You are on page 1of 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER

SINISTRA DI RSUD SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan


Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh:

Wahyu Ferianto

J 100 100 066

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

1
PENGESAHAN
NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER


SINISTRA DI RSUD SRAGEN

Disusun oleh :

Wahyu Ferianto

J 100 100 066

Pembimbing

Totok Budi Santoso, SSt. FT, MPH

2
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER
SINISTRA DI RSUD SRAGEN
( Wahyu Ferianto, 2013, 74 halaman )

Abstrak
Latar Belakang : Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan keterbatasan
gerak pada sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali penyebabnya. Frozen shoulder
menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu menjadi mengkerut dan membentuk
jaringan parut.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi Short Wave Diathermy
dan TENS terhadap nyeri, Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi
manipulasi terhadap luas gerak sendi bahu, Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas
pemberian terapi latihan yang berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan
hold relax pada kasus Frozen Shoulder.
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian awal, nyeri diam T1 : 0
menjadi T6 : 0, nyeri tekan T1 : 3 menjadi T6 : i, nyeri gerak T1 : 5 menjadi T6 : 3, kekuatan
otot fleksi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, ekstensi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, abduksi T1 : 2 menjadi T6 :
3, adduksi T1 - T6 : 4, eksorotasi T1-T6 : 3, endorotasi T1: 3 menjadi T6 : 4, kemampuan
fungsional T1 : 3,6 menjadi T6 : 2,6, lingkup gerak sendi T1 : S ( 45-0-150 ) menjadi T6 :
S ( 50-0-160 ), T1 : F ( 95-0-38 ) menjadi T6 : ( 100-0- 40 ), T1 : T ( 20-0-110 )
menjadi T6 : ( 24-0-115 )
Kesimpulan : SWD, TENS, Terapi Manipulasi dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri,
meningkatakn kekuatan otot, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan meningkatkan
kemampuan fungsional.
Kata kunci : Frozen Shoulder, SWD (Short Wave Diathermy), TENS, Terapi Manipulasi,
Terapi Latihan (TL).

3
MANAGEMENT PHYSIOTHERAPY IN THE CASE OF FROZEN SHOULDER IN
RSUD SRAGEN
( Wahyu Ferianto, 2013, 74 pages)

Abstract
Background : Frozen shoulder is a condition range of motion in the shoulder joint that often
occurs with no identifiable cause. Frozen shoulder causes the joint capsule that surrounds the
shoulder joint to contact and form scar tissue.
Aims of research : Result : After therapy for about six times the obtain result of the
assesment of pain in silence pain T1 : 0 to T6 : 0, tenderness T1 : 3 to T6 : 1, motion pain T1
: 5 to T6 : 3. Muscle strength fleksor T1 : 3 to T6 : 4, exstensor T1 : 3 to T6 : 4, abduktor T1 :
2 to T6 ; 3, adductor T1-T6 : keep 4, exsorotator T1-T6 : keep 3, endorotator T1 : 3 to T6 : 4.
Functional ability T1 : 3,6 to T6 : 2, 6. Range of motion T1 : S ( 65-0-150 ) to T6 : S ( 70-
0-160 ), T1 : F ( 95-0-38 ) to T6 : ( 100-0- 40 ), T1 : T ( 110-0-55 ) to T6 : ( 115-0-
60 )
Conclusion : SWD, TENS, Exercise Therapy can reduce pain, improve muscle strenght,
increas rang of motion, improve functional ability.
Key words : Frozen Shoulder, Short Wave Diathermy (SWD), TENS, Exercise Therapy ( TL
).

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit ini biasanya timbul pada saat bangun tidur pada pagi hari. Penderita
tidak sanggup menggosok gigi dan menyisir rambut karena pergelangan bahunya
terasa sakit bila diangkat atau digerakkan. Bila tidak diobati tentu akan membatasi
gerakan bahu dan bila penyakit menahun maka perlu dilakukan tindakan operasi
(Abidin, 2005).

Pada kasus frozen shoulder, fisioterapi berperan untuk mengurangi nyeri,


mencegah kekakuan / keterbatasan sendi lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot
sekitar bahu, dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional pasien.

Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk memberikan terapi pada kasus ini
adalah short wave diathermy, micro wave diathermy, terapi latihan, infra red,
transcutaneous electrical nerve stimulation, dan terapi manipulasi.

Berdasarkan bahasan di atas, penulis memilih judul Penatalaksanaan


Fisioterapi pada Penderita Frozen Shoulder Sinistra. Penatalaksanaan fisioterapi
tersebut berupa short wave diathermy, TENS, terapi manipulasi, dan terapi latihan
dengan alasan karena pada kasus ini terdapat keluhan berupa nyeri, keterbatasan LGS,
serta penurunan kekuatan otot sekitar bahu dan kemampuan fungsional sendi bahu.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, dapat diperoleh rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana short wave diathermy dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada
penderita frozen shoulder ?
2. Bagaimana TENS dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita frozen
shoulder ?
3. Bagaimana pemberian terapi manipulasi dapat meningkatkan luas gerak sendi bahu
pada penderita frozen shoulder ?

5
4. Bagaimana pemberian terapi latihan berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger
ladder, dan hold relax dapat meningkatkan luas gerak sendi dan kekuatan otot sekitar
bahu dan kemampuan fungsional sendi bahu pada penderita frozen shoulder ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi short wave diathermy dan
TENS terhadap nyeri pada penderita frozen shoulder.
2. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi manipulasi terhadap luas
gerak sendi bahu pada penderita frozen shoulder.
3. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi latihan yang berupa
shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan hold relax pada penderita
frozen shoulder.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI KASUS
1. Frozen shoulder
a. Definisi
Frozen shoulder adalah istilah yang merupakan wadah untuk semua gangguan pada
sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan lingkup gerak. Pembatasan
lingkup gerak sendi bahu akibat gangguan miofasial sering dimasukkan dalam frozen
shoulder. Dalam wadah tersebut ditampung juga bursitis subacromialis, tendinitis
subscapularis, tendinitis bicipitalis, yang sebenarnya lebih tepat bila digolongkan ke
dalam kelompok periartritis humeroscapularis (Sidharta, 1983).
b. Etiologi
Menurut Cluett (2007), frozen shoulder sering terjadi tanpa didahului cedera atau
penyebab yang nyata. Ada pasien yang mengalami frozen shoulder setelah trauma
shoulder, tetapi ini bukan penyebab yang lazim. Faktor etiologi frozen shoulder
antara lain :

Usia dan jenis kelamin


Frozen shoulder paling sering terjadi pada orang yang berusia antara 4060 tahun dan
biasanya wanita lebih banyak daripada pria.

Gangguan endokrin
Penderita diabetes militus berisiko tinggi mengalami frozen shoulder. Gangguan
endokrin yang lain misalnya masalah thyroid dapat juga mencetuskan kondisi ini.

Trauma sendi bahu


Pasien yang mengalami cedera atau menjalani operasi pada bahu dan disertai
imobilisasi sendi bahu dalam waktu lama akan berisiko tinggi mengalami frozen
shoulder.

c. Patologi
Frozen shoulder dapat berawal dari tendinitis supraspinatus / bicipitalis atau bursitis
subacromialis. Apabila gangguan-gangguan tersebut tidak diobati dan gerakan sendi
bahu yang menimbulkan nyeri tidak pernah dilatih, maka lama-kelamaan akan terjadi
perlekatan (Sidharta, 1983).

7
Frozen shoulder terdiri dari 3 fase yaitu : the freezing (painful phase), the frozen (stiff
phase), dan the thawing (recovery phase)

a. Fase I _ the freezing (painful phase)


Gejala awal biasanya nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Nyerinya khas yaitu
memburuk pada malam hari dan saat tidur dipengaruhi oleh posisi miring ke sisi sakit.
Fase I akan berakhir dalam 2-9 bulan (Patient UK, 2006).

b. Fase II _ the frozen (stiff phase)


Pada fase ini derajat nyeri berkurang tapi kekakuan dan keterbatasan gerak masih
tersisa dan dapat memburuk. Semua gerakan bahu dipengaruhi oleh timbulnya nyeri,
tapi gerakan yang paling berat adalah gerak eksorotasi. Otot sekitar bahu akan
menurun kekuatan ototnya karena tidak digunakan. Fase II akan berakhir dalam 4-12
bulan (Patient UK, 2006).

c. Fase III _ the thawing (recovery phase)


Pada fase ini derajat kekakuan berkurang dan kemampuan gerak kembali normal atau
mendekati normal. Fase III akan berakhir dalam 5 24 bulan (Patient UK, 2006).

8
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

Pasien bernama Ny. S, berumur (62 tahun), jenis kelamin (perempuan), alamat (Babat
Ngawi), agama (Islam). Pada awal bulan Februari 2013, pasien mengelami kecelakaan
jatuh dari sepeda motor, saat itu pasien membonceng. Pasien jatuh dengan posisi miring
kekiri sehingga tangan pasien tertindih badan pasien, tetapi tangan pasien tidak
mengalami retak ataupun patah. Kemudian pasien dibawa ke RSUD Sragen untuk berobat
dan pasien diberi obat rawat jalan. Setelah itu pasien dianjurkan untuk melakukan terapi
di poli fisioterapi RSUD Sragen. Pasien mulai terapi tanggal 21 Februari 2013 sampai
saat ini. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan diagnosa fisioterapi sebagai berikut:

Impairment : - adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada bahu kiri

- penurunan kekuatan otot pada bahu kiri

- ada keterbatasan LGS bahu kiri

- penurunan kemampuan fungsional

Functional Limitation : terjadinya gangguan aktifitas fungsional

Disability : keterbatasan aktifitas sehari hari

Pasien bernama Ny. S berusia 62 tahun dengan diagnosa frozen shoulder


sinistra akibat post trauma mengalami nyeri pada bahu sebelah kiri, adanya
keterbatasan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, penurunan nilai kekuatan otot
bahu sebelah kiri, dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional bahu sebelah kiri.
Pasien telah menjalani program fisioterapi berupa pemberian SWD, TENS, dan terapi
latihan sebanyak enam kali terapi diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri
bahu sebelah kiri, peningkatan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, peningkatan
kekuatan otot bahu sebelah kiri, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional
bahu sebelah kiri.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Hasil yang diperoleh penulis seteleh 6 kali terapi adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi nyeri dengan VAS


2. Evaluasi LGS dengan goniometer
3. Evaluasi kekuatan otot dengan MMT
4. Evaluasi kemampuan fungsional

Evaluasi nyeri dengan VDS

Jenis nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri diam 0 0 0 0 0 0 0
Nyeri tekan 3 3 3 2 2 1 1
Nyeri gerak 5 5 4 4 4 3 3

Evaluasi LGS dengan goniometer

Bidang Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sagital Ekstensi- 45-0- 45-0- 48-0- 48-0- 48-0- 49-0- 50-0-


fleksi 150 150 155 153 153 160 160
Abduksi- 95-0- 95-0- 98-0- 98-0- 98-0- 99-0- 100-0-
Frontal adduksi 38 38 39 39 39 39 40
transversal Eksorotasi- 20-0- 22-0- 23-0- 23-0- 24-0- 24-0- 24-0-
endorotasi 110 110 111 113 113 115 115

10
Evaluasi kekuatan otot dengan MMT

Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksi 3 3 3 3 4 4 4
Ekstensi 3 3 4 4 4 4 4
Abduksi 2 2 3 3 3 3 3
Aduksi 4 4 4 4 4 4 4
Eksorotasi 3 3 3 3 3 3 3
Endorotasi 3 3 3 3 4 4 4

Evaluasi pemeriksaan kemampuan fungsional

Jenis aktivitas T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Keramas 5 5 5 4 4 4 4
Menggosok punggung saat mandi 5 5 5 4 4 3 3
Memakai dan melepas baju 4 4 4 3 3 2 2
Mengkancingkan kemeja 3 3 3 2 2 1 1
Memakai celana 3 3 3 2 2 1 1
Mengambil benda diatas 6 6 6 5 5 4 4
Mengangkat beban 10 pon 5 5 5 5 5 4 4
Mengambil benda disaku belakang 3 3 3 2 2 2 2
Jumlah 29/8 29/8 29/8 27/8 27/8 21/8 31/8
3,6 3,6 3,6 3,4 3,4 2,6 2,6

B. Pembahasan Kasus

Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dan evaluasi dari kasus frozen shoulder akibat

post trauma diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri, peningkatan lingkup gerak

sendi, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional bahu

sebelah kiri.

11
1. Nyeri
Nyeri timbul akibat dari adanya jaringan yang rusak atau tidak normal,
sehingga menstimulasi nociceptor. Pemberian SWD disini adalah yaitu dengan
menggunakan efek panas dari SWD diharapkan panas yang diberikan akan
memberikan efek sedatif sehingga menurunkan nilai ambang rangsang. Efek panas
akan membuat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini akan memperlancar pembuangan
zat pain producing substance. Dengan adanya nyeri pada bahu akan merangsang
reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar bahu yang bertujuan
memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak sehingga terhindar dari rasa nyeri. Reaksi
spasme ini akan menghambat sistem peredaran darah sekitar bahu yang
mengakibatkan reorganisasi jaringan dan pembuangan zat pain producing
substance yang akan menambah nyeri sehingga timbul siklus yang tidak
menguntungkan. Dengan pengaruh panas yang dihasilkan pada pemberian SWD yang
diterima jaringan, akan menormalisasikan sel- sel yang abnormal. Hal ini akan
merileksasikan otot sekitar bahu sehingga nyeri akan berkurang. Ini berarti panas
yang diberikan dapat menaikan ambang nyeri, menurunkan sensibilitas muscle
spindle sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang (Mardiman, 1989)
2. Lingkup gerak sendi
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap akan menyebabkan penguluran
struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang akan memelihara fleksibilitas dari
jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi (Cailliet,
1981). Pada kasus ini, peningkatan LGS dipengaruhi oleh terapi manipulasi dan terapi
latihan yang berupa latihan dengan menggunakan ladder finger, shoulder wheel,
overhead pulley, dan hold relax. Untuk meningkatkan luas gerak sendi ladder finger,
shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. untuk memperbaiki gerakan fleksi
dan abduksi sendi bahu.
3. Kekuatan otot
Pada kasus frozen shoulder penurunan kekuatan otot disebabkan karena
immobilisasi. Terapi latihan secara active resisted movement dan hold relax akan
meningkatkan recruitment motor unit. Dengan bertambahnya motor unit yang
terangsang maka semakin banyak serabut-serabut otot yang ikut berkontraksi
sehingga kekuatan otot meningkat (kisner, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
setelah dilakukan terapi latihan resisted active movement dan hold relax dapat untuk
meningkatkan kekuatan otot. dan ada peningkatan kekuatan otot.

12
4. Kemampuan aktivitas fungsional
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan free
active exercise, active resisted exercise, shoulder wheel, overhead pulley, hold relax
dan finger ladder menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan
tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga
mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan
fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur jaringan lunak
sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi
dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Priatna,
1985).

13
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Permasalahan yang ditimbulkan dari kasus frozen shoulder sinistra akibat trauma
yaitu adanya nyeri disekitar bahu kanan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan
kekuatan otot, penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Pemberian terapi pada kondisi
frozen shoulder sinistra bertujuan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak
sendi, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional bahu
kanan. Setelah mendapatkan terapi SWD (Short Wave Diathermy), TENS, terapi
manipulasi dan terapi latihan sebanyak didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan nyeri,
peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot, adanya peningkatan
kemampuan aktivitas fungsional. Hal ini sedikit membuktikan bahwa pemberian terapi
SWD (Short Wave Diathermy), TENS dapat mengurangi nyeri, terapi manipulasi dan
terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi, meningkatkan
kemampuan aktivitas fungsional pada kasus frozen shoulder dextra.

B. SARAN
1 Bagi penderita
Penulis menyarankan kepada pasien dengan kondisi frozen shoulder sinistra
untuk melakukan latihan-latihan dirumah sesuai dengan edukasi yang diberikan oleh
terapis. Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain mengangkat beban terlalu berat.
2 Bagi para terapis
Penulis menyarankan kepada teman (fisioterapis) baik yang bekerja di instansi
rumah sakit maupun praktek klinik agar tidak ragu-ragu dalam memberikan pelayanan
fisioterapi pada pasien dengan kasus frozen shoulder, dikarenakan semua pasien
dengan kasus frozen shoulder pasti mengalami permasalahan seperti yang disebutkan
di atas yang kesemuanya merupakan bidang kerja fisioterapis.
3 Bagi Instalasi Rumah Sakit
Saran untuk instansi rumah sakit swasta maupun negeri atau praktek klinik
bahwa setiap pasien dengan kasus frozen shoulder segera dirujuk ke fisioterapi untuk
diberikan tindakan fisioterapi untuk menghindari permaslahan yang timbul akibat
frozen shoulder.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, I., 2005; Frozen Shoulder (Bahu Beku); Diakses tanggal 4/5/2013, dari
http://www.indonesia media.com/index1003.htm

Adams, J. C., 1964; Outline of Orthopaedic; Fifth Edition, E. S. Livingstone Ltd.,


Edinburgh and London, hal. 235-236.

American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal


5/11/2007, dari

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00071&return_link=0

Apley, A. G. and Solomon, L., 1995; Buku Ajar Orthopedi & Fraktur Sistem Apley; Edisi
7, diterjemahkan oleh dr. Edy Nugroho, Widya Medika, Jakarta, hal. 11-12

Cailliet, R., 1980; The Shoulder in Hemiplegia; Second Printing, F. A. Davis Company,
Philadelphia, hal. 11-18.

Cluett, J., 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari


http://www.orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder.htm

Hastono, S., 2002; Hubungan antara Faktor-faktor Motivasi dengan Motivasi Kerja
Fisioterapi di Jakarta; Jurnal IFI, Jakarta, hal 32.

Kapandji, I. A., 1970; The Physiology of The Joints; Volume One, Churchill Livingstone,
Edinburgh, London, Melbourne and New York, hal. 28, 32.

Kessler, R. M. and Hertling, D., 1983; Management of Common Musculoskeletal


Disorders; Harper & Row Publisher, Philadelphia, hal. 303-307.

Kisner, C. and Colby, L. A., 1996; Therapeutic Exercise Foundation and Technique;
Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 47-49, 160-161, 163-164,184,
282-283.

Kuntono, H. P., 2004; Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu; disampaikan dalam Kupas
Tuntas Frozen Shoulder, Surabaya, hal. 3-9.

Licht, S., 1978; Therapeutic Exercise; dalam Basmajian, J. V. (ed); Therapeutic Exercise;
Third Edition, The William & Wilkins Co., USA, hal. 1.

Low, J., Reed, A., and Dyson, M., 2000; Electrotherapy Explained : Principles and
Practise; Third Edition, Butterworth Heinemann, London, hal. 222-224.

15

You might also like