Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu:
Dr. Nurmaelis, M.Si, Apt.
Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt.
Dimas Agung Waskito W, S.Far.
Marvel, S.Far, Apt.
Disusun oleh:
NURIL ALIFIANI (11141020000043)
SYIFA RIZKIA (11141020000047)
CUT BALQIS R. (11141020000048)
M. HADI AZMI (11141020000049)
SHOFFIYA AMALIYA (11141020000056)
SHEILA SABRINA (11141020000058)
Obat anestesi umum adalah obat atau agen yang dapat menyebabkan
terjadinya efek anestesia umum yang ditandai dengan penurunan kesadaran
secara bertahap karena adanya depresi susunan saraf pusat. Menurut rute
pemberiannya, anestesi umum dibedakan menjadi anestesi inhalasi dan
intravena. Keduanya berbeda dalam hal farmakodinamik.
Obat anestesi umum adalah obat atau agen yang dapat menyebabkan
terjadinya efek anesthesia umum yang ditandai dengan penurunan kesadaran
secara bertahap karena adanya depresi susunan saraf pusat. Menurut rute
pemberiannya, anestesi umum dibedakan menjadi anestesi inhalasi dan
intravena. Keduanya berbeda dalam hal farmakodinamik maupun
farmakokinetik (Ganiswara, 1995).
Stadium anestesi ada 4, yaitu Stadium I, Stadium II, Stadium III, dan
Stadium IV. Berikut adalah penjelasannya :
2.2 Eter
Eter (dietil eter, zaman dahulu dikenal sebagai sulfuric eter karena
diproduksi melalui reaksi kimia sederhana antara etil alcohol dengan asam
sulfat) digunakan pertama kali tahun 1540 oleh Valerius Cordus, botani
Prusia berusia 25 tahun. Eter sudah dipakai dalam dunia kedokteran, namun
baru digunakan sebagai agen anestetik pada manusia di tahun 1842, ketika
Crawford W. Long dan William ZE. Clark menggunakannya pada pasien.
Namun penggunaan ini tidak dipublikasikan. Empat tahun kemudian di
Boston, 16 Oktober 1846, William T. G. Morton memperkenalkan
demostrasi public penggunaan eter sebagai anestetik umum (Morgan dan
Mikhail, 2002). Eter dapat dimasukkan kedalam derivate alcohol dimana H
dari R-O-[H] digantikan oleh gugus R lainnya. Eter adalah oksida organic
yang berstruktur :
[R]-C-O-C-[R]
2.3 Kloroform
Kloroform pada suhu dan tekanan normal mudah menguap, jernih, tidak
mudah terbakar. Nama lain untuk kloroform adalah trichloromethane dan
triklorid metil, tidak seperti eter, bau chloroform manis tidak menyengat,
walaupun uap kloroform pekat terinhalasi dapat menyebabkan iritasi
permukaan mukosa yang terkena. Kloroform adalah anestesi yang lebih
efektif daripada nitro. Kloroform dosis tergantung di dalam tubuh akan
dimetabolisme didalam hati. Metabolit kloroform termasuk phosgene,
carbine, dan chlorine, yang semuanya dapat berkontribusi terhadap aktivitas
sitotoksik. Penggunaan jangka panjang kloroform sebagai anestetik dapat
menyebabkan toxaemia. Keracunan akut dapat menyebabkan sakit kepala,
kejang, perubahan kesadaran, kelumpuhan, gangguan pernapasan. Dari
system otonom dapat mengakibatkan pusing, mual dan muntah. Kloroform
juga dapat menyebabkan delayed-onset keruusakan pada hati, jantung dan
ginjal (Katzung,1997).
2.4 Diazepam
Tikus putih jenis (Rattus norvegicus, L.) sejak dulu sudah sering
digunakan sebagai hewan uji laboratorium karena anatomi fisiologi dari
organ-organ hewan tersebut sistematis kerjanya hampir sama dengan fungsi
anatomi organ manusia(John Smith, 1987:43). Klasifikasi tikus putih jenis
(Rattus norvegicus, L.) adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus, L. ( Priyambodo, 1995: 55)
Jangka hidup : 2-3 tahun, ada yang dapat hidup selama 4 tahun
Produksi ekonomi : 1 tahun
Kehamilan : 20-22 hari
Umur saat disapih : 21 hari
Umur ketika dewasa : 40-60 hari
Berat lahir : 5-6 gram
Volume darah : 57-70 ml/gr
Sel darah merah : 7,2-9,6 x 106 /mm3
Sel darah putih : 5,0-13,0 x 106 /mm3
Trombosit : 150-460 x 103 /mm3
BAB III
METODOLOGI
Waktu
Waktu
Kel. BB Tikus Jenis Obat Efek yang Timbul Hilang
Pemberian
Respon
Kontrol:
1.pernapasan: 44/30
detik
2.denyut jantung:
50/30detik
25 = pupil mengecil
28= mulai hilang
kesadaran
28= mulai sadar
435= belum peka
Tidak
1 Eter 25 terhadap rangsang 28
ditimbang
6= nafas mulai teratur
1911= mulai peka
terhadap rangsang
2023= kembali seperti
semula.
Kontrol:
1.pernapasan: normal
2.Denyut jantung:
64/30detik
30=masuk stadium 3
(mata tidak bereaksi saat
diberi rangsang, tangan
dan kaki kaku. Denyut
jantung 50/30detik
249= mulai bergerak
tetapi tidak ada respon
Tidak pada telinga,
2 Kloroform 20 30
ditimbang mengeluarkan air liur.
3= tangan mulai
bergerak
348= mulai bergerak,
masuk stadium 2.
430= mata normal
87= mulai bangun,
meregangkan kaki.
855= mulai jalan
(masih oleng), diberikan
rangsang di telinga
(tidak ada respon), napas
mulai normal.
Waktu
Waktu
Kel. BB Tikus Jenis Obat Efek yang Timbul Hilang
Pemberian
Respon
9= detak jantung
930= masuk stadium 1
1455= suara lemah
2455= mulai kembali
seperti semula
289= normal
418 = kehilangan
keseimbangan
430 = mulai tenang
831= tenang, nafas
Diazepam-
3 - teratur 430
eter
1628= refleks kembali
2043= kejang
2413= mulai bergerak
Kelakuan sebelum
pemberian eter:
Normal
Tidak bersuara-> jika
disentuh mengeluarkan
suara kecil.
Tidak
4 Eter Aktif bergerak 25
ditimbang
Detak jantung
120/menit-> detak
jantung agak cepat
Pernapasan normat
Otot normal
Waktu
Waktu
Kel. BB Tikus Jenis Obat Efek yang Timbul Hilang
Pemberian
Respon
Kelakuan setelah
pemberian:
Detak jantung 60/15detik
(ketika masuk fase 2)
Tikus 1:
Detak jantung sebelum
pemberian obat:
67/menit
15-> diam
37-> mulai hilang
kesadaran
Tikus
1: 37
Tikus 2:
Tidak
5 Klororform Detak jantung sebelum
ditimbang Tikus
pemberian obat:
2:
32/30detik
330
Detak jantung setelah
pemberian obat
25/30detik
19-> masuk stadium 1
330-> badan bergetar,
mulai hilang kesadaran
834-> masuk stadium
Waktu
Waktu
Kel. BB Tikus Jenis Obat Efek yang Timbul Hilang
Pemberian
Respon
3 (detak jantung
21/30detik)
Kontrol:
Denyut nadi: 56/menit
Detak jantung: 75/menit
Pada praktikum kali ini digunakan tiga jenis obat anastesi yang berbeda,
yaitu eter, klorofom, dan diazepam + eter. Rute pemberian ketiga obat
tersebut sama, yaitu dengan menjenuhkan toples dengan kapas yang sudah
ditetesi eter ataupun kloroform, kemudian tikus dimasukkan kedalam toples
tersebut. Namun pada kelompok tiga dan enam, tikus terlebih dahulu diberi
diazepam yang disuntikkan sesuai perhitungan dosis sebelum dimasukkan
ke dalam toples yang berisi eter. Dengan diberikannya tiga jenis obat yang
berbeda, sehingga dapat dibedakan kemampuan masing-masing dalam
menganastesi sehingga tikus dapat memasuki tiap tingkat anastesi. Tahapan
anastesi sendiri terbagi menjadi:
Pada kelompok satu dan empat, tikus diinhalasi oleh eter. Dan pada
kelompok dua dan lima tikus diinhalasi oleh kloroform. Eter merupakan
cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas mengiritasi saluran
napas, mudah terbakar/meledak, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya.
Eter merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga pasien dapat
memasuki setiap tingkat anestesi. Eter pada kadar tinggi dan sedang
menimbulkan relaksasi otot serta hambatan neuromuscular yang tidak dapat
dilawan oleh neostigmin. Eter menyebabkan iritasi saluran napas dan
merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan
eter menimbulkan salivasi, tetapi pada stadium yang lebih dalam salivasi
akan dihambat dan terjadi depresi napas.
Eter dapat menekan kontraktilitas otot jantung, namun in vivo efek ini
dilawan oleh meningkatnya aktivitas simpatis sehingga curah jantung tidak
berubah atau hanya sedikit meninggi. Eter tidak menyebabkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin. Pada anastesi ringan, eter menyebabkan
dilatasi pembuluh darah kulit sehingga timbul kemerahan terutama didaerah
muka. Terhadap pembuluh darah ginjal, eter menyebabkan vasokontriksi
sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan produksi urin
menurun secara reversibel. Sebaliknya pada pembuluh darah otak
menyebabkan vasodilatasi. Eter dieksresikan melalu paru, sebagian kecil
dieksresikan melalui urin, air susu, dan keringat serta melalui difusi utuh.
https://www.scribd.com/doc/109849276/Laporan-Farmakologi-Anestesi-Umum
Diakses pda 26April 2016
Tim Penyusun. 2010. Buku Ajar Anatomi Umum Fakultas Kedokteran. Makassar:
Unhas.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex
Media Komputindo.