You are on page 1of 28

Kubu Miryam Haryani Siap Hadapi KPK di

Praperadilan Hari Ini

Lizsa Egeham
15 Mei 2017, 06:20 WIB

226
Tersangka kasus dugaan pemberian keterangan palsu dalam persidangan kasus korupsi e-KTP
Miryam S Haryani usai diperiksa KPK, Jakarta, Jumat (12/5). (Liputan6.com/Helmi Afandi)
Liputan6.com, Jakarta - Tim pengacara Miryam S Haryani mengaku siap menghadapi penyidik
Komisi Pemberantasan Korupsi KPKdalam sidang praperadilan yang digelar hari ini di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan.

"Kami akan menguji pasal yang mana kewenangan KPK belum bisa di terapkan karena perkara
intinya (kasus korupsi e-KTP) masih proses sidang," ujar pengacara Miryam, Aga Khan saat
dihubungi Liputan6.com, Minggu 14 Mei 2017.

Menanggapi ini, pengacara Miryam lainnya, Mita Mulya, menyambut baik langkah KPK dan siap
membawa sejumlah bukti untuk menghadapi lembaga antikorupsi itu.

"Baguslah kalau KPK hadir, karena kan sudah mangkir minggu lalu. Justru kami menyambut kalau
mereka akhirnya hadir. Mengenai bukti-bukti tentu juga sudah kami siapkan," tutur Mita.

BACA JUGA

KPK Siap Hadapi Praperadilan Miryam dan Kasus BLBI Senin Depan
Miryam Haryani Diperiksa Perdana terkait Kasus Keterangan Palsu

Kasus E-KTP, Politikus Golkar Markus Nari Absen Pemeriksaan KPK


Miryam S Haryani merupakan tersangka kasus dugaan pemberian keterangan palsu di persidangan
kasus mega korupsi e-KTP.

Dia mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan lantaran KPK menetapkan
Miryam sebagai buronan dan tersangka dalam pemberian keterangan palsu.

Miryam S Haryani
Korupsi e-KTP

0%Suka

0%

KPK dan Lika-Liku Aliran Suap Patrialis


Akbar

Lizsa Egeham
10 Mei 2017, 09:01 WIB

389
Patrialis Akbar keluar dari gedung KPK usai menjalani pemeriksaan, Jakarta, Selasa (14/2). Sebelumnya
MKMK melakukan pemeriksaan kode etik terhadap Patrialis dan kamaludin sebagai perantara penyuap
terhadap Patrialis. (Liputan6.com/Helmi Afandi)
Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum berhenti menelisik indikasi aliran
dana ke pihak lain terkait kasus suap hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Patrialis Akbar. Penyidik pun
menelusurinya dari sejumlah pintu.

"Penyidikan masih sama, baik yang memberi maupun menerima tapi kami dalami lebih lanjut ketika ada info-
info indikasi aliran dana pada pihak lain karena ini bagian yang tidak terpisahkan," tutur Juru Bicara KPK
Febri Diansyah di Gedung KPK Kuningan Jakarta Selatan, Selasa 9 Mei 2017.

BACA JUGA

KPK Segera Limpahkan Kasus Suap Patrialis Akbar


KPK Sesalkan 3 Pejabat Bea Cukai Mangkir Pemeriksaan

Dalami Suap Hakim MK, KPK Periksa Sekretaris Patrialis Akbar

Menurut dia, KPK tengah menelusuri informasi adanya aliran dana ke pihak lain di luar MK. Ini terkait dengan
penggeledahan di kantor Ditjen Bea Cukai pada 6 Maret 2017.

"Apakah ada atau tidak indikasi aliran dana ke Bea Cukai, itu masih didalami. Informasi awal terkait hal itu,
untuk pemeriksaan sebagai saksi yang jadi tahanan di KPK ada kondisi tertentu penyidik buth cepat untuk
konfirmasi," ujar Febri.
Sebelumnya, Patrialis Akbar terjaring operasi tangkap tangan (OTT) di Grand Indonesia bersama seorang
wanita. Dia diduga menerima suap uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan. Selain itu, KPK juga ikut mengamankan Kamaludin (KM) yang diduga sebagai perantara
suap.

Patrialis disangka menerima suap dari Basuki Hariman dan NG Fenny (NGF). Basuki merupakan bos pemilik
20 perusahaan impor daging, sedangkan NGF adalah sekretarisnya.

Basuki menjanjikan Patrialis Akbar uang sebesar US$ 20 ribu dan 200 ribu dolar Singapura. Uang tersebut
diduga merupakan penerimaan ketiga.

Sebagai penerima suap, Patrialis dan Kamaludin dijerat dengan Pasal 12 Huruf C atau Pasal 11 UU No 31
Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2000 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Sementara Basuki dan NG Fenny sebagai pemberi suap, KPK menjerat dengan Pasal 6 ayat 1 huruf a atau
Pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Dalami Suap Hakim MK, KPK Periksa


Sekretaris Patrialis Akbar

Lizsa Egeham
13 Mar 2017, 10:30 WIB

12

KPK dalami kasus Patrialis Akbar.


Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami kasus dugaan suap hakim
Mahkamah Konstitusi, Patrialis Akbar, terkait uji materi Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Penyidik menjadwalkan pemeriksaan terhadap mantan sekretaris Patrialis yang juga staf di MK, Prana
Patrayoga Adiputra.

"Yang bersangkutan akan diperiksa penyidik sebagai saksi untuk tersangka BHR (Basuki Hariman)," ujar Juru
Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung KPK Jakarta, Senin (13/3/2017).

BACA JUGA

Suap Patrialis Akbar, KPK Periksa Dirjen Kementerian Pertanian


KPK Perpanjang Penahanan 4 Tersangka Kasus Suap Hakim MK

KPK Hadirkan 4 Tersangka Kasus Suap Hakim MK

Sebelumnya, Patrialis Akbar terjaring OTT di Grand Indonesia bersama seorang wanita. Dia diduga menerima
suap terkait uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan.
Selain itu, KPK ikut mengamankan Kamaludin (KM) yang diduga sebagai perantara suap.

Patrialis disangka menerima suap dari Basuki Hariman dan NG Fenny (NGF). Basuki merupakan bos pemilik
20 perusahaan impor daging, sedangkan NGF adalah sekretarisnya.
Basuki menjanjikan Patrialis Akbar uang sebesar US$ 20 ribu dan 5GD 200 ribu. Diduga uang tersebut
merupakan penerimaan ketiga. Sebelumnya telah ada suap pertama dan kedua.

Sebagai penerima suap, Patrialis dan Kamaludin dijerat dengan Pasal 12 Huruf C atau Pasal 11 UU No 31
Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2000 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Sementara Basuki dan NG Fenny sebagai pemberi suap dijerat KPK dengan Pasal 6 ayat 1 huruf a atau Pasal
13 UU No 31 Tahun 1999 diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

KPK
Patrialis Akbar

KPK Periksa Imam Besar Istiqlal soal Kasus


Pengadaan Alquran

Fachrur Rozie
15 Mei 2017, 13:38 WIB

14
Imam besar Istiglal KH Nasaruddin Umar (Ahmad Romadoni/Liputan6.com)
Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadwalkan pemeriksaan
terhadap Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. Nasaruddin akan diperiksa berkaitan dengan kasus
dugaan suap pengadaan Alquran dan laboratorium komputer di Kementerian Agama.

Nasaruddin yang merupakan mantan Wakil Menteri Agama pada pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) akan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Fahd El Fouz alias Fahd A Rafiq (FEF).

BACA JUGA

KPK Siap Hadapi Praperadilan Miryam dan Kasus BLBI Senin Depan
KPK Minta Dilibatkan Usut Penyerang Novel Baswedan

KPK Kecewa Terduga Peneror Novel Baswedan Tidak Ditahan

"Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka FEF," ujar juru bicara KPK Febri Diansyah saat
dikonfirmasi, Senin (15/5/2017).

Selain Nasaruddin, penyidik juga memeriksa saksi lain, yakni Wahab selaku project manager, Agus
Sugianto, Syamsu Rachman, dan Vasco Ruseimy yang diketahui rekan dari Fahd.

Febri mengatakan, para saksi yang juga akan diperiksa untuk melengkapi berkas Fahd A Rafiq telah hadir dari
pukul 11.00 WIB di Gedung KPK.
"Mereka sudah hadir semua pukul 11.00 WIB," kata Febri.

KPK menetapkan Fahd El Fouz atau Fahd A Rafiq sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan Alquran dan
laboratorium di Kementerian Agama (Kemenag) tahun anggaran 2011-2012. Fahd merupakan tersangka ketiga
dalam perkara ini.

Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta telah mengetuk palu untuk dua tersangka lain yaitu Zulkarnaen
Djabar dan Dendy Prasetya.

KPK menduga Fahd melanggar Pasal 12 huruf b subsider Pasal 5 ayat 2 jo ayat 1 huruf b, lebih subsider Pasal
11 UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 dan Pasal 65 KUHP.

Menteri Rini: Tak Ada Toleransi bagi Direksi


BUMN yang Korupsi

Fiki Ariyanti
10 Mei 2017, 11:44 WIB

19
Menteri BUMN Rini Soemarno (Foto: Awan Harinto/Liputan6.com)
Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menangani sejumlah perkara dugaan
korupsi di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menanggapi hal ini, Menteri BUMN
Rini Soemarno mengaku terbuka dengan proses hukum yang dijalankan KPK.

Sederet nama petinggi BUMN ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas beberapa kasus dugaan korupsi.
Sebut saja yang baru-baru ini Mantan Direktur Utama PT Jasindo, Budi Tjahjono yang terseret dugaan korupsi
pembayaran dua agen penutupan asuransi migas.

BACA JUGA

Menteri Rini Bakal Pecat Direksi BUMN yang Terlibat Korupsi e-KTP
Menteri BUMN Copot Budi Tjahjono dari Posisi Dirut Askrindo

KPK: Dirut PT Jasindo Budi Tjahjono Tersangka Kegiatan Fiktif

Sebelumnya, ada nama M Firmansyah Arifin, Dirut PT PAL, Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia
Tbk, Emirsyah Satar, dan Mantan Direktur Utama Pelindo II, RJ Lino yang juga menjadi tersangka beberapa
kasus dugaan korupsi.

Menanggapi hal ini, Menteri BUMN Rini Soemarno sangat mendukung langkah KPK membongkar kasus
dugaan korupsi di tubuh BUMN. Pihaknya akan terus kooperatif bekerja sama dengan lembaga independen
tersebut.
"Silakan, kami sangat terbuka. Kami mendukung proses hukum, dan terus menyosialisasikan antikorupsi
supaya karyawan dan manajemen BUMN lebih jeli dan transparan memberikan yang terbaik bagi bangsa
dengan manajemen yang bersih," tegas Rini saat berbincang dengan wartawan di Kabupaten Jayapura, Papua,
Rabu (10/5/2017).

Rini mengaku sangat tegas dan keras terhadap para direksi perusahaan pelat merah yang terlibat kasus dugaan
korupsi. Apalagi sudah ditetapkan sebagai tersangka, salah satunya langsung memecatnya.

"Kita kan keras. Tindakan itu tindakan individu, yang harus dipertanggungjawabkan individu itu. Kalau KPK
sudah menetapkan tersangka, langsung kita berhentikan, tidak ada toleransi sama sekali," Rini menegaskan
kembali.

Ia mengaku selalu menekankan pentingnya manajemen perusahaan yang profesional, transparan, akuntabel,
serta menghindari praktik-praktik korupsi yang dapat merugikan banyak pihak.

"Kita selalu menekankan kepada direksi BUMN bahwa mereka betul-betul profesional, transparan, dan betul-
betul menekankan anti korupsi. Saya suka cerewet dalam hal ini, bahwa tidak ada toleransi untuk korupsi,"
pungkas Rini.

Korupsi BUMN
Kementerian BUMN
BUMN

0%Suka

KPK Tak Gentar Hadapi Gugatan Praperadilan


Tersangka SKL BLBI
Lizsa Egeham
15 Mei 2017, 14:31 WIB

167

Puluhan massa Barisan Rakyat Sikat Koruptor (BRSK) melakukan aksi di depan gedung KPK, Jakarta, Selasa
(26/8/14). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Liputan6.com, Jakarta - Tersangka dugaan korupsi penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) pada penerima
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Syafruddin Arsyad Temenggung, mencabut permohonan
praperadilannya.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, pihaknya telah mengetahui kabar tersebut. Termasuk, kabar
pengacara Syafruddin akan kembali mengajukan praperadilan untuk gugatan yang sama. Menurut dia, pada
dasarnya, KPK siap menghadapi tuntutan itu.

BACA JUGA
KPK Siap Hadapi Praperadilan Miryam dan Kasus BLBI Senin Depan
KPK Minta Dilibatkan Usut Penyerang Novel Baswedan

KPK Kecewa Terduga Peneror Novel Baswedan Tidak Ditahan

"Pada dasarnya KPK siap untuk hadapi praperadilan tersebut, sejumlah alasan yang diajukan pun menurut
pandangan kami dapat dijawab," ujar Febri, dalam pesan tertulisnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin
(15/5/2017).

Tim pengacara Syafruddin menyatakan, pencabutan gugatan praperadilan terkait kasus SKL BLBI ini
dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam permohonannya.

Salah satu pengacara Syafruddin, Dodi S Abdulkadir mengungkapkan, pihaknya tengah menyiapkan berkas
permohonan praperadilan selanjutnya. Dia mengklaim memiliki bukti baru penetapan tersangka yang
dilakukan KPK tidak sah.

"Memang kita cabut, kita memiliki bukti tambahan. Untuk praperadilan ini kita cabut dan akan kita ajukan
kembali," kata Dodi.

Syafruddin merupakan tersangka kasus dugaan korupsi penerbitan SKL kepada pemegang saham Bank
Dagang Nasional Indonesia (BDNI) Sjamsul Nursalim. BDNI sendiri merupakan salah satu
penerima BLBI pada April 2004 silam.

KPK menduga ada praktik korupsi dalam penerbitan SKL kepada Sjamsul Nursalim itu. Sjamsul diketahui
masih memiliki kewajiban sebesar Rp 3,7 triliun.

Pengusaha itu seharusnya menyerahkan sisa kewajibannya kepada BPPN sejumlah Rp 4,8 triliun. Namun, dia
ternyata baru menyerahkan Rp 1,1 triliun.

KPK
BLBI
Praperadilan
Kasus BLBI
SKL BLBI

KPK Siap Hadapi Praperadilan Miryam dan


Kasus BLBI Senin Depan

Lizsa Egeham

13 Mei 2017, 07:30 WIB

452

Kabiro Humas KPK, Febri Diansyah (Liputan6.com/Helmi Affandi)


Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap menghadapi sidang praperadilan yang
diajukan oleh Miryam S Haryani dan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diajukan oleh
Kepala BPPN Syafruddin Arsyad Temenggung.

"Hari Senin ada dua agenda praperadilan yang dimohonkan oleh tersangka MSH (Miryam S Haryani). Kami
juga dapatkan surat dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk hadiri praperadilan tersangka kasus BLBI.
Tim KPK akan hadir Senin besok," tutur Juru Bicara KPK di Gedung KPK Kuningan Jakarta Selatan, Jumat
(12/5/2017).

BACA JUGA

KPK Siap Adu Argumen tentang Penetapan Tersangka Miryam Haryani


KPK Tak Gentar Hadapi Gugatan Praperadilan Tersangka SKL BLBI

Tersangka Korupsi SKL BLBI Cabut Permohonan Praperadilan

Febri menuturkan, KPK akan menjawab seluruh argumentasi dari pihak pemohon dengan tuntas, termasuk
pernyataan dari Syafruddin yang mengatakan bahwa KPK tidak berhak untuk menangani kasus skandal Surat
Keterangan Lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

"Kewenangan KPK jelas di UU Nomor 30 Tahun 2002, akan kita uraikan lebih lanjut soal KPK tidak bisa
tindak lanjuti kasus sebelum 2002, itu berlaku surut," kata Febri.

Miryam S Haryani merupakan tersangka dalam pemberian keterangan palsu di persidangan kasus megakorupsi
e-KTP. Ada pun Syafruddin adalah tersangka dalam kasus penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI.
Sidang praperadilan keduanya akan digelar pada Senin 15 Mei 2017.

KPK
Kasus e-KTP
Kasus BLBI
Miryam S Haryani

Video Terkait
Tutup Video

0%Suka

0%Lucu

0%Sedih

0%Marah

0%Kaget

0%Aneh

0%Takut

0%Takjub

TULIS KOMENTAR (0)


KREDIT

Tersangka Korupsi SKL BLBI Cabut


Permohonan Praperadilan

Nafiysul Qodar
15 Mei 2017, 13:17 WIB

151
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan (kanan) dan Juru bicara KPK Febri Diansyah (kiri) jelang memberikan
keterangan tentang penetapan tersangka kasus korupsi penerbitan SKL BLBI di Gedung KPK, Jakarta, Selasa
(25/4). (Liputan6.com/Helmi Afandi)
Liputan6.com, Jakarta - Tersangka dugaan korupsi penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) pada penerima
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Syafruddin Arsyad Temenggung mencabut permohonan
praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pencabutan permohonan dilakukan melalui pengacaranya.

Semula, Syafruddin yang merupakan mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
mengajukan permohonan praperadilan atas penetapan status tersangka dirinya oleh KPK. Pencabutan
permohonan ini diputuskan melalui persidangan yang dipimpin hakim tunggal Rusdiyanto Loleh.

BACA JUGA

Polri Siap Bantu KPK Pulangkan Sjamsul Nursalim soal Kasus BLBI
Miryam Haryani dan Memori 4 Kekalahan KPK di Praperadilan

KPK Periksa Saksi-Saksi Kasus Suap Alquran dan SKL BLBI

"Mencabut perkara pidana praperadilan Syafruddin Arsyad Temenggung melawan KPK sebagai termohon,"
ujar hakim Rusdiyanto dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jalan Ampera Raya, Senin
(15/6/2017).

Rusdiyanto menyatakan, pihaknya telah menerima surat pencabutan praperadilan dari tim pengacara
Syafruddin pada Rabu 10 Mei 2017. Dalam surat tersebut, tercantum bahwa tim pengacara Syafruddin bakal
melakukan perbaikan dalam permohonannya.

Setelah melakukan perbaikan, tim pengacara Syafruddin akan kembali mengajukan praperadilan melawan
KPK.

"Dengan demikian perkara ini selesai dan tidak ada pemeriksaan lanjutan," ucap Rusdiyanto.

Salah satu pengacara Syafruddin, Dodi S Abdulkadir mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan
berkas permohonan praperadilan selanjutnya. Dia mengklaim memiliki bukti baru bahwa penetapan tersangka
yang dilakukan KPK tidak sah.
"Memang kita cabut, kita memiliki bukti tambahan. Untuk praperadilan ini kita cabut dan akan kita ajukan
kembali," kata Dodi.

Syafruddin merupakan tersangka kasus dugaan korupsi penerbitan SKL kepada pemegang saham Bank
Dagang Nasional Indonesia (BDNI) Sjamsul Nursalim. BDNI sendiri merupakan salah satu penerima BLBI
pada April 2004 silam.

KPK menduga ada praktik korupsi dalam penerbitan SKL kepada Sjamsul Nursalim itu. Sjamsul diketahui
masih memiliki kewajiban sebesar Rp 3,7 triliun.

Pengusaha itu seharusnya menyerahkan sisa kewajibannya kepada BPPN sejumlah Rp 4,8 triliun. Namun dia
ternyata baru menyerahkan Rp 1,1 triliun.

Mantan Kepala BPPN


Syafruddin Arsyad Temenggung
Praperadilan
SKL BLBI

KPK Siap Adu Argumen tentang Penetapan


Tersangka Miryam Haryani

Nafiysul Qodar
15 Mei 2017, 14:56 WIB


211

Miryam S Haryani, tersangka kasus dugaan pemberian keterangan palsu dalam persidangan kasus korupsi e-
KTP usai diperiksa KPK, Jakarta, Jumat (12/5). (Liputan6.com/ Helmi Afandi)
Liputan6.com, Jakarta - Kepala Biro Hukum KPK Setiadi menyatakan, siap beradu argumentasi mengenai
penetapan tersangka Miryam S Haryani terkait dugaan memberikan keterangan palsu di persidangan perkara
korupsi e-KTP dengan terdakwa Irman dan Sugiharto.

Argumentasi itu akan diutarakan saat KPK menjawab permohonan praperadilan yang dilayangkan Miryam,
Selasa 16 Mei 2017. Setiadi mengatakan, pihaknya memiliki bukti kuat dalam menjerat Miryam dengan Pasal
22 juncto Pasal 35 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

BACA JUGA

KPK Siap Hadapi Praperadilan Miryam dan Kasus BLBI Senin Depan
Miryam Haryani Diperiksa Perdana terkait Kasus Keterangan Palsu

KPK Periksa 2 Direktur Quadra Solution Terkait Perkara Miryam

"Kami akan bacakan dan sampaikan semua argumentasi kami, alasan kami, pertimbangan hukum kami pada
saat menangani atau memeriksa pemohon (Miryam)," ujar Setiadi usai sidang perdana praperadilan di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jalan Ampera Raya, Senin (15/5/2017).
Dia juga kembali menegaskan, penyidik KPK telah sesuai aturan menetapkan Miryam S Haryani sebagai
tersangka dugaan memberikan keterangan palsu. Penyidik KPK memiliki bukti yang kuat bahwa Miryam
diduga memberikan keterangan palsu dan menghambat pengusutan kasus korupsi e-KTP.

"Sudah kami kupas, kami kaji, argumentasinya jelas, ada dasar hukumnya. Besok kami akan sampaikan di
depan persidangan," tegas Setiadi.

Dia memastikan pihaknya tak akan mundur untuk terus mengusut tuntas kasus dugaan memberikan keterangan
palsu ini. Sebab, perkara yang menjerat Miryam ini berkaitan dengan pengusutan kasus dugaan korupsi proyek
e-KTP yang juga ditangani KPK.

"Kami tidak akan mundur dalam penyidikan ini karena sudah jelas negara tidak boleh kalah dalam hal
penanganan pemberantasan korupsi, tidak boleh mundur sedikitpun dalam upaya pemberantasan korupsi,"
tandas Setiadi.

Keterangan Palsu
Korupsi e-KTP
Praperadilan
Miryam S Haryani

0%Suka

0%

KPK Periksa 2 Direktur Quadra Solution


Terkait Perkara Miryam

Fachrur Rozie
10 Mei 2017, 12:26 WIB

19

Miryam S Haryani tiba di KPK (Liputan6.com/ Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadwalkan


pemeriksaan terhadap dua petinggi PT Quadra Solution sebagai saksi terkait dugaan pemberian
keterangan tidak benar pada persidangan kasus e-KTP dengan tersangka Miryam S Haryani.

Kedua petinggi PT Quadra Solution tersebut yakni direktur utama Anang Sugiana Sudihardjo dan
Achmad Fauzi selaku direktur. Keduanya akan diperiksa untuk melengkapi berkas tersangka
Miryam S Haryani.

BACA JUGA

Jaksa Hadirkan 7 Saksi di Sidang Lanjutan Kasus E-KTP Hari Ini


KPK Usut Perkara Miryam S Haryani dari Asisten Rumah Tangga

Sidang Kasus E-KTP Hadirkan Eks Pengacara Kemendagri


"Keduanya diperiksa sebagai saksi untuk tersangka MSH (Miryam S Haryani)," ujar Juru Bicara KPK
Febri Diansyah saat dikonfirmasi, Jakarta, Rabu (10/5/2017).

Selain dua petinggi PT Quadra Solution, penyidik KPK memanggil sejumlah saksi lain yakni,
seorang pengacara bernama Robinson, dan Gugun dari pihak swasta.

Sebelumnya, Miryam ditetapkan sebagai tersangka karena diduga memberi keterangan palsu dalam
sidang kasus e-KTP.

Sedangkan untuk menyelidiki pokok perkara pada kasus e-KTP, penyidik menjadwalkan
pemeriksaan terhadap lima saksi. Lima saksi tersebut yakni Staff Pengajar Institut Teknologi
Bandung (ITB) Saiful Akbar dan Dosen Institut Teknologi Bandung Maman Budiman.

Tiga saksi lain adalah PNS Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Arief Sartono, PNS BPP
Teknologi Meidy Layodari, dan PNS Staf Pusat Komunikasi Kementerian Luar Negeri Kristian
Ibrahim Moekmin.

"Kelimanya akan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka AA dalam kaitan korupsi proyek
pengadaan KTP Nasional (e-KTP)," kata Febri.

Pada perkara ini KPK telah menetapkan Irman dan Sugiharto sebagai tersangka. Keduanya sudah
didakwa melakukan korupsi hingga merugikan negara Rp 2,3 triliun. Tersangka ketiga yakni
pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong. Andi diduga sebagai pemeran utama bancakan
proyek senilai Rp 5,9 triliun.

Tersangka lain yakni Miryam S Haryani. Politikus Hanura itu ditetapkan sebagai tersangka pemberi
keterangan palsu dalam sidang kasus e-KTP.

Miryam S Haryani
Kasus e-KTP

Video Terkait
Tutup Video

0%Suka

0%Lucu

0%Sedih

0%Marah

0%Kaget

0%Aneh

0%Takut

0%Takjub

TULIS KOMENTAR (0)


KREDIT

BAGIKAN

19
BERITA TERKAIT
KPK Periksa Imam Besar Istiqlal soal Kasus Pengadaan Alquran

Miryam S Haryani Minta Hakim Batalkan Status Tersangkanya


Tersangka Korupsi SKL BLBI Cabut Permohonan Praperadilan

DPR RI Kaget Utang Lapas dan Rutan di Sumut Tembus Rp 7 Miliar

Sidang e-KTP, Jaksa Hadirkan 7 Saksi

Tersangka Miryam Haryani Siap Hadapi KPK di Praperadilan

Alasan PN Jakut Belum Kirim Berkas Ahok ke Pengadilan Tinggi

Pengacara Janji Tak Bawa Massa Saat Rizieq Shihab Dijemput Paksa

Kubu Miryam Haryani Siap Hadapi KPK di Praperadilan Hari Ini

Polri Keluarkan Surat Jemput Paksa Rizieq Shihab Hari Ini


Artikel Selanjutnya

Jaksa Hadirkan 7 Saksi di Sidang Lanjutan Kasus E-KTP Hari Ini

RAJUT
Menjemput Rizieq Shihab

Cahaya Lilin untuk Ahok dari 4 Benua

Jabatan Hakim dan Vonis Ahok

POPULER
LIHAT SEMUA

Amnesty International Indonesia: Dunia Minta Ahok Dibebaskan

Kondisi Veronica Tan Setelah Ahok Ditahan


Rizieq Shihab, Polisi, dan MUI

Kapan Jokowi Menjenguk Ahok? Ini Pernyataan Istana

Polri Keluarkan Surat Jemput Paksa Rizieq Shihab

Pengamat: Ada Pergeseran Perilaku Pendukung Sesudah Vonis Ahok

Polri Keluarkan Surat Jemput Paksa Rizieq Shihab Hari Ini


PKL Tanah Abang Kembali Padati Trotoar, Begini Komentar Anies
Menjemput Rizieq Shihab

Refly Harun: Penangguhan Penahanan Ahok Cukup Beralasan


Dapatkan berita terkini setiap hari
contoh: nama@mail.com

Ikuti kami di media sosial

PEDOMAN MEDIA SIBER


FORM PENGADUAN
REDAKSI
KARIR
SITEMAP
DISCLAIMER

Copyright 2016 liputan6.com. All Rights Reserved.

Liputan6.com
Bintang.com
Bola.com
Vidio.com

Sidang e-KTP, Jaksa Hadirkan 7 Saksi

Aribowo Suprayogi
15 Mei 2017, 10:43 WIB

11

Sidang lanjutan kasus dugaan korupsi pengadaan KTP Elektronik atau e-KTP kembali digelar di Pengadilan Tipikor,
Jakarta Pusat, Senin hari ini. Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (JPU KPK) berencana akan
menghadirkan tujuh saksi

Liputan6.com, JakartaSidang lanjutan kasus dugaan korupsi pengadaan KTP Elektronik atau e-
KTP kembali digelar di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin 15 Mei 2017. Jaksa Penuntut
Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (JPU KPK) berencana akan menghadirkan tujuh saksi untuk
terdakwa mantan Pejabat Ditjen Dukcapil Kemendagri Irman dan Sugiharto.

Salah satu saksi yang akan dipanggil adalah Mario Cornelio Bernardo, keponakan sekaligus
pengacara di kantor hukum milik Hotma Sitompul. Selain Mario, enam saksi lainnya yang akan
dihadirkan adalah Haryoto selaku Direktur Produksi Perum PNRI dan Indri Mardiani yang juga
karyawan di perusahaan yang menjadi Kepala Konsorsium pemenang lelang e-KTP PNRI.

Kasus e-KTP
Saksi sidang e-KTP
Sidang e-KTP
News Flash

Video Terkait
Tutup Video

0%

KPK Minta Dilibatkan Usut Penyerang Novel


Baswedan
Lizsa Egeham
13 Mei 2017, 07:00 WIB

454
Penyidik KPK, Novel Baswedan tiba di RS Jakarta Eye Center (JEC), Menteng, Jakarta, Selasa (11/4).
Pemindahan Novel Baswedan RS JEC agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif untuk matanya.
(Liputan6.com/Faizal Fanani)
Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ingin dilibatkan dalam pengusutan kasus
penyiraman air keras kepada penyidik KPK, Novel Baswedan. Hal ini lantaran pihak kepolisian belum juga
menemukan pelaku pasca 31 hari peristiwa penyerangan itu.

"Ini concern bagi KPK untuk pertimbangkan langkah-langkah yang dilakukan, baik koordinasi dengan Polri
atau permintaan ke Presiden. Karena kita hormati instruksi Presiden ke Polri untuk perintahkan cari siapa
pelaku penyerangan ini," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung KPK, Kuningan Jakarta Selatan,
Jumat 12 Mei 2017.

BACA JUGA

Usman Hamid Harap Kasus Novel Tak Berujung Masalah Pribadi


KPK: Hampir Sebulan Belum Ada Info Baru Penyerang Novel Baswedan

Menko Polhukam: Investigasi Kasus Novel Baswedan seperti Cuaca

KPK pun, lanjut Febri, juga akan mempertimbangkan strategi selanjutnya, seperti pembentukan Tim Pencari
Fakta (TPF) atau akan bekerja sama dengan Polri untuk mengusut kasus ini.

"Kita belum sampai secara spesifik, apa dibentuk tim independen TPF atau perkuat tim yang ada, ataukah joint
operation. Tapi lewat dari 30 hari kita tidak bisa hanya nunggu, perlu ada strategi lain yang diperlukan," jelas
dia.

Febri pun sangat yakin Presiden Jokowi akan mendukung langkah KPK tersebut, sebab Presiden sangat
mengutuk keras aksi penyiraman air keras kepada Kasatgas kasus dugaan korupsi e-KTP itu.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan pada Selasa 11 April 2017 lalu diserang oleh orang tak dikenal
menggunakan air keras. Akibatnya, kepala Kasatgas kasus e-KTP itu mengalami luka parah di sekitar mata dan
wajahnya. Kini, Novel sedang menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Singapura.

You might also like