You are on page 1of 11

<="" a="" style="border: 0px; display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; max-

width: 100%; height: auto;">

BLOG HANNY
A fine WordPress.com site

Sep19
SISTEM HEMATOLOGI
METODE TRANSFUSI

Oleh :
HANNY HAFIZA NASWIR
1110323014

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013
1. A. Pengertian Hematologi
Ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah.
Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan
jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma
darah dan bagian korpuskuli.
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan
total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah
merupakan bagian penting dari sistem transport karena darah mengalir ke
seluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan sel-sel dalam tubuh
kita.
Fungsi darah :
Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke
paru-paru.
Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus ke seluruh
tubuh.
Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung
lekosit, antibodi dan substansi protektif lainnya.
Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya.
Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
Mengatur suhu tubuh.
Mengatur keseimbangan tekanan osmotik.
Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh

Komponen darah
1. Bagian korpuskuli (elemen seluler)
a) Eritrosit (sel darah merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa adalah
lima juta/l darah sedangkan pada wanita empat juta/l darah. Berbentuk
bikonkaf, warna merah disebabkan oleh adanya Hemoglobin. Dihasilkan oleh
limpa, hati dan sum-sum tulang pada tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari,
sel yang telah tua dihancurkan di hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin
(Pigmen empedu). Fungsi primernya adalah mengangkut O2 dari paru-paru
ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.

b) Lekosit (sel darah putih)


Jumlah sel pada orang dewasa 6000 9000 sel/l darah. Diproduksi di sum-
sum tulang, limpa dan kelenjar limfe.
Terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1) Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki
granula.Terdiri dari:
Eosinofil: Mengandung granula berwarna merah dan berperan pada
reaksi alergi (terutama infeksi cacing)
Basofil : Mengandung granula berwarna biru dan berperan pada
reaksi alergi
Netrofil (Batang dan Segmen) : Disebut juga sel Poly Morpho
Nuclear dan berfungsi sebagai fagosit
2) Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula.
Terdiri dari:
Limfosit : Berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh, yaitu
Limfosit T : Berperan sebagai imunitas seluler
Limfosit B : Berperan sebagai imunitas humoral
3) Monosit : Lekosit dengan ukuran paling besar

Fungsi lekosit ada dua, yaitu :


1. Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap
benda-benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Fungsi reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya
kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah.

c) Trombosit (keping darah / sel darah pembeku)


Jumlah pada orang dewasa 200.000 500.000 sel/l darah. Bentuknya tidak
teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sum-sum tulang dan
berperan dalam proses pembekuan darah.

1. Bagian cair (plasma / serum)


Plasma adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan
cara memutar sejumlah darah yang sebelumnya ditambah dengan
antikoagulan.
Serum adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara
memutar sejumlah darah yang dibiarkan membeku tanpa penambahan
antikoagulan.
1. B. Golongan Darah
Sejak ditemukannya sistem ABO oleh Landsteiner pada 1900, sampai dengan
1999, menurut International Society of Blood Transfusion terdapat 25 sistem
golongan darah dan lebih dari 250 antigen golongan darah yang telah di
identifikasi. Sistem golongan darah terdiri dari satu/lebih antigen yang
ditentukan baik oleh gen tunggal atau sebuah cluster dari dua atau lebih gen
homolog yang berkaitan erat dimana benar-benar tidak terjadi rekombinasi
diantara gen-gen tersebut. Simbol untuk keduapuluh lima sistem golongan
darah tersebut adalah ABO, MNS, P, RH, LU (Lutheran), KEL (kell), LE
(Lewis), FY (Duffy), JK (Kidd), DI (Diego), YT (Cartwright), XG, SC
(Scianna), DO (Dombrock), CO (Colton), LW, CH/RG, H, XK, GE, CROM,
KN, IN, OK, dan RPH.
Antigen yang tidak/belum termasuk ke dalam sistem golongan darah
dimasukkan menjadi koleksi golongan darah. Koleksi Golongan
Darah adalah suatu set dari antigen yang secara genetis, biokimia, atau
serplogis berhubungan tapi tidak memenuhi syarat untuk status sistem,
biasanya antigen tersebut tidak menunjukkan ciri-ciri genetis yang benar-
benar berbeda dari semua sistem golongan darah yang ada.
Sistem golongan darah yang diperiksa dalam pelaksanaan tranfusi darah
secara rutin adalah sistem ABO dan Rhesus.
Penggolongan darah berdasarkan sistem ABO

Golongan Darah Antigen Antibody


A A Anti B
B B Anti A
AB A dan B Tidak ada
O Tidak ada Anti A, Anti B, Anti A dan B

Penggolongan darah berdasarkan sistem Rhesus

Anti Rh Kontrol Tipe Rh


(D) Rh

Positif Negative D+
Negative Negative D- (d)
Positif Positif Harus diulang atau diperiksa
dengan Rh (D) typing (saline
tube test)

INDIKASI TRANFUSI
Karena tranfusi memiliki resiko cukup besar maka pertimbangan resiko dan
manfaat benar-benar harus dilakukan dengan cermat sebelum memutuskan
pemberian tranfusi. Tidak direkomendasikan untuk melakukan tranfusi
profilaksis dan ambang batas untuk melakukan tranfusi adalah kadar Hb
dibawah 7 atau 8 g/dl kecuali untuk pasien dengan penyakit kritis.

1. C. Transfusi Darah
Tranfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien
yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan
darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi
darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat
dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar,
perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit
kekurangan kadar Hb atau kelainan darah. Tindakan transfusi darah juga bisa
dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung
menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian
kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan
periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur
rata atau tidak).

Tujuan Transfusi Darah


1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma
atau heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan
kadar hemoglobin pada klien anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya:
faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada
pasien hemofilia).

Alat dan Bahan Transfusi Darah

1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan

Prosedur Kerja Transfusi Darah


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah
transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang Y atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9%, terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah,
periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsanya,
dan periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah
a. Untuk slang Y, atur ketiga klem
b. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
c. Cara transfusi darah dengan slang Y :
i. Tusuk kantong NaCl 0,9%
ii. Isi slang dengan NaCl 0,9%
iii. Buka klem pengatur pada slang Y, dan hubungkan ke kantong
NaCl 0,9%
iv. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
v. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang
filter terisi sebagian)
vi. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl
0,9%
vii. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 2 kali agar sel-selnya
tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada tempat
penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter
terisi darah
viii. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
i. Tusuk kantong darah
ii. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga
filter terisi sebagian
iii. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
i. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka
klem pengatur bawah
ii. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama
15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam
berikutnya
iii. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl
0,9%
iv. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
v. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

1. D. Metode
2. 1. Melalui proses serologi
Darah yang didistribusikan ke berbagai kota dan rumah sakit, sebelumnya
sudah melewati proses skrining darah dengan metode serologi. Hal itu
dilakukan untuk mengecek apakah darah aman dari tiga virus yang ditularkan
lewat darah, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV. Tapi, metode ini
punya kelemahan. Dengan metode ini, diperlukan waktu dua bulan setelah
darah terinfeksi, untuk mendeteksi antibodi Hepatitis C.
Metode itu memang tak sepenuhnya menjamin keamanan transfusi darah.
Negara lain seperti Thailand dan Malaysia, sudah menambahkan metode
Pengujian Asam Nukleat atau Nucleic Acid Testing (NAT). Dengan metode
itu, infeksi virus dapat dideteksi dalam waktu kurun lima hari. Teknologi itu
sudah diterapkan di delapan kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung,
Surabaya, Semarang, Solo, Denpasar, dan Makassar. Jumlah itu hanya
mampu meng-skrining 7% dari total donasi darah di Indonesia. Padahal di
Thailand sudah mencapai angka 83%.
1. 2. Kuisioner
Selain metode NAT sedang diterapkan secara bertahap di Indonesia, PMI
juga selalu memberikan kuisioner terlebih dulu kepada calon pendonor.
Kemungkinan terinfeksi virus juga bisa dilihat dari riwayat kesehatan calon
pendonor, yang ada dalam kuisioner itu.
Kantong darah yang sudah pasti terinfeksi virus, tidak langsung
didistribusikan dan digunakan. Tapi kantong-kantong itu dimusnahkan dan
tidak akan pernah dipakai. Selain itu, PMI juga akan emberi tahu ke
pendonor yang darahnya terinfeksi, untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut.

1. E. RESIKO TRANFUSI
2. Demam
Peningkatan suhu dapat disebabkan oleh antibody leukosit, antibody
trombosit, atau senyawa pirogen. Untuk menghindarinya dapat dilakukan uji
cocok silang antara leukosit donor dengan serum resipien pada pasien yang
mendapat tranfusi leukosit. Cara lain adalah dengan memberikan produk
darah yang mengandung sedikit leukosit, leukosit yang dibuang pada produk
ini minimal 90% dari jumlah leukosit. Tranfusi juga dapat dilakukan dengan
memasang mikrofiltrasi yang mempunyai ukuran pori 40mm. dengan filter
berukuran tersebut jumlah leukosit dapat berkurang sampai 60%.
1. Reaksi Alergi
Renjatan anafilatik terjadi 1 pada 20.000 tranfusi. Reaksi alergi ringan yang
menyerupai urtikaria timbul pada 3% tranfusi. Reaksi anafiklatik yang berat
terjadi akibat interaksi antara IgA pada darah donor dengan anti-IgA spesifik
pada plasma resipien.
1. Reaksi Hemolitik
Rekasi ini terjadi karena destruksi sel darah merah setelah tranfusi akibat
darah yang inkompatibel. Reaksi hemolitik juga dapat terjadi akibat tranfusi
eritrosit yang rusak akibat paparan dekstrose 5%, injeksi air ke dalam
sirkulasi, tranfusi darah yang lisis, tranfusi darah dengan pemanansan
berlebihan, tranfusi darah beku, tranfusi dengan darah yang terinfeksi,
tranfusi darah dengan tekanan tinggi.
1. Penularan Penyakit
Tranfusi yang aman harus memperhatikan kemungkinan penularan penyakit
seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C. bakteri juga dapat mengkontaminasi
eritrosit dan trombosit sehingga dapat menyebabkan infeksi dan terjadinya
sepsis setelah tranfusi.
1. Kontaminasi
Kontaminasi bakteri pada eritrosit paling sering disebabkan Yersinia
enterocolitica. Bakteri yang mengkontaminasi trombosit yang dapat
menyebabkan kematian adalah Staphylococcus aureus, Klebsiella
pneumonia, Serratia marcescens, dan Staphylococcus epidermidis.
1. Cedera Paru Akut
Resiko tranfusi yang lain adalah cedera paru akut. Kondisi ini adalah suatu
diagnosis klinik berupa manifestasi hipoksemia akut dan edema pulmoner
bilateral yang terjadi dalam 6 jam setelah tranfusi.

REFERENSI
http://www.kapukonline.com/2012/09/prosedur-tindakan-transfusi-
darah.html
http://usadhaxamthone.com/dasar-dasar-tranfusi-darah/
http://indonesiaindonesia.com/f/13695-transfusi-darah/

Post navigation
Create a free website or blog at WordPress.com.
Follow

You might also like