You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kulit parasit menyebar di seluruh belahan dunia dan dikenal sejak
zaman kuno. Salah satu penyakit kulit parasit yang penting dan umum dijumpai
adalah pedikulosis. Pedikulosis adalah suatu infesasi dari parasit yang menghisap
darah untuk mempertahankan hidunya dan meletakkan telurnya di batang rambut dan
terkadang di pakaian. Selain menyerang manusia, penyakit ini juga menyerang
binatang, oleh karena itu dibedakan Pediculus humanus dengan Pediculus animalis.
Tempat timbulnya kelainan tergantung tuma penyebabnya, dikenal pediculosis capitis,
pediculosis corporis, dan pediculosis pubis (Phthiriasis). Pada penyakit kulit parasit
ini, interaksi host dan parasit terbatas pada stratum korneum, bagian teratas epidermis.
Di bagian itu, ektoparasit menyelesaikan siklus hidup mereka.
Pedikulosis kapitis dan pedikulosis pubis terdapat di seluruh belahan dunia,
tetapi pedikulosis korporis terbatas pada negara yang beriklim dingin dan hampir tidak
ada di daerah tropis. Pedikulosis membawa suatu stgima sosial yang kuat karena
masyarakat telah lama menghubungkan penyakit ini dengan kemiskinan dan
lingkungan yang kumuh. Dalam populasi yang miskin, beberapa kelompok
mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut. Perempuan dewasa dan
anak-anak lebih cenderung mengalami infestasi Pediculus humanus var. capitis, dan
pada orang yang tidak punya rumah lebih cenderung menderita pedikulosis korporis
dan pedikulosis pubis.
Pediculosis adalah infestasi kutu pada rambut dan kulit kepala yang
disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Penyakit ini tersebar luas di seluruh
dunia, prevalensi di negara yang sedang berkembang tampaknya lebih tinggi dari pada
di negara maju. Meskipun demikian penelitian P.h. capitis di negara berkembang
sangat sedikit sehingga prevalensi yang pasti belum diketahui. Demikian juga di
Indonesia, prevalensi pasti tidak diketahui. Hal ini disebabkan P.h. capitis bukanlah
penyakit yang wajib dilaporkan sedangkan masyarakat menganggapnya hanya sekedar
gangguan sehingga tidak berobat ke dokter. Sebenarnya P.h. capitis perlu mendapat
perhatian karena penyakit ini sering menyerang anak-anak. Rasa gatal yang hebat,
mengganggu ketenangan tidur dan mengganggu konsentrasi belajar sehingga prestasi
anak menurun. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yaitu infeksi sekunder
oleh bakteri sehingga anak sering kena demam (Hadidjaja & Margono, 2011).

1
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan UmumMahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan .
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian pediculosis.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
penyebab pediculosisMahasiswa mampu mengetahui dan memahami diagnosa-
diagnosa yang mungkinmuncul pada pasien pediculosis
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien
dengan pediculosis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Pediculosis
Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang
disebabkanolehPediculus tergolong famili Pediculidae (Ronnny P Handoko). Sedang
an menurut Brunner & Suddart, 2002 pedikulosis adalah infeksi kutu yang mengenai
kepala, badan, dan pubis, mengenai daerah-daerah yang berambut. Dan menurut Arif
Monsjoer, 2002 Pedikulosisadalah infeksi kulit dan rambut pada manusia yang
disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis.Jadi, dapat disimpulkan pengertian
pedikulosis yaitu infeksi yang terjadi pada kulitmanusia baik itu kulit badan, kulit
kepala dan kepala serta pada daerah pubis yang disebabkanoleh parasit obligat
pediculus humanis. Jadi, dapat disimpulkan pengertian pedikulosis yaitu infeksi yang
terjadi pada kulitmanusia baik itu kulit badan, kulit kepala dan kepala serta pada
daerah pubis yang disebabkanoleh parasit obligat pediculus humanis.Dan pedikulosis
terdiri dari kapitis, korporis, dan pubis.
Pedikulosis Kapitis.
2.1.2 Etiologi Pediculosis
Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa kita kenal dengan
kutu. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah
menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama
baju atau barang lainnya. Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti
kutu kepala juga kutu badan. Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun
sebenarnya merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang
lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu badan.
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan
menjadikemerahan jika sudah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin jantan dan
betina, yang betina ukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebarnya lebih kurang
panjangnya, jantan lebih kecildan jumlahnya lebih sedikit dibanding betina.

3
Gambar Pediculls Humanus Capitis Jantan
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits)
diletakkandisepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin
ke ujung terdapattelur yang matang.

2.1.3 Manifestasi klinis Pediculosis


Pedikulosis Kapitis, tuma paling sering ditemukan disepanjang bagian postorior
kepala dan dibelakang telinga. Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai
benda yang terbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari
rambut. Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan yang
dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi bakteri sekunder
seperti impetigo serta furunkulosis. Infestasi tuma lebih sering ditemukan pada anak-
anak dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat ditularkan lansung lewat
kontak fisik atau tidak langsung leawat sisir, sikat rambut, wig, topi dan perangkat
tempat tidur ( bantal, seprei dll) yang terenfiksi oleh tuma.
Pedikulosis Korporis, daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling
terkena pakaian dalam ( yaitu , leher, badan dan paha ). Kutu badan terutama hidup
dalam pelipit pakaian dan di temapt ini, kutu merekat erat sementara menusuk kulit
penderita dengan probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titk pendarahan yang
kecil dan khas. Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa
gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher. Di
antara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang paralel dan
ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering
dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.

4
Pedikulosis pubis, debu berwarna cokelat kemerahan (ekskresi kutu) dapat
ditemukan pada pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada,
aksila, janggut dan bulu mata. Makula yang berwarna kelabu-biru kadang-kadang
dapat terlihat pada badan, paha dan aksila sebagai akibat dari reaksi saliva serangga
tersebut dengan bilirubin ( yang mengubahnya menjadi biliverdin ) atau ekskresi yang
dihasilkan oleh kelenjar liur kutu. Lipatan pubis harus diperiksa dengan kaca
pembesar untuk mendeteksi keberadaan phthirus pubis yang merayap disepanjang
batang rambut atau keberadaan telur kutu tersebut yang menempel erat dengan rambut
atau tempat pertemuan antara rambut dan kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang
paling sering ditemukan, khususnya di malam hari, infestasi oleh kutu kemaluan dapat
dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore, kandidiasis, sifilis).

2.1.4 Patway Pediculosis


AgenTransmitter
Transmitter
Kontak langsung kontak tidak langsung
host
Menyerang kulit badan dan pubis
Menggigit dan menghisap darah
Mengeluarkan Liur dan eksreta melekat pada kulit pubis
Gatal
Gangguan Rasa
Bercak-bercak kemerahandan keabuan pada kulit badan
Nyaman dan pubis
Gangguan Pola Tidur

Gangguan citra Kurang


tubuh Pengetahuan

Terjadi Kerusakan Integritas kulit

2.1.5 Klasifikasi pediculosis


Penyakit ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Pediculosis kapitis
Pediculosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma pada kulit kepala
2. Pediculosis korporis
Pediculosis korporis merupakan infestasi kutu Pediculus humanus corporis pada
badan.
3. Pediculosis pubis
5
Pediculosis pubis merupakan infestasi oleh Phthirus pubis.

2.1.6 Pemeriksaan penunjang Pediculosis


1. Pediculus kapitis
Diagnosis pasti adalah menemukan kutu atau telur terutama di daerah oksiput dan
temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala.
2. Pediculus korporis
Menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian. Rasa gatal hebat dan lesi-lesi
di predileksi.
3. Pediculus pubis
Menemukan telur atau bentuk dewasa pada daerah pubis.gatal hebat (biasa pada
malam hari). Maculae serulae.
2.1.7 Penecegahan
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih.Misalnya
dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar.Benda-benda yang
terpapar dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi)
seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan.Air yang digunakan
adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55C selama paling kurang 5 menit.
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan
untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang berada
didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum membersihkan
lingkungan tersebut.Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani,
bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang
digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas
130F (540C), alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui
penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan.
Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam
ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.

2.1.8 Penatalaksanaan medis


1. Pediculosis capitis
Pengeramasan rambut dengan memakai shampoo yang mengandung lindane (kwel)
atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida. Sesudah dibilas sampai bersih
rambut disisir dengan sisir yang sudah direndamkan ke dalam cuka agar telur atau
6
cangkang telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari rambut. Semua barang,
pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya
harus dicuci dengan air panas, sedikitnya dengan suhu 54C. Sisir atau sikat rambut
juga harus didisinfeksi dengan shampoo. Semua anggota keluarga yang berhubungan
langsung dengan pasien harus diobati. Pada keadaan infeksi sekunder berat sebaiknya
rambut dicukur, diobati dengan antibiotik sistemik dan topikal, lalu disusul dengan
obat di atas dalam bentuk shampoo.
2. Pediculosis korporis
Pengobatannya ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis diseluruh tubuh
dan didiamkan 24 jam, setelah itu mandi. Jika belum sampai diulangi 4 hari kemudian.
Pakaian direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat infeksi
sekunder obati dengan antibiotic secara sistemik dan topical.
3. Pediculosis pubis
Pengobatannya ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan dan didiamkan 24
jam, setelah itu mandi. Jika belum sampai diulangi 4 hari kemudian Sebaiknya rambut
pubis dicukur, pakaian dalam direbus atau disetrika.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gatal yang digaruk kemudian terjadi infeksi
yang bila dibiarkan akan keluar nanah. Kemudian timbul impetigo yaitu inflamasi
kulit yang akut dan menular, yang ditandai oleh pustula dan skuama.komplikasi
seperti pruritus hebat, pioderma atau infeksi yang membentuk pus pada kulit dan
derematitis di obati dengan preparat anti pruritus, antibiotik sistemik serta
kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat menularkan penyakit
epidemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus epidemik, demam hilang timbul
dan trensfever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal
serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan gatal-gatal pada badannya
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk RS dr.Drajat Prawira Negara tanggal 15 september 2015, saat di IGD
klien mengeluh gatal-gatal pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16
7
september 2015 jam 10.00 wib, pasien masih mengeluh gatal-gatal tampak luka
kemerah-merahan seperti bekas garukan pada badannya.
Metode PQRST (untuk nyeri)
P : gatal disebabkan karena adanya kutu pada badan
Q : klien mengatakan gatalnya seperti bergerayam
R :gatal dirasakan diseluruh badan
S : klien mengatakan gfatal yangf dirasa sangfat hebat
T: gfatal dirasakan setiap saat
3. Factor yang memperberat atau mengurangi masalah
Faktor yang memperberat gatal ketika klien tidak mandi, faktor yang mengurangi
masalah yaitu dengan mandi air hangat
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat dan belum pernah mengalami
penyakit ini
5. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan gatal-gatal diseluruh badannyaseperti menggereyam, dan
pasien tidak mempunyai alergi obat-obatan ataupun makanan
6. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
seperti yangb di derita pasien dan tidak ada yang memiliiki penyakit keturunan
seperti DM dan tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TBC.
7. Pemeriksaan fisik :
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : pasien terlihat gatal-gatal
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Nadi : 90x/menit
e. Suhu : 36,5 c
f. RR : pernafasan normalnya 16-24x/mnt
2. Antropometri
BB Dan Tb
B. Pemeriksaan sistematika/persistem
1. Sistem pernafasan
Inspeksi: bentuk hidung simetris, tidak adanya sekret pada hidung, tidak
menggunakan otot pernapasan tambahan.
8
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan pada area dada
Auskultasi: tidak terdengar suara tambahan seperti bonkhi
2. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelenjar getah bening, tidak
terdapat distensi vena jugularis, tidak terdapat clubbing finger.
Palpasi : CRT<2 detik
Perkusi : bunyi ICS 1-6 sebelah kiri pekak
Auskultasi : S1 dan S2 tidak terdapat suara tambahan
3. Sistem pencernaan
Inspeksi : mukosa bibir ananemis, tidak terdapat stomatitis, turgor kulit abdomen
elastis, bentuk abdomen simetris
Auskultasi: bunyi bising usus normal 8-12x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen, tidak terdapat asites
Perkusi: Bunyi perkusi abdomen timpani
4. Sistem persyarafan
Nervus I (olfaktorius) : klien dapat mencium bau-bauan
Nervus II (optikus) : klien dapat melihat pada jarak 2m
Nervus III (okula motorius) : klien dapat menggerakan bola mata kesamping
atas
Nervus IV (traklearis) : klien dapat menggerakkan bola mata ke atas
dan kebawah normal
Nervus V (trigeminus) : pada kornea mata mengkibatkan kurang/
hilangnya reflek kedip
Nervus VI (abdusen) : klien dapat menggerakkan bola mata ke
samping
Nervus VII (facialis) : klien dapat membedakan rasa manis dan asin
Nervus VIII (akustikus) : pendengaran klien baik saat ditanya oleh
pengkaji
Nervus IX (glosofaringeus) : klien dapat menelan dengan baik
Nervus X (vagus) : klien dapat membuka mulutnya dengan baik
Nervus XI (spinal accesory) : klien lemah mengangkat bahu kanan dan kiri
Nervus XII (hipoglesal) :pergerakan klien lemah dan tidak bebas
8. Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, warna sklera putih, tidak adanya kelainan pada mata,
9. Sistem pendengaran
9
inspeksi : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat serumen
palpasi : tidak adanya nyeri tekan,
ROM : fungsi pendengaran baik
10. Sistem perkemihan
Tidak adanya nyeri tekan
11. Sistem musculoskeletal
Tidak ada Kerusakan fungsi motorik, kekuatan otot tangan dan kaki tidak lemah/
lumpuh tidak terdapat atropi Jari-jari tangan dan kaki normal.
12. Sistem endokrin
13. Tidak ada pembesaran getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
14. Sistem integument
Terdapat lesi diseluruh badan dan tampak kemerahan.Terjadi gangguan pada
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit
menjadi kering, menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah, terdapat
kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-merahan),
infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan)
C. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien mampu mengontrol emosinya, jika pasien stres, pasien selalu marah-marah
2. Kecemasan klien
Klien mengatakan dengan sakit seperti ini pasien merasa cemas, tingkat
kecemasan klien sedang
3. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien menyukai bagian bentuk tubuhnya yaitu hidung
b. Identitas diri : klien merasa tidak puas menjadi dirinya sendiri
c. Peran : peran klien di dalam keluarganya sebgai anak
d. Ideal diri : klien berharap penyakit di deritanya bisa cepat sembuh
e. Harga diri : klien merasa malu karena dia hanya seorang pengangguran.

D. Data Sosial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan dengn baik.
2. Pola interaksi
Pasien berinteraksi dengan keluarga dan perawat dengan baik dan jelas
E. Data Spiritual
10
Klien mengatakan pada saat sebelum sakit dapat melaksanakan aktivitas ibada tetapi
saat di rumah sakit aktivitas ibadah belum dapat dilakukan karena alasan kondisinya.

2.2.2 Diagnosa keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman b.d gatal.
2. Gangguan citra tubuh b.d gangguan pandangan tubuh seseorang
3. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sensasi
2.2.3 Intervensi
DIAGNOSA NOC NIC
1. Gangguan rasa Kontrol terhadap gejala Pain management
nyaman b.d gatal Setelah dilakukan tindakan 1. lakukan oengakajian nyeri
keperawatan selama 1x24 jam pasien secara komperehensif
dapat teratasi dengan criteria hasil : termasuk lokasi,
1. Memantau munculnya gejala karakteristik, duarasi,
2. Memantau keparahan gejala. frekuensi, kualitas dan factor
3. Melakukan tindakan presipitasi.
pencegahan. 2.Observasi reaksi nonverbal
4. Melakukan tindakan untuk dari ketidaknyamanan
mengurangi gejala. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
4. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan intervensi
5. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
8. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada

11
keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2. Gangguan citra Harga diri Peningkatan harga diri.
tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Peningkatan
gangguan keperawatan selama 1x24 jam pasien sosialisasi .
pandangan tubuh dapat teratasi dengan criteria hasil : 2. Dukungan kelompok.
seseorang 1. Komunikasi terbuka. 3. Peningkatan system
2. Verebalisasi penerimaan diri. dukungan.
3. Gambaran diri. 4. Klarifikasi nilai.
4. Tingkat kepercayaan diri.

3. Kerusakan Fungsi sensori Stimulasi kuntaneus


integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan berbagai
kulit b.d keperawatan selama 1x24 jam pasien metode stimulasi kulit,
gangguan dapat teratasi dengan criteria hasil : efeknya terhadap sensasi
sensasi 1. Persepsi stimulasi kulit. dan harapan terhadap
2. Persepsi posisi tubuh. pasien selama kegiatan.
3. 2. Pilih strategi stimulasi
kulit spesifik
berdasarkan kesediaan
individu untuk
berpartisipasi .
3. Evaluasi dan
dokumentasi respon
terhadap stimulasi.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pedikulosis adalah infeksi pada kulit/rambut pada manusia yang disebabkan
parasit obligatPediculus humanus Penyakit ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Pediculosis kapitis
Pediculosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma pada kulit
kepala
2. Pediculosis korporis
Pediculosis korporis merupakan infestasi kutu Pediculus humanus
corporis pada badan.
3. Pediculosis pubis
Pediculosis pubis merupakan infestasi oleh Phthirus pubis.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberi
prognosis yang baik.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan agar teman-teman mampu memahami hasil pemaparan
dari makalah kami tentang asuhan keperawatan pediculosis . Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat belum begitu sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan masukan yang dapat membangun agar pembuatan makalah
berikutnya dapat lebih sempurna.

13
DAFTAR PUSTAKA
Handoko RP., Pedikulosis, Dalam: Djuanda A., edisi V Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2007; p. 119-120
Stone SP., Goldfarb JN., Bacelieri RE., Scabies, Other Mites, adn Pediculosis, In: Wolff K.,
Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ,eds 7thedition.2. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. New York: McGraw-Hill Medicine, 2008; p. 2033-35
Bolognia JL., Jorizzo JL., Rapini RP.,eds. Dermatology 2nd edition. British: Elsevier
Mosby,2008
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37359/4/Chapter%20II.pdf Di akses pada
tanggal 27 september 2017 pada jam 22.10 WIB)
(http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/02/8.pdf Di akses pada tanggal 27 september
2017 pada jam 22.19 WIB)
(http://newssehat.com/pedikulosis-kapitis-kutu-rambut/ Di akses pada tanggal 27 september
2017 pada jam 23.10 WIB)
(https://www.scribd.com/doc/22574608/Asuhan-Keperawatan-Dengan-Pedikulosis Di akses
pada tanggal 27 september 2017 pada jam 23.20 WIB)

14

You might also like