You are on page 1of 21

SEJARAH KEMUHAMMADIYAHAN

DisusunOleh :

1. Dwi Purwaningsih ( 1602100 )


2. Dwi Yuliana ( 1602101 )
3. Dyah Puji Pangesti ( 1602102 )
4. Erli Firliana S ( 1602103 )
5. Finna Munawaroh ( 1602104 )
6. Firsty Maharani L ( 1602105 )
7. Frendy Adi R ( 1602106 )

PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Sejarah Kemuhammadiayahan berkat kerja sama dari anggota
kelompok kami serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah AIK. Kami menyadari bahwa keberhasilan dalam pembuatan makalah ini
bukanlah keberhasilan kami semata. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan pada
mahasiswa yang akan datang.

Klaten, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LatarBelakang .................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Sejarah Muhammadiyah..................................................................................... 3
B. Biografi Pendiri Muhammadiyah ....................................................................... 7
C. Faktor Subjektif berdirinya Muhammadiyah ..................................................... 8
D. Faktor Objektif Berdirinya Muhammadiyah .................................................... 10
E. Perkembangan Muhammadiyah dari Masa ke Masa ....................................... 10
BAB III ....................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Perkembangan organisasi gerakan Islam di Indonesia tumbuh dan
berkembang sejak dari negeri ini belum mencapai kemerdekaan secara fisik
sampai pada masa reformasi sekarang ini. Perkembangannya bahkan kian pesat
dengan dilakukannya tajdid (pembaharuan) di masing-masing gerakan Islam
tersebut. Salah satu organisasi gerakan Islam itu adalah Muhammadiyah.
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi islam yang besar di Indonesia.

Bahakan merupakan gerakan kemanusiaan terbesar di dunia diluar gerakan


kemanusiaan yang dilaksanakan oleh gereja, sebagimana disinyalir oleh seorang
James L. Peacock. Di sebagian negara di dunia Muhammadiyah memiliki kantor
cabang internasional (PCIM) seperti PCIM Kairo-Mesir, PCIM Republik Islam
Iran, PCIM Khartoum-Sudan, PCIM Belanda, PCIM Jerman, PCIM Inggris,
PCIM Libya, PCIM Kuala Lumpur, PCIM Perancis, PCIM Amerika Serikat, dan
PCIM Jepang. PCIM-PCIM tersebut didirikan dengan berdasarkan pada SK PP
Muhammadiyah. Di tanah air, Muhammadiyah tidak hanya berada di kota-kota
besar, tetapi telah merambah sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia,
dari mulai tingkat pusat sampai tingkat ranting.

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana sejarah kelahiran Muhammadiyah ?
2. Bagaimana biografi dari pendiri Muhammadiyah ?
3. Bagaimana faktor subjektif berdirinya Muhammadiyah ?
4. Bagaimana faktor objektif berdirinya Muhammadiyah ?
5. Bagaimana perkembangan Muhammadiyah dari masa ke masa ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah kelahiran Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui biografi pediri Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui faktor subjektif berdirinya Muhammadiyah.
4. Untuk mengetahui faktor objektif berdirinya Muhammadiyah.
5. Untuk mengetahui perkembangan Muhammadiyah dari masa ke masa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Muhammadiyah
Secara (Etimologis) Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab
Muhammad, yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian
mendapatkan ya nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah
berarti umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam atau pengikut
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu semua orang Islam yang
mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912
M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran
sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan
atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk
terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim,
cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad
Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad.
Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan
(menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung
pengertian sebagai berikut: Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan
bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah
ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan
melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia
sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan

3
benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia
pada umumnya.
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas
dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai
Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada
tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-
ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari
Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan
Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran
para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal
kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan
atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-
ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai
Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi
konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan
dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama
yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan
itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl
Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler,
yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan
yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu
organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan
Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama
Muhammadiyah pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat

4
Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom
Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu
Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui
shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan
Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi
kyai atau dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby
Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi
sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1
Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari sekolah
(kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan
Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung
ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan
Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman
Yogyakarta tersebut, merupakan Sekolah Muhammadiyah, yakni sebuah
sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya
kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik
ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang
mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8
Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi
yang bernama MUHAMMADIYAH. Organisasi baru ini diajukan
pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim Statuten
Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912),
yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus
1914. Dalam Statuten Muhammadiyah yang pertama itu, tanggal resmi yang
diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan
tanggal Hijriyah.

5
Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah
1330) mulai diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD
Muhammadiyah tahun 1959, yakni dengan untuk pertama kalinya
Muhammadiyah mencantumkan Asas Islam dalam pasal 2 Bab II., dengan
kalimat, Persyarikatan berasaskan Islam.
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan
sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi
dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga
memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah
di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi
dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari
keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid
(pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (aqidah), ibadah, muamalah,
dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan
mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi
yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.

6
B. Biografi Pendiri Muhammadiyah
Pendiri Muhammadiyah adalah K.H Ahmad Dahlan. Kyai Haji Ahmad
Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH. Ahmad
Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang
bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa.

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke
Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada
tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Bagi Kiai Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata
modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional.
Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur'an dengan terjemahan dan tafsir agar
masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur'an semata,
melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya.
Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan
yang diharapkan Quran itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan
masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami
dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.

7
Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan.
Dapat mengangkat derajat umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya
ini ternyata membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan pemuda yang tertarik dengan
metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka banyak yang
menjadi anggota Muhammadiyah. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah
kemudian menjadi salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia.

Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam
kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan
beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang
diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di
awal abad ke-20.

C. Faktor Subjektif berdirinya Muhammadiyah


Kegelisahan KH.Ahmad Dahlan atas persoalan keuamatan merupakan
faktor yang kuat dalam mendorong berdirinya Muhammadiyah. Bagi K.H.
Ahmad Dahlan agama Islam tidak cukup hanya sebatas pemahaman yang
dituliskan dalam kitab-kitab, didiskusikan dalam forum-forum keilmuan dan
dibicarakan dalam pengajian-pengajian. Ajaran islam harus diamalkan,
direalisasikan dalam kehidupannya sehingga fungsional dalam menyelesaikan
berbagai persoalan kehidupan manusia.
Oleh karena kerja keras K.H. Ahmad Dahlan merupakan prioritas utama.
Kecenderungan praksis ini telah tampak sejak K.H Ahmad Dahlan berupaya
melakukan perubahan arah kiblat dan menjadi lebih nyata lagi ketika beliau
mengekspresikan Surat Al-Mauun. Dalam pandangan K.H Ahmad Dahlan Surat
Al-Maun merupakan perintah terhadap umat Islam untuk merealisasikan
kepedulian sosial melalui tindakan-tindakan praksis.

8
Pribadi K.H Ahmad Dahlan yang lembut dan supel membuatnya mudah
bergaul dengan berbagai kalangan. Hubungannya dengan tokoh-tokoh Jamiat
Kairm dan Budi Utomo memberikan wawasan yang luas dan membutuhkan
kesadaran bagi K.H Ahmad Dahlan akan perlunya lembaga yang terorganisasi
rapi sebagai piranti perjuangn dalam melaksanakan dakwah Islam. Wawasan
pemikiran dan pengalaman K.H Ahmad Dahlan dengan dukungan oleh
pemahamannya terhadap Surat Al-Imran ayat 104 mengantarkannya pada
kesimpulan bahwa dakwah Islam akan efektif bila dilakukan melaui organisasi
yang ditata secara rapi dan baik.
Gagasan ini kemudian di diskusikan dengan berbagai pihak termasuk
pengurus Budi Utomo dan para guru serta siswa Kweekschool Jetis. Diskusi-
diskusi yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan menyampaikannya pada kesimpulan,
pertama, diperlukan organisasi yang baru di Yogyakarta. Kedua, para siswa
Kweekschool tetap mendukung K.H Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
meskipun mereka tidak dapat turut serta dikarenakan adanya larangan bagi siswa
Kweekschool menjadi pengurus organisasi. Ketiga, Budi Utomo akan membantu
pendirian organisasi baru tersebut.
Pada bulan-bulan akhir tahun 1012, dilakukan persiapan yang intensif untuk
merealisasikan gagasan pendidikan organisasi. Selain mendiskusikan nama
organisasi yang akan didirikan, persiapan yang bersifat Legal Formal pendirian
organisasi pun dilakukan. Setelah segelas seuatunya dipersiapkan secara matang
dengan didahului shalat istikharah dan berdasarkan kesepakatan bersma, maka
tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan tanggal 18 November 1912 M
persyarikatan Muhammadiyah didirikan. Sedangkan resepsi syukuran berdirinya
Muhammadiyah diadakan pada hari sabtu malam, tanggal 20 Desember 1912
dijalan Maioboro, Yogyakarta dihadiri sekitar 60-70 orang yang terdiei dari para
haji, priyayi, kalangan pangreh praja, beberapa orang umum, pengurus Budi
Utomo dan Kolonial.

9
D. Faktor Objektif Berdirinya Muhammadiyah
Kolonialisme belanda memberikan implikasi yang sangat buruk bagi
perkembangan Islam di Nusantara, baik secara sosial, ekonomi, maupun
kebudayaan. Salin itu, tampak nyata upaya-upaya Belanda untuk menjinakkan
kekuatan Islam sebagai upaya untuk menjayakan penjaj. Kenyataan ini
mendorong K.H Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah sebagai
upaya perlawanan yang bersifat Kultural dengan cara meningkatkan kualitas
sumber daya pendidikan melalui jalur pendidikan.

E. Perkembangan Muhammadiyah dari Masa ke Masa


1. Muhammadiyah Periode Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan Belanda)
Tahun 1912 1942.
Sejak didirikan K.H. Ahmad Dahlan tahun 1912, Muhammadiyah telah
melewati berbagai peristiwa sejarah, seperti pemilu tahun 1955 yang banyak
diwarnai partai-partai Islam. Keberadaan partai Masumi, didukung oleh
organisasi-orgnanisasi Islam termasuk Muhammadiyah. Tokoh-tokoh
Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadi Kusuma, Buya HAMKA, K.H Fiqih
Usman, Prof. K.H Kahar Muzakkir, K.H Hasan Basri aktif dalam Masyumi.
Peristiwa tersebut salah satu potret perjalanan Muhammadiyah pada masa
awal setelah kemerdekaan. Berdirinya Muhammadiyah diawali dengan
pendirian sekolah oleh K.H Ahmad Dahlan yang mengajarkan agama Islam
dan pengetahuan biasa. Lalu organisasi pendukungnya yang dibantu para
pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Nama organisasi yang dipilih
adalah Muhammadiyah.

10
2. Muhammadiyah Periode Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan Jepang)
Tahun 1942 1945.
Jepang memberi ruang gerak yang sempit terhadap Muhammadiyah. Ki Bagus
Handikusumo mampu memeprtahankan misi pergerakan Muhammadiyah.
Periodenya tahun 1942-1953, kondisi politik masih masa transisi Belanda ke
Jepang. Tahun 1944 Muhammadiyah mengadakan Muktamar darurat di
Yogyakarta. Di masa pendudukan Jepang yang Fasis, Ki Bagus Handikusumo
selain memimpun Muhammadiyah juga digunakan untuk memikirkan nasib
bangsa. Beliau dengan gigih menentang instruksi Sei Kerei dari Jepang. Sei
Kerei adalah membungkukkan adan ke arah timur (Negeri Jepang)
menghormati Dewa Matahari, sebagai Dewa penitis para Kaisar Jepang.
Upacara ini wajib dilakukan para siswwa setiap siswa setiap pagi. Selaku
Ketua PP muhammadiyah terpanggil menyelamatkan generasi Muslim
Indonesia dari syirik itu. Melalui debat yang seru dengan Pemerintah Jepang
akhirnya pemerintah memberikan dispensasi. Khusus bagi semua sekolah
Muhammadiyah untuk tidak melakukan upacara Sei Kerei. Ki Bagus
Hadikusumo juga tercata sebagai anggota Chuo Sangiin (Dewan Penasehat
Pusat) buatan Jepang.
3. Muhammadiyah Periode Kemerdekaan Sampai Orde Lama (1945 1968)
a. Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942 1953)
Di awal kemerdekaan NKRI, Muhammadiyah ikut aktif dalam perjuangan.
Terjun dalam kancah revolusi di berbagai laskar kerakyatan hingga tahun
1953. Kegiatan-kegiatan keorganisasiannya antara lain:
Tahun 1946 mengadakan silaturrahim cabang-cabang se-Jawa.
Tahun 1950 mengadakah sidang Tanwir perwakilan.
Tahun 1951 sidang Tanwir di Yogyakarta.
Tahun 1952 mengadakah sidang Tanwir di Bandung

11
Tahun 1953 mengadakah sidang Tanwir di Solo dengan keputusan
Muhammadiyah hanya boleh memasuki partai yang berdasarkan Islam.
b. Periode A. R. Sutan Mansyur (1952 1959)
R. Sutan Mansyur dipilih sebagai Ketua Muhammadiyah pada Muktamar
Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto meskipun tidak termasuk Sembilan
Terpliih. 9 terpilih itu adalah H.M.Yunus Anies, H.M. Farid Maruf,
Hamka, K.H. Ahmad Badawi, K.H. Fakih Usman, Kasman Singodimejo,
DR. Syamsudin, A. Kahar Muzakir dan Muljadi Djojomartono. Masa ini
ruh Tauhid ditanamkan kembali. Disusun langkah kurun waktu tertentu,
yang pertama tahun 1956 1959 yang dikenal dengan nama Khittah
Palembang.
c. Periode H.M. Yunus Anies (1959 1962)
Negara Indonesia sedang dalam kegoncangan politik yang secara langsung
dan tidak langsung mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah.
Tetapi Muhammadiyah mampu merumuskan Kepribadian Muhammadiyah
yang menempatkan kembali kedudukan Muhammadiyah sebagai gerakan
Dakwah Islam Amar Maruf Nahi Munkar.
d. Periode K.H. Ahmad Badawi (1962 1968)
K.H. Ahmad Badawi dipilih dalam Muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962.
Muhammadiyah berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar
tidak dibubarkan. Karena waktu itu politik dikuasai oleh PKI dan Bung
Karno tahun 1965. Pada saat itu seluruh barisan Orde Baru termasuk
Muhammadiyah ikut tampil memberantas Komunis.

12
4. Muhammadiyah Periode Orde Baru sampai Orde Reformasi
Periode ini merupakan rentang waktu 1968 2000, yang tampil sejumlah
pemimpin karismatik. Ada 5 orang yang silih berganti memegang pucuk
pimpinan Muhammadiyah:
a. Periode K.H. Fakih Usman dan K.H. A.R. Fakhrudin (1968 1971)
K.H. Fakih Usman dipilih Ketua Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 di
Yogyakarta. Tidak lama kemudian meninggal, lalu diganti K.H. A.R.
Fakhrudin (nama lengkapnya K.H. Abdul Razak Fakhrudin). Usaha me-
Muhammadiyahkan kembali Muhammadiyah. Usaha untuk mengadakan
pembaruan (tajdid) dalam bidang ideologinya, dengan merumuskan Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah. Di bidang organisasi
dan usaha perjuangan menyusun Khittah Perjuangan dan Bidang-bidang
lainnya.
b. Periode K.H. A.R. Fakhrudin (1971 1990)
Beliau dipilih sebagai Ketua Muhammadiyah ditetapkan dalam tanwir
Ponorogo tahun 1969. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung
Pandang tahun 1971, muktamar ke-40 tahun 1978 di Surabaya dan ke-41
tahun 1985 di Surakarta. Terjadi krisis yaitu keharusan untuk menjadikan
Pancasila sebagai satu-satunya asas. Muhammadiyah mengatasi imbauan
dari pemerintah tentang asas tunggal pancasila dengan mengadakan
perubahan AD Muhammadiyah dengan menetapkan Pancasila sebagai asas
organisasi. Pada masa itu juga terjadi peristiwa penting adalah kunjungan
Paus Yohanes Paulus II. Sebagai reaksi atas kunjungan itu beliau
mengeluarkan buku Mangayubagya Sugeng Rawuh lan Sugeng Kondur.
Isinya adalah bahwa Indonesia adalah negara yang penduduknya sudah
beragama Islam jadi jangan rakyat menjadi obyek Kristenisasi.
c. Periode K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. (1990 1995)
Didominasi oleh kaum intelektual produk Muhammadiyah. K.H. Ahmad
Azhar Basyir, M.A. alumnus Universitas Al Azhar dan pakar dalam bidang

13
hukum Islam. Pada muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta
menjadi ketua PP Muhammadiyah. Pada periode ini telah dirumuskan
program jangka panjang 25 tahun, yang meliputi 3 hal: bidang konsolidasi
gerakan, pengkajian dan pengembangan serta kemasyarakatan.
d. Periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A. dan Prof. Dr. H.A. Syafii
Maarif, M.A. (1995 2000)
Tokoh reformasi Indonesia ini, lahir di Surakarta, 26 April 1944. Di
Muhammadiyah sejak muktamar tahun 1985 di Surakarta yang menjabat
sebagai ketua majelis tabligh Muhammadiyah. Dipilih menjadi wakil ketua
PP Muhammadiyah pad Muktamar ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta. Tahun
1994 dipilih menjadi Ketua hingga akhir periode 1990 1995. 1995 pada
Muktamar ke-43 di Banda Aceh kembali menjadi Ketua PP
Muhammadiyah periode 1995 2000.Pada periode Prof. Dr. H.M. Amien
Rais, M.A. telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995 2000,
Rumusannya mengacu kepada masalah global, dunia Islam, nasional,
Muhammadiyah, dan pengembangan pemikiran. Adapun pengembangan
pemikiran terdiri atas pemikiran keagamaan, ilmu dan teknologi, basis
ekonomi, gerakan social kemasyarakatan, dan PTM sebagai basis gerakan
keilmuan atau pemikiran.
e. Periode Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif, M.A.
Hasil Muktamar ke-44 di Jakarta tahun 2000 Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif,
M.A. terplih menjadi ketua PP Muhammadiyah. Beliau seorang guru besar
Ilmu Sejarah di IKIP Yogyakarta. Lahir di Sumpurkudus Sumatera Barat
tanggal 31 Mei 1935.
Program kerja masa periode 2000 2005 secara garis besar adalah
melanjutkan program Muhammadiyah sebelumnya, secara ringkas
dirumuskan:
Visi, Misi dan Usaha Muhammadiyah.

14
Program Muhammadiyah yang meliputi Program Konsolidasi
Gerakan dan Program Per Bidang.
5. Muhammadiyah Paska Muktamar ke-45 di Malang 2005
Prof. Dr. Din Syamsudin terpilin sebagai ketua PP Muhammadiyah periode
2005 2010 pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang tahun 2005
yang dilaksanakn 3 8 Juli 2005.
Dalam muktamar ini telah ditanfidzkan putusan-putusan, sebagai berikut:
a. Menerima laporan PP Muhammadiyah masa jabatan 2000 2005.
b. Pernyartaan pikiran Muhammadiyah jelang Satu Abad.
c. Program persyarikatan periode 2005 2010.
d. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
e. Rekomendasi Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Adapun program persyarikatan Muhammadiyah periode ini, sebagai berikut:
a. Gambaran Umum Program
Merupakan penjabaran program jangka panjang untuk 5 tahun pertama
masa berlakunya program jangka panjang. Sebagai program kerja 5
tahunan tahap I, program Nasional Muhammadiyah 2005 2010
menitikberatkan pada 3 hal utama: penguatan organisasi, pemantapan
perencanaan dan pengembangan konsistensi serta kesungguhan jajaran
persyarikatan untuk merealisasikan program kerja.
b. Tujuan Program
Terbangunnya sistem organisasi yang dinamis, efektif dan efisien serta
produktif sehingga dapat menguatkan Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah amar maruf nahi munkar dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia.
c. Prioritas
Urutan prioritas dirumuskan sebagai berikut:
Penguatan organisasi di semua hal.

15
Peningkatan kualitas lembaga dan amal usaha Muhammadiyah.
Pengembangan tajdid di bidang tarjih dan pemikiran Islam.
Peningkatan peran serta persyarikatan dalam penguatan masyarakat.
Pengembangan kaderisasi.
Peningkatan peran Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
negara serta percaturan global.
d. Program Nasional di Berbagai Bidang
Tarjih, Tajdid dan pemikiran Islam.
Tabligh dan Kehidupan Islami.
Pendidikan, Iptek dan Litbang.
Kaderisasi.
Kesehatan, kesejahteraan dan pemberdayaan Masyarakat.
Wakaf, ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqah) dan Pemberdayaan Ekonomi.
Partisipasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup.
Organisasi.
Pustaka dan Informasi.
Seni Budaya.
Ukhuwah dan kerja sama

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia.
Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya
merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam.
maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai
Allah Subhanahu wa Taala.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul Asal usul gerakan
Muhammadiyah, kami dari kelompok 1 menyadari bahwa masih banyak
kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-teman
khususnya kelas D semester III program studi teknik sipil.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Zamahdkk. 2013. Kemuhammadiyahan. Jakarta : UHAMKA


Hidayat, samsuldkk. 2010. Kemuhammadiyahan . Surakarta: LPID

18

You might also like