan
berbahaya
Memberi pengetahuan yang benar tentang seks pada remaja
Bersikap netral apabila bicara soal seks
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Dapat digunakan nama-nama anatomi dalam menyebutkan


alat-alat seksual
Tunjukkan bahwa larangan agama tentang seks, didukung oleh
ilmu pengetahuan
Orang tua perlu ilmu pengetahuan yang benar
Memberikan bacaan yang sehat tentang seks yang benar

Lampiran 3. Media (Leaflet dan Lembar Balik)


Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.6.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Topik : Harga Diri Rendah
Terapis : Mahasiswa praktikan
Sasaran : pasien RSJ
Bangsal : Melati
Kriteria pasien :
Klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
Sehat secara fisik
Kooperatif

1. Leader
Bertugas :
Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
Menetapkan jalannya tata tertib
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil
diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut.
Kontrak waktu
Menimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara

2. Co leader
Bertugas :
Mendampingi leader jika terjadi bloking
Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi
kesalahan
Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

3. Observer
Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal
sampai akhir
Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
Mengobservasi perilaku pasien

4. Vasilitator
Bertugas :
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang
harus dilakukan
Mendampingi peserta TAK
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

5. Anggota
Bertugas :
Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

6. Operator
Bertugas :
Mengoperasikan alat
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

URAIAN SELEKSI KELOMPOK

a. Hari, tanggal : Kamis, 13 maret 2014


b. Tempat pertemuan : Ruang Auditorium
c. Waktu : 09.00 WIB
d. Lamanya : 45 menit
e. Kegiatan : Terapi aktivitas kelompok harga diri rendah
f. Jumlah anggota : 10 orang
g. Jenis TAK : Harga diri rendah

TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri


Tujuan :
Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.
Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.

Setting:
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
Ruangan nyaman dan tenang.

Alat:
Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK.
Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.

Metode
Diskusi
Permainan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Langkah kegiatan:
Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : Harga Diri Rendah.
2. Membuat kontrak dengan klien.
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi
1. Salam terapiutik
A. Salam dan terapis pada klien.
B. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
C. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).

2. Evaluasi atau validasi


Menanyakan perasaan klien saat ini.

3. Kontrak
A. Terapis menjalankan tujuan kegiatan, yaitu bercakapcakap
tentang hal positif diri sendiri.
B. Terapis menjalaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Tahap Kerja
1. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
2. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien.
3. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

4. Terapis memberi pujian atas peran serta klien


5. Terapis membagikan kertas yang kedua
6. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri:
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan
dirumah sakit
7. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan bergiliran.
8. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

Tahap terminasi
1. Evaluasi
A. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
B. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis

3. Kontrak yang akan datang


A. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri
yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit
dan dirumah.
B. Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah
sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan
pengalaman yang tidak menyenagkan dan aspek positif (kemampuan
yang dimiliki). Formulir evaluasi sebagai berikut :
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Sesi 1
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
dan hal positif diri sendiri

No Nama klien Menulis pengalaman yang Menulis hal positif diri


tidak menyenangkan sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :
A. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
B. Untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi peraepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal
pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan hal
positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya
dan tingkatkan reinforcement (pujian).
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri


Tujuan:
Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih.
Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih.
Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih.

Setting:
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih.
Ruangan nyaman dan tenang.

Alat:
Spidol dan papan tulis atau whiteboard atau flipchart
Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen

Metode:
Diskusi dan Tanya jawab
Bermain Peran

Langkah Kegiatan:
Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1.
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Orientasi
1. Salam Terapeutik
A. Salam dari terapis kepada klien
B. Klien dan terapis pakai papan nama

2. Evalauasi atau Validasi


A. Menanyakan perasaan klien saat ini.
B. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien.

3. Kontrak
A. Terapis menjeleskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada
klien.
B. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

Tahap Kerja
1. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
2. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard.
3. Terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard.
Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih.
4. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan atau kemampuan yang
dipilih dengan cara berikut.
A. terapis memperagakan
B. klien memperagakan ulang
C. berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

5. Kegaiatan 1 sampai dengan 4, dapat diulang untuk kemampuan atau


kegiatan yang berbeda.

Tahap Terminasi
1. Evaluasi
A. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
B. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.

2. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari-hari

3. Kontrak Yang Akan Datang


A. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain
B. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih

Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah
sesi 2, kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal
positif yang akan dilatih dan memperagakannya. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Sesi 2
Stimulasi persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif

No Nama Membaca daftar Memilih satu hal Memperagakan


klien hal positif positif yang akan kegiatan positif
dilatih

Petunjuk :

A. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
B. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar
hal positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan
memperagakan kegiatan positif tersebut. Beri tanda jika klien mampu
dan tanda x jika klien tidak mampu.

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2,
TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien telah melatih
merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannya serta berikan pujian.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.7 Daftar Pustaka


Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Malinda, Feri. 2011. terapi aktifitas kelompok: harga diri rendah [serial
online]. http://ferimalinda.blogspot.com/2011/02/terapi-aktifitas-kelompok-
harga-diri.html [9 maret 2014]
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional DIAGNOSA
KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : ECG
Moyet, Lynda Jual Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 10. Jakarta : ECG

You might also like