Professional Documents
Culture Documents
Pengertian :
Patofisiologi :
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis
M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon melawan atau melarikan
diri sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan
seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional
seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional,
perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan,
kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996),
depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan
dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai
dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis,
sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain
faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus
depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk
kebutuhan spritual.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan
tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau
religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah
ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini
penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
Faktor Predisposisi :
Kejadian Stresful
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
PSIKOFARMAKA :
Diagnosa :
Distters Spritual
Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap
agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi
perubahan spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan.
RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL
Nama Klien :
Ruang :
Perencanaan
Diagnosis
No.
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4
Stress :
Loss of motivation
Kurang efektif
Physical, mental and behavioral problems
Money
Traffic
Health/Medical issues
Lack of Free time
Relationship : family & friends
Job related stress :
Work load
Stress Signs
Physical Stress Signs :
Anxiety
Forgetfulness
Depression
Apathy/lack of interest
Confucion
Lowered sel esteem
Increased anger
Exessive fear
Worry
Decreased self-confidence
Hostility
Iriitability
Under/over eating
Decreased ability to concentrate
Memory problems/forgetfulness
Frequent use of cigarettes or alcohol
Clumsiness
Withdrawal form usual activities
Poor performance
Absenteeism
High accident raes
Making moro mistakes
Impact of Stress
Impact on health of an individual
Back pain
Headaches
Stomachahes
Ulcers
High Blood Preassure
Heart Attack or Stroke
Time management
Organize
Problem solving attitude
Think Positive
Pengalihan
Music
Hobbies
Play
Learning
Vacation
Phyrical Techniques
Workplace Skills
Delegate
Anticipate problems
Be assertive
Organize
Balance work and personal time
Pengkajian :
1. Pengkajian Fisik
Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan punggung,
peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin,
postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan pada daerah lambung, suara
yang bernada tinggi, mual, muntah, diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan,
perubahan frekwensi berkemih, gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur
dan dilatasi pupil.
2. Pengkajian Psikologis
Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan,
kehilangan kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan motivasi,
ketidakmampuan memenuhi peran yang diharpakan (mengalami ketegangan peran, konplik
peran), mengungkapkan kesulitan kehidupan, perilaku destruktif (merusak diri,
penyalahgunaan zat), rasa khawatir kronis, suka berbohong dan manipulasi (Potter & Perry,
2005).
Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi budaya
terhadap nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang berbeda, atau adanya
rasisme dimana terdapat perbedaan pencapaian individu dalam ras atau kelompok tertentu
yang merasa lebih tinggi (Stuart, 2007).
4. Pengkajian Spritual
Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri. Apakah
keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengkajian spiritual ini
berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa dirasakan ketika seseorang mengalami
kegagalan, perasaan tidak stabil, ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan
hampa.
C. Diagnosa Keperawata
D. Intervensi Keperawatan
Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi generalis dan
spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.
1. Generalisasi :
Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien dan
keluarganya sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan Umum :
Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stressnya.
Tujuan Khusus :
1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan
peristiwa dan perubahannya
2. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman perilaku
yang tidak menyenangkan
3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata,
posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.
4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan
yang dibutuhkan.
a. Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres pada
anggota keluarganya.
b. Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya.
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada
anggota keluarganya.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak
etektif
4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
koping individu tidak efektif
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
Tindakan Keperawatan
Terapi Spesialis
1. Terapi Individu
a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan stres
yang dihadapi individu tidak mengancam.
b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku klien
serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang
lain.
c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak
terindentifikasi.
2. Terapi Keluarga
Negosiasi
Konfrontasi
Minat nasehat
Ego defence
1. Faktor Predisposisi
a. Biologik
o L.B. Genetik
o Kesehatan
o Terpapar Racun
b. Psikologik
o IQ
o Moral
o Koping
o Konsep Diri
o Kepribadian
o Pengalaman lalu
o Keterampilan verbal
c. SOS. BUD
o Umur
o Pendidikan
o Pekerjaan
o Pendapatan
o L.B. Bud-Sos
o Agama
o Politik
o HAM, Status sosial
a. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu energi
tensi dan stres.
b. Yang penting tentang stresor :
a. Kognitif
o Pemilihan koping
o Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku
o Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan
o Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan :
Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta dan kontrol
diri dan lingkungan.
Sumber untuk toleransi
4. Penialian Sekunder
a. Kognitif
o Kemampuan koping
o Efektifitas koping
o Koping yang tersedia
b. Afektif
a. Mechanic :
1. Model ekonomi
2. Tekanan koping
3. Kemampuan dan keterampilan
4. Dukungan sosial
5. Motivasi
a. Cari info
b. Indentifikasi maslah
c. Nilai alternatif
d. Laksanakan rencana
c. Antonousky
1. Kekuatan ego
2. Konsisten
3. Stabil
a. Budaya
b. Agama
c. Sistem Nilai
d. Keyakinan
Askep pada klien dengan
gangguan spiritual
Klien yang butuh spiritualitas adalah
Pasien kesepian
Pasien yang ketakutan dan cemas
Pasien menghadapi pembedahan
Alat Pengkajian
B = belief system
E = Ethics or value
L = Live style
E = Education
F = Future events
Skala Spiritual Well Being (SWB)(Gray, 2006) kehidupan dan kekuatan tertinggi
The spiritual perspective scale (SPS)(Gray,2006) hubungan dengan kekuatan
tertinggi, orang laindan diri sendiri.
kepercayaan/ keyakinan, kehidupan/ tanggung jawab diri, kepuasan hidup/aktualisasi
diri.
1. Alifiasi nilai
2. Keyakinan agama dan spiritual
3. Nilai agama atau spiritual
Diagnosa Keperawatan :
Distress spiritual
Koping inefektif
Ansietas
Disfungsi seksual
Harga diri rendah
Keputusasaan
NOC
Menunjukkan harapan
Menunjukkan kesejahteraan spiritual:
Berarti dalam hidup
Pandangan tentang spiritual
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
Berdoa atau beribadah
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
Klien tenang
NIC
NOC
Koping efektif
Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif
Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasi
NIC
Pelaksanaan
Sesuai dengan NOC yang telah ditentukan
Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secara umum tujuan tercapai apabila
klien (Achir Yani, 1999) :