You are on page 1of 20

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

Nama : An. S. A. Ruang : Tulip


ANAMNESIS
Umur : 4 bulan Kelas :IB

Nama Lengkap : An. S. A. Jenis Kelamin : Perempuan


Tempat dan tanggal lahir : Purworejo, 17 Feb 2013 Umur : 4 bulan
Nama Ayah : Tn. E. S Umur : 29 tahun
Pekerjaan ayah : Swasta Pendidikan ayah : SMA
Nama ibu : Ny. N. F Umur : 26 tahun
Pekerjaan ibu : Swasta Pendidikan ibu : SMA
Alamat : Kesawen, Kemiri, Purworejo
Masuk RS tanggal :
Diagnosis masuk :-Pneumonia
-PDA
- MI prolaps AML

Dokter yang merawat : dr. Melna A. Purba, Sp.A. Ko asisten : Luqman Hakim

Alloanamnesis
KELUHAN UTAMA : Sesak
KELUHAN TAMBAHAN : Batuk, sianosis jika menangis
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami batuk seminggu sebelum masuk rumah sakit tanpa disertai dengan pilek dan
demam. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan batuk disertai demam yang tidak begitu tinggi.
Dua hari SMRS, demam sudah tidak ada tetapi batuk masih ada dan pasien menjadi terlihat lebih sesak
dan terlihat biru setiap kali menangis kuat. Frekuensi nafas pasien semakin meningkat dan terdapat
tarikan dinding dada setiap kali pasien menarik nafas. Pasien masih mau minum susu formula. Buang
air besar normal, lembek, frekuensi 2x/hari. Buang air kecil normal, frekuensi6-8x/hari, warna jernih.
Pasien sudah berobat ke puskesmas terdekat tetapi keluhan batuk tidak membaik bahkan peningkatan
usaha nafas semakin terlihat sehingga orang tua pasien membawa pasien berobat ke poliklinik RSUD
Saras Husada. Pasien sebelumnya sudah terdiagnosa mengidap penyakit jantung bawaan Patent Ductus
Arteriosus. Pasien rutin berobat dan mendapatkan diuretic.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

- Riwayat adanya sesak nafas disangkal.


- Riwayat demam, batuk, pilek sebelumnya (+). Pasien pernah mengalami batuk pilek tetapi
segera membaik setelah mendapat pengobatan dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sekarang
- Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan demam.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan batuk, pilek, dan pusing
pada saat ini.
- Riwayat adanya penyakit jantung bawaan pada keluarga disangkal.
- Riwayat penyakit kronik seperti diabetes melitus, dan hipertensi disangkal ibu pasien.
Kesimpulan : Tidak ada riwayat penyakit menular dan keturunan pada keluarga.

4. Ikhtisar keturunan :

29 26

4 bulan

Kesimpulan : pasien saat ini tinggal bersama kedua orang tua dan kakek neneknya.

RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan :
A. Riwayat Kehamilan
Pasien anak pertama, dari kehamilan pertama. Usia kehamilan cukup bulan, sekitar 9 bulan
lebih 10 hari. ANC teratur di lakukan beberapa kali di bidan, tetapi ibu lupa untuk frekuensinya,
suntik TT sebanyak 2 kali selama kehamilan menurut pernyatan ibu pasien. Saat hamil usia ibu 25

RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

tahun, Ibu meminum tablet penambah darah selama kehamilan yang diberikan oleh puskesmas
setempat. Tidak ada riwayat demam tinggi dan lama, tekanan darah tinggi, merokok, mual
muntah berlebihan selama kehamilan dan riwayat trauma pada ibu sewaktu hamil. Berat badan
ibu naik kurang lebih 10-11kg selama kehamilan.
B. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan secara spontan di bidan. Bayi tidak menangis lalu dilakukan penyedotan lendir
disaluran mulut serta hidung dan dilakukan rangsang taktil, bayi menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif, anus (+), BB = 2700 gr, PB = 45 cm, berat badan lahir cukup, cukup
bulan dan sesuai masa kehamilan.
C. Riwayat Pasca Persalinan
Selama nifas, ASI keluar beberapa saat setelah melahirkan, ASI keluar dengan lancar, bayi
diberi ASI dan juga mendapatkan PASI sampai saat ini karena ASI dirasa tidak mencukupi. Bayi
, tidak kejang, dan tidak ada demam.
Kesimpulan : Riwayat Kehamilan terpantau, proses persalinan spontan dengan berat badan
lahir cukup, cukup bulan, sesuai masa kehamilan.

2. Riwayat makanan
ASI diberikan sejak bayi tetapi ibu merasa tidak cukup sehingga bayi mendapatkan PASI
sampai saat ini.
Kesimpulan : Riwayat makanan pasien menurut kualitas dan kuantitas cukup.

3. Riwayat Perkembangan dan pertumbuhan


Pertumbuhan dan perkembangan bayi sejauh ini baik. motorik kasar: bayi dapat mengepalkan
tangannya usia 1 bulan, miring usia 3 bulan. Bahasa: mulai mengeluarkan suara usia 1 bulan,
tertawa usia 3 bulan. Motorik halus: mulai melihat sekitar usia 1 bulan. Social: bayi mulai melihat
orang di sekitarnya sejak usia 1 bulan.
Kesimpulan : Tidak terdapat adanya gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada
seluruh aspek.

RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

4. Vaksinasi :
A. PPI : B. Ulangan :
BCG : + Pada umur : 1 bl di : Bidan Pada umur : tidak
DPT : + Pada umur : 2 bl di : Bidan Pada umur : tidak
Polio : + Pada umur : 0,2 bl di : Bidan Pada umur : tidak
Campak : - - di : - -
Kesimpulan : Imunisasi PPI lengkap, imunisasi non PPI tidak ada.

5. Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :


Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Rumah pasien berdinding tembok, beralas keramik.
Ventilasi cukup banyak setiap jendela memiliki lubang ventilasi diatasnya, sirkulasi udara lancar.
Sumber air berasal dari sumur dan PDAM setempat, berwarna jernih tidak bau, jarak sumur
dengan septik tank kira-kira 10 meter. Saluran pembuangan air permanen. Lingkungan rumah
terjaga kebersihannya. Proses memasak dilakukan dengan air bersih, penyimpanan air dan
makanan tertutup. Alat makan selalu dicuci bersih menurut pernyataan ibu. Semua anggota
keluarga mandi di kamar mandi yaitu di kamar mandi umum dan memiliki 2 kamar mandi di
dalam rumah. Saat ini tidak ada wabah penyakit menular di lingkungan tempat tinggal. Hubungan
keluarga dengan seluruh tetangga terjaga dan terjalin dengan baik.
Pendapatan keluarga perbulan
Pendapatan keluarga pasien tidak pasti, karena orangtuanya yaitu ayah bekerja sebagai pegawai
swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Namun hasil yang didapatkan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari menurut pernyataan ibu.
Kesimpulan : kehidupan sosial baik, ekonomi cukup, lingkungan baik.

6. Anamnesis sistem :
- Respirasi : sesak napas (+), sukar bernapas (+), batuk (+), pilek (-)
- Kardiovaskular : penyakit jantung bawaan (+), pucat (+), biru (+)
- GIT : mencret (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB(+), Perut kembung (-)
- Urogenital : BAK (+) lancar, nyeri BAK (-), urin kemerahan (-)
- Integumentum : gatal (-), nyeri (-), bengkak (-), kulit kering (-)
- Muskuloskeletal : kaku (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kelemahan otot (+)
- Kepala : discharge hidung (-), nafas cuping hidung (+)

RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

PEMERIKSAAN Nama : An. S. A. Ruang : Tulip


Umur : 4 bulan Kelas :IB
JASMANI
Tanggal 24 Juni 2013
KESAN UMUM : Tampak sesak, kesadaran Composmentis, tampak gizi buruk
Tanda utama:
Nadi / HR : 150 x/menit isi dan tegangan : kuat teratur
Suhu badan : 37,4C Tekanan darah : tidak diukur
Pernafasan : 70 x/menit tipe : thorakoabdominal
Status gizi : gizi buruk
Berat badan : 3,9 kg
Panjang badan: 57 cm
Status Antropometri
1. BB//U = 3,9//4 = <-3 SD severely underweight
2. PB//U = 55//4 = -3 SD<Z<-2 SD stunted
3. BB//TB = 3,9//55 = -3 SD<Z<-2 SD wasted
Kesimpulan status gizi : Gizi Buruk ( menurut standar baku z-score).

Kelenjar limfa : pembesaran (-)


Otot : kelemahan otot ekstremitas (+)
Tulang : deformitas (-)
Sendi : gerakan bebas, nyeri gerak (-).

PEMERIKSAAN KHUSUS :
THORAK
Simetris, gerakan respirasi menggunakan otot bantu pernafasan, retraksi subcostalis (+), retraksi
intercosta (+), hematom (-), massa (-), deformitas (-), peradangan (-).
Jantung :
Batas-batas Jantung Batas kanan atas : SIC II, LPS dextra ; kiri atas : SIC II,LPS sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV, LPS dextra ; kiri bawah : SIC II,LMC sinistra

RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

Suara jantung S1 mengeras S2 tertutup bising kontinyu, BJ I & II regular, bising


kontinyu(+)

Paru-paru :

Depan : Kanan Kiri


Inspeksi Tampak simetris, retraksi subcostalis (+), Tampak simetris, retraksi subcostalis (+),
retraksi intercosta (+), tidak ada retraksi intercosta (+), tidak ada
ketinggalan gerak, hematom (-). ketinggalan gerak, hematom (-).
Palpasi Takipneau (+), ketinggalan gerak (-), Takipneau (+), ketinggalan gerak (-)
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikular, Ronkhi basah (-), Suara dasar vesikular, Ronkhi basah (-),
krepitasi (-), Wheezing (-) krepitasi (-), Wheezing (-)

Belakang Kanan Kiri


Inspeksi Simetris, Ketinggalan gerak (-), Simetris, Ketinggalan gerak (-),
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesikular, Ronkhi basah (-), Suara dasar vesikular, Ronkhi basah (-),
krepitasi (-), Wheezing (-) krepitasi (-), Wheezing (-)

ABDOMEN
Inspeksi : distended (-), sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal frekuensi 12x/menit
Palpasi : supel, defense muskular (-), massa (-), nyeri tekan epigastrium (-).
Hepar : tak teraba (-), nyeri tekan (-)
Lien : tak teraba (-),nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani

ANOGENITAL : ruam (-)


EKSTREMITAS : Akral hangat, Arteri dorsalis pedis teraba kuat.

RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

KEPALA
Bentuk : bulat .
Ubun-ubun : tertutup.
Muka : simetris.
Mata : cekung -/-, sekret -/-, injeksi konjungtiva -/-, conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
strabismus -/-, udema palpebra -/-, ptosis -/-, pupil isokor +.
Hidung : sekret (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (+), deformitas (-).
Telinga : discharge (-), deformitas (-).
Mulut : trismus (-), stomatitis (-), mukosa bibir kering (-), bibir cianosis (+), darah (-).
Pharing : hiperemis (+), tonsil tidak membesar.
Gigi : belum tumbuh
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), massa (-), pembesaran limfonodi (-).

RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

RINGKASAN ANAMNESIS, Nama : An. S. A. Ruang : Tulip


PEMERIKSAAN JASMANI, DD,
RENCANA PEMERIKSAAN Umur : 4 bulan Kelas :IB
LANJUTAN

Anamnesis :

Demam (-).
Batuk sejak seminggu yang lalu, 3 hari kemudian pasien demam, 2 hari yang lalu mulai
sesak dan menjadi sianosis jika menangis lama. Keluhan batuk tak kunjung membaik.
Riwayat demam, batuk, pilek sebelumnya (+).
BAB dan BAK normal.

Pemeriksaan Fisik Diagnostik :


KU : tampak sesak, compos mentis, gizi buruk.
VS : suhu = normal
Nadi = normal
Nafas = takipneu
Thoraks : Retraksi subcostalis (+), bising kontinyu (+)
Abdomen : Dalam batas normal.
Kepala: nasal flare (+)

Diagnosis Kerja :
- Pneumonia
- Gizi buruk
- Penyakit jantung bawaan asianotik diff. suspek Patent Ductus Arteriosus

Diagnosis Banding :
- Asthma bronchiale
- Bronkiolitis

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

- Pemeriksaan darah rutin


- Pemeriksaan rontgen thorax anteroposterior
- Pemeriksaan echocardiography

RENCANA TATALAKSANA
A: posisi kepala sedikit ekstensi (ganjal bahu)
B: oksigenasi nasal kanul 1-2 l/m
C: kebutuhan cairan harian 390 cc
- pemberian ASI/PASI 50cc/3jam
- Pemasangan Orogastric tube jika diperlukan
D:
- antibiotika: injeksi ampicilin 3x150mg (dosis: 100mg/kgBB/hari)
- diuretic: injeksi furosemid 2x2mg (dosis: 1mg/kgBB/hari)
E: edukasi keluarga pasien tentang apa yg terjadi pada pasien, bagaimana pemberian ASI/PASI jika
pasien terlihat semakin sesak yaitu dengan dipasangnya selang melalui mulutnya, bagaimana
penanganan pertama jika pasien muntah yaitu dengan segera memiringkan posisi pasien dan
menyendawakan pasien setiap kali selesai memberi ASI/PASI.

Usulan pemantauan
1. Monitor KU/VS/tanda-tanda distress nafas

PROGNOSIS
Dubia ad Bonam

RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. Definisi

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya
disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan
disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan
Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun
bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI, 2002).

2. Etiologi Pneumonia
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae
sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia
tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang
terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat.
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syntitial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu
pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh
dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk
golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering
ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti
ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.

3. Klasifikasi Pneumonia
1) Berdasarkan Umur
a. Kelompok umur < 2 bulan
1) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu
dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang
tenang, mengi, demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C),
pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral
(pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.
2) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda
pneumonia seperti di atas.

b. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun


1) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum,
adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
2) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis
sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.

RM.011.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

5) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari
dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan
dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan (WHO, 2003).

2) Berdasarkan Etiologi
Tabel 2.1. Penyebab Tipe Pneumonia
Klasifikasi
Pneumonia
Berdasarkan
Etiologinya Grup
Bakteri Streptokokus Pneumoni bakterial
pneumonia Legionnaires disease
Streptokokus
piogenesis
Stafilokokus aureus
Klebsiela pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires
bacillus
Aktinomisetes Aktinomisetes Israeli Aktinomisetes
Nokardia asteroides pulmonal
Nokardia pulmonal
Fungi Kokidioides imitis Kokidioidomikosis
Histoplasma Histoplasmosis
kapsulatum Blastomikosis
Blastomises Aspergilosis
dermatitidis Mukormikosis
Aspergilus
Fikomisetes
Riketsia Koksiela burneti Q fever

RM.012.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

Klamidia Chlamydia Chlamydial


trachomatis Pneumonia
Mikoplasma Mikoplasma Pneumonia
pneumonia mikoplasmal
Virus Influenza virus, Pneumonia virus
adeno
Virus respiratory
Syncytial
Protozoa Pneumositis karini Pneumonia
pneumosistis
(pneumonia plasma
sel)

4. Patogenesis
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling
berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh
reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan
dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang
paling umum sebagai penyebab pneumonia.

5. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia


a. Gejala

RM.013.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama
beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40
derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat
berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri
perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
b. Tanda
Tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah

6. Cara Penularan Penyakit Pneumonia


Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara.
Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk
atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab
pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat
juga
cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk,
bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui

RM.014.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan
penderita.

7. Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Pneumonia


Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita (Depkes,
2004), diantaranya :
a. Faktor risiko yang terjadi pada balita
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya penyakit
adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya :
1. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat pertumbuhan
fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam
tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu
penyakit seperti pneumonia.
2. Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan,
dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan
hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan
yang ada pada balita (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi
kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui
imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat
dicegah dengan imunisasi.
3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga
berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh
bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang
dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita.
4. Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko untuk
terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua,

RM.015.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran
napas yang masih sempit.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya
pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih
menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi
oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang
berpengaruh diantaranya :
1. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan
yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal
10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara.
Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri
patogen.
2. Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam
dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada
balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas,
alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan
bermotor.

8. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana umum.
Pasien dengan saturasi oksigen <90% pada saat bernafas dengan udara kamar harus diberikan
terapi oksigen dengan nasal kanul, headbox, atau sungkup dengan mempertahankan saturasi
oksigen >92%.
- Pada pneumonia berat atau dengan asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balance cairan ketat, dan tidak diperbolehkan untuk makan minum peroral.
Lakukan pemasangan NGT segera untuk kebutuhan peroral.
- Fisioterapi tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan pada anak dengan pneumonia.

RM.016.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

- Antipiretik dan analgesik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk.
- Nebulisasi beta2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary
clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4jam sekali,
termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.
2. Pemberian Antibiotik.
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak <5 tahun karena
efektif melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia pada anak,
ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav, ceflacor,
eritromisin, claritromisin, dan azitromisin.
- M. Pneumonia lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik golongan
makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak >5 tahun.
- Jika s. Aureus dicurigai sebagai penyebab maka diberikan makrolid atau kombinasi
flucloxacilin dengan amoksisilin.
- Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat
per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat.
- Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah ampisilin, kloramfenikol, co-amoxiclav,
ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime.
- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah mendapat
antibiotik intravena.

9. Komplikasi
Pada paru paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena adanya dahak yang kental maka
akibatnya fungsi paru terganggu sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak
adanya ruang untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel sel tubuh tidak bisa
bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa
meninggal. Komplikasi pneumonia yaitu : Efusi pleura, Empiema, Abses Paru, Pneumotoraks,
Gagal napas, Sepsis.

RM.017.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

10. Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan sampai
kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

11. Pencegahan Penyakit Pneumonia


Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga terutama ibu
rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah.
Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita.
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia :
1. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama kehamilan
dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin
dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi
selama kehamilan.
2. Perbaikan gizi balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya
dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI
terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga
dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena
itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak
mendapatkannya.
3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu
imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak
napas.
5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah

RM.018.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara
mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang
ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin,
perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk
terkena penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu
jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan
bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini
menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan
menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali
akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka
menjadi pneumonia karena malnutrisi.

RM.019.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PRESUS ILMU KESEHATAN ANAK NO.RM : --

Nama dan tangan Ko-As : Luqman Hakim (20040310039)

Diperiksa oleh
Dokter Pembimbing
Tanggal jam . : .

Tanda tangan

(dr. Melna A. Purba, M. Sc., Sp. A.)

RM.020.

You might also like