You are on page 1of 4

Asuhan Keperawatan Skizofrenia

1.Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap pengkajian
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan
data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (stuart
dan Sunden, 1998). Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :

Identitas klien
Keluhan utama/alasan masuk
Faktor predisposisi
Dimensi fisik / biologis
Dimensi psikososial
Status mental
Kebutuhan persiapan pulang
Mekanisme koping
Masalah psikososial dan lingkungan
Aspek medic

Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data obyektif,
sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara
perawatan disebut data subyektif.

2.Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri sendiri dan atau orang lain/lingkungan berhubungan
dengan perubahan persepsi sensori/halusinasi
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri dan atau orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat hubungan saling percaya :
a. Bina hubungan saling percaya

Salam terapeutik
Perkenalan diri
Jelaskan tujuan interaksi
Ciptakan lingkungan yang tenang
Buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik, waktu dan tempat berbicara).

b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.


c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya


a. Lakukan kontak sering dan singkat. Rasional : untuk mengurangi kontak klien dengan
halusinasinya.
b. Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; bicara dan tertawa tanpa
stimulus, memandang kesekitarnya seolah olah ada teman bicara.
c. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya ;
-Bila klien menjawab ada, lanjutkan ; apa yang dikatakan ?
-Katakan bahwa perawat percaya klien mendengarnya.
-Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.
-Katakan bahwa perawatan akan membantu klien.
d. Diskusikan dengan klien tentang ;
-Situasi yang dapat menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi.
-Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang sore, malam atau bila sendiri atau
bila jengkel / sedih).
e. Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan bila terjadi halusinasi (marah /
takut / sedih / senang) dan berkesempatan mengungkapkan perasaan.

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


a. Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan bila terjadi halusinasi
(tidur/marah/menyibukkan diri)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, bila bermanfaat beri pujian.
c. Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi :
-Katakan saya tidak mau dengan kamu (pada halusinasi).
-Menemui orang lain (perawat / teman / anggota keluarga untuk bercakap cakap .
mengatakan halusinasinya.
-Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
-Meminta orang lain (perawat / teman anggota keluarga) menyapa bila tampak bicara
sendiri.
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus / mengontrol halusinasi secara
bertahap.
e. Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan
pujian bila berhasil.
f. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok (orientasi realisasi dan
stimulasi persepsi).

4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol halusinasinya :


a. Anjurkan klien memberitahu keluarga bila mengalami halusinasi.
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung / pada saat kunjungan rumah)
-Gejala halusinasinya yang dialami klien
-Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-luarga untuk memutus halusinasi
-Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : Beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama, berpergian bersama
-Berikan informasi waktu follow up atau kapan perlu mandapat bantuan; halusinasi tak
terkontrol dan resiko mencederai orang lain.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik :
-Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
-Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat merasakan manfaatnya.
-Anjurkan klien bicara dengan dokter / perawat tentang efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
-Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-sultasi.
-Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5 (lima) benar (benar dosis, benar cara,
benar waktu)

b. Diagnosa 2 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir


(waham).
Tujuan Umum : Klien dapat melakukan komunikasi verbal
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien.
-Katakan perawat menerima : saya menerima keyakinan anda, disertai ekspresi
menerima.
-Katakan perawat tidak mendukung : sadar bagi saya untuk mempercayainya
disertai ekspresi ragu dan empati.
-Tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung.
-Gunakan keterbukaan dan kejujuran
-Jangan tinggalkan klien sendirian
-Klien diyakinkan berada di tempat aman, tidak sendirian.
2. Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang dimilki
-Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.
-Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis.
-Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas sehari hari)
-Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai waham tidak ada.
3. Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi :
-Observasi kebutuhan klien sehari hari.
-Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah / di RS.
-Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
-Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien (buat jadwal
aktivitas klien).
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas :
-Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri orang lain, tempat, waktu)
-Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas
-Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5. Klien dapat dukungan keluarga :
-Gejala waham.
-Cara merawatnya.
-Lingkungan keluarga.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
-Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek
samping obat, akibat penghentian.

-Diskusikan perasaan klien setelah minum obat

-Berikan obat dengan prinsip 5 tepat

c. Doagnosa 3 : Difisit perawatan diri berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Tujuan Umum : Klien mampu merawat diri sehingga penampilan diri menjadi adekuat
Tujuan Khusus :
1. klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
-Dorong klien mengungkapkan perasaan tentang keadaan dan kebersihan dirinya.
-Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan empati.
-Beri pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang kebersihan
dirinya.
-Diskusi dengan klien tentang arti kebersihan diri
-Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri.
2. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan dirinya.
-Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang kebutuhan perawatan diri klien
-Diskusikan dengan keluarga
-Motivasi keluarga dalam berperan aktif memenuhi kebutuhan perawatan diri klien.
-Beri pujian atas tindakan positif yang telah dilakukan keluarga

You might also like