Professional Documents
Culture Documents
PAPER
Oleh:
KELOMPOK 1
1. Made Ima Guna Pratiwi (1204.14201.159)
2. Dodo Indrayana (1204.14201.141)
3. Yohana Benedikta Pilis (1204.14201.180)
4. Yunus Hale (1204.14201.183)
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus
harga diri rendah adalah :
1. Sistem Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih,
dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan
pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk
tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan
yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu
mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan
atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunnya
produktivitas.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Isolasi Sosial
Situasional:
Mengkritik diri sendiri
Gangguan Sensori
Perasaan tidak mampu
Persepsi : Halusinasi
Pandangan hidup yang
pesimistis
Resiko Tinggi Perilaku
Tidak menerima pujian
Kekerasan
Lebih banyak menunduk
Maturasional:
Kurang kasih sayang
Penolakan orang tua yang
tidak realistis
Persepsi kurang dihargai
oleh orang lain
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Objektif:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Berkurang selera makan
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Tidak Teridentifikasi
Axis 4
Individu
Axis 2
Tidak Teridentifikasi
Axis 5
SP 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
Masukkan dalan jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan SP 2)
memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
Masukkan dalan jadwal kegiatan pasien
A. Latar Belakang
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang
punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah
mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam
bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional.
Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal atau early
adolescence (10-13 tahun), remaja menengah atau middle adolescence
(14-16 tahun) dan remaja akhir atau late adolescence (17-20 tahun)
(Behrman, Kliegman & Jenson, 2004.
Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda.
Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi
dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan
dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa
remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan
berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk
pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk
mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997).
Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini
merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang
berlangsung pada dekade kedua kehidupan.
Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat
penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya.
Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu
lebih banyak informasi mengenai seksualitas. Remaja merupakan suatu
masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial dari masa kanak-
kanak menuju dewasa (Arma, 2007).
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
B. Tujuan :
1. Tujuan Instruksional Umum:
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan remaja dapat memahami
tentang tumbuh kembang pada remaja.
E. Metode
Ceramah, Tanya Jawab
G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Moderator :
3. Penyaji :
4. Fasilitator :
E. Evaluasi :
1. Sebutkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki dan
perempuan?
2. Apa saja perkembangan mental emosional yang terjadi pada remaja?
3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi problem remaja?
F. Referensi
Rizqa, Qoqo. 2009. TUMBUH KEMBANG REMAJA DAN
PERMASALAHANNYA. http://qo2bidan.blogspot.com/2009/08/tumbuh-kembang-
remaja-dan.html [diunduh pada tanggal 10 Maret 2014]
Anonim. 2012. https://sites.google.com/site/kahirulfatihin/khiarul-fat
[diunduh pada tanggal 10 Maret 2014]
Pemateri,
Lampiran 2. Materi
Remaja Wanita:
Tubuh bertambah berat dan tinggi
Tumbuh rambut-rambut halus di daerah pubis dan ketiak
Payudara membesar
Pinggul melebar
Kulit dan rambut mulai berminyak
Keringat bertambah banyak
Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
Pantat berkembang lebih besar
Indung telur mulai membesar
Vagina mulai mengeluarkan cairan
Menstruasi
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Emosi
Usia remaja emosi meningkat, sehingga rangsangan atau
stimulus sedikit sudah menimbulkan luapan emosi besar (marah,
menangis).
Kecerdasan
Perkembangan intelektual masih berlangsung sampai usia 21
tahun dimana remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung
logika yang dapat dihubungkan dengan yang lain.
Percintaan
Akibat sudah masaknya kelenjar kelamin remaja, maka timbul
perhatian pada lawan jenis (ini tanda yang khas pada usia remaja).
Proses percintaan dimulai dari:
CRUSH: Saling membenci antara laki-laki dan perempuan.
Penyaluran cinta pada masa ini adalah memuja orang yang
lebih tua sejenis (mis. Tokoh tertentu)
HERO WORHIPING: Memuja orang yang lebih tua,
berlawanan jenis, biasanya tdk dikenal.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Problematika Remaja
Memilih pekerjaan dan kesempatan belajar
Kesehatan: pertumbuhan badan perlu makan yang sesuai
baik kualitas dan kuantitas, perlu perawatan tubuh yang
menarik, larangan merokok dari orang tua, timbulnya
penyakit dismenorhe, sakit kepala, perubahan pada alat
kelamin.
Sekolah: perhatian guru hanya pada anak yang pandai dan
banyak waktu yg harus digunakan untuk belajar.
Seks: Remaja putri secara fisik sudah siap untuk
berhubungan seks tapi norma tidak mengijinkan sebelum
menikah, sedangkan secara sosial belum boleh. Remaja
hanya punya pengetahuan hubungan seks remaja pranikah
dari teman, buku yang sebenarnya belum lengkap. Mereka
belum tahu atau ingin tahu tentang bahaya dan akibat
hubungan seks, masturbasi atau onani, dan menstruasi.
Keluarga: sering terjadi pertengkaran antara remaja dan
orang tua. Menurutnya orang tua hanya mendikte, menyuruh,
melarang, orang tua acuh dengan kegiatan remaja (terutama
pada teman-temannya)
Emosi: emosi masih labil
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Anggap saja pacaran sebagai hal biasa, misal: anak SMP sudah mulai
pacaran.
Tanggapi secara biasa
Sikap orang tua yang wajar saja, maka remaja tidak takut
untuk berkomunikasi dengan orang tua tentang temannya atau
pacarnya
Orang tua biasa memonitor perkembangan pacaran anaknya
Remaja jangan selalu dikekang dalam pacaran bisa lepas
kendalai dari orang tua
Bersabar: jangan terburu marah bila remaja tidak cepat berubah atau
bereaksi kelakuannya seperti dikehendaki orang tua, bisa melalui
proses lama atau sebentar.
1. Leader
Bertugas :
Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
Menetapkan jalannya tata tertib
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil
diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut.
Kontrak waktu
Menimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara
2. Co leader
Bertugas :
Mendampingi leader jika terjadi bloking
Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi
kesalahan
Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
3. Observer
Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal
sampai akhir
Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
Mengobservasi perilaku pasien
4. Vasilitator
Bertugas :
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang
harus dilakukan
Mendampingi peserta TAK
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas :
Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
6. Operator
Bertugas :
Mengoperasikan alat
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Setting:
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
Ruangan nyaman dan tenang.
Alat:
Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK.
Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
Metode
Diskusi
Permainan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Langkah kegiatan:
Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : Harga Diri Rendah.
2. Membuat kontrak dengan klien.
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
1. Salam terapiutik
A. Salam dan terapis pada klien.
B. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
C. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
3. Kontrak
A. Terapis menjalankan tujuan kegiatan, yaitu bercakapcakap
tentang hal positif diri sendiri.
B. Terapis menjalaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap Kerja
1. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
2. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien.
3. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Tahap terminasi
1. Evaluasi
A. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
B. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
Sesi 1
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
dan hal positif diri sendiri
Petunjuk :
A. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
B. Untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi peraepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal
pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan hal
positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya
dan tingkatkan reinforcement (pujian).
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Setting:
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih.
Ruangan nyaman dan tenang.
Alat:
Spidol dan papan tulis atau whiteboard atau flipchart
Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen
Metode:
Diskusi dan Tanya jawab
Bermain Peran
Langkah Kegiatan:
Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1.
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Orientasi
1. Salam Terapeutik
A. Salam dari terapis kepada klien
B. Klien dan terapis pakai papan nama
3. Kontrak
A. Terapis menjeleskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada
klien.
B. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap Kerja
1. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
2. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard.
3. Terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard.
Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih.
4. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan atau kemampuan yang
dipilih dengan cara berikut.
A. terapis memperagakan
B. klien memperagakan ulang
C. berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Tahap Terminasi
1. Evaluasi
A. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
B. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
2. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari-hari
Sesi 2
Stimulasi persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif
Petunjuk :
A. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
B. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar
hal positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan
memperagakan kegiatan positif tersebut. Beri tanda jika klien mampu
dan tanda x jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2,
TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien telah melatih
merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannya serta berikan pujian.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014