You are on page 1of 14

Proses destruksi dalam preparasi sampel digunakan untuk memutus ikatan antara senyawa

organik dengan logam yang akan dianalisis. Destruksi terbagi dua yaitu destruksi basah dan
destruksi kering. Dalam percobaan, digunakan teknik preparasi sampel menggunakan destruksi
basah. Destruksi basah
merupakanperombakan logam organik dengan menggunakan asamkuat, baik tunggalmaupun ca
mpuran,
kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehinggadihasilkan logaman organik bebas. Pad
a praktikum ini, digunakan zat oksidator yaitu aquaregia, yaitu campuran HCl(p) dengan
HNO3(p) dengan perbandingan volume 3:1. Digunakan zat oksidator aquaregia karena Fe dapat
larut dengan HCl(p) dan HNO3(p). Adapun reaksi yang terjadi adalah : Fe + 3 HCl(aq) +
HNO3(aq) FeCl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l).
Pada proses berikutnya dilakukan pemanasan untuk menyempurnakan destruksi.
Pemanasan memberikan energi yang memungkinkan untuk memutus ikatan kimia sehingga
logam Fe terbebas dari sampel biskuit gandum yang banyak disusun oleh senyawaan organik.
Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih yang menunjukkan bahwa
semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik
telah berjalan dengan baik.
http://www.academia.edu/5763540/Jurnal_AAS

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan
elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detector dapat mengukur intensitas cahaya
yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan
pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding (Khopkar SM,1990).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV
dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar
jtampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang
diserap oleh zat yang terapat dalam larutan tersebut.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai
sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-
780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-
Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat. Dengan
menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi
substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat
pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas.
Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi,
reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer
sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan
monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan
blanko ataupun pembanding.
Spektrofotometer Uv-Vis merupakan spektrofotometer yang digunakan untuk
pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak. Semua metode spektrofotometri
berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar
yang semonokromatis mungkin.
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak
instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer
umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta
kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode
analisa.
Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul
yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis lebih banyak dpakai ntuk analisis kuantitatif
dibanding kualitatif.
Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200
350 nm) dan sinar tampak (350 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya
tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer dari warna
yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat pada tabel
berikut ini :

Panjang Warna terlihat Warna


gelombang komplementer
<400 Ultraviolet -
400-450 Violet Kuning
450-490 Biru Jingga
490-550 Hijau Merah
550-580 Kuning Ungu
580-650 Jingga Biru
650-700 Merah Hijau
>700 Inframerah

Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang berputar
pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet berisi blanko,
sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel. Blanko dan sampel akan diperiksa
secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan
voltase dari sumber cahaya.
Prinsip kerja Spektrofotometer UV/VIS
Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya
monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap,
sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.

Berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari:


Spektrofotometer Optika Sinar Tunggal (Single Beams Optic).
Semua cahaya melewati seluruh sel sampel.
Contoh alat spektrofotometer single beam adalah spektronik 20.
Alat ini merupakan desain paling awal tetapi masih banyak digunakan baik dalam pengajaran
maupun laboratorium industry

Spektrofotometer Optika Sinar Ganda (Double Beams Optic).

Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas.


Berkas cahaya pertama melewati sel pembanding, dan cahaya yang lainnya melewati sel sampel.
Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke detektor.
Detektor merespon cahaya netto dari kedua arah
Beberapa alat double beam memiliki dua detektor, sampel dan sinar penghubung diukur pada
waktu yang sama.

APLIKASI UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI

Syarat pengukuran dengan spektrofotometer VISIBLE:


Sampel dalam larutan menyerap sinar tampak (350-770 nm)
Larutan sampel harus bening dan berwarna
Pelarut tidak menyerap sinar tampak
Syarat pengukuran dengan spektrofotometer UV:
Sampel dalam larutan menyerap sinar UV (180-350 nm)
Molekul senyawanya memiliki ikatan rangkap atau electron nonbonding (transisi n-*, - *, n-
*)
Larutan bening dapat tidak berwarna

APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS


Analisis kuantitatif
Penetapan Fe(II) sebagai kompleks dengan o-fenantrolin (VIS)
Penetapan nitrat dalam makanan daging olahan
Penetapan kafein dalam berbagai kemasan minuman kaleng
Titrasi Fotometri
Mendeteksi titik ekivalen titrasi, dimana analit, pereaksi, atau hasil titrasi mengabsorbsi radiasi

Spektroskopi UV-Vis didasarkan pada serapan sinar UV tampak yang menyebabkan terjadinya
transisi diantara tingkat energi elektronik molekul. Transisi ini dapat terjadi antara orbital ikatan (bonding)
atau orbital anti ikatan (anti bonding). Panjang gelombang sinar yang diserap sebanding dengan
perbedaan tingkat energi orbital (E).
(Tri, Panji. 2012 : 1 dan 5)
Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan
eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorbsi maksimum dapat dikorelasikan dengan
jenis ikatan yang ada di dalam molekul yang sedang di analisis. (Sumar, Hendayana. 1996 : 155).
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik makamolekul tersebut akan
menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai.Interaksi antara molekul dengan radiasi
elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan tereksitasi.
Jika suatu radiasi elektromagnetik menembus suatu larutan yang berada dalam suatu bejana gelas,
maka sebagian cahaya akan diserap oleh larutan dan selebihnya akan dilewatkan. Bagian yang diserap
akan diukur dengan besaran absorban (A) atau ekstingsi yang diberi lambang , dan yang diteruskan
disebut tranmisi (T), hubungan antara A dan T dapat dirumuskan sebagai berikut:
A = - log T
Senyawa yang dapat menyerap cahaya tersebut adalah senyawa yang memiliki pasangan elektron
yang tidak berpasangan atau gugus kromoform.
(Syarif, Hamdani, dkk. 2012 : 39-40).
Menurut Lambert, fraksi penyerapan sinar tidak tergantung pada I (intensitas cahaya), sedangkan
Beer menyatakan bahwa serapan sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap. Penjabaran hukum
Lambert-Beer menghasilkan persamaan :
A = bc

Keterangan :
A = Absorbansi
= absortivitas molar/serapan per satuan konsentrasi
b = tebal sel/ kuvet (cm)
c = konsentrasi (molar)
(Tri, Panji. 2012 : 6-7).
Beberapa batasan dalam hukum Lambert-Beer antara lain:
Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama
Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan
tersebut
Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi
Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
(Syarif, Hamdani, dkk. 2012 : 41)
Skema spektrofotometer single beam adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema spektrofotometer single beam


(David, Harvey. 1956 : 389)

Adapun komponen-komponen istrumen spektrofotometer UV/VIS:


1. Sumber Radiasi
Spektrofotometer menggunakan sumber sinar yang
berbeda sesuaijangkauan daerah spektrumnya. Lampu xenon (200-1000 nm), lampu deuterium /
hydrogen (160-380 nm), lampu tungsten (350-2500 nm), dan lampu tungsten-halogen (350-800 nm).

Gambar 2. Lampu Tungsten Gambar 3. LampuDeutrium


(Harris:2009)
2. Monokromator
Monokromator digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponenpanjang
gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa
sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati
spektrum.
(Syarif, Hamdani, dkk. 2012 : 42).
Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width).
Ada 2 macam monokromator yaitu :
Filter Optik : Lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang
dikenai cahaya
Lensa Prisma/ Grating : cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya

Gambar 4. Skema monokromator


3. Sel sampel/Kuvet
Sel atau kuvet adalah tempat sampel yang akan di uji. Sampel biasanya terkandung dalam sel yang
disebut kuvet, rata, digabung dengan permukaan silica. Kuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
Tidak menyerap cahaya yang digunakan
Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
Tidak boleh rapuh.
Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.

Gambar 5. Macam-macam kuvet


4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah sinyal radiasi menjadi sinyal elektronik yang kemudian
ditampilkan pada read out. Prinsipnya adalah menyerap energi menjadi besaran yang dapatdiukur.
Adapun syarat detector adalah harus menghasilkan sinyal yang mempunyai hubungan kuantitatif dengan
intensitas sinar, mempunyai kepekaan tinggi terhadap radiasi yang diterima, memiliki respon tetap pada
daerah panjang gelombang pengamatan, besaran-besaran yang dihasilkan harus berbanding lurus
dengan energi radiasinya elektronik harus bisa diamplifikasikan ke rekorder.

Gambar 7. Detektor Photovoltaic Gambar 8. Detektor Phototube


(Harvey:1956)
`
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi (II)
dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang
tertentu. Banyak sinar yang diserapakan berkorelasi dengan kuantitas analit yang terkandung di
dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer.

C. Alat dan Bahan Praktikum

Alat : Bahan

a. Spektronik-20 D 1 set a. Garam Fe(NH4)2.6H2O 0,0702 g


b. Labu takar 100 ml 2 buah b. Hidroksilamin-HCl 5% 7 ml
c. Labu takar 25 ml 6 buah c. CH3COONa 5% 56 ml
d. Gelas kimia 100 ml 1 buah d. 1,10-fenantrolin 0,1% 35 ml
e. Botol semprot 1 buah e. Aquades Secukupnya
f. Spatula 1 buah f. Asam sulfat 2 M 5 ml
g. Corong pendek 1 buah
h. Pipet volumetri 3 buah
i. Pipet tetes 3 buah
j. Batang pengaduk 3 buah
D. Prosedur Kerja Praktikum

a. Pembuatan Larutan Induk Fe (II) 100 ppm


Garam Fe(NH4)2.6H2O ditimbang sebanyak 0,0700 gram, kemudian dilarutkan menggunakan
aquades. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 ml. Sebanyak 5 ml H2SO4 2 M
ditambahkan dalam labu ukur, lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas. Dihomogenkan.
b. Pembuatan Larutan Standar Fe (II) 10 ppm
10 ml larutan induk Fe (II) 100 ppm dipipet kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian, ditambahkan
aquades hingga tanda batas. Dihomogenkan.
c. Preparasi Deret Standar
1. Ada 5 larutan standar dengan konsentrasi berbeda dibuat dari larutan standar Fe (II) 10 ppm yang
telah dipersiapkan. Diantara yaitu :
Larutan standar Fe (II) 1 ppm.

Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 2,5 ml kedalam labu ukur 25 ml.
Larutan standar Fe (II) 1,5 ppm.

Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 3,75 ml kedalam labu ukur 25 ml.

Larutan standar Fe (II) 2 ppm.

Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 5 ml kedalam labu ukur 25 ml.

Larutan standar Fe (II) 2,5 ppm.

Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 6,25 ml kedalam labu ukur 25 ml.

Larutan standar Fe (II) 3 ppm.

Larutan standar Fe (II) 10 ppm di pipet sebanyak 7,5 ml kedalam labu ukur 25 ml.

2. Tiap-tiap labu ukur ditambahkan 1 ml hidroksilamin-HCl 5%, 8 ml CH3COONa, dan 5 ml 1,10-fenantrolin


0,1 %. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas, dan terakhir dihomogenkan.

d. Preparasi Sampel
Sampel dipipet sebanyak 5 ml kedalam labu ukur 25 ml. Ditambahkan 1 ml hidroksilamin-HCl 5%, 8 ml
CH3COONa, dan 5 ml 1,10-fenantrolin 0,1 %. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas, dan
terakhir dihomogenkan.

e. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Larutan standar Fe (II) dengan konsentrasi 2 ppm di ukur absorbansinya pada rentang = 400-600 nm,
dengan jarak rentang 10 nm. Dari data hasil pengukuran dicari dengan nilai absorbansi tertinggi.

f. Pengukuran Deret Standar dan Sampel


Pengukuran absorbansi larutan standar dan sampel dilakukan pada maksimum yang telah didapat. Jika
serapan sampel berada diluar rentang deret standar, maka sampel diencerkan. Data hasil pengukuran
dibuat dalam bentuk kurva antara konsentrasi dan serapan deret standar.
g. Preparasi Larutan Blanko
Larutan blanko dibuat dari 1 ml hidroksilamin-HCl 5%, 8 ml CH3COONa, dan 5 ml 1,10-fenantrolin 0,1 %.
Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas, dan terakhir dihomogenkan.
h. Matching Kuvet
Kuvet yang diuji sebanyak 5 buah. Masing-masing kuvet diisi dengan larutan CoCl2. Kemudian, diukur
absorbansinya menggunakan larutan blanko aquades sebagai pembanding. Dari data pengukuran yang
didapat, diambil 2 kuvet yang nilai absorbansi larutan CoCl2 nya tidak terlalu berbeda jauh.

I. ANALISIS DATA
A= . l . c
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Fe dalam sampel air menggunakan alat
spektrofotometer UV-VIS. Prinsip kerja dari alat spektrofotometer UV-VIS adalah penyerapan cahaya
oleh suatu molekul dengan panjang gelombang tertentu pada daerah sinar tampak dan ultra violet.
Hukum yang mendasari percobaan ini adalah hukum Lambert-Beer yaitu :
Maka untuk memenuhi hukum Lambert-Beer tersebut, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu
: sampel harus jernih, konsentrasinya rendah, larutannya stabil, dan sinar yang digunakan merupakan
sinar monokromatis.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adah M-106, daerah analisis dari alat ini hanya pada
rentang sinar tampak, tidak bisa digunakan untuk daerah ultraviolet. Panjang gelombang yang digunakan
untuk analisis antara 380-750 nm.
Tahapan pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pembuatan larutan induk Fe(II) 100
ppm. Larutan dibuat dengan cara melarutkan garam Fe(NH 4)2(SO4)2.6H2O dengan aquades dan
ditambahkan asam. Tujuan penambahan asam adalah untuk menghindari hidrolisis, sehingga mencegah
terbentuknya endapan Fe(OH)2. Dalam keadaan basa, ion Fe2+ bisa bereaksi dengan ion OH-
membentuk endapan Fe(OH)2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Fe2+(aq) + 2OH-(aq) Fe(OH)2(s)
4Fe(OH)2(s) + 2H2O (l) + O2(g) 4Fe(OH)3(s)
Asam yang digunakan adalah H2SO4, tujuannya untuk menghindari penambahan matriks, karena
garam Fe yang digunakan sudah mengandung SO4, maka asam yang paling sesuai digunakan adalah
H2SO4.
Selanjutnya, dilakukan pembuatan larutan standar Fe(II) 10 ppm, caranya dengan mengencerkan
larutan induk. Dari larutan standar Fe(II) 10 ppm, dibuat lagi larutan deret standar dengan konsentrasi 1
ppm, 1,5ppm, 2 ppm, 2,5ppm, dan 3ppm. Pada proses pembuatan larutan deret standar dilakukan
penambahan hidroksilamin - HCl 5%. Tujuannya adalah untuk mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II). Hal ini
bertujuan untuk pembentukan kompleks yang lebih stabil. Selanjutnya ditambahkan bufer CH 3COONa
5% yang bertujuan untuk menjaga pH larutan sekitar pH 6-9. pH ini berkaitan dengan pembentukan
senyawa kompleks, jika pH terlalu basa ( > 9 ) dikhawatirkan akan terbentuk endapan
Fe(OH)2 sedangkan jika pH terlalu asam ( < 6 ) dikhawatirkan tidak terbentuk komplek dari Fe(II).
Tahap selanjutnya adalah penambahan 1,10 Fenantrolin 0,1% yang berperan sebagai ligan dalam
pembentukan komplek Fe(II)fenantrolin. Pembentukan kompleks ditandai dengan perubahan warna
larutan, dari tidak berwarna menjadi berwarna jingga. Berikut ini adalah reaksi pembentukan senyawa
kompleks Fe(II)fenantrolin :
Setelah pembuatan larutan deret standar, dilakukan juga preparasi sampel. tahap preparasi sampel
sama dengan pembuatan deret standar, yaitu sampel ditambahkan hidroksilamin-HCl 5%, CH3COONa
5%, dan 1,10 Fenantrolin 0,1%. Penambahan hidroksilamin-HCl 5% bertujuan untuk mengubah semua
ion Fe menjadi Fe(II). Karena ketika pengujian absorbansi, yang teruji dengan alat spektrovotometer
visibel adalah komplek Fe(II) yang stabil, maka agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat maka harus
dipastikan semua ion Fe dalam bentuk ion Fe(II). Setelah ditambahkan 1,10 Fenantrolin 0,1%, sampel
masih tetap tidak berwarna, maka ditambahkan larutan standar Fe(II) 10 ppm, metode ini merupakan
metode standar adisi.
Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi terhadap deret standar dan sampel, terlebih dahulu
dilakukan matching kuvet dan pengukuran lamda maksimum. Matching kuvet bertujuan untuk
menemukan dua buah kuvet yang memiliki nilai absorbansi yang samahampir mirip, agar pengukuran
absorbansi dari blanko dan sampel lebih akurat (tidak dipengaruhi oleh faktor perbedaan absorbansi
kuvet. Pada proses matching kuvet digunakan larutan CoCl2 yang berwarna merah muda. Pengukuran
maksimum bertujuan untuk menentukan panjang gelombang yang sesuai untuk pengukuran, agar
diperoleh nilai absorbansi yang maksimum. maksimum diperoleh pada 515nm.
Pengukuran absorbansi deret standar dimulai dari konsentrasi yang terendah hingga tertinggi
setelah diperoleh nilai absorbansi dari masing-masing konsentrasi, kemudian data tersebut diplotkan
kedalam grafik kurva kalibrasi. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan garis y = 0,2108x + 0,0032.
Berdasarkan data hasil pengukuran terhadap sampel diperoleh absorbansi sampel sebesar 0,337.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar Fe dalam sampel yang telah diadisi dengan larutan
standar sebesar 1,5835 ppm. Sedangkan berdasarkan faktor pengenceran, kadar Fe adalah 1,6000 ppm.
Maka diperoleh kadar Fe dalam sampel air ledeng adalah -0,0825 ppm. Perhitungan ini menggunakan uji
t dengan taraf kepercayaan 95%.

You might also like