You are on page 1of 4

Food Truck VS Caf dan Restoran, Mana yang Lebih Ramah

Lingkungan?

March 18, 2015 Leave a comment

Zita Nadia

Jika membicarakan mengenai kuliner, telinga kita sudah tidak asing lagi
tentunya dengan Bandung. Bandung dikenal sebagai salah satu tujuan wisata
di Indonesia ini, tidak lepas dari tujuan wisata kuliner yang tersebar di kota
ini. Mulai dari warung, caf, dan restoran yang tersebar di seluruh penjuru
kota Bandung. Ada sebuah fenomena kuliner baru yang muncul di tengah-
tengah kota Bandung, yaitu fenomena food truck. Food truck mulai marak di
Bandung sekitaran tahun 2013, kini food truck sudah menjadi alternatif bagi
warga kota Bandung. Akan tetapi, hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan,
apakah food truck memberikan dampak yang lebih buruk bagi lingkungan
jika dibandingkan dengan restoran? Ataukah justru restoran yang memiliki
dampak yang jauh lebih buruk bagi lingkungan?

Gbr.1. Food Truck Roti Pagi

Apakah Food Truck itu?

Food truck atau kedai makanan adalah salah satu cara untuk menjual
makanan, dengan menggunakan truck kecil sebagai media untuk berjualan
makanan. Food truck biasa berjualan di tempat tertentu selama beberapa
saat, mereka bisa dianggap sebagai bisnis kuliner yang menghampiri
pelanggan mereka. Food truck berasal dari Amerika Serikat, kegiatan ini
sudah berlangsung dari awal abad ke-17. Seiring dengan perkembangan
zaman, food truck mulai masuk ke kota besar di Indonesia,pada tahun 2012-
2013, food truck mulai bermunculan di Kota Bandung. Ada beberapa food
truck yang dikenal di Bandung, di antaranya adalah, Four Speed Nomad,
Roti Pagi, Whatever Combi dan beberapa food truck lainnya. Maraknya food
truck di Bandung pada saat ini, menjadi inspirasi adanya event Bandung
Food Truck Festival pada 27 Februari- 1 Maret 2015 lalu, hal ini
menunjukkan bahwa, food truck sudah menjadi salah satu tujuan kuliner
bagi warga kota Bandung.
Mana yang Lebih Hemat Energi? Food Truckatau Caf dan Restoran?

Jika melihat secara sekilas mungkin kita akan berpikir bahwa food truck
akan mengkonsumsi energi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
caf dan restoran. Akan tetapi, perlu kita lihat, food truck memang
menggunakan konsumsi bensin sebagai bahan bakar mereka, apalagi di
Indonesia masih sulit ditemukan food truck dengan bahan bakar yang ramah
lingkungan.Sedangkan untuk cafdan restoran menggunakan gas lebih
banyak jika dibandingkan dengan food truck. Penggunaan bahan makanan
yang digunakan oleh Food Truck atau Restoran dapat mempengaruhi carbon
footprint yang mereka punya,semakin banyak variasi menu, dan menu impor
yang dimiliki, maka akan semakin besar sumbangan emisi karbonnya.
Dalam hal penggunaan listrik dan air, food truck jauh lebih sedikit untuk
menggunakannya, karena dari ruangan yang dimiliki oleh food truck jauh
lebih kecil karena keterbatasan ruang dibandingkan dengan caf dan
restoran.

Gbr.2. Atas: Ruang Roti Pagi, Bawah: Ruang SuMur DU

Untuk membuktikan observasi dilakukan dengan 2 food truck ,2 restoran dan


1 caf yang memiliki konsep berbeda. Food truck yang diobservasi adalah
Roti Pagi, dan Susu Murni Dipati Ukur (SuMur DU). Roti Pagi beroperasi
pada pagi sampai sebelum tengah hari, dia memiliki 1 ruangan, tidak
menggunakan lampu sama sekali, dan menggunakan kompor 2 tungku.
Dalam segi menu, Roti Pagi hanya memiliki 4 menu sandwich dan 3
minuman. Sedangkan untuk SuMur DU, menggunakan kompor kecil, 2 buah
lampu,dan hanya beroperasi pada malam hari. Untuk menu mereka hanya
memiliki susu dan tidak memiliki menu makanan. Untuk restoran dan caf ,
yang diobservasi adalah Karnivor, Kantin Tong-Tong dan Caf DU71-a.

Gbr.3. Dari atas ke bawah: Karnivor, Kantin Tong Tong, Cafe DU 17-a

Karnivor memiliki lahan yang cukup besar, setiap meja dilengkapi dengan
lilin, dan lampu. Pada saat observasi jam 5 sore seluruh lampu telah
dinyalakan. Karnivor memiliki toilet yang terpisah antara pria dan wanita.
Untuk menu, ia memiliki lebih dari 10 jenis menu,mayoritas terdiri dari
daging, dan terdapat beberapa menu dalam ukuran besar. Karnivor
beroperasi dari jam 11.00-21.00. Sedangkan Kantin Tong-Tong memiliki
ukuran tempat yang kecil (hanya seperempat dari luas karnivor), tidak
memiliki toilet, lampu dinyalakan pada malam hari, karena saat pagi
memanfaatkan cahaya matahari. Untuk variasi menuyang dimiliki bernuansa
Indonesia. Caf DU71-a, sebuah caf kecil, namun lebih besar dari kanting
tong tong. Terdiri dari area indoordan outdoor, memiliki 1 toilet unisex,
lampu yang ada lebih sedikit daripada yang digunakan karnivor. Hal yang
perlu dicermati adalah, setiap meja memiliki colokan listrik bagi para
pengunjung. Jika melihat hasil observasi, food truck yang ada jauh lebih
hemat dalam soal penggunaan energi, karena restoran dan caf memiliki
potensi lebih boros energi. Dengan semakin besarnya ukuran restoran
tersebut, dan variasi menu yang jauh lebih banyak juga dapat memicu
carbon footprint yang jauh lebih besar. Jadi dari hasil observasi dalam soal
energi, food truck masih lebih ramah lingkungan.

Limbah yang Dihasilkan Food Truck Dibandingkan dengan Caf dan


Restoran

Jika membicarakan mengenai sampah, kita bisa memperkirakan dari


peralatan makan dan jumlah pengunjung yang datang. Roti Pagi
menggunakan tatakan kayu yang diberikan kertas tipis dan gelas kertas,
tatakan kayu bisa digunakan kembali namun sisanya harus dibuang, jumlah
pengunjung tidak terlalu banyak. SuMur DU, menggunakan gelas dan
sedotan. Gelas kaca dapat digunakan berulang kali, dan jumlah pengunjung
cukup banyak. Kantin Tong tong, Karnivor dan DU71-a, semuanya
menggunakan peralatan makan yang bisa digunakan kembali, sehingga
mengurangi jumlah limbah, ketiga tempat ini ramai didatangi, namun yang
paling ramai adalah Karnivor. Jika melihat sekilas dari segi alat makan,
restoran jauh lebih baik karena menggunakan peralatan makan yang dapat
digunakan kembali, namun limbah makanan akan bertambah banyak seiring
dengan banyaknya jumlah pengunjung yang datang, dan restoran jauh lebih
berpotensi memberikan limbah yang lebih banyak.

Jadi,Manakah yang lebih Ramah Lingkungan? Dan Solusi Desain Apa


yang Dapat Ditawarkan Untuk Menjadi Lebih Baik bagi Lingkungan?

Gbr.4. Kiri: penyajian Roti Pagi, kanan: penyajian Karnivor


Dalam segi penggunaan energi, dari hasil observasi food truck dapat
dikatakan lebih hemat dari restoran, apalagi jika restoran tersebut berukuran
besar dan ramai. Ramah lingkungan atau tidak, industri makanan sangat
bergantung dari konsep yang dimiliki. Restoran, caf dan food truck
memiliki potensi untuk menjadi sebuah industri yang lebih ramah
lingkungan, industi kuliner dapat menerapkan beberapa hal berikut untuk
mengurangi dampak buruk pada lingkungan, seperti:

1 Menggunakan packaging yang mudah terurai dengan alam.


2 Menggunakan bahan bakar seperti biodiesel, bahan bakar alternatif
atau mobil dengan menggunakan tenaga solar (diperlukan desain yang
seksama agar fitur ini dapat digunakan dengan optimal).
3 Menggunakan lampu LED untuk sumber penerangan.
4 Menjual produk-produk lokal dan organik

You might also like