You are on page 1of 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Kelautan Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut yang
ditaburi 17.504 pulau besar dan kecil serta memiliki panjang garis pantai mencapai
81.000 km dengan wilayah laut yang lebih luas daripada wilayah daratnya ( 70 %
merupakan wilayah laut). Kenyataan demikian, selayaknya lebih mempertebal
semangat dan jiwa bahari bangsa Indonesia terutama pada generasi muda sebagai
pemegang tongkat estafet kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Posisi Indonesia yang terbentang di kawasan khatulistiwa, diantara dua benua dan dua
samudera secara geopolitik dan geostrategi memiliki peranan dan kedudukan yang
sangat strategis ditinjau dari kepentingan ekonomi negara-negara di kawasan Asia
Tenggara maupun Asia Pasifik.Tetapi belum dimanfatkan secara optimal oleh bangsa
Indonesia. Kalau kita melihat justru negara tetangga Singapura yang telah
memanfaatkan kedudukan yang sangat strategis tersebut. Sebagai contoh penerbangan
Singapure Air adalah terbaik didunia, pelabuhan kontainer tersibuk dikawasan Asean.
Padahal mereka tidak mempunyai sumber alam apapun, tetapi bisa memanfaatkan
sumber daya manusianya untuk menjual jasa. Malaysia telah membangun dermaga-
dermaga bertaraf Internasional untuk menyaingi Singapura di Selat Malaka yaitu di
Port Klang dan Penang dengan memberikan kemudahan dan keringanan pajak.
Dengan demikian, selayaknya pula bangsa Indonesia dapat seoptimal mungkin
memberdayakan segala potensi kekayaan yang terkandung di laut dan pesisirnya
secara tepat dengan tetap memperhatikan faktor keles-tariannya guna mencapai
kesejahteraan bangsa dan negara di masa depan. (Nym Ngurah Adisanjaya, 2009)

Dikaitkan dengan luas wilayah laut dan posisi strategis negara Indonesia,
maka seharusnya kita sadari bahwa potensi maritim yang kita miliki apabila dikelola
dengan baik dan benar akan memberikan harapan yang cerah bagi masa depan bangsa.
Secara garis besar, potensi maritim yang berada di wilayah laut dan pesisir Indonesia
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Sumber Daya Alam (SDA), Sumber
Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Buatan.

A. Sumber Daya Alam (SDA).

Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang berada di alam lingkungan laut
yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam
pesisir dan lautan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam baik jenis maupun
potensinya. Potensi sumber daya tersebut ada yang dapat diperbaharui (renewable
resources) seperti sumber daya perikanan (perikanan tangkap, budi daya), mangrove,
rumput laut, karang, energi gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion), serta energi yang tidak dapat diperbaharui (non
renewable resources) seperti sumber daya minyak dan gas bumi serta berbagai jenis
mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa
lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan seperti
pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya.

1) Potensi Sumber Daya Perikanan.

Dari potensinya, sumber daya perairan dan perikanan yang kita miliki sangat luas,
termasuk yang tersebar di antara sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk
perikanan tangkap maupun perikanan budi daya. Besarnya potensi sumber daya
perikanan yang kita miliki diperkirakan sebesar 6,6 juta ton pertahun yang terdiri dari
sumber daya ikan di perairan Nusantara 4,5 juta ton dan diperairan ZEE sebesar 2,1
juta ton. Tetapi tingkat pemanfaatannya saat ini baru sekitar 38%. Hal tersebut terkait
dengan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi yang terbatas.

2) Terumbu Karang dan Hutan Mangrove.

Terumbu karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai
ikan dan makhluk laut lainnya. Sumber daya terumbu karang dan segala kehidupan
yang terdapat didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi.
Indonesia memiliki keaneka-ragaman hayati terumbu karang yang paling besar
dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Ekosistem terumbu karang
memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia.

Adapun peran dan manfaat terumbu karang adalah sebagai berikut :


a) Sebagai tempat hidup/berkembang biak ikan-ikan yang banyak dibutuhkan
manusia untuk pangan.

b) Sebagai benteng yang melindungi pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh
hantaman gelombang/ombak laut.

c) Sebagai tempat untuk pariwisata bahari.

d) Sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian.

e) Sumber penghasilan bagi nelayan.

f) Sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan penting


di wilayah pesisir dan lautan. Selain mempunyai fungsi sebagai penyedia nutrien bagi
biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan berbagai macam biota, penahan abrasi
pantai, penahan amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi
air laut dan lain sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis yang
sangat tinggi, seperti penyedia kayu, obat-obatan, alat dan teknik penangkapan
ikan, pupuk, bahan baku kertas, bahan makanan, minuman, peralatan rumah tangga,
bahan baku tekstil dan kulit, madu, lilin, dan tempat rekreasi.

3) Sumber Daya Energi dan Mineral.

Wilayah laut Indonesia terdapat berbagai jenis sumber daya energi dan
mineral yang tersebar didarat serta dilaut. Konstribusi sektor energi dan sumber daya
mineral Indonesia terbukti mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan
nasional. Sumber daya minyak dan Gas Bumi diperoleh dari kegiatan lepas pantai di
sekitar Laut Jawa, Laut Natuna, Lepas Pantai Kalimantan Timur dan Selat Malaka.
Sampai dengan tahun 2000 telah dikerjakan lebih dari 2700 sumur bor, tersebar pada
kedalaman berbeda yang beberapa diantaranya berada pada kedalaman dasar laut 150
m dan sejauh 220 km dari pantai terdekat. Pengeboran minyak lepas pantai
memerlukan teknologi, modal besar dan biaya yang cukup mahal. Kekayaan alam
berupa energi akan menjadi kekayaan bangsa Indonesia sepenuhnya bila menguasai
teknologi perminyakan lepas pantai.

Sumber daya Mineral antara lain :


a) Timah di Riau, Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.

Kegunaannya :

1) kebutuhan pembangunan.

2) timah dicampur dengan besi untuk membuat paku, pipa ledeng, seng, benda
seni ukir, alat kesenian berupa gamelan

3) sebagai bahan campuran pembuatan mesin kendaraan darat dan pesawat

udara.

b) Pasir Laut dan kerikil (Kepulauan Riau), untuk bahan bangunan.

c) Pasir Besi (Cilacap), Pasir Kalsium untuk bahan semen, gelas dan bahan untuk
campuran (proses lainnya).

d) Industri garam terbesar di Indonesia salah satunya ter-dapat di Pulau Madura.


Ironisnya saat ini Indonesia import garam dari Vietnam.

Pemanfaatan sumber daya energi dan mineral haruslah memperhatikan dan menjaga
fungsi lingkungan hidup.

4) Potensi Sektor Wisata Bahari.

Kepulauan Indonesia yang membentang dari Sabang hingga Merauke tentunya


memiliki potensi wisata bahari yang tidak sama, karena sangat dipengaruhi oleh
kondisi geografis masing-masing daerah dan kondisi lingkungan hidupnya (ekosistem)
maupun kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Faktor-faktor
tersebut ikut menentukan tingkat kualitas potensi wisata bahari, sehingga di beberapa
daerah sangat potensial, sedangkan di daerah lain dalam kondisi yang tidak potensial.
Sejauh ini, andalan pengembangan potensi wisata bahari di Indonesia, baru pada
upaya eksploitasi pemanfaatan keindahan alam bawah air dan bentang alam pantainya
(coastal landscape). Degradasi potensi wisata bahari di laut dan pesisir selain
ditimbulkan oleh dampak kerusakan ekosistemnya juga oleh pengaruh kondisi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat setempat yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap situasi keamanan wilayah. Pengembangan wisata
bahari di Indonesia yang memiliki nilai devisa tinggi memerlukan adanya strategi
pembangunan di sektor ini secara cermat dan terarah guna pencapaian optimasi
pembangunan nasional kelautan.

B. Sumber Daya Manusia (SDM).

Kunci keberhasilan pembangunan kelautan terletak pada SDM sebagi pelaku.


Sumber Daya Manusia sebagai pelaku kegiatan disektor kelautan antara lain adalah
Pelaut, Nelayan, SDM di Industri dan Jasa Maritim, SDM di Anjungan Lepas Pantai,
Pegawai Perhubungan Laut dan Instansi lain yang terkait dll. Kondisi SDM
Indonesia saat ini dirasakan masih kurang memadai jika dihadapkan kepada peluang
yang dapat diraih dari potensi yang menjanjikan. Oleh karena itu penyiapan SDM
menjadi prioritas utama dalam pembangunan kelautan di masa datang. Dengan
berlakunya UU no 22/1999 pada awal tahun 2000 mendatang, maka tuntutan SDM di
daerah juga sangat vital. Penyiapan SDM melalui pem-bangunan pendidikan sangat
penting, sehingga harus dikembangkan berbagai pendidikan kelautan baik yang
bersifat aplikasi teknologi langsung maupun yang bersifat ilmu pengetahuan. Dengan
demikian kurikulum pendidikan nasional mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi harus disempurnakan dengan porsi kelautan yang memadai dan berbagai
program S-1 sampai S-3 kelautan harus diperbanyak. Selain itu pendidikan
ketrampilan dan keahlian yang menuntut spesifikasi tertentu juga harus
dikembangkan seperti pendidikan pelaut yang dapat diakui secara internasional.

Ada beberapa pendidikan formal perguruan tinggi maupun setingkat akademi


baik swasta maupun negeri yang ada di Indonesia yang mempelajari ilmu kelautan 18
Perguruan tinggi negeri, 23 Perguruan tinggi swasta dan 22 Akademi swasta.

C. Sumber Daya Buatan (SDB).

Sumber Daya Buatan (SDB) adalah Sumber Daya yang dengan sengaja dibuat
manusia guna mendukung kegiatan manusia di lingkungan laut untuk mencapai
tujuan tertentu. Sumber Daya Buatan dapat dibedakan dalam Sumber Daya Buatan
Tetap (tidak bergerak) dan Sumber Daya Buatan yang bergerak (mobile).

1) Sumber Daya Buatan Tetap (tidak bergerak).


a) Sumber Daya Buatan di lepas pantai, sebagai contoh Anjungan Lepas

Pantai.

b) Sumber Daya Buatan di pantai, sebagai contoh Fasilitas Dermaga, Fasilitas


pengelolaan Ikan seperti gudang dll.

2) Sumber Daya Buatan yang bergerak, sebagai contohnya adalah kapal kontainer,
kapal penumpang kapal tangker, kapal survey dll. Berdasarkan buku Persatuan
Pelayaran Niaga Indonesia hasil rekapitulasi tahun 1999 di Indonesia ada 733
perusahaan pelayaran, yang memiliki 2.737 unit kapal berbagai jenis dan ukuran
ukuran. Akan tetapi yang disayangkan perusahaan pelayaran ini hanya kantornya saja
di Indonesia, kapalnya carter atau milik negara asing. Kapal yang milik bangsa
Indonesia sendiri hanya sekitar 3 % saja. Sehingga devisa yang dihasilkan dalam
pelayaran ini tidak banyak yang kita dapat. (Aditya, 2009)

2.2 Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia di
era Menteri Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dalam
Kabinet Kerja 2014 2015 oleh Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI mempunyai visi Mewujudkan sektor kelautan dan
perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional.
Sedangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI mempunyai beberapa misi,
antara lain:

1. Kedaulatan, yakni mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang


berdaulat guna menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya kelautan dan perikanan dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
Negara kepulauan.
2. Keberlanjutan, yakni mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan dan
perikanan yang berkelanjutan.
3. Kesejahteraan, yakni mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang
sejahtera, maju, mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan.
2.3 Metode penangkapan ikan di Indonesia

Klasifikasi alat tangkap ikan berdasarkan PERMEN-KP No 71 tahun 2016 pasal 6


tentang alat penangkapan ikan, menetapkan alat penangkapan ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia yang menurut jenisnya terdiri dari
10 (sepuluh) kelompok yaitu:

1. Jaring lingkar (surrounding nets)

Jaring Lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip


penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap
menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu/kapal serta didukung sarana
alat bantu penangkapan untuk mendukung pengoperasiannya. Desain dan
konstruksi jaring lingkar berkembang disesuaikan dengan target ikan tangkapan
yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran jaring lingkar
serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.

a) Jaring lingkar bertali kerut (With purse lines/Purse seine)

1. Pukat cincin dengan satu kapal (One boat operated purse seines)

Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal


Pukat cincin pelagis besar dengan satu kapal

Gambar 1. Pukat cincin dengan satu kapal

2. Pukat cincin dengan dua kapal (Two boat operated purse seines)
Pukat cincin grup pelagis kecil
Pukat cincin grup pelagis besar
Gambar 2. Pukat cincin dengan dua kapal

b) Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without purse lines/Lampara)

2. Pukat tarik
Pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat
pembuka mulut jaring, yang pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan
ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke
darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali selambar. Desain dan konstruksi
pukat tarik disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga
terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung maupun alat
bantu penangkapan ikan yang digunakan.
a) Pukat tarik pantai (Beach seines)

Gambar 3. Pukat tarik pantai

b) Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines)


1. Dogol (Danish seines)
2. Scottish seines
3. Pair Seines
4. Payang
5. Cantrang
6. Lampara dasar

3. Pukat hela (trawls)


Pukat hela merupakan alat penangkapan ikan berkantong yang dioperasikan
dengan menggunakan alat pembuka mulut jaring yang dihela di belakang kapal
yang sedang berjalan, sehingga ikan target tertangkap dengan cara tersapu di
pertengahan atau dasar perairan dan masuk ke dalam kantong.
a) Pukat hela dasar (Bottom Trawls)
1. Pukat hela dasar berpapan (Otter trawls)
2. Pukat hela dasar dua kapal (pair trawls),
3. Nephrops trawl (Nephrops trawl)
4. Pukat hela dasar udang (Shrimp trawls)
b) Pukat hela pertengahan (Midwater trawls)
1. Pukat hela pertengahan berpapan (Otter trawls)
2. Pukat hela pertengahan dua kapal (Pair trawls)
3. Pukat hela pertengahan udang (Shrimp trawls)
c) Pukat hela kembar berpapan (Otter twin trawls)
d) Pukat dorong

Gambar 4. Pukat hela dasar berpapan


Gambar 5. Pukat hela dasar dua kapal

4. Penggaruk (dredges)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang
bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa
jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar
perairan dengan atau tanpa perahu untuk menangkap kekerangan dan biota
lainnya.Jenis alat penangkapan ikan Penggaruk (Dredges) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Penggaruk berkapal (Boat dredges)

Gambar 6. Penggaruk berkapal

2.Penggaruk tanpa kapal (Hand dredges)

Gambar 7. Penggaruk tanpa kapal

5. Jaring Angkat (lift nets)


Jaring angkat merupakan alat penangkapan ikan terbuat dari bahan jaring
yang umumnya berbentuk segi empat dilengkapi bingkai bambu atau bahan lainnya
sebagai rangka. Pengoperasiannya dengan menurunkan jaring ke dalam kolom
perairan dan mengangkatnya ke atas perairan untuk memperoleh hasil tangkapan.
a) Anco (Portable lift nets)
b) jaring angkat berperahu (Boat-operated lift nets)
1. Bagan berperahu
2. Bouke ami
3. Bagan tancap (Shore-operated stationary lift nets)

Gambar 8. Anco

6. Alat yang dijatuhkan (falling gears)


Alat yang dijatuhkan/ditebarkan merupakan alat penangkapan ikan yang
pengoperasiannya dilakukan dengan cara ditebarkan / dijatuhkan untuk mengurung
ikan dengan atau tanpa kapal.
a) Jala jatuh berkapal (Cast nets)
b) Jala tebar (Falling gear not specified)

Gambar 9. Jala tebar

7. Jaring insang (gillnets and entangling nets)


Jaring Insang (Gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat
persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan
pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah
untuk menghadang ikan, sehingga ikan sasaran terjerat mata jaring atau
terpuntal pada bagian tubuh jaring.
a) Jaring insang tetap (Set gillnets (anchored))
b) Jaring insang hanyut (Driftnets),
c) Jaring insang lingkar (Encircling gillnets),
d) Jaring insang berpancang (Fixed gillnets (on
stakes)),
e) Jaring insang berlapis (Trammel nets)

8. Perangkap (Traps)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan
atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu/kapal.
a) Stationary uncovered pound nets
b) Bubu (Pots)
c) Bubu bersayap (Fyke nets)
d) Stow nets (Pukat labuh, Togo, Ambai, Jermal, Pengerih dll)
e) Barriers, fences, weirs
f) Perangkap Ikan Peloncat (Aerial traps)

Gambar 10. Perangkap

9. Pancing (hooks and lines)


Pancing merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip
penangkapan dengan memancing ikan sasaran tangkap sehingga tertangkap dengan
mata pancing yang dirangkai dengan tali yang menggunakan atau tanpa umpan.
a) Handlines and pole-lines/hand operated
1. Pancing ulur
2. Pancing berjoran
3. Huhate
4. Squid angling
b) Handlines and pole-lines/mechanized
1. Squid jigging
2. Huhate mekanis
c) Rawai dasar (Set long lines)
d) Rawai hanyut (Drifting long lines)
1. Rawai tuna
2. Rawai cucut
e) Tonda (Trolling lines)
f) Pancing layang-layan

Gambar 11. Huhate

10. Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding).


Alat Penjepit dan Melukai merupakan alat penangkapan ikan yang
mempunyai prinsip penangkapan dengan cara mencengkeram, mengait/menjepit,
melukai dan atau membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atas kapal atau
tanpa menggunakan kapal.
a) Tombak (Harpoons)
b) Ladung

Gambar 12. Ladung


2.4 Cantrang

2.4.1. Definisi dan klasifikasi alat tangkap cantrang

Pukat tarik cantrang merupakan alat penangkap ikan berkantong tanpa alat
pembuka mulut pukat dengan tali selambar yang pengoperasiannya di dasar perairan
dengan cara melingkari gerombolan ikan, penarikan dan pengangkatan pukat (hauling)
dari atas kapal. Pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi pukat tarik berperahu
(boat seines) dengan menggunakan simbol SV dan berkode ISSCFG 02.1.0, sesuai
dengan International Standard Statistical Classification of Fishing Gears FAO.
Selain itu, pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong (seine nets),
sesuai dengan Statistik Penangkapan Perikanan Laut Indonesia (BSN, 2006).

Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan


demersal, dilengkapi dengan dua tali penarik yang cukup panjang dan dikaitkan pada
ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan,
sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dan pemberat (Taufiq,
2008).

Pukat tarik cantrang banyak digunakan oleh nelayan skala kecil dan skala
menengah, dengan daerah penangkapan di seluruh wilayah perairan Indonesia.
Ukuran besar kecilnya pukat tarik cantrang (panjang total x keliling mulut jaring)
sangat beragam, tergantung dari ukuran tonage kapal dan daya motor penggerak kapal.
Pengoperasian pukat tarik cantrang, kadang-kadang dilengkapi dengan palang rentang
(beam) sebagai alat pembuka mulut jaring. Pengoperasian pukat tarik cantrang tidak
dihela di belakang kapal yang sedang berjalan tetapi dioperasikan dengan kapal dalam
keadaan berhenti (BSN, 2006).

2.4.2 Konstruksi alat tangkap cantrang

Bagian-bagian konstruksi pukat tarik cantrang menurut Badan Standardisasi Nasional


(2006) adalah sebagai berikut:

1) Sayap/kaki pukat (wing)


Bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat tarik cantrang. Sayap pukat
terdiri dari sayap panel atas (upper wing) dan sayap panel bawah (lower wing).
2) Badan pukat (body)
Bagian pukat yang terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap pukat.

3) Kantong pukat (cod end)


Bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik cantrang.

4) Panjang total pukat


Hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian kantong
pukat.

5) Keliling mulut pukat (circumference of the net mouth)


Bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian badan pukat.

6) Danleno
Kelengkapan pukat tarik cantrang yang berbentuk batang atau balok kayu/pipa besi
atau besi berbentuk segitiga yang dipergunakan sebagai alat perentang sayap pukat
(ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung depan bagian sayap pukat.

7) Tali ris atas (head rope)


Tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap pukat
bagian panel atas, melalui mulut pukat bagian atas.

8) Tali ris bawah (ground rope)


Tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel bawah,
melalui mulut pukat bagian bawah.

9) Tali selambar (warp rope)


Tali yang berfungsi sebagai penarik pukat tarik cantrang ke atas geladak kapal.

10) Panel jaring (seam)


Lembaran susunan konstruksi pukat yang dapat dibedakan dalam gambar desain
pukat tarik cantrang, yang terdiri dari dua panel (seam) jaring, yaitu satu panel atas
(upper seam) dan satu panel bawah (lower seam).

Cantrang memiliki bentuk sayap yang sama dengan posisi mulut jaring
cenderung sama karena panjang tali ris atas dan bawah sama panjang. Ilustrasi bentuk
cantrang dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Cantrang

Konstruksi baku pukat tarik cantrang ditetapkan dengan nilai perbandingan


bagian-bagian jaring secara memanjang dan melintang. Sketsa baku pukat tarik
cantrang menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) ditunjukkan seperti pada
Gambar 14.

Gambar 14. Sketsa batu pukat tarik cantrang


Keterangan :
1) Panjang bagian-bagian pukat kearah memanjang:
Panjang tali ris atas: l
Panjang tali ris bawah: m
Panjang mulut jaring: a
Panjang total jaring: b
Panjang bagian sayap atas: c
Panjang bagian sayap bawah: d
Panjang bagian badan jaring: e
Panjang bagian kantong jaring: f

2) Panjang bagian-bagian pukat kearah melintang:


Keliling mulut jaring: a
Setengah keliling mulut jaring: h
Lebar ujung depan sayap atas: g2
Lebar ujung belakang sayap atas: g1
Lebar ujung depan sayap bawah: h2
Lebar ujung belakang sayap bawah: h1
Lebar ujung depan badan: i
Lebar ujung belakang badan: i1
Lebar ujung depan kantong: j
Lebar ujung belakang kantong: j1
2.4.3 Metode Penangkapan Ikan

Metode penangkapan ikan dengan menggunakan pukat kantong (seine net)


bermula sekitar tahun 1848 di Denmark dimana pertama kalinya pukat kantong
digunakan untuk menangkap ikan plaice. Prinsip pengoperasian pukat kantong ini
adalah dengan menggunakan tali selambar untuk membuat jaring terbuka dan
menggiring ikan ke arah kantong jaring. Berawal dari pukat pantai (beach seine),
dan kemudian berkembang dengan metode pemasangan jaring dari atas kapal
yang berjangkar dengan tali yang panjang dan kemudian diangkat ke atas kapal
dengan tenaga manusia (Thomson, 1969).

Pukat tarik cantrang dioperasikan di dasar perairan dengan cara melingkari


kawanan ikan dengan tali selambar yang panjang. Penarikan tali selambar
bertujuan untuk menarik dan mengangkat pukat tarik cantrang ke atas geladak
perahu/kapal. Penarikan tali selambar dengan menggunakan permesinan
penangkapan (fishing machinery) yang berupa permesinan kapstan/gardan(winch).
Pengoperasian pukat tarik cantrang dilakukan tanpa menghela di belakang kapal
(kapal dalam keadaan berhenti), dan tanpa menggunakan papan rentang (otter
board) atau palang rentang (beam) (BSN, 2006).

Adapun teknik pengoperasian cantrang menurut Badan Standardisasi


Nasional (2006) adalah sebagai berikut:

1) Penurunan pukat (setting)


Penurunan pukat dilakukan dari salah satu sisi lambung bagian buritan
perahu/kapal dengan gerakan maju perahu/kapal membentuk lingkaran sesuai
dengan panjang tali selambar (500 meter) dengan kecepatan perahu/kapal
tertentu. Penggunaan tali selambar yang panjang bertujuan untuk memperoleh
area sapuan yang luas.

2) Penarikan dan pengangkatan pukat (hauling)


Penarikan dan pengangkatan pukat dilakukan dari buritan perahu/kapal
dengan menggunakan permesinan penangkapan (fishing machinery) dalam
kedudukan perahu/kapal bertahan. Ilustrasi proses pengoperasian cantrang dapat
dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Ilustrasi pengoperasian pukat tarik cantrang di Jawa Tengah (BBPPI,
2005).
2.3.4 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan cantrang adalah jenis ikan dasar (demersal) seperti ikan petek,
biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, beloso dan macam-
macam udang (Subani dan Barus, 1989). Beberapa jenis hasil tangkapan lainnya
yang tertangkap oleh cantrang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis hasil tangkapan cantrang

No. Nama Indonesia Nama ilmiah

1 Cucut botol Centrocymnus crepidater

2 Layang Decapterus kuroides

3 Selar kuning Selaroides leptolepis

4 Kwee Caranx sexfaciatus

5 Tetengkek Megalaspis cordyla

6 Talang-talang Scomberoides commersonnianus

7 Teri Stolephorus spp.

8 Japuh Dussumieria acuta

9 Tembang Sardinella sp.

10 Lemuru Sardinella lemuru

11 Banyar/Kembung lelaki Rastrelliger kanagurta

12 Golok-golok Chirocentrus dorab

13 Julung-julung Hemirhampus far

14 Alu-alu Sphyraena barracuda

15 Manyung Arius thalassinus


16 Bawal hitam Parastromateus niger

17 Bawal putih Pampus argenteus

18 Gulamah Nibea albiflora

19 Layur Trichiurus savala

20 Ikan sebelah Psettodes erumei

21 Petek Leiognathus sp.

22 Beloso Saurida tumbil

23 Belanak Mugil cephalus

24 Pari burung Aetobatus spp.

25 Kakap merah/bambangan Lutjanus spp.

26 Kakap putih Lates calcarifer

27 Ikan baronang Siganus guttatus

28 Ekor kuning Caesio cuning

29 Kerong-kerong Therapon jarbua

30 Udang jerbung/udang putih Penaeus merguiensis

31 Udang dogol Metapenaeus endeavouri

32 Udang krosok Parapenaeopsis sculptitis

33 Rajungan Portunus pelagicus

34 Kerang hijau Perna viridis

35 Cumi-cumi Loligo spp.

36 Sotong Sepia Spp.


37 Gurita Octopus spp.

38 Kuro Polynemus spp.

39 Kembung perempuan Rastreliger neglectus

40 Biji nangka Upeneus vittatus

41 Kerapu Cephalopholis boenack

42 Lemadang Coryphaena hippurus

43 Kuniran Upeneus sulphureus

44 Kapasan Gerres kapas

45 Remang Congresox talabon

46 Swanggi Priacanthus tayenus

Menurut Hall (1999) yang diacu dalam Khaerudin (2006), hasil tangkapan
sampingan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:

1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), hasil tangkapan yang


tertangkap dan bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan.
Incidental catch ini ada yang dimanfaatkan oleh nelayan dan ada yang
dibuang, tergantung dari nilai ikan tersebut.
2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), yaitu bagian dari
hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena
pertimbangan ekonomi atau pun karena spesies yang tertangkap tersebut
adalah spesies yang dilindungi oleh hukum.
Hasil tangkapan sampingan atau bycatch merupakan istilah yang pada
awalnya hanya dikenal di kalangan nelayan. Hasil tangkapan sampingan
merupakan bagian dari hasil tangkapan total yang tertangkap secara tidak sengaja
bersamaan dengan spesies target yang diupayakan. Tidak ada satu pun alat
tangkap pada usaha perikanan yang tidak menghasilan hasil tangkapan sampingan.
Keberadaan hasil tangkapan sampingan yang cukup banyak pada setiap usaha
penangkapan ikan menjadi isu dunia yang berkaitan dengan biodiversitas. Hasil
tangkapan sampingan telah menjadi komponen yang terintegrasi dalam perikanan
tangkap semenjak manusia memulai pemanfaatan sumber daya dari laut, sungai,
danau, dan daerah perairan lainnya sebagai sumber makanan (Alverson & Hughes,
1996).

5. Daerah Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah yang


digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang
diduga terdapat kawanan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari
suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan penangkapan
berada dalam air dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan
mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas (Ayodhyoa, 1981 dalam Sirait
2008). Daerah penangkapan ikan nelayan yang berbasis di PPN Brondong yaitu:
Pulau Bawean, Pulau Kangean, Masalembo, Matasiri, Banyuwangi, dan juga
sekitar Pulau Kalimantan (PPN Brondong, 2008).

Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap cantrang hampir sama


dengan bottom trawl karena merupakan alat tangkap yang dioperasikan di dasar
perairan. Menurut Ayodhyoa (1975) dalam Sirait (2008), syarat-syarat fishing
ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:

1) Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut
terdiri dari pasir ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat
benda- benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik,
misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
2) Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat
menyolok.
3) Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang
melimpah.

You might also like