Professional Documents
Culture Documents
Pengertian
Kematian mendadak adalah kematian yang terjadi dalam waktu 48 jam sejak
timbulnya gejala penyakit yang membawa kematian tersebut. (Camps)
Etiologi
Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh,
yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem
gastro intestinal dan sistem urogenital. Dari sistem sistem tersebut, yang terbanyak
menjadi penyebab kematian adalah sistem kardiovaskuler, dalam hal ini penyakit
jantung.
Tabel. Hasil analisa situasi pada situasi pada saat kematian (Dotzauer dan Naeve)
Istirahat Pekerjaan Kerja fisik Stres psikis
sehari-hari
Sklerosis 651 663 155 128
Infark miokard 150 89 35 20
Trombosis 93 76 44 16
tanpa infark
Ruptur 99 47 17 5
B. Miokarditis1
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi pada dewasa
muda.
Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan histopatologik. Otot jantung harus diambil sebanyak minimal 20
potongan dari 20 lokasi yang berbeda untuk pemeriksaan ini.
Pemeriksaan miokarditis harus dilihat dari histopatologik bedah mayat, karena
pemeriksaan lain tidak memperlihatkan hasil yang begitu bermakna. Pada
pemeriksaan histopatologik tampak peradangan interstisial dan/atau parenkim,
edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hingga miolisis. Infiltrawsi leukosit
berinti jamak dan tunggal, plasmosit dan histiosit tampak jelas. Pemeriksaan lain
tidak menunjukkan perubahan bermakna.5
C. Hipertoni1
Hipertoni ditegakkan dengan adanya hipertrofi jantung disertai dengan tanda-
tanda lain seperti:
a. Perbendungan atau tanda-tanda dekompensasi
b. Sklerosis pembuluh perifer serebral
c. Status lakunaris pada ganglia basal
d. Sklerosis arteria folikularis limpa, dan
e. Arteriosklerosis ginjal.
Hipertrofi jantung tersendiri belum dapat menjelaskan kematian, meskipun
dikatakan bahwa berat 500 gram adalah batas berat jantung yang disebut sebagai
berat kritis (critical weight). Hipertrofi jantung juga tidak selalu merupakan penyakit
(misalnya penyakit hipertensi menahun), tetapi dapat pula bersifat fisiologis, yang
dapat dijumpai pada sebagian atlet.
Pada pemeriksaan dalam, dinding ventrikel kiri dapat menebal melebihi 2,5 cm,
dan berat jantung mencapai 500-700 gram. Pada pemeriksaan histopatologik,
diameter serat otot sendiri dapat ditemukan meningkat (meski sulit dilihat walaupun
menggunakan mikroskop cahaya sekalipun), kadang inti membengkak, pembesaran
mitokondria dan peningkatan sistesis serat otot.5
Perdarahan subarachnoid
Pada autopsy tempat perdarahan biasanya terletak di Circle of Willis, dimana terdapat
gambaran perdarahan yang padat pada basis otak, khususnya basis cisterna. Biasanya
darah menyebar ke arah lateral dan dapat menutupi seluruh hemispherium cerebri.
Pada perdarahan yang baru warrnanya akan berupa merah segar.
Pada pemeriksaan PA didapatkan suatu aneurisma dengan gamberan dinding
muscular dan lamina eastika intima biasanya tidak ada atau terfragmentasi, dan
dinding kantung tersebut dari intima hialin yang menebal.
Epilepsi
Pada autopsi tidak ditemukansuatu tanda khusus kematian disebabkan epilepsi.
Kemantian mendadak pada epilepsi sering dikaitkan dengan asfiksia. Pada saat
dilakukan autopsi dan telah dilakukan pemeriksaaan toksikologi terhadap overdosis
obat antiepilepsi, pemeriksaan pada lidah dilakukan untuk menentukan apakah ada
lidah tergigit, untuk membantu menentukan penyebab kematian oleh karena epilepsi.
II.1.3. Sistem pernafasan1,2
Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia dan /atau
pneumothoraks. Pedarahan dapat terjadi pada tuberkulosis paru, kanker paru, atau
kanker saluran nafas, bronkiektasis, abses, dan sebagainya. Pedarahan akibbat
tuberkulosis yang menyumbat saluran pernafasan merupakan penyebab kematian
yang paling sering di negara yang belum berkembang. Sedangkan asfiksia terjadi
pada pneumonia (infeksi), spasme saluran nafas,, asma bronkiale, dan penykait paru
obstruktif menahun, aspirasi darah atua pada tersedak. Difteri juga dapat merupakan
penyebab kematian mendadak yang tidak jarang terjadi.
Pneumonia7
Pada otopsi, infeksi seperi pneumonia menyebabkan hepatisasi abu-atu,, dan dapat
juga dilakukan kultur Pneumococcus yang diperoleh dari usapan pada permukaan
paru atau dari mukopus dari dalam bronkus.
Pada infeksi akibat virus biasanya bersefat hemorragik, paru mengalami kongesti dan
terdapat area konsolidasi perdarahan yang tersebar.
Bronchitis (PPOK)
Akan ditandai dengan kongesti dan edema, serta infiltrasi sel bulat pada dinding
bronkus akibat nekrosis dan deskuamasi epithelial, dinding alveolus menjadi tidak
jelas dan kabur.
Infeksi difteri
Ditandai dengan adanya edema laryngeal.
Asma bronchial
Pada otopsi sering ditemukan over distensi paru, paru berukuran besar dan sulit
dipindahkan, pucat, menutupi bagian aterior pericardium, teraba seperti karet dan
dengan mudah membentuk lubang bila ditekan. Bila paru diiris bronchi tampak
menyolok akibatr dindingnya yang menebal dan kongestif, berisi mucus yan lengket
hampir seperti krim, berwarna abu-abu, opaque, dan sulit dilepaskan dari bronkus.
Pada mikroskopik dinding bronkus menunjukkan lapisan-lapisan otot halus yang
hipertrofi dan diinfiltrasi oleh banyak sekali eosinofil dan lumen mengandung massa
berupa debris mukoid eosinofilik.6
Pada kematian mendadak yang disebabkan oleh asma bronkial saat dillakukan
otipsi ada sesuatu yang tidak ditemukan. Pada pembukaan cavitas thorax, paru-paru
terlihat memenuhi thorax dan tidak kolaps seperti biasanya, memiliki struktur
spongiosa yang pucat, membentuk lubang yang stabil ketika ditekan dengan jari.
Pemeriksaan PA pada asma, paru mengembang berlebihan dan menunjukkan
berbecak dengan oklusi saluran udaara oleh sumatan lendirr.
Secara mikroskopik, paru menunjukkan sembab, sebukan sel radang pada
dinding bronkus dengan banyak eosinofil, debris kristaloid dalam saluran udara.
Hal ini berakibat pada penurunan aliran darah ke otak yang akan berakibat pusing dan
dapat berkembang menjadi pingsan atau hilang kesadaran jika semakin memberat.4