You are on page 1of 19

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan disajikan hasil dari pengumpulan data yang diperoleh pada

tanggal 21 April sampai 28 Mei 2016 di Yayasan Pendidikan Melati Ceria Kota

Palangka Raya. Penyajian hasil dan pembahasan dimulai dari data karakteristik

tempat penelitian, data umum tentang karakteristik responden yang meliputi usia

responden, jenis kelamin responden, pendidikan terakhir responden dan

pekerjaan responden serta data khusus meliputi dukungan keluarga dan

kemampuan interaksi sosial pada anak berkebutuhan khusus (autisme), serta

hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan interaksi sosial pada anak

berkebutuhan khusus (autisme) diwilayah kota Palangka Raya. Hasil

pengumpulan data tersebut kemudian dilakukan proses tabulasi.

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Gedung Yayasan Pendidikan Melati Ceria Tampak Depan

86
87

Gambar 4.2 Gedung Yayasan Pendidikan Melati Ceria Tampang Samping

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Pendidikan Melati Ceria (YPMC) Jl.

Bakti No. 5 RT.03 RW. IV Kel. Langkai Kecamatan Pahandut, Kota Palangka

Raya. Yayasan ini menangani peserta didik berkebutuhan khusus usia PAUD,

TK dan SD. Dengan ibu Lilis Lismaya, S.Pd.,M.Si sebagai ketua Yayasan

Pendidikan Melati Ceria dan ibu Novriyanti S.Pd sebagai kepala sekolah

Yayasan Pendidikan Melati Ceria. Selain menangani peserta didik Yayasan ini

juga menyediakan program terapi bagi anak berkebutuhan khusus yaitu terapi

Okupasi, Remedial dan Eksflorasi.

Melati Ceria berdiri pertama kali tahun 2003, namun sebelumnya tahun

2002 dengan nama TK Khusus yang merupakan bagian TKLB dari SLBN-2

Pembina Palangka Raya. TK Khusus ini didirikan oleh Ibu Lilis Lismaya, S.Pd.

karena adanya sejumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) usia dini yang tidak

bisa dilayani di SLBN 2 yang disebabkan lokasi terlalu jauh dari tempat tinggal

anak. TK Khusus pada awalnya menangani hanya 2 orang berusia 2 dan 3 tahun

yang memerlukan terapi bicara dan perilaku, sehingga bu Lilis hanya


88

memfungsikan TK Khusus menjadi semacam tempat privat les. Karena siswa

terus bertambah dan TK Khusus tidak bisa menampung, maka dibuat

kesepakatan kerja sama dengan TK Aisyiyah di jalan Rasak , untuk itu TK

Khusus mengambil tempat di salah satu kelas di TK Aisyiyah.

Tahun 2003 anak yang ditangani mengalami kemajuan dengan pesat baik

dalam kemampuan bicara maupun perilaku. Melalui pembicaraan dari mulut ke

mulut, masyarakat semakin tahu, muncullah sebutan Sekolah Ngomong

kepada TK Khusus. Sehingga murid terus bertambah menjadi 8 sampai 15

orang. Seiring dengan semakin banyaknya murid ABK (yang datang melalui

informasi dari mulut ke mulut), TK Khusus pada tahun 2003 menyewa tempat di

jalan Rangas No. 27 yang kemudian untuk selanjutnya menjadi tempat resmi

Melati Ceria beroperasi. Dengan bertambahnya murid ABK yang membutuhkan

penanganan khusus Bu Lilis mengalami kewalahan dalam penanganannya, dan

kemudian mencari dan merekrut guru pengajar yang sebelumnya dilatih dahulu

oleh Bu Lilis sendiri. Karena untuk menjadi seorang guru anak berkebutuhan

khusus harus mempunyai teknik khusus punya sifat sabar, ulet, dan selalu

melakukan inovasi pembelajaran, anak berkebutuhan khusus berbeda satu sama

lain. Pada akhirnya diperoleh 4 orang guru yang memenuhi persyaratan tersebut.

Pada Tahun 2006 Bu Lilis mempunyai inisiatif mendirikan sebuah

lembaga swasta, karena membutuhkan dana untuk menggaji guru-guru yang

direkrut. Atas persetujuan orang tua maka pada tanggal 10 Agustus 2006

berdirilah sebuah Lembaga Pendidikan Khusus (LPK) bernama Melati Ceria

dengan Akta Notaris R.A. Setiyo Hidayati, SH. Dan kemudian mendapat Ijin

Operasional dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya dengan No.
89

420/1000/TK-SD/03/IV/2007, tanggal 17 April 2007. Sejak berdiri sudah

banyak anak berkebutuhan khusus yang ditangani dengan jenis yang bermacam-

macam dan paling banyak anak autistik. Tiap bulan selalu ada murid baru, dan

setiap triwulan atau semester selalu ada anak yang mutasi karena orang tua

merasa anaknya sudah mampu masuk ke sekolah umum. Sehingga jumlah murid

yang pernah ditangani LPK Melati Ceriasampai bulan Maret 2009 ada 218

orang. Setiap bulan anak yang aktif ditangani berkisar 50-60 orang dengan

jumlah guru/terapis 20 orang.

Namun selain anak berkebutuhan khusus yang memerlukan Pendidikan

Khusus, ada beberapa anak di sekitar lokasi Melati Ceria yang juga memerlukan

Pendidikan Layanan Khusus. Sehingga sebagai upaya dalam menyatukan

penyelengaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, serta

untuk meningkatkan kredibilitas Lembaga, maka didirikan Yayasan Pendidikan

Melati Ceria (YPMC). Sehingga kemudian LPK Melati Ceria beroperasi

dibawah naungan YPMC. YPMC berdiri tahun 2008 (Akta Notaris R.A. Setiyo

Hidayati, SH. , MH. Nomor 74 Tanggal 31 Maret 2008).

Sejak YPMC berdiri LPK Melati Ceria memfokuskan diri dalam

pelayanan anak berkebutuhan khusus usia dini (pra sekolah) dan juga melayani

pendidikan layanan khusus bagi anak-anak yang membutuhkan seperti anak

pengungsi, anak putus sekolah, anak yang terkena narkoba, dll. Sedangkan bagi

anak berkebutuhan khusus usia dini (pra sekolah/TK) dan usia sekolah (SD)

dilayani oleh Sekolah Khusus Melati Ceria yang mendapatkan Ijin

Operasional Nomor : 420/4826/TK-SD&SLB/VI/2009 pada tanggal 29 Juni

2009.
90

Visi dan Misi Yayasan Pendidikan Melati Ceria

Visi

Terwujudnya Sekolah Khusus yang Berkarakter Bangsa

Misi

1. Menciptakan peserta didik yang berakhlak mulia berdasarkan iman dan

taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Menciptakan peserta didik yang kreatif dan mandiri sesuai dengan

kemampuan peserta didik

3. Menumbuh kembang semangat keunggulan peserta didik, guru dan

karyawan sehingga berkemauan kuat untuk terus maju

4. Menciptakan disiplin dalam lingkungan sekolah

5. Menumbuhkan semangat cinta tanah air/ peduli bangsa dan peduli

sesama peserta didik

6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran.

4.1.2 Data Umum

Adapun data umum yang merupakan karaktersitik dari subjek penelitian

berjumlah 30 orang keluarga anak berkebutuhan khusus (autisme) yang telah

menjadi responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir serta

pekerjaan.
91

4.1.2.1 Responden Menurut Usia

Karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagaimana yang

terlihat dibawah ini.

Usia Responden
37% 13%
dari 11 dari 4
Responden Responden

17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun

50%
dari 15
Responden

Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Usia di Yayasan Pendidikan


Melati Ceria Kota Palangka Raya pada tahun 2016.
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

terbanyak adalah 15 responden (50%) yaitu berusia 26-35 tahun, usia 36-45

tahun berjumlah 11 responden (37%) dan yang berusia 17-25 tahun berjumlah 4

responden (13%).
92

4.1.2.2 Responden Menurut Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagaimana yang

terlihat dibawah ini.

57% Jenis Kelamin


dari 17 43%
Responden dari 13
Responden

laki-laki
perempuan

Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin di Yayasan


Pendidikan Melati Ceria Kota Palangka Raya pada tahun 2016.

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

terbanyak adalah 17 responden (57%) yaitu yang berjenis kelamin perempuan

dan 13 responden (43%) berjenis kelamin laki-laki.


93

4.1.2.3 Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagaimana yang

terlihat dibawah ini.

7%
Dari 2
Pendidikan Terakhir
0%
Dari 0 Responden
27%
Persen
Dari 8
Responden

SD
SMP
SMA
67% PERGURUAN TINGGI
Dari 20
Responden

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan Terakhir di


Yayasan Pendidikan Melati Ceria Kota Palangka Raya pada tahun
2016.

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

terbanyak adalah 20 responden (67%) yaitu perguruan tinggi, 8 responden (27%)

pendidikan terakhir SMA, 2 responden (6%) pendidikan terakhir SMP dan tidak

ada responden yang berpendidikan terakhir SD.


94

4.1.2.4 Responden Menurut Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagaimana yang

terlihat dibawah ini.

17% Pekerjaan
dari 5
10% Responden
dari 3
responden

PNS
SWASTA
PELAJAR
IBU RUMAH TANGGA
23% 50%
dari 7 dari 15
responden responden

Diagram 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan di Yayasan


Pendidikan Melati Ceria Kota Palangka Raya pada tahun 2016.

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

terbanyak adalah 15 responden (50%) yaitu bekerja sebagai PNS, 7 responden

(23%) bekerja sebagai swasta, 5 responden (17%) sebagai ibu rumah tangga dan

3 responden (10%) yaitu masih pelajar.

4.1.3 Data Khusus

4.1.3.1 Distribusi Frekuensi Tabulasi Berdasarkan Dukungan Keluarga pada

anak berkebutuhan khusus (autisme) diwilayah kota Palangka Raya.

Berikut adalah karakteristik distribusi frekuensi penelitian berdasarkan

dukungan keluarga pada anak berkebutuhan khusus (autisme) di Wilayah kota

Palangka Raya.
95

Tabel 4.1 Frekuensi tabulasi dukungan keluarga pada anak berkebutuhan kusus
(autisme) di wilayah kota Palangka Raya.

Frequency Percent Valid Cumulative SIGNATURE


Percen Percent
t
Baik 23 76,7 76,7 76,7 0,001
Valid Cukup 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Berdasarkan hasil karakteristik distribusi frekuensi dukungan keluarga

diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden, keluarga memberikan dukungan

baik sebanyak 23 (76,7%) responden dan keluarga memberikan dukungan

cukup sebanyak 7 (23,3%) responden.

4.1.3.2 Distribusi Frekuensi Tabulasi Berdasarkan Interaksi Sosial pada anak

berkebutuhan khusus (autisme) diwilayah kota Palangka Raya.

Berikut adalah karakteristik distribusi frekuensi penelitian berdasarkan

interaksi sosial pada anak berkebutuhan khusus (autisme) di Wilayah kota

Palangka Raya.

Tabel 4.2 Frekuensi tabulasi interaksi sosial pada anak berkebutuhan kusus
(autisme) di wilayah kota Palangka Raya.

Frequency Percent Valid Cumulative SIGNATURE


Percent Percent
baik 3 10,0 10,0 10,0
cukup 20 66,7 66,7 76,7 0,001
Valid
kurang 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Berdasarkan hasil karakteristik distribusi frekuensi interaksi sosial diatas

menunjukkan bahwa dari 30 responden, interaksi sosial baik sebanyak 3


96

(10,0%), interaksi sosial cukup sebanyak 20 (66,7%) dan interaksi kurang 7

(23,3 %).

4.1.3.3 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Interaksi


Sosial Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) Di Wilayah Kota
Palangka Raya.
Tabel 4.3 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan
Interaksi Sosial Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) Di
Wilayah Kota Palangka Raya.

Dukungan Interasi
Keluarga Sosial
Correlation
1,000 ,586**
Dukungan Coefficient
Keluarga Sig. (2-tailed) . ,001
Spearman's N 30 30
rho Correlation
,586** 1,000
Coefficient
InteraksiSosial
Sig. (2-tailed) ,001 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan Uji Spearmans tho, diketahui bahwa hasil

penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden di Yayasan Pendidikan

Melati Ceria kota Palangka Raya pada tahun 2016 menunjukkan p-value 0,001

<0,05, yaitu bila p-value 0,05 maka H1 diterima dapat dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kemampuan interaksi sosial

pada anak berkebutuhan khusus (autisme) di wilayah kota Palangka Raya,

karena nilai r correlation coefficient yaitu 0, 586** dimana nilai tersebut

memiliki hubungan yang erat dan sejalan antara dukungan keluarga dengan

kemampuan interaksi sosial pada anak berkebutuhan khusus (autisme).

Dikatakan sejalan antara dukungan keluarga dengan kemampuan interaksi sosial


97

(autisme) karena semakin baik dukungan keluarga maka akan semakin baik pula

kemampuan interaksi sosial pada anak berkebutuhan khusus (autisme).

4.1.3.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Anak Berkebutuhan Khusus
(Autisme) Di Wilayah Kota Palangka Raya.

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan


Interaksi Sosial Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) Di
Wilayah Kota Palangka Raya.

Kategori INTERAKSI SOSIAL


Dukungan N BAIK N CUKUP N KURANG JUMLAH %
Keluarga
BAIK 3 13 % 18 78,3 % 2 8,7 % 23 76,7
%
CUKUP 0 0% 2 28,6 % 5 71,4 % 7 23,3
%
TOTAL 30 100
%

Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas, menunjukkan bahwa dukungan

keluarga baik dengan kemampuan interaksi sosial baik 3 (13%), interaksi sosial

cukup 18 (78,3 %), interaksi sosial kurang 2 (8,7%). Sedangkan dengan

dukungan keluarga cukup dengan kemampuan interaksi sosial baik 0 (0%),

cukup 2 (28,6%) dan kurang 5 (71,4%).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Identifikasi Dukungan Keluarga pada Anak Berkebutuhan Khusus

(Autisme) di Wilayah Kota Palangka Raya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, keluarga

memberikan dukungan baik sebanyak 23 (76,7%) responden dan keluarga

memberikan dukungan cukup sebanyak 7 (23,3%) responden. Hasil penelitian


98

ini juga menunjukkan bahwa keluarga anak berkebutuhan khusus (autisme)

lebih banyak memberikan dukungan baik dibandingkan memberi dukungan yang

cukup dan kurang.

Berdasarkan usia responden 17-25 tahun yaitu keluarga memberikan

dukungan baik sebanyak 2 ( 50%) responden, cukup 2 (50%) responden, usia

26-25 tahun keluarga memberikan dukungan baik sebanyak 11 (73,3%)

responden, cukup 4 (26,7%) responden dan usia 36-45 tahun keluarga

memberikan dukungan baik sebanyak 10 (90,9 %) responden, cukup 1 (9,1 %)

responden. Berdasarkan pendidikan terakhir SMP dukungan keluarga baik

berjumlah 2 (100%) responden, dukungan keluarga cukup 0 (0%), pada jenjang

SMA dukungan keluarga baik berjumlah 6 (75%) responden, dukungan keluarga

cukup 2 (25%) responden dan pada jenjang perguruan tinggi dukungan keluarga

baik 15 (75%) responden, dukungan keluarga cukup 5 (25%) responden.

Berdasarkan pekerjaan lingkungan formal keluarga memberikan dukungan baik

sebanyak 12 (80%) responden, dukungan cukup 3 (20%) responden, pada

pekerjaan dengan swasta keluarga memberikan dukungan baik sebanyak 4

(57,1%) responden, cukup 3 (42,9%) responden, pada pelajar keluarga

memberikan dukungan baik sebanyak 2 (66,7%) responden, cukup 1 (33,3%)

responden, pada pekerjaan dengan ibu rumah tangga keluarga memberikan

dukungan baik sebanyak 5 (100%) responden, cukup 0 (0%).

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Friedman (1998) dalam Yuzri

Sidik (2014: 7) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan


99

bantuan jika diperlukan. Jenis dukungan keluarga terdapat 5 (lima) komponen

yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan emosional dan dukungan sosial. Menurut Purnawan (2008; 72) faktor-

faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yaitu: faktor Internal yang

meliputi: tahap perkembangan (usia), pendidikan atau tingkat pengetahuan,

faktor emosi, spritual dan faktor eksternal yang meliputi; praktik di keluarga,

faktor sosial ekonomi (variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan,

gaya hidup dan pekerjaan) serta latar belakang budaya.

Berdasarkan analisis peneliti dari hasil penelitian dan teori di atas bahwa

tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta. Dukungan keluarga yang diberikan

berdasarkan pemahaman masing-masing yaitu berupa dukungan informasi

dimana keluarga berusaha mencari informasi tentang permasalahan yang di

alami anggota keluarga, dukungan instrumental berupa pemenuhan fisiologis

secara penuh kepada anak, dukungan emosional berupa peningkatan rasa

percaya diri anak ketika melakukan interaksi sosial, dukungan penilaian berupa

keterlibatan anak dalam setiap keputusan serta tindakan yang dilakukan dan

dukungan sosial berupa kebebasan anak dalam melakukan interaksi sosial

tentunya hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan anak

autis khususnya dalam hal interaksi sosial. Dukungan keluarga juga dapat

dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan pendidikan terakhir. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, berdasarkann usia keluarga yang memberikan dukungan

lebih besar yaitu usia 26-35 tahun hal ini menunjukkan pada usia tersebut

memiliki usia yang cukup matang serta waktu yang cukup banyak untuk

mengasuh dan merawat anggota keluarga yang sakit atau berkebutuhan khusus
100

(autisme). Berdasarkan jenjang pendidikan keluarga yang memberikan

dukungan lebih besar yaitu keluarga dengan jenjang pendidikan perguruan tinggi

hal ini membuktikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

(baik formal maupun non formal) berlangsung seumur hidup. Berdasarkan

pekerjaan keluarga memberikan dukungan lebih besar yaitu pada lingkungan

pekerjaan formal, hal ini membuktikan bahwa lingkungan pekerjaan membuat

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

4.2.2 Identifikasi Kemampuan Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus


(Autisme) di Wilayah Kota Palangka Raya

Berdasarkan hasil karakteristik distribusi frekuensi interaksi sosial diatas

menunjukkan bahwa dari 30 responden, interaksi sosial baik sebanyak 3

(10,0%), interaksi sosial cukup sebanyak 20 (66,7%) dan interaksi kurang 7

(23,3 %). Hasil penelitian ini juga menunjukkan dari beberapa anak

berkebutuhan khusus (autisme) tingkat interaksi sosialnya lebih banyak

mengalami interaksi sosial cukup dibandingkan dengan interaksi sosial baik dan

kurang.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Fitriayah dan Jauhar (2014:

231), interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang

dinamis. Hubungan sosial berupa hubungan antar individu yang satu dengan

individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun

antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana

simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya di berikan kepadanya
101

oleh mereka yang menggunakannya. Sedangkan menurut Yunowo (2012: 71)

Interaksi sosial merupakan kesulitan yang nyata bagi anak autistik untuk

melakukan transaksi sosial dengan lingkungannya. Anak autistik kurang dapat

mempertahankan kontak, dingin terhadap ekspresi, sulit untuk terlibat dalam

ekspresi emosional, membaca ekspresi muka ibunya dan menafsirkannya nilai

hubungan emosional. Dimensi perkembangan sosial memiliki signifikansi yang

luar biasa dalam dunia autistik.

Berdasarkan analisis diatas, menurut peneliti tidak ada kesenjangan antara

fakta dan teori. Pada hasil penelitian ini ditemukan bahwa anak autis lebih

banyak memilki interaksi sosial cukup dan kurang dibandingkan dengan

interaksi sosial baik hal ini membuktikan bahwa interaksi sosial merupakan

kesulitan yang nyata bagi anak autistik. Anak autistik memilki minat yang

sangat terbatas pada lingkungan sosial dimana mereka lebih tertarik dengan

benda-benda mati di lingkungannya.

4.2.3 Identifikasi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan

Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) di Wilayah Kota

Palangka Raya

Berdasarkan hasil perhitungan Uji Spearmans tho, dengan tingkat

kemaknaan < 0,05 di atas menunjukkan bahwa semakin baik dukungan

keluarga maka semakin baik pula kemampuan interaksi sosial pada anak

berkebutuhan khusus (autisme). Dari hasil perhitungan Uji Spearman Rank

correlation (Rho) diketahui bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30

orang responden di Yayasan Pendidikan Melati Ceria kota Palangka Raya pada

tahun 2016 menunjukkan p-value 0,001 <0,05 maka H0 ditolak dan artinya H1
102

diterima artinya ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan

interaksi sosial pada anak brkebutuhan khusus (autisme) di Wilayah Kota

Palangka Raya. Berdasarkan tabel tabulasi silang, menunjukkan bahwa

dukungan keluarga baik dengan kemampuan interaksi sosial baik 3 (13%),

interaksi sosial cukup 18 (78,3 %), interaksi sosial kurang 2 (8,7%). Sedangkan

dengan dukungan keluarga cukup dengan kemampuan interaksi sosial baik 0

(0%), cukup 2 (28,6%) dan kurang 5 (71,4%).

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Friedman (1998) dalam

Akhmadi (2009: 60) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

orang tua terhadap anggota keluarga lain. Anggota keluarga dalam menghadapi

keadaan yang berada diluar harapan yang menjadi stressor bagi keluarga melalui

proses tertentu akan memungkinkan keluarga itu untuk bertahan dan beradaptasi

dengan baik hingga menjadi sebuah keluarga yang relisien. Sedangkan menurut

Walgiti, B (2001) dalam Nasir (2009: 91), interaksi sosial adalah hubungan

antar individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi yang

lainnya atau sebaliknya, jadi pendapat hubungan yang saling timbal balik.

Interaksi sosial merupakan kesulitan yang nyata bagi anak autistik untuk

melakukan transaksi sosial dengan lingkungannya. Dimensi perkembangan

sosial memiliki signifikansi yang luar biasa dalam dunia autistik. Dalam dimensi

ini jelas sekali bagaimana level perkembangan sosial anak autistik

mempengaruhi aspek dalam belajar dan perilaku. Hal ini bukanlah merupakan

sesuatu kekurangan sederhana yang menghalangi bagi mereka untuk menjadi

sociable, tetapi pada keadaan ini pada umumnya mereka semakin terhalangi

dalam proses transaksi sosial, dimana merupakan kerangka untuk memandang


103

dunia yang ada. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeanny

Ekawati (2010) yang mengatakan bahwa hal pertama yang mendukung

perkembangan interaksi sosial anak berkebutuhan khusus (autisme) adalah

penerimaan dari orangtua (acceptance). Adanya penerimaan dari orangtua akan

memberikan kesempatan untuk anak agar dapat mengembangkan dirinya dan

begitu juga dengan kemampuannya untuk menjalin interaksi sosial. Kedua

adalah adanya dukungan sosial. Dukungan sosial yang diberikan berupa

instrumental, informative, maupun appraisal. Dengan adanya dukungan sosial

dari lingkungan, maka anak mendapatkan dukungan dan keberanian untuk

mengembangkan kemampuannya, termasuk dalam meakukan interaksi sosial.

Berdasarkan hasil analisis peneliti tidak ada kesenjangan antara fakta dan

teori hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan dukungan

keluarga baik dengan kemampuan interaksi sosial baik sebanyak 3, interaksi

sosial cukup 18, dan interaksi sosial kurang 2 sedangkan pada dukungan

keluarga cukup dengan kemampuan interaksi sosial baik 0, interaksi sosial

cukup 2 dan interaksi sosial kurang 5. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

semakin besar dukungan keluarga maka semakin baik pula interaksi sosial anak

berkebutuhan khusus (autisme), hal ini karena keluarga mendukung setiap

interaksi yang dilakukan anak berkebutuhan khusus (autisme).

4.3 Keterbatasan Peneliti

Dalam melakukan penelitian ini peneliti masih menemukan berbagai

keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah

4.3.1 Ketersediaan waktu responden dalam mengisi lembar kuisioner sangat

terbatas karena sebagian besar responden bekerja.


104

4.3.2 Alat ukur yang digunakan masih berupa kuisioner sehingga hasilnya

masih kurang objektif dan tergantung dari subjektifitas berupa kejujuran

responden dalam mengisi kuisioner.

You might also like

  • Bab 5
    Bab 5
    Document3 pages
    Bab 5
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • PEMBATAS
    PEMBATAS
    Document8 pages
    PEMBATAS
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Dafrar Pustaka
    Dafrar Pustaka
    Document4 pages
    Dafrar Pustaka
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 2
    Bab 2
    Document60 pages
    Bab 2
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 2
    Bab 2
    Document60 pages
    Bab 2
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document5 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 3
    Bab 3
    Document20 pages
    Bab 3
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document28 pages
    Bab I
    Agustriati Muniz
    0% (1)
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Lam - Lembar Konsul
    Lam - Lembar Konsul
    Document1 page
    Lam - Lembar Konsul
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bagian Depan
    Bagian Depan
    Document18 pages
    Bagian Depan
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document19 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
    Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
    Document8 pages
    Konsep Dasar Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Out 2
    Out 2
    Document9 pages
    Out 2
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Stress Dan Adaptasi
    Stress Dan Adaptasi
    Document13 pages
    Stress Dan Adaptasi
    dwita
    No ratings yet
  • Out 3
    Out 3
    Document10 pages
    Out 3
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • LP Ruptur Tendon
    LP Ruptur Tendon
    Document8 pages
    LP Ruptur Tendon
    Ruben Suciono
    No ratings yet
  • Tugas
    Tugas
    Document8 pages
    Tugas
    Ruben Suciono
    No ratings yet
  • Out 1
    Out 1
    Document9 pages
    Out 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document5 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document22 pages
    Bab 1
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • BAB 3 Maria
    BAB 3 Maria
    Document12 pages
    BAB 3 Maria
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Faringitis Kel 3
    Faringitis Kel 3
    Document10 pages
    Faringitis Kel 3
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Pembahasan (Isi)
    Pembahasan (Isi)
    Document15 pages
    Pembahasan (Isi)
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Tugas
    Tugas
    Document15 pages
    Tugas
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
    Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
    Document11 pages
    Suhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
    Agustriati Muniz
    No ratings yet
  • Askep Penyakit Jantung Bawaan
    Askep Penyakit Jantung Bawaan
    Document8 pages
    Askep Penyakit Jantung Bawaan
    Agustriati Muniz
    No ratings yet