You are on page 1of 10

Pengertian Asuransi Syariah

Dalam Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 disebutkan bahwa Asuransi atau Pertanggungan
adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena satu kerugian, kerusakan
atau kehilangan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.

Menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau partanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab pihak
ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diketahui setidaknya terdapat tiga unsur yang ada di dalam
asuransi :

1.bahaya yang dipertanggungkan.

2.premi pertanggungan.

3.sejumlah uang ganti rugi pertanggungan.

Dalam Islam, asuransi dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul risiko di antara sesama
orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling
pikul risiko ini dilakukan atas dasar tolong-menolong dalam kebaikan di mana masing-masing
mengeluarkan dana / sumbangan / derma (tabarru) yang ditunjuk untuk menanggung risko
tersebut.Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan Surat Al-Maidah [5] : 2 : Dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan janganlah tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.

Asuransi Syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut Fatwa DSN No. 21 /
DSN-MUI / III / 2002 tetntang Asuransi Syariah, yaitu : usaha saling melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru / yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.

Dasar dari didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan terhadap semangat saling bertanggung
jawab, kerja sama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan
umat dan masyarakat umumnya.

Menurut Syeikh Abu Zahrah dalam kitabnya Al-Takaful Al-Ijtimai fi Al-Islami (Jaminan Sosial dalam
Islam), menjelaskan pengertian Al-takaful Al-Ijtimai adalah bahwa individu-individu masyarakat ada
dalam jaminan atau tanggungan masyarakat mereka.Setiap orang yang mampu atau yang mempunyai
kekuasaan menjadi penjamin dalam masyarakat atau yang membantu.

B.Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

Prinsip Dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku
padaa konsep ekonomika Islam secara komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian
asuransi syariah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islam . Biasanya literatur ekonomika
Islam selalu melakukan penurunan nila pada tataran konsep atau institusi yang ada dalam lingkup
kajiannya, seperti lembaga perbankan dan asuransi.

Begitu juga dengan suransi, harus dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kuat dan kokoh. Dalam
hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sembilan macam yakni :

1. Tauhid

Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan
kondisi bermuamalah yang tertuntun pada nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan
aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam hati bahawa Allah SWT selalu mengawasi seluruh
gerak langkah kita dan selalu bersama kita.

2.Keadilan

Prinsip kedua adalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat
dalam akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan
kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi.

3. Tolong Menolong (Taawun)

Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan asuransi adalah harus didasari dengan semangat
tolong-menolong antara anggota (nasabah). Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus
mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu
ketika mendapatkan musibah atau kerugian.

4. Kerjasama (Cooperation)

Prinsip kerjasama merupaka prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi Islam . Manusia
sebagai mahluk yang mendapat mandat dari sang Khalik-nya untuk mewujudkan perdamainan dan
kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lainnya
yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial.

5. Amanah (Trustworthy)

Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggung
jawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan
asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-
nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuamlah dan melalui auditor public.

6. Kerelaan (Al-Ridha)

Dalam berbisnis asurasnsi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap nasabah asuransi agar mempunyai
motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang
difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosial (tabarru) memang betuk-betul digunakan untuk
tujuan membantu nasabah asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugian.

7. Larangan Riba

Bahwa dalam berbisnis asuransi kita dilarang melakukan praktek riba. Yakni bahwa kita dilarang
melakukan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.

8. Larangan Maisir

Syafii Antonio mengatakan bahwa unsur maisir (judi) artinya adanya salah satu pihak yang untung
namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan
sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversig period, biasanya tahun yang
ketiga yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian
kecil saja. Juga adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana
untung-rugi terjadi sebagai hasil ketetapan.

9. Larangan Gharar (Ketidakpastian)

Secara konevensioanal kata Syafii Antonio kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan
dalam aqd tadabuli atau akad pertukaran yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Secara syariah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan
berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar) karena kita tahu berapa yang akan
diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah uang
premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Disinilah gharar terjadi pada
asuransi konvensional.

C.Tata Cara dan Operasional Asuransi Syariah

1. Akad.

Hubungan antara perusahaan takaful dan peserta mengikatkan diri dalam perjanjian mudharabah
dengan hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian. Berbeda dengan asuransi konvensional, hubungan
antara peserta asuransi dibangun dengan semangat saling menanggung (takaful), bukan berdasarkan
akad pertukaran (tadabbuli).

Konsep al-mudharabah yang diterapkan dalam asuransi syariah mempunyai tiga unsur, antara lain :
Dalam perjanjian antara peserta dengan perusahaan asuransi, perusahaan diamanahkan untuk
menginvestasikan dan mengusahakan pembiayaan ke dalam proyek-proyek dalam bentuk musyarakah,
murabahah dan wadiah yang diamanahkan Syariat Islam.

Perjanjian antara peserta dan perusahaan asuransi berbentuk perkongsian untuk bersama-sama
menanggung risiko usaha dengan prinsip bagi hasil yang porsinya masing-masing telah disepakati
bersama.

Dalam perjanjian antara peserta dan perusahaan asuransi ditetapkan bahwa sebelum bagian
keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha dan investasi, terlebih dahulu diselesaikan klaim manfaat
takaful dari para perserta yang mengalami kerugian atau musibah.

2. Tata Cara Pengelolaan atau Investasinya Tidak Boleh Bertentangan dengan Syariat Islam.

a. Gharar (Ketidakjelasan Transaksi).

Menurut Mazhab Syafii, gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi alam pandangan kita dan
akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti.

Menurut Ibn Qayyim, gharar adalah sesuatu yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu ada
maupu tidak ada seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta liar meskipun ada.

Asuransi konvensional diharamkan karena ketidakjelasan makud alaih (sesuatu yang diakadkan) yang
meliputi hal-hal yang tidak diketahui secara pasti berapa yang diperoleh (ada ataupun tidak ada, besar
maupun kecil), tidak diketahui berapa yang dibayarkan, tidak diketahui berapa lama kita akan mampu
membayarnya. Hal-hal seperti itulah yang diharamkan oleh jumhur (mayoritas) ulama bahwa akad jual-
beli (aqad tadabbul) atau akad pertukaran harta benda (aqad muawaathun maliyatun) dalam praktik
asuransi konvensional.

Sebagai contoh : apabila terjadi klaim, seperti asuransi yang diambil 10 tahun dan pembayaran premi
sebesar Rp 1.500.000 / tahun, kemudian pada tahun kelima dia meninggal dunia, maka pertanggungan
diberikan sebesar Rp 15.000.000. Hal ini berarti uang Rp 7.500.000 yang bukan merupakan cicilan premi
selama 5 tahun adalah gharar dan tidak jelas dari mana asalnya. Berbeda dengan asuransi Islam (takaful)
sejak awal polis dibuka, sudah diniatkan 95% premi tabungan dan 5% untuk dana tabarru (kebijakan
derma atau sumbangan).

b. Maysir (Judi / Untung-Untungan)

Dalam Al-Quran disebutkan secara jelas dan tegas dalam Surah Al-Maidah [5] : 90 :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, maysir, berhala dan mengundi nasib baik dengan
anak panah adalah perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keuntungan.

Mekanisme asuransi konvensional melahirkan konsep maysir sebagai akibat dari adanya gharar.
Wahbah Zuhaili menyimpulkan bahwa transaksi yang mengandung unsur gharar adalah transaksi jual
beli yang mengandung risiko bagi salah seorang yang mengadakan akad sehingga mengakibatkan
hilangnya harta. Faktor risiko inilah yang ada dalam asuransi konvensional yang menyebabkan ia
mengandung unsur maysir.

Prof. Mohammad Anas Zarqa mengatakan yang menyebabkan haramnya asuransi konvensional karena
adanya unsur gharar yang dapat menimbulkan apa yang disebut dengan al-qumar. Al-qumar sama
dengan maysir.

Dalam asuransi konvensional, maysir dapat timbul karena ada 2 hal :

Sekiranya seseorang memasuki satu premi, ada kemungkinan dia berhenti karena alasan tertentu.
Apabila berhenti di jalan sebelum mencapai refreshing period, dia bisa menerima uangnya kembali kira-
kira sebesar 20% dan selebihnya hangus.

Apabila perhitungan kematian tepat dan menentukan jumlah polis yang tepat, maka perusahaan akan
untung, tetapi jika salah perhitungan maka perusahaan akan rugi.

Dalam asuransi Islam, meski penerima polis belum mencapai refreshing period sekalipun, bila ia ingin
mengambil dananya dikarenakan sesuatu hal, maka itu diperbolehkan karena perusahaan asuransi
dalam hal ini adalah sebagai pemegang saham.

c. Riba

Salah satu tujuan didirikannya asuransi syariah adalah dalam rangka praktik menghindari praktik riba
yang ada dalam asuransi konvensional, di mana dalam menginvestasikan dananya dengan menggunakan
mekanisme bunga. Dengan demikian, asuransi ini sangat sulit untuk menghindari praktik riba. Riba
dalam Islam adalah setiap tambahan yang diperoleh dari setiap transaksi tanpa adanya imbalan atau
ganti.

Menurut Imam Sarakhsi, Qatadah dan Raghib Al-Ashfani, riba adalah segala sesuatu yang mengandung
tiga unsur :

Kelebihan dari pokok pinjaman.

Kelebihan pembayaran sebagai imbalan tempo pembayaran.

Jumlah tambahan yang diisyaratkan dalam transaksi.

D.Jenis dan Produk Asuransi Syariah

Terdapat 3 Jenis Asuransi Syariah, antara lain :

1.Takaful Individu :

Produk Tabungan:Takaful Dana Investasi; Takaful Dana Haji; Takaful Dana Siswa; dan Takaful Jabatan.
Produk Non-Tabungan:Takaful Al-Khairat Individu; Takaful Kecelakaan Diri Individu; dan Takaful
Kesehatan Individu.

2. Takaful Group : Takaful Al-Khairat dan Tabungan Haji; Takaful Kecelakaan Siswa; Takaful Wisata dan
Perjalanan; Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan; Takaful Majlis Talim; dan Takaful Pembiayaan.

3. Takaful Umum : Takaful Kebakaran; Takaful Kendaraan Bermotor; Takaful Rekayasa; Takaful
Pengangkutan; Takaful Rangka Kapal; dan Asuransi Takaful Aneka.

1.Takaful Individu

Produk Tabungan ini terdiri dari beberapa macam, antara lain :

a. Takaful Dana Investasi.

Takaful Dana Investasi ditujukan bagi individu atau perorangan yang ingin mengumpulkan dana baik
dalam bentuk mata uang Rupiah maupun mata uang Dollar Amerika Serikat sebagai dana investasi yang
diperuntukkan bagi ahli warisnya, jika ditakdirkan meninggal dunia lebih awal atau sebagai bekal hari
tuanya.

Manfaat dari takaful dana investasi diantaranya adalah :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, peserta tetap akan memperoleh :

oDana tabungan yang telah disetor,

oBagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

Bila peserta meninggal dunia dalam perjanjian, maka ahli waris akan memperoleh :

oDana rekening tabungan yang telah disetor,

oBagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

oSelisih dan manfaat takaful awal (rencana menabung) dan premi yang sudah dibayar.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh :

oDana rekening tabungan yang telah disetor.

oBagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan.

oBagian keuntungan atas rekening khusus tabarru yang ditentukan oleh Asuransi Takaful Keluarga.

Syarat-Syarat Takaful Dana Investasi, antara lain :

Usia + masa perjanjian 65 tahun.

Minimal premi Rp 100.000 per bulan / kuitansi.


Biaya pengelolaan untuk kontrak 5 tahun ke atas sebesar 30% dari premi tahun pertama.

Besarnya dana tabarru sesuai dengan daftar tabarru.

Besarnya tabungan tahun I = premi tabarru biaya pengelolaan.

Besarnya tabungan tahun II = premi tabarru.

b.Takaful Dana Haji

Takaful Dana Haji adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan
merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang Rupiah atau Dollar Amerika Serikat untuk biaya
perjalanan haji.

Manfaat dari Takaful Dana Haji, antara lain :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, peserta tetap akan memperoleh : dana
rekening tabungan yang telah disetor; dan bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan
(mudharabah).

Bila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli waris akan memperoleh : dana rekening
tabungan yang telah disetor; bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah);
dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dan premi yang sudah dibayar.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh : dana rekening
tabungan telah disetor; bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan; dan bagian
keuntungan atas rekening khusus tabarru yang ditentukan oleh Asuransi Takaful Keluarga.

c.Takaful Dana Siswa

Takaful Dana Siswa adalah suatu bentuk perlindungan bagi seseorang yang hendak menyediakan dana
pendidikan bagi putra dan putrinya sampai sarjana baik dalam mata uang Rupiah maupun Dollar
Amerika

Serikat.

Manfaat dari Takaful Dana Siswa, antara lain :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, peserta tetap akan memperoleh : dana
rekening tabungan yang telah disetor; dan bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan
(mudharabah).

Bila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli waris akan memperoleh : dana rekening
tabungan yang telah disetor; bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah);
dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dan premi yang sudah dibayar.
Bila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli waris akan memperoleh : dana rekening
tabungan yang telah disetor; bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah);
dan selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dan premi yang sudah dibayar.

Syarat-Syarat Takaful Dana Siswa, yaitu :

Masa perjanjian = 18 tahun usia anak. Usia anak = usia ulang tahun yang akan datang. Bila si anak
berumur 1 tahun 3 bulan, maka ia dimasukkan dalam usia 2 tahun.

Biaya pengelolaan untuk kontrak 5 tahun ke atas sebesar 20% dari premi tahun pertama.

Biaya pengelolaan untuk kotrak di bawah 5 tahun dapat dilihat pada lampiran biaya.

Besarnya dana tabarru sesuai dengan daftar tabel tabarru.

Besar tabungan 1 tahun = premi tabarru biaya pengelolaan.

Besarnya biaya tabungan tahun ke-2 dan selanjutnya = premi tabarru.

d.Takaful Jabatan

Takaful Jabatan adalah suatu bentuk perlindungan untuk direksi atau ejabat teras suatu perusahaan
yang menginginkan dan merencanakan

pengumpulan dana baik dalam mata uang Rupiah maupun Dollar Amerika Serikat sebagai dana santunan
bagi ahli warisnya apabila yang bersangkutan meninggal dunia lebih awal atau sudah tidak bekerja lagi.

Manfaat dari Takaful Jabatan, antara lain :

Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta tetap akan memperoleh :
dana rekening tabungan yang telah disetor; dan bagian keuntungan atas hasil investasi rekening
tabungan (mudharabah).

Bila peserta meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli waris akan memperoleh : dana rekening
tabungan yang telah disetor; bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah);
dan dana santunan meninggal sebesar dana kematian.

Bila peserta hidup sampa perjanjian berakhir dan bila si anak sebagai penerima hibah, maka ia akan
memperoleh : dana rekening tabungan yang telah disetor; dana rekening tabungan atas hasil investasi
rekening tabungan (mudharabah); dan bagian keuntungan atas rekening khusus / tabarru yang
ditentukan oleh ketentuan takaful jabatan diantaranya adalah :

oUsia + masa perjanjian maksimal 65 tahun.

oMinimal premi per tahun Rp 5.000.000,-.

oPremi tunggak (sekaligus) minimial Rp 10.000.000,-.


oMasa perjanjian minimal 2 tahun dan maksimal 5 tahun.

Produk Non Tabungan terdiri beberapa macam, diantaranya :

a. Takaful Al-Khairat Individu.

Takaful Al-Khirat Individu adalah program yang ditujukan bagi seseorang yang bermaksud menyediakan
santunan bagi ahli warisnya bila peserta mengalami musibah kematian dalam perjanjian.

Syarat-Syarat Takaful Al-Khairat Individu, yaitu :

Maksimal usia peserta 50 tahun.

Maksimal usia peserta + kontral adalah 65 tahun.

Minimal premi Rp 150.000 / tahun.

Cara pembayaran premi tahunan.

b.Takaful Kecelakaan Diri Individu

Takaful Kecelakaan Diri Individu adalah program yang ditujukan bagi perorangan yang ingin menyediakan
santunan ahli warisnya bila peserta mengalami musibah kematian karena kecelakaan dalam masa
perjanjian.

Manfaat Takaful Kecelakaan Diri Individu, antara lain :

Cacat tetap : kehilangan fungsi atas kedua tangan, kedua kaki, kedua mata, satu tangan dan satu kaki,
satu tangan dan satu mata, satu kaki dan satu mata, dibayarkan sebesar 100% x Manfaat Takaful (MT).

Cacat sebagian : kehilangan fungsi atas : lengan kanan mulai dari bahu (70% x MT),

Cacat sebagian : kehilangan fungsi atas : lengan kanan mulai dari bahu (70% x MT), lengan kiri mulai dari
bahu (56% x MT), tangan kanan mulai dari siku (65% x MT), tangan kiri mulai dari siku (52% x MT),
tangan kanan mulai dari pergelangan kanan (60% x MT), tangan kiri mulai dari pergelangan kiri (50% x
MT), penglihatan sebelah mata (50% x MT), pergelangan kedua belah telinga (50% x MT), pendengaran
sebelah telinga (15% x MT), satu kaki (50% x MT), ibu jari kanan (25% x MT), ibu jari kiri (20% x MT), jari
telunjuk kanan (15% x MT), jari telunjuk kiri (12 x MT), kelingking kanan (12% x MT), kelingkin kiri (7% x
MT), jari tengah / jari manis kanan (6% x MT) dan jari tengah / jari manis kiri (5% x MT).

Premi : 3% / tahun.

Bila sampai akhir masa perjanjian tidak ada klaim, maka ia akan memperoleh surplus dana jika ada yaitu
berupa dana bagi hasil atas surplus dana tersebut dari Asuransi Takaful Keluarga.

c.Takaful Kesehatan Individu


Takaful Kesehatan Individu adalah program yang ditujukan bagi perorangan yang bermaksud untuk
menyediakan dana santunan rawat

inap dan operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian.

Manfaat Takaful Kesehatan Individu bila sampai akhir masa perjanjian tidak ada klaim, maka peserta
akan memperoleh bagi hasil atas surplus dana tersebut.

Syarat-Syarat Takaful Kesehatan Individu, antara lain :

Usia peserta masuk 5 s/d 50 tahun.

Usia peserta 5 s/d 18 tahun merupakan penambahan polis dari orang tuanya.

Masa kontrak 1 tahun.

Pembatasan 1 tahun.

Minimal premi Rp 150.000 / tahun.

Cara pembayaran premi tahunan.

Manfaat kesehatan dibayarakan untuk perawatan minimal 4 hari.

Sistem pembayaran dalam reimbursement.

Jangka waktu pengajuan klaim 14 hari.

Khusus wanita, ketika masuk tidak dalam kondisi hamil.

Pembayaran klaim adalah 80% dari kuitansi dan maksimal = manfaat kesehatan dan bukan untuk biaya
melahirkan.

You might also like