You are on page 1of 39

PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAM DAN HASIL ABNORMAL PADA

PEMERIKSAAN JANTUNG

Tugas ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu Romadhani TP, Kep.Ns., M.Kep

Disusun oleh

1. Dwi Purwaningsih (1602100)


2. Dwi Yuliana (1602101)
3. Dyah Puji Pangesti (1602102)
4. Erli Firliana Sari (1602103)
5. Finna Munawaroh (1602104)
6. Firsty Maharani L (1602105)
7. Frendy Adhi R (1602106)

PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Pemeriksaan Elektrokardiogram dan Hasil Abnormal Pemeriksaan
Jantung berkat kerja sama dari anggota kelompok kami serta bimbingan dari dosen
pembimbing.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Kami menyadari bahwa keberhasilan dalam
pembuatan makalah ini bukanlah keberhasilan kami semata. Untuk itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Romadhani TP, Kep.Ns., M.Kep yang telah
membimbing selama perkuliahan dan teman - teman yang telah membantu secara
tidak langsung.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan pada mahasiswa yang akan
datang.

Klaten, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. PengertianElektrokardiogram( EKG ) ............................................................ 3
B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG ) ................................................................. 3
C. Pemeriksaan EKG ............................................................................................ 3
D. Hasil Abnormal pada Pemeriksaan Jantung ..................................................... 16
BAB III ....................................................................................................................... 35
KESIMPULAN ........................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam mengidentifikasi
adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi dan infark miokard
dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap terapi perfusi, dan
memperkirakan pprognosis dari pasien. Distorsi terminal kompleks QRS pada
infark miokard akut inferior adalah jika J-point dibandingkan dengan
tingginya gelombang lebih atay sama dengan 0,5 pada dua atau lebih
sandapan inferior (sandapan II, III, aVF). Bimbaum dkk menyatakaan baha
adanya distorsi QRS awal berhubungan dengan tingginya angka kejadian
high-degree AV block. Walaaupun sebagian besar bersifat transien, high-
degree AV block berhubungan dengan peningkatan angka kematian selama
perawatan di rumah sakit, meskipun pasien mendapat terapi trombolitik.
Bahan dan cara kerja yaitu penelitian ini merupakan penelitian cross-
sectionaal terhadap pasien infark moikard akut inferior yang mendapat terapi
trombolitik periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2004 yang dirawat
di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, yang memenuhi kriteria inklusi dan
aksklusi. Pasien dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu dengan distorsi QRS
dan tanpa distorsi QRS. Hubungan antara dua variabel dinilai dengan uji t dan
chi-square, serta analisis multi varian dengan logistik regression. Hasil
penelitian yaitu terdapat 186 subyek penelitian dengan rentang umur 37-72
tahun, lebih banyak pada laki-laki (89%), yang terdiri dari 93 pasien dengan
distorsi QRS dan 93 pasien tanpa distorsi QRS.
Tidak didapatkan perbedaan data dasar karakteristik Minis dari kedua
kelompok. Dianalisis univarian, kelompok dengan distorsi QRS memiliki

1
jumlah deviasi segmen ST yang lebih tinggi (9,613,67 vs 7,763,53,
p=0,001), dan mengalami kegagalan terapi trombolitik yang lebih besar
(74,2% vs 60,2%, p=0,042). Pada analisis multi varian, didapatkan hubungan
yang bermakna antara distorsi QRS dengan high-degree AV block (OR 2,5;
95% CI 1,04-6,01; p=0,04) dan umumnya terjadi saat perawat di rumah sakit.
Kesimpulannyaa adalah dengan distorsi terminal kompleks QRS pada infark
miokard akut inferior yang mendapat terapi trombolitik mempunyai risiko
high-degree AV block selama perawatan di rumah sakit yang lebih banyak
dibandingkan dengan tanpa distorsi terminlak kompleks QRS.

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana Elektrokardiogram( EKG ) ?
2. Bagaimana Fungsi Elektrokardiogram ( EKG ) ?
3. Bagaimana pemeriksaan EKG ?
4. Bagaimana hasil abnormal pada penyakit jantung ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Elektrokardiogram( EKG ).
2. Untuk mengetahui Fungsi Elektrokardiogram ( EKG ).
3. Untuk mengetahui pemeriksaan EKG.
4. Untuk mengetahui hasil abnormal pada penyakit jantung.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianElektrokardiogram( EKG )
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas
listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang
diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan
oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien. Sinyal EKG
direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.

B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )


Elektrokardiogram (EKG) berfungsi untuk menentukan klainan seperti
gangguan irama jantung (disritmia), pembesaran atrium ventrikel, iskemik atau
infark pada otot jantung, infeksi lapisan jantung (perikarditis), efek obat-obatan,
gangguan elektrolit atau penilaian fungsi pacu jantung.

C. Pemeriksaan EKG
1. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal
dan garis vertikal dengan jarak 1mm. Setiap 5mm garis pada kertas EKG
akan lebih tebal. Garis horizontal menggambarkan waktu dimana 1mm =
0,04 detik dan 5mm = 0,20 detik. Garis vertikal menggambarkan voltase,
dimana 1mm = 0,1 mini folt dan 10mm = 1mili folt.
Rekaman EKG dibuat dengan kecepatan 25mm/detik. Kalibrasi biasa
dilakukan 1mili folt ang menghasilkan defleksi setinggi 10mm. Pada
keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar menjadi 2 mili folt atau
diperkecil 0,5 mili folt. Hal ini harus dicatat pada kertas hasil rekaman
sehigga tidak menimbulkan kesalahan saat orang lain membacanya.

3
2. Sandapan EKG
Rekaman EKG diperoleh dari cara memasang elektrode dikulit pada
permukaan kulit tertentu. Lokai penempatan elektrode harus tepat untuk
mendapatkan hasil yang baik. sandapan atau lead EKG terbagi 2 jenis yaitu
sandapan bipolar dan sandapan unipolar.
a. Sandapan Bipolar ( Bipolarlimb lead)
Menurut wiliem Einthovent, ahli Faal dari belanda telah melakukan
penelitian, dengan menggunakan tiga pasang elektrode bivolar ( 1 +
dan 1 - ) yang diletakan pada pergelangan-pergelangan tangan atau
kaki ( limb), sehingga terbentuk tiga sandapan ekstermitas bipolar (
bipolar limb lead ), untuk mencatat perbedaan potensial arus
bioelektrik jantung. Sandapan ini ditandai dengan angka I, II,dan III
Romawi.

Lead I : merekam perbedaan potensial dari electrode dilengan


kanan ( right arm/ RA ) dan lengan kiri ( lift arm / RA ),
dimana lengan kanan bermuatan ( - ) dan lengan kiri ( + ).
Lead II : merekam perbedaan potensial dari electrode di lengan
kanan ( RA ) dan kaki kiri ( LF ), dimana lengan kanan
bermuatan ( - ) dan kaki kiri bermuatan ( + ).

4
Lead III : merekam perbedaan potensial dari electrode di lengan kiri
( LA ) dan kaki kiri ( LF ), dimana lengan kiri bermuatan (
- ) dan kaki kiri bermuatan ( + ).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan dengan segitiga sama sisi (
segitiga einthovent ).

b. Sadapan Unipolar
Sandapan unipolar terdiri dari dua jenis, yaitu : sandarapan unipolar
ekstermitas dan sandapan unipolar prekordial
Sandapan unipolar ekstermitas (ektermitas limb lead )
Merekam besar potensial listrik pada satu ekstermitas, dimana
elektrode eksplorasi diletakkan pada ekstermitas yang akan
diukur.gabungan elektrode pada ekstermitas lain membentuk
elektrode indeferen ( potensial nol ).
Lead aVR : merelkam potensil listrik pada lengan kanan (
right arm / RA), dimana lengan kanan
bermuatan (+ ), lengan kiri (left arm/LA) dan
kaki kiri (left food /LF) membentuk elektrode
indeferen
Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri
(LA) dimana lengan kiri bermuatan (+), lengan

5
kanan (LA) dan kaki kiri (LF) membentuk
elektrode indeferen.
Lead aVF : merekam potensil listrik pada kaki kiri (LF) ,
dimana kaki kiri bermuatan (+) lengan kanan
daan lengan kiri membentuk elektrode inti.

Sandapan unipolar prekordial


Merekam besar potensial listrik jantung dengan meletakkan
ekeltrode (+) secara horizontal pada dinding dada atau
punggung mengelilingi jantung. Ekeltrode indiferen didapat
dengan menggabungkan ketiga elektrode ekstermitas.
Ada enam tempat yang umu digunakan untuk merekan
sandapan unipolar rekordial, yaitu :
Lead V1 : elektrode ditempatkan pada interkostal IV
garis sternum kanan.
Lead V2 : elektrode ditempatkan pada interkosta IV,
garis sternum kiri.
Lead V3 : elektrode ditempatkan pada pertengahan antara
V2 dan V4.
Lead V : elektrode ditempatkan pada interkosta V, garis
met clavicula kiri.
Lead V5 : elektrode ditempatkan sejajar dengan V4, garis
aksila depan.

6
Lead V6 : elektrode ditempatkan sejajar dengan V4, garis
aksila tengah.
Pada umumnya perekaman EKG dibuat 12 lead, tetapi pada
keadaan tertentu dapat dibuat sampai 17 lead, meliputi lead
V7, V8, V9, V3R, dan V4R.

3. Perekaman EKG
a. Persiapan korban gawat darurat
Sebelum dilakukan perekaman sebaiknya korban gawat darurat
diberitahu terlebih dahulu, dan ditidurkan dalam posisi terlentang dan
relaks, benda-benda yang mengandung elektromagnetik sebaiknya
dilepaskan atau dijauhkan dari tubuh korban gawat darurat. Bagian
dada harus terbuka dan dalam keadaan kering ( jika basah atau
berkeringat dikeringkan terlebih dahulu).
b. Persiapan ruangan
Ruangan pemeriksaan harus kondusif, tertutup dan tidak banyak
orang yang berada didalam ruang perikss, karena suasana yang ramai
dapat mempengaruhi ketenangan korban gawat darurat.
c. Persiapan alat
Sebelum perekaman alat sebaiknya dipastikan dalam keadaan baik
dan lengkap. Setting alat dengan kecepatan kertas 25mm/detik dan

7
sesitifitas 1milivolt. Kabel growun dipassang dan gunakan filter
supaya kualitas rekaman baik.
d. Cara merekam
Bersihkan bagian-bagian permukaan tubuh yang akan dipasang
elektrode. Beri jeli pada setiap elektrode. Nyalakan mesin EKG setel
elektrode terpasang lengkap ditubuh korban gawat darurat. Bila
perekaman dibuat secara manual, sebaiknya buat kalibrasi terlebih
dahulu, kemudian rekam setiap lead 3-4 siklus/beat. Apabila amplitudo
terlalu tinggi sebaiknya sensitifitas alat dapat diperkecil menjadi
0,5milivolt, sebaiknya apabila ampitudo terlalu kecil, sensitifitas dapat
diperbesar menjadi 2milivolt. Kalibrasi sangat penting dibuat sesudah
perekaman untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasi
gambaran EKG. Setelah selesai perekaman jangan lupa untuk
menuliskan indentitas korban gawat darurat, tanggal dan waktu
perekaman pada bagian kiri atas kertas EKG, dan nama yang
melakukan perekaman pada bagian kiri bawah kertas EKG.

4. Kurva EKG
Aktivitas bioelektrik jantung yang terekam dalam EKGmerupakan
bentuk bentuk gelombang, keadaan normal bentuk atau konfigurasinya
kadang berbeda-beda disetiap sandapan. Hal ini karena arah dan intensitas

8
gelombag yang terbentuk karena depolarisasi repolasisasi jantung, bila
dilihat dari setiap elektrode saling berlainan, sehingga bentuk-bentuk
depleksi yang terekam juga akan terbeda.
Terdapat 3 gelombang, 2 sekmen dan interval dalam EKG yang perlu
diperhatikan karena mempunyai arti klinis yang penting. Krja gelombang
itu adalah gelombang P, gelombang QRS dan gelombang T 2 segmen
adalah segmen PR dan seegmen ST, ketiga interval adalah interval PR,
interval QRS dan interval QT .

a. Gelombang P
SA node secara otomatis menghantarkan impuls melalui internodal
pathway diatrium kanan dan melalui bachman bundle keatrium kiri
yang akan menghasilkan depolarisasi pada ke dua atrium, dan
menghasilkan gelombang kecil yang dinamkan gelomang P.
Gelombang P dikatakan normal apabila :
Tinggi 0,25 milivolt
Lebar 0,11 detik
Selalu positif di lead II dan negatif di lead Avr

9
Saat arus listrik di AV node, dipolarisasi akan tertunda bebderapa
saat dalam merekam rekaman EKG akan trlihat garis isoelektik yang
disebut juga PR segmen . hal ini trjadi un tuk memberikan kesempatan
pengisian pada ventrikel.

Interval PR merupakan gambaran dari waktu yang dibuutuhkan


depolarisasi atrium dan jalanya arus listrik melalu beras his. Hiis
sampai permukaan depolariusasi ventrikel. Interval PR di ukur dari
awal gelombang P sampai gelombang QRS. Interval PR adalah 0,12
samapi 0.20 detik.
b. Gelombang QRS
Merupakan gambaran depolarisasi ventrikel, yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu :
Gelombang Q, yaitu bagian defleksi negative sebelum suatu
defleksi positif.
Gelombang R, yaitu defleksi positif yang pertama, disertai atau
tidak disertai gelombang Q.
Gelombang S, yaitu defleksi negative setelah R.
Gambaran gelombang QRS akan berbeda-beda disetiap lead
tergantung arah dan besarnya arus depolarisasi ventrikel. Apabila
terjadi gangguan konduksi di ventrikel, sehingga telah disepakati suatu
terminology kompleks QRS, yaitu defleksi positif yang mengikuti
gelombang R disebut R, sedangkan defleksi negative yang mengikuti
gelombang S disebut S.

10
Karena gambaran gelombang QRS bervariasi bentuk dan
ukurannya, maka untuk membedakan hal ini dalam penulisan
digunakan huruf besar sebagai tanda defleksi yang besar dan huruf
kecil untuk defleksi yang kecil.

Nilai gelombang Q adalah : lebar < 0,0 4 detik dan dalamnya < 1/3
tinggi gelombang R. Gelombang Q yang abnormal disebut Q
Pathologis. Pada keadaan normal gelombang R akan berdefleksi positif
di semua lead kecuali di lead aVR.
Pada lead Prokordial dikenal istilah R wave progression yaitu defleksi
positif gelombang R yang semakin membesar dari lead V1 ke V6.

Nilai normal QRS : lebar 0,06 sampai 0,12 detik dan tingginya
tergantung lead yang direkam.

11
c. Segment ST
Segment ST merupakan gambaran repolarisasi ventrikel yang
berbentuk garis horizontal atau kadang-kadang akan sedikit deviasi
keatas atau kebawah dari garis isoelektris, atau sedikit cekung dari titik
J (J point). Titik J (Junctional Point) adalah titik dimana gelombang S
berakhir. Segment ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai
permulaan gelombang T. Segment ST yang naik diatas 1mm dari titik J
disebut ST Segment Elevasi dan yang turun lebih dari 1mm disebut ST
Segment Depresi.
d. Gelombang T
Gelombang T merupakan gambaran vepolarisasi ventrikel,
gelombang T ini muncul setelah berakhirnya segment ST. Bentuk
gelombang T yang normal sedikit asimetris, dimana defleksi positif
terjadi perlahan sampai mencapai puncak dan kemudian menurun
curam. Tinggi gelombang T minimal 1mm, bila kurang dari 1mm
disebut gelombang T datar/flat, maksimal tinggi gelombang T tidak
boleh lebih dari 10mm di lead rekordial dan tidak lebih dai 5mm di
lead ekstermitas.

e. Interval QT
Interval QT adalah gambaran dari waktu yang dibutuhkan saat
depolarisasi ventrikel sampai prepolarisasi ventrikel, diukur dari
permukaan gelombang Q sampai akhir gelombang T. Panjang atau
pendeknya interval QT tergantung kecepatan laju jantung. Semakin

12
cepat jantung berdenyut semakin cepat waktu untuk prepolarisasi maka
semakin pendek interval QT. Sebaliknya bila denyut jantung lambat
maka waktu untuk prepolarisasi jadi panjang dan QT interval juga
menjadi panjang.
Dalam EKG tidak ada ukuran yang tettap untuk QT interval, yang
ada adalah mengukur QTc (corrected QT Interval), rumusnya adalah
QTc = QT (detik)/akar interbal RR (dalam detik). Nilai normal QRc
ialah 0,38 sampai 0,42 detik.
f. Menghitung Laju Jantung (Frekuensi Heart Rate)
Ada beberapa cara untuk menghitung kecepatan laju jantung (Heart
Rate), dan yang umum dipergunakan adalah :
300

jumlah kotak besar antara RR
1500

jumlah kotak besar antara RR

Catatan :
Kedua cara diatas digunakan apabila irama EKG teratur, bila irama
EKG tidak teratur gunakan cara benar. Apabila rekaman EKG
sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dalam 6 detik tersenbut
kemudian kalikan 10 atau ambil ekaman EKG sepanjang 12 detik,
hitung jumlah QRS kalikan 5.
g. Menentukan Axis Jantung
Axis merupakan resultante dari vektor yang mewakili arus-arus
depolarisasi jantung. Axis punya hu bungan yang erat dengan keutuhan
fungsi system konduksi, impuls di dalam ventrikel serta letak anatomis
jantung didalam rongga dada, sehinngga menilai axis jantung dalam
EKG itu penting. Axis yang umum dievaluasi adalah axis dari
kompleks QRS dalam bidang frontal (frontal plane) yaitu di lead I dan

13
aVF, dan untuk menilai axis, kita menggunakan Sistem Heksadesial
(Hexaxial Reference System).

System ini digambarkan dengan sebuah lingkaran yang terbagi tara


(masing-masing 30) oleh sumbu-sumbu keenam sandapan
ekstermitas. Untuk mengitungnya kita tentukan amplitudo dari
gelombang-gelombang QRS dilead I dan aVF dalam skala milimeter
(positif atau negative) lalu dieksplorasikan dalam sandapan yang
bersangkutan dengan sama besar pada lingkaran heksadesial tadi,
kemudian tarik garis melalui titik-titik yang telah ditentukan pada
sandapan-sandapan tersebut.
Garis yang menghubungkan pusat lingkaran denagn titik potong
garis-garis tegak lurus yang ditarik dari lead I dan aVF tadi disebut
axis. Axis QRS normal adalah -30 sampai +110, axis yang terletak
lebih dari -30 disebut deviasi axis kiri (Left Axis Deviatio/LAD),
sebaliknya axis yang terletak leih positif dari 110 disebut deviasi axis
kanan (Right Axis Deviation/RAD).
h. Sistematika Membaca EKG
Membaca EKG akan mudah dan tepat jika kita melakukannya
secara sistematis. Berikut ini urutan dalam membaca EKG. Bagi
pemula dianjurkan ada pendampingan untuk cara membaca dan
mengintrepetasikan hasil perekaman EKG.
Irama

14
Langkah pertama kita harus menentukan irama EKG teratur
atau tidak, irama sinus atau bukan. Dikatakan irama sinus jika
EKG didahului dengan gelombang P dan selalu diikuti dengan
kompleks QRS, dan dikatakan teratur jiaka jarak R-R interval
sama.
Laju QRS (Frekuensi Heart Rate)
Laju QRS pada irama sinus antara 60-100 kali/menit.
Menentukan Axis Jantung
Axis normal berada antara -30 sampai 110. Lebih dari -30
disebut Axis LAD, lebi dari +110 disebut Axix RAD dan lebih
dari +180 disebut Axis Ekstrem RAD.
Gelombang P
Perhatikan apakah gelombang P ada, bila gelombang P ada
apakah bentuknya normal, dan apakah setiap gelombang P
selalu diikuti gelomang QRS.
Interval PR
Normal interval PR adalah 0,12-0,20 detik. Perhatikan apakah
interval PR memanjang atau memendek dari ukuran normal.
Durasi atau Lebar gelombang QRS
Normal durasi QRS adalah 0,6-0,12 detik. Perhatikan
amplitudo gelombbang R dan S.
Segment ST
Normal segment ST adalah isoelektris, bila berada diatas garis
isoelektris dikatakan segment ST elevasi dan bila berada
dibawah garis isoelektris disebut segment ST Depresi.

15
Gelombang T
Normal gelombang T akan terlihat positif, kecuali di lead aVR.

D. Hasil Abnormal pada Pemeriksaan Jantung


1. Disritmia
Disritmia adalah gangguan urutan irama atau gangguan kecepatan dari proses
depolarisasi dan atau repolarisasi. Disritmia ini disebabkan karena hipoksia,
iskemia, raangsangan susunan saraf otonom, obat-obatan, gangguan
keseimbangaan elektrolit, regangan dinding otot jantung, atau karena adanya
kelainan struktur sistem konduksi. Disritmia diklasifikasikan menjadi dua
golongan, yaitu disritmia karena gangguan pembentukan impuls dan disritmia
karena gangguan sistem konduksi.

16
a. Disritmia karena gangguan pembentukan impuls
Sinus Takhikardia

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung 100-150 kali/menit.
Gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang
QRS.
Interval PR normal (0,12-0,20 detik).
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
Sinus Bradikardia

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung kurang dari 60 kali/menit.
Gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang
QRS.
Interval PR normal (0,12-0,20 detik).
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).

17
Sinus Aritmia

Kriterianya adalah :
Irama tidak teratur.
Gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang
QRS.
Interval PR normal (0,12-0,20 detik).
Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik).
Sinus Arrest

Karakteristiknya adalah :
Irama teratur, kecuali pada siklus yaang hilang.
Frekuensi laju jantung biasanya kurang dari 60
kali/menit.
Gelombaang P normal dan selalu diikuti gelombang
QRS.
Interval PR normal (0,12-0,20 detik).
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).

18
Sinus Flutter

Kriterianya adalah :
Biasanya teratur tapi dapat juga tidak teratur.
Frekuensi laju jantung bervariasi (bisa normal/cepat).
Gelombang P tidak normal, bentuknya seperti gigi
gergaji (saww tooth), teratur dan dapat dihitung, tidak
semua gelombang P diikuti gelombang QRS sehingga
frekuensi atrial tidak sama dengan frekuensi ventrikel,
dapat 2:1, 3:1, atau 4:1.
Interval PR tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS (0,06-0,12 detik).
Atrial Fibrilasi

Kriterianya adalah :
Irama tidak teratur.
Frekuensi laju jantung bervriasi (bisa normal/lambat/
cepat). Jika laju jantung kurang dari 60 kali/menit
disebut atrial fibrilasi slow ventrikular respons,
sedangkan jika laju jantung lebih dari 100 kali/menit
disebut atril fibrilasi rappid ventricular respons.

19
Gelombang P tidak diindentifikasi, bentuknya kecil-
kecil.
Interval PR tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS normal (0,06-0,1 detik).
Interval Junctional (Junctional Rhythm/JR)

Kriterianay adalah
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung 40-60 kali/menit.
Gelombang P tidak nromal, bisa erbalik, muncul
dibelakang QRS atau tidak terlihat.
Interval PR memendek atau tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
Junctional Ekstrasistol

Kriterianya adalah :
Irama tidak teratur saat muncul ekstrasistol.
Frekuensi laju jantung tergantung irama dasarnya.
Gelombang P tidak normal, bentuknya bisa terbalik,
bisa muncul setelah gelombang QRS atau kadang-

20
kadang tidak ada, setelah ekstrasistol akan terlihat masa
komprensatori sebelum siklus berikutnya.
Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik).
Irama Junctional Ascelered (Accelereted Junctional Rhythm)

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung antara 60-100 kali/menit.
Gelombang P tidak normal, bisa terbalik, bisa muncul
setelah gelombang QRS atau tidak terlihat.
Gelombang QRS normal durasi QRS 0,06-0,12 detik).
Junctional Takhikardia

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung lebih dari 100 kali/menit.
Gelombang P tidak normal, bisa terbalik, bisa muncul
setelah gelombang QRS, atau tidak ada gelombang P.
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
Supra Ventrikel Ekstrasistol (SVES)

21
Kriterianya adalah :
Tidak teratur saat mucul ekstrasistol.
Frekuensi laju jantung tergantung irama dasarnya
Gelombang P tidak normal atau tidak ada, kecuali pada
irama dasar.
Interval PR tidak bisa dihitung atau memendek.
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
Supra Ventrikel Takhikardia (SVT)

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung 150250 kali/menit.
Gelombang P kecil atau tidak ada.
Interval PR memendek atau tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).

22
Irama Idioventrikuler (Indioventricular Rhytym)

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung 0-40 kali/menit.
Gelombang P tidak ada.
Interval PR tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS normal (durasi 0,06-0,12 detik).
Accelerated Indioentricular Rhytym

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung 40-60 kali/menit.
Gelomang P tidak ada saat ekstrasistol.
Interval PR tidak dapat dihitung pada ekstrasistol.
Gelombang QRS lebar pada ekstrasistol (durasi >0,12
detik).

23
Ventrikel Ekstrasistol (VES)

Kriterianya adalah :
Iramanya tidak teratur saat ada ekstrasistol.
Frekuensi laju jantung tergantung irama dasarnya.
Gelombang P tidak ada saat ekstrasistol.
Interval PR tidak dapat diitung pada ekstrasistol.
Gelombang QRS lebar pada ekstrasistol (durasi >0,12
detik).
VES Bigemini
Terdapat satu ventrikel ekstrasistol (VES) disetiap satu siklus
normal (satu irama satu ekstrasistol).

VES Trigemini
Terdapat satu ekstrasistol setiap setelah dua siklus normal

24
VES Konsekutif
Terdapat dua atau lebih VES yang muncul secara berturut-turut

VES Multifokal
Terdapat VES lebih dari satu dengan morfolofi yang berlainan

VES R on T
Terdapat VES yang muncul diatas gelombang T

25
Ventrikel Takhikardia (VT)

Kriterianya adalah :
Irama teratur.
Frekuensi laju jantung >100 sampai 250 kali/menit.
Gelomang P tidak ada.
Interval PR tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS lebar (durasi >0,12 detik).
Ventrikel Takhikard Polimorfik (Torsade de Points)

Ventrikel Fibrilasi
Kriterianya adalah :
Irama tidak teratur.
Frekuensi laju jantung 250-350 kali/menit.
Gelombang P tidak ada.
Interval PR tidak dapat dihitung.
Gelombang QRS lebar, morfologinya tidak sama dan
tidak teratur. Ventrikel Firilasi ada yang morfologinya
kasar (course VF) dan ada yang halus (fine VF).

26
a) VF Kasar (Course VF)

b) VF Halus (Fine VF)

b. Disritmia karena gangguan konduksi


Sino Atrial Block

Kriterianya adalah :
Teratur kecuali pada siklus yang hilang.
Frekuensi laju jantung umumnya kurang dari 60
kali/menit.
Gelombang P normal dan hilang pada saat terjadi block.
Interval PR normal dan hilang pada saat terjadi block.
Gelombang QRS normal (durasi0,06-,12 detik).
Hilangnya satu atau dua gelombang P, QRST, dan T,
dan merupakan kelipatan dari R-R Interval.

27
Blok AV Derajat satu (first Degree AV Block)

Kriterianya adalah :
Iramanya teratur.
Frekuensi laju jantung biasanya normal, atara 60-100
kali/menit.
Gelombang P normal
Interval PR memanjang (>20 detik).
Gelombang QRS normal (durasi0,06-,12 detik).
Blok AV Derajat Dua (Second Degree AV Block) Mobizt I
(Wenchebah)

Kriterianya aadalah :
Iramanya tidak teratur.
Frekuensi laju jantung biasanya kurang dari 60
kali/menit.
Gelombang P normal, tetapi ada satu gelombang P yang
tidak diikuti gelombang QRS.
Interval PR semakin lama terlihat semakin memnjang
sampai ada gelombang P yang tidak diikuti QRS,
kemudian siklus akan kembali lagi berulang.

28
Gelombang QRS normal (durasi0,06-,12 detik).
Blok AV Derajat Dua (Second Degree AV Block) Type II

Kriterianya adalah :
Iramanya tidak teratur.
Frekuensi laju jantung biasanya kurang dari 60
kali/menit.
Gelombang P normal, tetapi ada satu gelombang P yang
tidak diikuti gelombang QRS.
Interval PR normal atau memanjang secara konstan.
Gelombang QRS normal (durasi0,06-,12 detik).
Blok AV Derajat Tiga (Total AV Block)

Kriterianya adalah :
Iramanya teratur.
Frekuensi laju jantung kurang dari 60 kali/menit.
Gelombang P normal, tetapi tidak selalu diikuti
gelombang QRS, gelombang P dan gelombang QRS
berdiri sendiri-sendiri, sehingga terlihat PP Interval
teratur dan R-R Interval juga teratur.
Interval PR tidak dapat dihitung karena berubah-ubah.

29
Gelombang QRS bisa normal atau lebar (durasi0,06-,12
detik).
Right Bundle Branch Block (RBBB)

Kriterianya adalah :
Irama pada umumnya teratur.
Frekuensi laju jantung antara 60-100 kali/menit.
Gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang
QRS.
Interval PR normal.
Gelombang QRS lebar (durasi >0,12 detik).
Left Bundle Branch Block (LBBB)

Kriterianya adalah :
Irama pada umumnya teratur.
Frekuensi laju jantung antara 60-100 kali/menit.

30
Gelombang P normal dan selalu diikuti gelombang
QRS.
Interval PR normal.
Gelombang QRS lebar (durasi >0,12 detik).
Terdapat rsR di V5 dan V6, gelombang Q yang lebar dan
dalam di V1 dan V2 dan terdapat perubahan segment ST dan
Gelombang T di V5 dan V6 (segment ST depresi dan
gelombang T negative) di V1 dan V2.
2. Hipertrofi
Hipertrofi biasanya dihubungkan dengan adanya peningkatan ukuran,
tetapi berhubungan ini menyangkut oto jantung dan dapat dikatakan adanya
peningkatan dari massa oto jantung tersebut. Hipertrofi ruang jantung
adalah dimana dinding otot jantung jadi lebih tebal dan ruang jadi lebih
luas (dilatasi). Hipertrofi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel.
a. Hipertrofi Atrium
Hipertrofi atrium dpat dilihat dalam EKG pada lead V1, karena
lokasi elektrode siletakkan di V1 tepat berada diatas atrium sehingga
dapat memberikan informasi yang akurat mengenai pembesaran
atrium.
Hipertrofi ditandai dengan adanya gelombang P yang befasik pada
lead V1, artinya gelombang P di V1 akan terlihat dua gelombang
(posiif dan negative). Selain di lead V1 dapat dilihat di limb lead.
Hipertrofi Atrium Kanam
Kriteria hipertrofi atau pembesaran atrium kanan adalah :
Adanya gelombang P bifasik di V1, dimana defleksi
awal positif lebih besar (>1,5mm) dibandingkan dengan
defleksi negatif.

31
Adanya gelombang P yang tingginya >2,5mm di lead II,
III dan aVF (P Pulmonal).

Hipertrofi Atrium Kiri


Kriteria hipertrofi atau pembesaran atrium kanan adalah :
Adanya gelombang P ifasik di V1, dimana defleksi
akhir negative lebih besar dan lebih lebar (>0,11 detik)
dibandingkan defleksi positif.
Adanya gelombang P yang memiliki dua puncak
(notcehd) dan lebarnya >2,5mm di lead I

32
b. Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi atau dilatasi ventrikel kedua-duanya akan mengasilkan
arus depolarisasi yang besar dan memberikan gambaran amplitudo
pada gelombang QRS menjadi lebih besar, terutama pada lead
prekordial.
Hipertrofi Ventrikel Kanan
Kriteria hipertrofi atau dilatasi ventrilek adalah :
Gelombang R di lead V1 lebih besar dibanding
gelombang S (R/S di V1>1).
Gelombang S lebih dalam dibandingkan gelombang R
di lateral (lead V6).
Gelombang T interved di V1.
Deviasi aksis ke kanan (Right Axis Deviation).

Hipertrofi Ventrikel Kiri


Kriteria hipertrofi atau pembesaran ventrikel kiri adalah :
Gelombang R di lead I dan gelombang S di lead III
besar voltasenya (R di I + S di III > 25mm).
Gelombang S di lead V1 dittamah gelombang R di V5
atau V6 lebih dari 35mm (S V1 + R V5/V6 35mm).

33
Segment ST dan gelombang T yang abnormal (strain
pattern) di lead V5 dan V6.
Deviasi aksis ke kanan (Right Axis Deviation).

34
BAB III

KESIMPULAN

1. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas


listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung
yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini
digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien.
Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.
2. Gelombang-gelombnag pada elektrokardiogram
a. Gelombbang P : gambaran proses deolarisasi atrium.
b. Gelombnag QRS : gambaran proses depolarisasi ventrilkel.
c. Gelombnag T : gambaran proses repolarisasi ventrikel.
d. Gelombang U : gelombang yang timbul setelah gelombang T dan
sebelum gelombang P berikutnya.
e. Interval PQ : diukur darri permukaan gelombang P sampai
permulaan gelombang QRS.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P & Jeremy. 2008. Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Erlangga

Team INTC. 2014. Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) In Disaster. Jakarta
: Erlangga

36

You might also like