Professional Documents
Culture Documents
3. Klasifikasi
Klasifikasi Katarak Berdasarkan Usia Penderita
1. Katarak Kongenital
Terjadi sebelum berumur 1 tahun disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu
pada saat usia kehamilan masih dini, seperti penyakit rubela, galaktosemia,
toksoplasmosis (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai
terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi akibat penanganannya
yang kurang tepat.
5. Patofisiologi
a. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda. Penyebab katarak belum dapat dipastikan dengan tepat namun ada
beberapa faktor risiko yang sudah dijelaskan di atas yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami katarak.
b. Proses Terjadi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
7. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan dilakukan bila ketajaman penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti
glaukoma dan uveitis (Mansjoer, 2011). Dalam pembedah katarak, lensa diangkat dari
mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari
mata melalui insisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi
katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
3. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan menurut Virginia Handerson
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
b. Rencana Asuhan Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah persepsi sensori
penglihatan teratasi.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah nyeri berkurang
/terkontrol.
b. Kriteria Hasil:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
2. Pasien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara
khusus pada klien dengan katarak. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya
secara independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai
oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya
Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama
dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan,
sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
atas pesan dari anggota medis yang lain (Tarwoto, 2015).
DM
Penurunan fungsi Kecelakaan/ terkena
fisiologis mata pukulan benda tumpul
khususnya pada lensa Kadar glukosa dlm
mata darah meningkat
Mengenai mata,
pembuluh darah pada
Daya akomodasi pada mata pecah, lensa mata Kadar glukosa dlm
lensa menurun rusak Vitreus Humor
meningkat
Farmacia. 2009. Ihtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.
Hartono. 2007. Oftalmoskopi Dasar & Klinis. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer. 2002. Acute Endhoptalmitis After Cataract Surgery : 250 Consecutive Cases Treated
At The Tertiary Referral Center In Netherland. American Journal Of Ophthalmology. Volume
149 No.3: America