Professional Documents
Culture Documents
ASFIKSIA NEONATRUM
Disusun Oleh :
Nama : Rizkianna Narwiningtyas
Nim : 2013730094
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2
meningkat) dan asidosis.
Menurut American College of Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan
American Academy of Pediatrics (AAP), seorang neonatus disebut mengalami
asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut.
a. Nilai Apgar menit kelima 0-3.
b. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0).
c. Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma).
d. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan
kardiovaskular,gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).
e. Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multi organ, kejang dan
ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang
mengalami episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko
disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan
utama.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium beupa analisis gas darah tali pusat menunjukkan
hasil asidosis pada darah tali pusat:
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan
penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
a. Darah perifer lengkap
b. Analisis gas darah sesudah lahir
c. Gula darah sewaktu
d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
e. Ureum kreatinin
f. Laktat
g. Ronsen dada
h. Ronsen abdomen tiga posisi
i. Pemeriksaan USG kepala
j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala
Faktor Risiko
Hipertensi dalam kehamilan Post matur (usia gestasi 41 Prolaps tali pusar
minggu)
Pernapasan
Tonus otot
Pernapasan
Pernapasan mungkin sulit dinilai dalam satu atau dua menit pertama setelah
lahir. Hal ini dikarenakan setelah upaya bernapas awal, pernapasan bayi dapat
berhenti selama beberapa detik, diikuti dengan pernapasan regular yang cukup untuk
mempertahankan laju denyut jantung lebih dari 100x/menit. Bila denyut jantung
kurang dari 100x/menit, maka kemungkinan perlu diberikan ventilasi tekanan positif.
Tonus otot merupakan penilaian yang subyektif dan bergantung pada usia
gestasi bayi, namun cukup akurat dalam memprediksi kebutuhan resusitasi pada bayi.
Seorang bayi dengan tonus otot yang baik (menggerak gerakkan tungkai dengan
postur yang sesuai usia gestasinya) umumnya tidak memerlukan resusitasi.
Sebaliknya bayi dengan tonus otot lemah (tidak bergerak-gerak dan postur tubuh
ekstensi) seringkali membutuhkan resusitasi aktif.
Laju Denyut Jantung
Bayi baru lahir memiliki laju denyut jantung sekitar 130x/menit segera setelah
lahir, bervariasi antara 110 hingga 160x/menit. Laju denyut jantung diharapkan selalu
diatas 100x/menit selama menit pertama kehidupan pada bayi yang sehat. Laju denyut
jantung merupakan kunci utama dalam penilaian resusitasi, tanda pertama dari
perbaikan kondisi bayi adalah peningkatan laju denyut jantung.
Oksigenasi
Bila semua jawaban ya, maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam
prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan,
diletakkan skin to skin dengan ibunya dan diselimuti dengan kain kering untuk
menjaga suhu. Bila terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka
bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan:
(a) memberikan kehangatan1
Untuk bayi cukup bulan atau usia gestasi mendekati cukup bulan, keringkan
bayi dang anti kain yang sudah basah dengan yang kering. Pada bayi dengan usia
gestasi kurang dari 28 minggu, disarankan untuk menaikan suhu ruangan menjadi 26
o
C dan membungkus bayi dengan plastik polietilen setinggi leher sebelum
mengeringkan bayi. Kepala bayi tidak terbungkus dan dikeringka, sementara bagian
tubuh sisanya terbungkus plastik dan tidak dikeringkan sebelumnya. Pada bayi
dengan berat dibawah 1000 gram disarankan untuk membungkus bayi dengan matras
penghangat.
Penghisapan trakea hanya dilakukan pada bayi tidak bugar (depresi napas,
tonus otot lemah, denyut jantung dibawah 100x/menit) dengan kecurigaan obtruksi
jalan napas.
Kain yang sudah basah harus segera diganti dengan kain baru yang kering dan
bersih agar bayi tetap hangat.
Pernapasan merupakan tanda vital pertama yang berhenti jika bayi mengalami
kekurangan oksigen. Setelah periode awal pernapasan cepat, periode apneu primer
akan terjadi.
Pada periode ini, jika bayi diberikan rangsang taktil, bayi akan kembali
bernapas. Namun, jika bayi terus menerus mengalami kekurangan oksigen selama
apnu primer, bayi akan berusaha napas megap megap dan kemudian memasuki
periode apnu sekunder, selama periode apnu sekunder, rangsang taktil
berkepanjangan tidak akan berhasil dan bantuan pernapasan harus diberikan.
(e) Memposisikan Kembali Bayi Pada Posisi Menghidu (Setengah
Ekstensi)
Jangan lupa untuk menilai upaya napas dan laju denyut jantung bayi untuk
memastikan apakah bayi sudah dalam kondisi stabil atau bahkan mengalami
perburukan.
Lakukan resusitasi dengan mengintegrasikan
1. Airway (membuka jalan napas) : untuk membuka jalan napas, pertama
tempatkan bayi pada posisi telentang dan kepala ditengah. Selimut atau
handuk setebal 2 cm ditempatkan dibawah bahu bayi untuk membantu
mempertahankan poisisi kepala bayi, terutama jika terjadi moulding yang
cukup besar setelah lahir. Pertahankan posisi setengah menghidu
2. Pengisapan mulut dan faring
Selain mengeringkan dan merangsang taktil bayi, pengisapan juga merupakan
salah satu tindakan yang dapat merangsang napas.
Pengisapan hanya dilakukan jika jalan napas mengalami obstruksi. Obstruksi
dapat disebabkan oleh partikel mekoneum, bekuan darah, mukus atau verniks.
Secara umum pengisapan dilakukan pada bayi yang tidak bugar dan
menunjukan gejala obstruksi yang jelas.
3. Penanganan jalan napas pada kondisi air ketuban bercampur mekoneum
Beberapa penelitian tidak menyarankan pengisapan mulut, faring atau
endotrakeal pada kondisi air ketuban bercampur mekoneum jika bayi lahir
bugar, tindakan pengisapan tersebut memperbaiki kondisi bayi, tidak
mencegah sindrom aspirasi mekoneum dan bahkan dapat membahayakan bayi.
4. Breathing (ventilasi setelah melakukan langkah awal , lakukan penilaian usaha
napas, laju denyut jantung dan tonus. Berikut bagas resusitasi blok b
(breathing).
Bila bayi gagal mencapai pernapasa spontan yang efektif atau dalam keadaan
apnu sekunder atau laju senyut jantung dibawah 100 kali permenit lakukan
ventilasi tekanan positif. Lakukan ventilasi tekanan positif tanda uatama dari
ventilasi yang efektif adalah laju denyut jantung membaik dengan segera dan
selanjutnya bertahan dalam rentang normal.
Memulai ventilasi
Menilai keberhasilan ventilasi :
- Apabila bayi masih tidak bernapas dan denyut jantung < 100 kali
permenit makan ventilasi tekanan positif tetap dilanjutkan.
- Apabila bayi bernapas tidak adekuat dan denyut jantung > 100 kali
permenit maka lanjutkan dengan pemberian PEEP
- Apabila bayi bernapas adekuat dan denyut jantung > 100 kali
permenit maka lanjutkan dengan perawatan pasca resusitasi
- Apabila bayi masih tidak bernapas dan denyut jantung turun < 60
kali permenit maka pastikan ventilasi sudah adekuat dan kompesi
dada dapat dimulai.
Efektivitas ventilasi dapat dinilai berdasarkan hal dibawah ini :
- bayi lahir tanpa denyut jantung yang jelas, intubasi harus dilakukan
sesegera mungkin setelah lahir.
Obat-obatan dan cairan jarang digunakan pada reusitasi bayi baru lahir.
Kondisi bradikardia umumnya disebabkan oleh hipoksia dan ventilasi
yang tidak adekuat, sedangkan apnu disebabkan oleh oksigenasi yang
kurang pada batang otak. Oleh karena itu, pemberian ventilasi yang
adekuat merupakan langkah terpenting untuk menngkatkan laju denyut
jantung. Walau demikian, terkadang laju denyut jantung tetap dibawah
60 kali permenit walau telah diberikan ventilasi adekuat dan kompresi
dada maka kondisi demikian harus diberikan adrenalin harus diberikan.
Pemberian epinefrin
Epinefrin diberikan jika sudah dilakukan kombinasi kompresi dada dan VTP
Efektif selama 45-60 detik, tetapi HR <60x/ menit. Dosis yang diberikan 0,1-
0,3 mL/kgBB larutan 1:10.000 setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB) i.v. atau
Melalui selang endotrakeal dengan dosis 0,5-1 mL/kgBB dosis dapat diulang
3-5 menit jika frekuensi jantung tidak .