You are on page 1of 12

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Platyhelminthes

Platyhelminthes, asal kata : platy = pipih dan helmins = cacing. dengan demikian platyhelminthes
secara keseluruhan dapat diartikan sebagai cacing pipih. Hewan-hewan yang termasuk kedalam
filum ini sudah memiliki alat-alat yang sederhana, seperti faring yang bersifat muscular, alat-alat
pengeluaran (oragan ekskretorius) alat-alat kelamin (organ genetalis) dan lain-lain, namun demikian
paltyhelminthes memiliki sistem gastrovasikuler seperti yang terdapat pada coelontereta dengan
hanya memiliki satu muara, yaitu mulut yang sekaligus sebagai Anus. ( Susilo, Eka. 2006).

Tubuh platyhelminthes terdiri dari tiga lapisan jaringan, oleh karena itu hewan-hewan yang terdapat
dalam filum ini juga di kelompokan sebagai hewan triploblastik, ketiga jaringan yang terdapat pada
pltyhelminthes yaitu ektodermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah) dan endodermis
(lapisan dalam). Pada cacing pipih (platyhelminthes) mulai terlihat sefalisasi (cephalisasi) yaitu
adanya pemusatan sel-sel saraf dibangun di depan (anterior) tubuhnya, planaria merupakan contoh
yang sangat baik karena sel-sel sarafnya terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion kepala atau otak
primitive. Dari ganglion kepala terdapat dua talisaraf yang memanjang kebelakang tubuhnya
membentuk seperti tangga, karena itu disebut saraf tangga tali. (Surtikanthi, Hertin, 2004).

2.2 Ciri Umum Phylum Platyhelminthes

Tubuh simetri bilateral; dinding tubuh terdiri atas 3 lapis yaitu ektodermis, mesodermis dan
endodermis; tubuh pipih dorso-ventral; tidak mempunyai ruas-ruas sejati.

Triploblastik aselomata

Sistem pencernaan tidak lengkap, terdiri atas mulut, rongga pencernaan yang bercabang atau tidak,
atau tidak ada; anus tidak ada.

Hermaprodit

Epidermis/ektodermis lunak dan bercilia pada Turbelaria, namun tertutup kutikula dan mempunyai
alat penghisap eksternal dan/atau kait pada Trematoda dan Cestoda.

Cara hidup: bebas (Turbellaria) dan parasit

Rangka, sistem peredaran darah dan pernapasan tidak ada; sistem ekskresi adalah protonephridia.

Sistem ekskresi: sel api atau solenosit (flame cell)

Lapisan otot tumbuh dengan baik; rongga tubuh tidak ada; rongga di antara dinding tubuh dan organ
dalam berisi mesenkhim (jaringan mesodermis).

Habitat: air tawar, air laut, tempat lembap, tubuh inang=siput air, babi, sapi, manusia (endoparasit)

Reproduksi seksual dan pada beberapa jenis aseksual; umumnya monoecious; pembuahan di dalam,
telur dibungkus sel kuning telur dan cangkang; telur menetas menjadi satu atau beberapa stadia
larva, atau perkembangan langsung. Reproduksi: aseksual (fragmentasi-Turbellaria) dan seksual
(fertilisasi internal)

Sistem pencernaan & sirkulasi: gastrovaskuler


Sistem syaraf terdiri atas sepasang ganglia anterior atau cincin syaraf yang berhubungan dengan 1-3
pasang benang syaraf longitudinal. Sistem saraf: tangga tali. (Kusnadi, 2014).

2.3 Cacing pipih

Cacing pipih adalah anggota filum Platyhelminthes. Contoh cacing pipih yang ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini.

Description: contoh Platyhelminthes

Sumber: http://www.biologisains.blogspot.com

Platyhelminthes. Platyhelminthes termasuk cacing pipih, cacing pita, dan cacing daun.

2.3.1 Struktur tubuh Cacing pipih

Cacing pipih jika diukur memiliki panjang berkisar yang berkisar dari sekitar 1 milimeter (0,04
inci) sampai lebih dari 20 meter (66 kaki). Cacing pipih memiliki tubuh datar karena mereka tidak
memiliki coelom atau bahkan pseudocoelom. Cacing pipih juga tidak memiliki sistem pernapasan.
Sebaliknya, sel-sel mereka melakukan pertukaran gas melalui difusi langsung dengan lingkungan.
Cacing pipih memiliki sistem pencernaan yang tidak lengkap. Cacing pipih mencerminkan beberapa
kemajuan evolusi besar dalam invertebrata. Mereka memiliki tiga lapisan sel embrio, termasuk
mesoderm. Lapisan mesoderm memungkinkan mereka untuk mengembangkan sistem organ.
Misalnya, Cacing pipih memiliki sistem otot dan ekskresi. Sistem otot memungkinkan mereka untuk
bergerak dari satu tempat ke tempat di atas permukaan padat. Sistem ekskresi memungkinkan
mereka menjaga keseimbangan air dan garam. Cacing pipih juga menunjukkan cephalization dan
simetri bilateral.

2.3.2 Cacing pipih Platyhelminthes

Cacing pipih bereproduksi secara seksual. Pada sebagian besar spesies, individu yang sama
menghasilkan telur dan sperma. Setelah terjadi pembuahan, telur dibuahi keluar dari tubuh orang
dewasa dan menetas menjadi larva. Mungkin ada beberapa tahap larva yang berbeda. Tahap larva
akhir berkembang menjadi bentuk dewasa, dan siklus hidup berulang.

2.3.3 Ekologi Cacing pipih

Baik cacing dan cacing pita adalah parasit dengan inang vertebrata, termasuk inang manusia.
Cacing hidup dalam sistem peredaran darah inang atau hati. Cacing pita hidup di sistem pencernaan
inang. Biasanya, lebih dari satu jenis inang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidup parasit.
Lihatlah siklus hidup cacing hati pada Gambar di bawah ini. Saat dewasa, kebetulan memiliki
sejumlah vertebrata. Saat larva, ia memiliki inang invertebrata. Jika Anda mengikuti siklus hidup,
Anda dapat melihat bagaimana masing-masing inang yang terinfeksi sehingga dapat melanjutkan
siklus hidupnya.

Description: siklus hidup cacing daun pada hati domba


Sumber: http://www.atlas.or

Siklus hidup cacing daun pada hati domba. Cacing daun memiliki siklus hidup yang rumit dengan dua
inang. Cacing pita dan cacing daun memiliki pengisap dan struktur lain untuk makan pada inang.
Cacing pita juga memiliki scolex, cincin kait di kepala mereka untuk menempelkan diri ke inang (lihat
Gambar di bawah). Tidak seperti invertebrata lainnya, cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem
pencernaan. Sebaliknya, mereka menyerap nutrisi langsung dari sistem pencernaan inang dengan
dengan pengisap mereka. (Purwanto, 2009).

Description: Pengisap dan Kait cacing pita.

Sumber: http://www.atlas.or

Pengisap dan Kait cacing pita. Cacing pita Pengisap dan Kait. Kepala cacing pita memiliki beberapa
pengisap. Di bagian paling atas kepala adalah mahkota kait disebut scolex. Tidak semua cacing
pipih adalah parasit. Beberapa juga karnivora yang hidup bebas. Mereka memakan invertebrata kecil
lainnya dan binatang yang membusuk. Sebagian besar spesies yang hidup bebas hidup di habitat air,
tetapi beberapa hidup di tanah yang lembab. (Purwanto, 2009).

2.4 Klasifikasi Plathyhelminthes

Platyhelminthes dalam sistem klasifikasi dibagi atas tiga kelas, yaitu turbellaria (cacing berambut
getar) trematoda ( cacing hisap) dan cestoda ( cacing pita).

2.4.1 Turbellaria

Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani: rabdit =
tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang
sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap, Hewan ini mempunyai kemampuan
yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya. Contoh spesies tulbelaria yaitu
palnaria (Dugesia tigrina) yang dapat ditemukan dikolam atau disungai, biasanya melekat pada batu
atau daun-daun yang terendam air. (Surtikanthi, Hertin, 2004).

Description: Turbellaria

Sumber: http://www.atlas.or

Cacing ini dipakai sebagai contoh karena pada umumnya mewakili anggota kelas Turbellaria.

2.4.1.1 Habitat

Hidup bebas di perairan air tawar yang jernih dan tidak mengalir, biasanya berlindung di
tempat-tempat yang teduh.

2.4.1.2 Struktur Tubuh

Description: https://lh5.googleusercontent.com/YlvKssW2rbGjxKiRQPOOHoqoI6Hmvcg-
mq24uzMb6CxROYJ3btMTpPhEr6-
x7ZCn0uJ53G2za0vOgypV3mbX56lgCT5pGAQqHHNj7FQb6vOmpTRHjnOq99fwKA
Sumber: http://belajarterusbiologi.blogspot.com

Tubuh pipih dorsoventral, bagian kepala berbentuk segitiga dengan tonjolan yang menyerupai
telinga, yang biasa disebut aurikel, bagian ekor meruncing. Panjang tubuh sekitar 5-25mm, bagian
tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap daripada warna tubuh sebelah ventral. Di tengah-tengah
bagian dorsal kepalanya terdapat bintik mata (berfungsi untuk membedakan gelap dan terang).
Dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor terdapat lubang mulut. Lubang mulut
berhubungan dengan kerongkongan yang dindingnya dilengkapi dengan otot daging sirkular dan
longitudinal. Kerongkongan dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur, kerongkongan
tersebut mirip belalai. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral terdapat zona adesif yang
menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan diri ke permukaan yang ditempelinya. Di
permukaan ventral ditutupi oleh rambut-rambut getar halus.

Dinding tubuh Planaria pada prinsipnya tersusun atas 4 lapisan jaringan, yaitu secara berturut-
turut dari luar ke dalam sebagai berikut: (1) lapisan epidermis, (2) lapisan kelenjar sub-epidermis, (3)
lapisan otot (musculus), (4) lapisan mesenchym (parenchyma).

2.4.1.3 Sistem Pencernaan Makanan

Saluran pencernaan terdiri atas mulut, faring, esofagus, dan usus halus (intestin). Lubang mulut
dilanjutkan oleh kantung yang berbentuk silindris memanjang dan disebut rongga mulut (rongga
faringeal). Esophagus merupakan persambungan dari faring yang langsung bermuara ke dalam usus.
Usus bercabang tiga, satu menuju ke anterior, sedangkan yang kedua lagi secara berjajar sebelah
menyebelah menuju ke arah posterior. Masing-masing cabang bercabang lagi ke arah lateral.
Percabangan ke arah lateral disebut devertikulata. Planaria sebagian besar bersifat karnivora.
Planaria memiliki kemoreseptor (terletak di kiri-kanan bagian anterior), sehingga memungkinkan
cacing ini bereaksi terhadap zat makanannya yang berupa rangsangan zat protein. Jika mangsa telah
disentuh, ujung anterior membelok dengan cepat ke arah mangsanya dan kemudian melingkarinya.
Dengan lendir yang diekskresikan oleh kelenjar mukosa dan rhabdibes mangsa dapat diikat erat.
Kemudian faring ditonjolkan keluar untuk mengambil mangsa dan segera ditarik kembali ke dalam
rongga mulut.

Makanan dicerna secara ekstrasel, kemudian sel-sel tertentu pada epitel usus dapat
membentuk pseudopodia dan mencerna mangsanya di dalam vakuola makanan ( pencernaan
intrasel). Sari-sari makanan diabsorpsi dan secara difusi masuk ke seluruh jaringan tubuh. Sisa-sisa
makanan yang tidak dicerna dikeluarkan kembali ke usus. Bilamana persediaan makanan telah habis,
ia akan memakan tubuhnya sendiri. Pertama ia akan mengorbankan organ reprodukstif, kemudian
sel-sel parenkim, otot, dan seterusnya. Sehingga tubuhnya berukuran kecil. Ketika ia mendapatkan
makanan, ia melakukan regenerasi pada masing-masing sel yang rusak.

2.4.1.4 Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi terdiri dari dua saluran longitudinal yang berbentuk seperti jala dan bercabang ke
seluruh bagian tubuh dan berakhir di sel api (protonephridia). Sel api adalah sel berbentuk
gelembung berisi seberkas silia dan terdapat lubang di bagian tengah gelembung itu. Sel api ini
berfungsi baik untuk ekskresi maupun pengaturan osmosis..sel api berlubang dan mengandung silia
yang berfungsi untuk mendorong air dan sisa metabolisme masuk ke dalam saluran ekskresi. Pada
masing-masing sisi tubuh Biasanya terdapat 1-4 buah pembuluh pengumpul yang membentang
longitudinal. Di bagian anterior pembuluh-pembuluh sisi longitudinal tersebut mengadakan
pertemuan, dihubungkan oleh pembuluh transversal sedikit agak di depan bintik mata. Di bagian
posterior pembuluh-pembuluh sisi tersebut masih terpisah. Di bagian permukaan dorsal daripada
tubuhnya, pembuluh-pembuluh sisi tersebut bermuara pada suatu pori-pori yang disebut
nephridiophor. Pada permukaan dorsal saluran induk mempunyai lubang ekskresi. Pengeluaran sisa
metabolism berlangsung selain melalui saluran ekskresi juga melalui lapisan gastrodermis.

Belum mempunyai organ respirasi sehingga pertukaran gas berlangsung secara difusi melalui
seluruh permukaan tubuhnya.

2.4.1.5 Sistem Syaraf

Susunan syaraf Planaria bila dibandingkan dengan susunan syaraf Coelenterata sudah lebih
maju, sebab pada Planaria ini sudah ditemukan sejumlah ganglion yang berfungsi sebagai pusat
susunan syaraf. Terdiri dari ganglion serebral, terletak di bagian kepala dan berfungsi sebagai otak.
Dari ganglion serebral ini keluarlah cabang-cabang urat syaraf secara radier menuju ke arah lateral,
anterior dan posterior. Cabang anterior menuju ke bagian bintik mata, cabang lateral menuju ke alat
indra kemoreseptor sedangkan cabang posterior terdiri dari satu pasang (kanan dan kiri) yang saling
bersejajar yang membentang di bagian ventral tubuh yang disebut tali syaraf.

2.4.1.6 Alat Indera

Alat indera berupa bintik mata dan indera aurikel yang keduanya terletak di bagian kepala.
Bintik mata merupakan titik hitam yang terletak di bagian dorsal dari kepala. Masing-masing bintik
mata terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi dengan sel-sel
syaraf sensoris yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik mata tersebut sekedar dapat membedakan
gelap dan terang saja.

Planaria bersifat photonegatif. Dari kenyataan bahwa bila Planaria dikenai cahaya pada salah
satu sisinya, maka cacing tersebut akan bergerak menjauhi cahaya. Aurikel merupakan indera rasa,
bau dan sentuhan. Jika aurikel tidak berfungsi, maka hewan tersebut tidak dapat mengetahui jenis
makanan kesukaannya.

2.4.1.7 Sistem Reproduksi

Planaria bersifat hermaphrodit, maka dalam tubuh seekor hewan tersebut terdapat alat
kelamin jantan dan alat kelamin betina. Adapun susunan alat kelamin tersebut adalah sebagai
berikut:

1.) Organ kelamin jantan terdiri atas:

1. Testis (berjumlah ratusan, berbentuk bulat selebar di sepanjang sisi kedua tubuh).

2. Vasa eferensia (merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh
lainnya yang lebih besar).
3. Vasa deferensia (merupakan pembuluh yang berjumlah dua buah yang masing-masing
membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara ke dalam suatu
kantung yang disebut vesiculus seminalis.

4. Vesicular seminalis (merupakan kantung yang berfungsi menampung sperma dan menyalurkan
sperma ke penis.

5. Penis, merupakan alat pentransfer ke tubuh atau kea lat kelamin Planaria yang lain pada waktu
mengadakan kopulasi dalam rangka mengadakan perkawinan silang. Penis ini bermuara ke dalam
ruang genetalis.

6. Ruang genetalis (yang waktu kopulasi menjulur keluar melalui poros genitalis.

2.) Organ kelamin betina terdiri atas :

1. Ovari berjumlah dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian anterior tubuh.

2. Oviduct (saluran telur) dari setiap ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah saluran
yang disebut oviduct atau aliran telur. Antara saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang
saling dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.

3. Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi sel telur bila telah
diproduksi oleh ovarium.

4. Vagina, merupakan saluran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari Planaria
lain, dimana spermatozoid yang telah ditransfer selanjutnya akan disimpan dalam ruangan yang
disebut receptaculus seminalis.

5. Uterus (receptaculus seminalis) merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung yang


berfungsi untuk menyimpan spermatozoid hasil transfer dari Planaria lain.

6. Genital atrium (ruang genitalis) merupakan muara bersama antara kedua buah saluran telur
(oviduct) yang telah disebut di atas. Planaria berkembangbiak dengan cara seksual maupun aseksual.

2.4.1.8 Regenerasi

Description: https://lh4.googleusercontent.com/OdkuaMGJjPAQcx0aCMGvpFPC-
_8RUfvJDipRxw6HxKE4PM5Fc8tHMaaYoyWBC6Wh-dW4ADVKSDulAhCj0-
W1lboASXXi01p1qYW_UGV_4x1UakX6Gf7h6dLcLA
Sumber: http://biologiklaten.wordpress.com

Daya generasinya sangat tinggi, bila hewan ini dipotong-potong maka bagian yang hilang akan
tumbuh kembali dan menjadi individu yang utuh seperti semula. (Rusyana, Adam. 2013)

2.5 Kelas Trematoda (Cacing Isap)

Trematoda merupakan Hewan yang memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung
anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih
kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetrisbilateral. Hampir semua anggota trematoda ini bersifat
parasit terhadap hewan Vertebrata, baik secara ekto maupun endoparasit. Tubuh tertutup oleh
suatu tegument yang Biasanya licin, tetapi kadang berduri. Hampir semua species memiliki satu atau
lebih batil hisap. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia kecuali fase larvanya. Tubuh
berbentuk seperti daun, dan dilengkapi dengan alat pengisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula.
Daur hidupnya ada yang secara langsung dan ada pula yang memerlukan dua atau lebih hospes,
salah satu hospesnya ialah siput. Di dalam hospes Vertebrata, cacing daun dewasa hidup di dalam
saluran pencernaan, di dalam saluran-saluran yang berhubungan dengan saluran pencernaan, di
dalam darah, paru-paru, kantung empedu, kantung kencing, dan oviduk atau di dalam hampir semua
organ tubuh. Biasanya parasit tersebut berada terbatas dalam lumen dalam selaput lendir dan
jaringan-jaringan selaput lendir dan epitel.

Pembuahan sendiri dan pembuahan silang dapat terjadi pada trematoda. Galur-galur yang
mengalami pembuahan sendiri kemungkinan merupakan penyesuaian diri terhadap lingkungan
khusus dimana terdapat sedikit siput, atau dimana terdapat kesulitan untuk dapat kontak dengan
siput misalnya, di dalam air arus deras.

Contoh: Fasciola hepatica (cacing hati)

Gambar Fasciola hepatica (cacing hati)

Description: https://lh4.googleusercontent.com/Q8Y_-
9HcM3PbY4zH87SehTF4YIadqgGXN_sYYu9nEdhYqTiIkBcIj9m6V37fo6ympyCFGirEzaD6Fms00rYBLo5
AS-J6pcbx9UlzyEsWdDpWnAjsVrSR3V9zCw
Sumber://www.biologipedia.com

2.5.1 Struktur Tubuh

Ukuran tubuh antara 8-13mm, bentuknya pipih (seperti daun), susunan tubuhnya tripoblastik.

2.5.1.1 Lapisan ektoderm

(tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi kutikula yang berfungsi
melindungi jaringan di bawahnya dan cairan hospes).

Lapisan endoderm

(mengandung sisik chitine dan sel-sel tunggal kelenjar. Ektoderm melapisi saluran pencernaan).

2.5.1.2 Lapisan mesoderm

(merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi dan saluran reproduksi).Di samping itu
terdapat jaringan parenkim yang mengisi rongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan.
Di dalam jaringan itu terdapat bermacam-macam organ misalnya, alat reproduksi. Di sekitar mulut
terdapat alat hisap (berfungsi sebagai alat penempel pada hospes). Alat hisap dilengkapi dengan
otot-otot yang tersusun atas tiga lapisan yaitu:

2.5.1.3 Lapisan luar melingkar

2.5.1.4 Lapisan tengah longitudinal

2.5.1.5 Lapisan dalam diagonal

2.5.1.6 Sistem Pencernaan Makanan

Sistem pencernaan makanan sederhana. Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring (saluran
pendek) esophagus, usus (terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior
sebelah-menyebelah dalam tubuh). Selanjutnya cabang utama itu akan bercabang lagi (cabang
tersebut disebut divertikulum, seperti pada Planaria). Tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan
makanan diedarkan oleh saluran pencernaan makanan itu sendiri.

2.5.2 Sistem Ekskresi

Yang khas pada semua cacing pipih, sistem protonefridial yang terdiri atas flame cells (flame bulbs)
dihubungkan oleh tubulus yang bersatu menjadi duktus yang lebih besar bermuara secara bebas
keluar tubuh atau bergabung dahulu menjadi suatu kandung kencing yang bermuara pada atau
dekat ujung posterior cacing. Flame cells atau duktus tidak hanya berfungsi untuk ekskresi, tetapi
juga untuk pengaturan air dan barangkali untuk menjaga agar cairan tubuh selalu bergerak. Duktus-
duktus atau tubulus-tubulus mengandung tonjolan-tonjolan kecil seperti jari, yang diduga
membantu reabsorpsi dengan peningkatan daerah permukaan internal.

2.5.3 Sistem Syaraf

Sistem syarafnya sama dengan sistem syaraf pada Planaria.

2.5.4 Sistem Reproduksi


Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap-tiap hewan dewasa. Alat kelamin jantan terdiri
atas: (1) sepasang testis sebagai pabrik sperma, (2) dua pembuluh vasa deferensia sebagai penyalur
sperma dari testis, (3) kantung vesiculum seminalis (4) saluran ejakulasi yang berakhir pada alat
kopulasi (5) penis.

Alat reproduksi betina terdiri atas: (1) saluran tunggal ovarium yang memproduksi telur, (2) saluran
oviduct yang menyalurkan telur ke ovari, (3) kelenjar pembungkus ovum yang dimana (4) saluran
vetelline atau saluran yolk yang menyalurkan globuli yolk yang berasal dari (5) kelenjar yolk atau
kelenjar vetelin. Setelah kelenjar pembungkus melengkapi kulit chitine, selanjutnya telur masuk ke
dalam (6) pembungkus yang disebut uterus.

Fasciola hepatica bersifat hermaprodit, dari setiap individu dapat menghasilkan ratusan ribu telur,
telur tersebut dikeluarkan ke usus dan keluar bersama-sama dengan feses. Telur bila sampai pada
tempat yang baik (basah) akan menetas menjadi miracidium. Miracidium ini bergerak dengan
silianya ke siput Lymnea dan masuk ke dalam tubuh siput (miracidium di luar tubuh siput tahan
hidup selama 8 jam). Mirasidium keluar dari telur di dalam usus siput. Berhubung siput senang
makan tinja, maka terdapat kesempatan luas untuk tertelannya telur cacing ke dalam usus siput.
Miracidium setelah dua minggu di dalam tubuh siput akan menjadi sporocyst yang menghasilkan
redia-redia yang mempunyai sebuah batil hisap yang telah berkembang sempurna dan sebuah usus
embrionik. Sebagian besar jaringan internal bersifat germinal, dan di dalam redia akan dihasilkan
cercaria-cercaria . Cercaria yang masak mempunyai dua batil hisap, usus yang bercabang dan
mempunyai alat gerak semacam ekor untuk menempel pada tumbuhan air/tumbuhan darat dekat
dengan tempat berair dalam bentuk metacercaria (mengkista). Selain itu mereka juga memiliki
berbagai macam sel-sel kelenjar, termasuk sel-sel penembus dan sitogenik. Sel sitogenik tersebut
berperanan di dalam pembentukan dinding sista metacercaria. Seperti mirasidia, cercaria mungkin
juga mempunyai bintik-bintik mata atau fotoreseptor yang mengandung sel-sel sensoris dan sel-sel
berisi pigmen. Metacercaria yang mengkista dapat termakan oleh ternak dan akan menjadi Fasciola
hepatica dewasa yang menetap di dalam hati. (Rusyana, Adun.2013).

Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica

Description:
https://lh4.googleusercontent.com/9AYmNdmo8_YE3rrekfEVgbENEx88aatdiKztQcqPrHsf7ZqZWZXA
DeoV1JU_UBdQtb6adzUeAt76m5fnbKQ2pszI2uc7TSs38hUjUiNPyVPMjR6aeXjLv_xmXQ
Sumber: http.biologisains.blogspot.com

Description:
https://lh6.googleusercontent.com/v44bXtdyOdREJnkONApP2SkhuZbcpueUAPd316K8uUc0gRAS4W
-IfXUAvmWjQGxyMZOL7fy3AG5M-NQ8sXc-UQUbbx-bbxgYpgz1Bk5_MzsJBuPgvfMCsgcZUw

Sumber: //www.biologiinvertebrata.com

2.6 Kelas Cestoda (Cacing Pita)

Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun
silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmen-segmen. Setiap segmennya
dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermaphrodit.

Contoh: Taenia solium, Taenia saginata, Taenia pisiformis, Echinococcus Granulosus.

Description:
https://lh4.googleusercontent.com/2S87EVCcU4unGROyw_MbMBNXlWMpmFhLRo77Tk6ASjExFkbe
mz8xE2Yuv51r2PtASF3BkUKajcPurk3XKRUa6yAzEjGFCsFmByPlum_vptJ3htHAC8dlntj67A

Gambar Taenia Solium

Sumber://http.biologiinver.co.id
2.6.1 Struktur Tubuh

Taenia merupakan cacing yang sangat Panjang yang terdiri atas: sebuah kepala bulat yang disebut
scolex, sejumlah ruas yang sama yang disebut proglottida. Pada kepala terdapat alat hisap dan jenis
Taenia solium mempunyai kait (rostellum). Di belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu
tumbuh yang akan menghasilkan proglottida baru yang mula-mula kecil tumbuh menjadi besar.
Panjang tubuh cacing pita mencapai 2 meter. Proglottida yang paling akhir merupakan proglottida
yang paling tua yang selalu melepaskan diri. Dalam proglottida tua terdapat sejumlah telur.

2.6.2 Sistem Pencernaan Makanan

Tubuh cacing pita disesuaikan dengan kehidupan parasit. Tidak mempunyai alat pencernaan
makanan, karena langsung menghisap zat makanan pada hospesnya.

2.6.3 Sistem Ekskresi

Saluran ekskresi memanjang dengan cabang-cabang yang berakhir dengan sel api.

2.6.4 Sistem Syaraf

Sistem syaraf seperti pada Planaria dan cacing hati, tapi tidak begitu berkembang baik.

2.6.5 Sistem Reproduksi

Description: https://lh3.googleusercontent.com/-vLLIRbJ-
xW_EcvGmlV8iupXkR00ic8fgzgHnGSUkmZhFKD6JevE20iBkQoBdFgyM4YXPJdSZAkbOH57enE0oZOo7j
U2aJpFyYGWkmMRLUVca1ezJ6UlDIWRzw Proglottida yang masak mengandung alat reproduksi
jantan yaitu: (1) testis yang menghasilkan spermatozoa, (2) vasa deferensia yang membawa ke (3)
lubang genital. Alat reproduksi betina yaitu: (1) ovari yang menghasilkan sel telur, (2) oviduct yang
merupakan penyalur sel telur, (3) kelenjar yolk (kuning telur yang membungkus sel telur), (4)
kelenjar pembungkus yang membungkus telur dan seterusnya masuk ke (5) uterus. Di dalam uterus
itulah akan terjadi fertilisasi atau pembuahan dengan spermatozoa, yang mungkin datang dari
proglottida yang sama. Setelah itu turun ke vagina. Proglottida yang telah masak dan tua yang
banyak mengandung sel telur yang telah dibuahi akan lepas dan keluar bersama-sama dengan feses
hospes. Telur yang mengandung embrio yang termakan oleh babi akan tumbuh menjadi larva yang
melobangi dinding usus terus mengikuti aliran darah menetap di daging menjadi kista, yang
selanjutnya menjadi Cysticercus. Bila daging tersebut dimakan masih mentah, maka Cysticercus
menjadi daging dewasa di dalam usus hospes baru.

You might also like