You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR
1.1. PENGERTIAN
Pseudotumor orbita adalah suatu keradangan yang idiopatik bukan
merupakan neoplasma yang sebenarnya dan dapat mengenai berbagai
macam jaringan orbita.

1.2. JENIS-JENIS TUMOR MATA


a. Retino blastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan
bayi sampai umur lima tahun.
b. Tumor orbita adalah suatu keradangan yang idiopatik bukan merupakan
neoplasma yang sebenarnya dan dapat mengenai berbagai macam
jaringan orbita.
c. Karsinoma sel basal kelopal mata adalah suatu karsinoma yang berasal
dari sel basal epitel kulit.
d. Melanoma maligna adalah tumor yang sering dijumpai pada penderita
lanjut usia, tumor mempunyai bentuk berbenjol-benjol dengan warna
hitam.

1.3. PATOFISIOLOGI (WOC : WOK OF COLETION)

Penyebab Tumor

Tumor

Fisik Psikologis

Kebutaan Penurunan konsep diri

Persepsi Resiko Gangguan Body Cemas Kurang


sensori cedera aktivitas image pengetahuan
1.4. GEJALA KLINIS
Serangan dan penyakit ini terjadi dalam beberapa minggu dengan gejala
kliniknya ialah
Penurunan visus
Terjadinya penurunan visus terutama pada pseudotumor yang terletak
retrobul bek dimana saraf optik disini tertekan. Penurunan visus ini
akan terjadi lebih cepat pada jenis pseudotumor yang mengenai saraf
optik yang disebut Inflamasi Peri Neuritis.
Nyeri
Nyeri orbita terjadi pada lebih dari 75% penderita.
Diplopia
Sekitar 50% dari penderita mengeluh diplopia.
Proptosis
Pseudotumor yang terletak diorbita posterior akan memberikan gejala
proptosis tetapi tumor tidak dapat dirasa bila terletak di orbita anterior,
tumor dapat diraba. Jenis proptosis yang terjadi ialah Proptosis
Eksentrik.
Gangguan pergerakan bola mata
Biasanya mengenai lebih dari satu struktur jaringan sehingga otot
ekstra okuler sering terlibat. Dalam hal ini fungsi otot tersebut
terganggu dan akan terjadi hambatan pada pergerakan bola mata.
Palpebra edema dan konjungtiva kemosis
Karena merupakan proses keradangan maka terjadi edema pada
palpebra dan konjungtiva.

1.5. CARA PEMERIKSAAN


Palpasi
Pseudotumor anterior dapat dipalpasi dengan mudah. Pada palpasi
teraba tumor yang dapat kenyal berbatas tidak jelas dan melekat pada
dasar.
Eksoftal mometri
Proptosis atau eksoftalmos yang terjadi diperiksa dengan hertel eksoftal
mometer, selain diukur derajad proptosisnya, juga ditentukan
terdorongnya bola mata kearah mana dengan menggunakan penggaris.
Oftal moskopi
Pemeriksaan furidus okuli untuk melihat apakah terjadi papilledema.
Selain itu juga dilihat adanya lipatan retina akibat dorongan
pseudotumor pada bola mata.
Tes fluoresin
Terjadinya keratitis eksposur akibat proptosis yang hebat dapat
diperiksa dengan tes ini.
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi terutama untuk mendeteksi pseudotumor
retrobulber. Pseudotumor merupakan massa yang padat dan infiltratif.
Pada pemeriksaan ultrasonografi didapatkan gambaran massa dengan
batas muka yang jelas tetapi tidak teratur sedangkan batas belakangnya
tidak kelihatan.
Computed tomography scanning (CT Scan)
Pemeriksaan CT Scan orbita sangat menunjang diagnosis pseudotumor.
Gambaran CT Scan menunjukkan adanya massa yang infiltratif dengan
lokalisasi yang jelas.
Histipatologi
Pemeriksaan histopatologi dari jaringan biopsi pseudotumor adalah
pemeriksaan penunjang akhir yang merupakan penentu diagnosis.

1.6. DIAGNOSIS BANDING


a. Selulitis orbita
Pada selulitis orbita terjadinya mendadak dengan gejala-gejala yang
lebih hebat ialah nyeri palpebra bengkak dan merah. Konjungtiva
kemosis dan gangguan pergerakan bola mata yang hebat sampai tak
dapat digerakkan sama sekali bila terjadi abses akan ada fluktuasi pada
palpasi hasil pembiakan dari pus didapatkan kuman penyebab.
b. Oftalmopati tiroid
Pada Oftalmopati tiroid gejala yang menyolok adalah retraksi kelopak
mata atas yang terjadi pada 90-100% dari penderita tidak teraba massa
pada palpasi. Pada pemeriksaan ultrasonografi maupun CT Scan
didapatkan pembesaran otot ekstra okuler.
c. Kelainan orbita akibat fistula karotis sinus kavernosus
Didapatkan proptosis yang pulsating , Bruit dan corkscrew. Ialah
dilatasi dari vena Epibylber. Pemeriksaan ultra sonografi dan C.T.scan
menunjukan pelebaran venaretrobulber. Diagnosis pasti ditegakkan
pemeriksaan arteriografi arteri karotis.

1.7. PENYULIT
Atrofi saraf optik
Pseudotumor dapat menekan saraf optik sehingga terjadi atrofi saraf
optik.
Endoftalnitis akut
Proptosis yang hebat menyebabkan keratitis eksposur kemudian
menjadi ulkus kornea dan akhirnya terjadi Endoftalmitis.

1.8. PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan histopatologis jaringan
biopsi, maka dapat diberikan terapi sebagai berikut:
Pehacort
Pehacort diberikan per oral dengan dosis 2 mg/kg BB/hari pada anak
dan 60 mg sehari pada orang dewasa selama 3-4 minggu kemudian
baru di turunkan dosisnya (tapering). Hasil terapi akan terdapat dalam
waktu 2 hari dengan mengecilkan Psevdotumor tersebut . Bila dalam
terapi selama 7 hari belum ada perbaikan, pehacort segera diturunkan
dosisnya.
Radiasi
Terapi radiasi diberikan pada pseudotumor yang tidak ada respons
dengan kortikosteroid atau pada penderita dengan kontra indikasi
pemberian kortikosteroid. Dosis rapiasi ialah 2.000 R ad

II. ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Tahap ini terbagi atas :
A. PENGUMPULAN DATA
1). ANAMNESA
A. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
B. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus ini adalah adanya
penurunan visus, nyeri, diplopia, ploptosis, gangguan pergerakan
bola mata, palpebra edema dan konjungtiva kemosis.
C. Riwayat penyakit sekarang
Adanya gangguan pada pengelihatan yaitu adanya penonjolan
pada bola mata sehingga mempengaruhi pergerakan bola mata.
D. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang menular atau menurun yang dialami klien
sebelumnya.
E. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga atau pernah menderita penyakit seperti apa yang
dialami klien saat ini dan apakah ada yang menderita penyakit
keturunan atau menular seperti hipertensi, DM, TBC dan lain-lain
F. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada kasus ini tidak akan mengalami perubahan atau
gangguan pada personal higiene, misalnya kebiasaan mandi,
gosok gigi, mencuci rambut, ganti pakaian, BAB dan BAK.
2. Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada kasus ini tidak akan mengalami perubahan nafsu makan
meskipun sama sedangkan dirumah sakit disesuaikan dengan
penyakit dan diit klien.
3. Pola eliminasi.
Kebiasaan BAB atau BAK sehari-hari tidak mengalami
gangguan.
4. Pola tidur dan istirahat.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
biasanya disebabkan rasa cemas / ketidaktahuan tentang
penyakitnya.
5. Pola aktifitas dan latihan.
Aktifitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan
akibat kurangnya daya pengelihatan.
6. Pola persepsi dan konsep diri.
Pada kasus ini akan mengalami gangguan persepsi dan kosep
diri karena terjadinya perubahan pada dirinya kx merasa takut
cacat / tidak bisa melihat seumur hidup.
7. Pola sensori dan kognitif.
Klien mengalami gangguan pada pengelihatan disebabkan
adanya penonjolan pada bola mata. Akan tetapi pada cara
berfikir kx tidak mengalami gangguan.
8. Pola hubungan peran.
Terjadinya hubungan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna lagi
dan menarik diri.
9. Pola penanggulangan stress.
Perlu ditanyakan apakah yang membuat klien menjadi stress
dan biasanya masalah dipendam sendiri atau dirundingkan
dengan keluarga.
10. Pola reproduksi dan sexual.
Pada kasus ini tidak mengalami gangguan pada pola
reproduksi dan sexual
11. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan klien
meminta perlindungan atau mendekatkan diri dengan Allah
SWT.

B. ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa
untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan
dibagi menjadi dua data yaitu data subjektif dan data objektif dan
kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
A. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan pengelihatan /
pengangkatan bola mata.
B. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra
dan pasca operasi (takut aspek pembedahan).

3. PERENCANAAN
Dx. Keperawatan
A. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan pengelihatan /
pengangkatan bola mata.
Tujuan :
- Kx dapat menerima keadaan pada situasi yang ada.
Kriteria hasil :
1. Mengungkapkan rencana-rencana gaya hidup yang realistik (tidak
malu).
2. Mengungkapkan pernyataan yang positif terhadap dirinya.
3. Peningkatan dalam perawatan diri.
Intervensi :
1. Biarkan kx dan orang terdekat mengungkapkan perasaannya.
2. Informasikan kx dan orang terdekat, bahwa perasaan mereka normal
dan keadaan ini memerlukan waktu untuk dapat menerima perubahan
pada dirinya.
3. Hindari informasi yang berlebihan pada fase awal.
4. Bantu kx untuk pemecahan masalah dengan menghilangkan hambatan
yang dirasakan (dengan pemasangan protesa).
5. Ajari cara memasang dan melepas protesa.
6. Beri kesempatan kx untuk membuat pilihan dalam perawatan diri
memasang dan melepas protesa.

B. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra


dan pasca operasi (takut aspek pembedahan)
Tujuan :
Kx memperlihatkan / menunjukkan penurunan atau hilang dari rasa
cemas.
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian pra dan pasca
pembedahan.
- Cemas berkurang, ekspresi wajah rileks.
1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra dan pasca bedah
meliputi :
Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan foto.
Alasan puasa / tidak puasa.
Obat-obat pra dan pasca operasi.
Tinggal diruang pemulihan.
2. Ajarkan kx untuk nafas dalam dan informasikan bahwa batuk,
mengejan dihindari selam pembedahan
3. Lengkapi pembedahan pre operasi, beritahu tim medis jika ada
kelainan laboratorium keruang persiapan alat.
4. Tegaskan kembali penjelasan tim medis.

4. PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam
operasionalnya perawat merupakan tetap satu tim yang bekerja sama secara
berkesinambungan dengan berbagai tim seluruh kegiatan keperawatan dalam
tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan
pada pelaksanaan tindakan keperawatan atau catatan keperawatan (Nasrul F,
1995)

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan cara melibatkan klien dan
sesama tenaga kesehatan (Nasrul F, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, 2000, Media Aesculapius,


Jakarta.
2. Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan Dan Dokumen Keperawatan, EGC,
Jakarta, 1999.
3. Nasrul E, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata, 1994. RSUD
Dr. Soetomo, Surabaya.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS TUMOR ORBITA DI RUANG MATA
RSUD. Dr. SOETOMO SURABAYA

PERAW
D EM I AT
A AN
AK
U N IV E R S

AYA
RAB
SU
IT A

S M H
U H A M M A D IY A

Oleh :
LUTFIAH
02.110.038

AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005

You might also like