Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya,
karena beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia
lanjut, cenderung membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan
dengan pasien yang lebih muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami efek samping dan interaksi obat yang merugikan (Anonim, 2004).
Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga
pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak
obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-
rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian
banyak obat yang ditelan pasti terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat
serius dan sering menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini lebih
sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita
lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi,
gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,
gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering
mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan,
penglihatan dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia
memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya(Darmansjah, 1994).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Polifarmasi
lebih obat-obatan oleh pasien yang sama. Namun, polifarmasi tidak hanya
berkaitan dengan jumlah obat yang dikonsumsi. Secara klinis, kriteria untuk
Polifarmasi meningkatkan risiko interaksi antara obat dengan obat atau obat
dengan penyakit. Populasi lanjut usia memiliki risiko terbesar karena adanya
2004).
1.1 Farmakodinamik
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam polifarmasi adalah risiko munculnya
efek samping obat dan interaksi obat yang serius. Dalam beberapa kasus,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 75% efek samping obat yang
yang kurang tepat, dan kurangnya edukasi dan kompliansi pasien. Penelitian
juga menyatakan bahwa efek samping obat terjadi 6% pada pasien yang
macam obat bersamaan, dan 100% ketika lebih dari 8 obat digunakan (Terrie,
2004).
Efek samping obat polifarmasi terutama timbul pada pasien tua. Hal ini dapat
lebih kompleks pada orang tua, sehingga sulit untuk menentukan apakah
gejala fisik dan psikis yang timbul merupakan bagian dari proses penuaan
normal. Sulit untuk mengetahui apakah gejala yang timbul pada orang tua
gejala, seperti halusinasi dan kejang, yang perlu ditangani dengan obat-obatan
lahan sampai dosis terkecil obat tersebut dapat ditinggalkan. Obat dengan
yang lama sekitar 6 bulan sampai 1 tahun atau lebih. Karena risiko efek
Polifarmasi dan interaksi obat lebih sering terjadi dan lebih serius pada pasien
sering terjadi pada pasien tua dengan kondisi medis multipel. Interaksi obat
menyebabkan kegagalan terapi atau efek samping obat. Inhibisi metabolik
dapat meningkatkan kadar obat beberapa kali dengan konsekuensi yang serius
(Standridge, et al.,2010).
1.4 Inhibisi
Interaksi yang signifikan secara klinis terjadi pada obat-obatan yang sering
(Standridge, et al.,2010).
1.5 Potensiasi
dibeli sendiri untuk rematiknya dan ginkgo biloba untuk memorinya. Pasien
mencegah terjadinya stroke. Pada kasus ini, ASA menghambat platelet dan
1.6 Akumulasi
P450 2C9 (CYP 2C9). Toksisitas digoksin dapat timbul pada pasien yang
seperti cytochrome P450 (CYP450). Suatu obat dapat menjadi inhibitor atau
menginduksi jalur tertentu, dan menjadi substrat pada jalur lainnya. Eliminasi
1. Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada indikasi
yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang sesungguhnya
3. Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
4. Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan
memonitor kadar plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat umumnya lebih
rendah.
5. Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan
6. Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat yang
Menurut Leipzig :
3. Jenis-jenis Polifarmasi
SATUSIMPTOM
untuk mengobati pasien demam. Ketiga obat ini termasuk golongan antipyretic
analgetic yang digunakan untuk menghilangkan demam dan rasa nyeri. Tujuan
dan menurunkan efek samping obat. Tapi, contoh kombinasi di atas tidak
lebih banyak, yang dapat ditimbulkan oleh masing-masing obat. Jenis kombinasi
dokter, tapi juga telah ada sediaan obat dalam bentuk kombinasi tetap
nyata, malah mungkin dapat menimbulkan bahaya dan yang jelas harganya akan
tetap seperti obat reumatik, obat batuk, obat diare, obat asma bronkhiale,
dsb yang dianggap tidak rasional dan mengundang lebih bayak timbulnya efek
samping.
Sama seperti contoh di atas, kombinasi sejenis ini tidak saja ditulis secara
tersendiri oleh dokter, tapi juga tersedia dalam bentuk kombinasi tetap. Obat anti
mukosa lambung, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui
maka obat anti rheumatic ini dikombinasi dengan antasida, antagonis reseptor
Tujuan kombinasi obat di sini ialah mengurangi efek samping obat utama,
obat yang dikombinasi, yang mungkin saja mengurangi efek obat utama. Dalam
hal ini, obat kombinasi yang diberikan juga mempunyai efek samping dan
kemungkinan lebih besar daripada obat utama. Kalau demikian halnya, maka
akan berderet jumlah obat yang fungsinya menghilangkan efek samping obat
lainnya, tapi justru akan menambah efek samping yang baru, sehingga akhirnya
Selain contoh obat kombinasi di atas, masih banyak lagi ditemukan di pasaran
dengan phenobarbital.
Secara klinis, kombinasi ini ada yang bermakna dan ada pula yang tidak
terdapat dalam darah tidak berubah. Efek yang sama efektifnya akan didapat
dengan memberikan parasetamol dosis yang agak lebih tinggi. Kalau
tinggi dengan harga yang jauh lebih murah dan tidak menambah efek samping
menguntungkan, tapi tetap dianggap kurang rasional, karena ada cara pemberian
PASIEN.
Kombinasi antara metampiron dengan vitamin neurotropik (B1, B2, B6, B12)
banyak beredar di pasaran yang dikemas alam bentuk kombinasi tetap. Indikasi
dan uang. Contoh lain ialah pemberian antara antasid dengan tranquilizer seperti
pasien yang mengalami ansietas. Tidak menjadi masalah kalau pasiennya juga
menderita ansietas, tapi kalau tidak maka diazepam atau klordiazepoksid yang
diberikan akan menjadi mubazir. Malah akan menambah efek samping atau
Pemberian obat jenis ini sering diberikan pada pasien dengan banyak keluhan
EFEK POTENSIASI.
Pemberian kombinasi obat ini sering dilakukan pada antibiotika, baik secara
kombinasi tetap atau tidak tetap. Sampai saat sekarang, hanya ada dua jenis
klavulonat).
Sedangkan kombinasi lainnya harus dapat dibuktikan secara laboratoris
sebelum dipakai. Kombinasi jenis ini juga sering dilakukan pada analgesik,
adalah suatu analgesik yang poten dan dapat meningkatkan efek analgesik obat
lain. Namun belum ada bukti penelitian yang menunjang pernyataan tersebut.
obat secara polifarmasi. Sirup batuk bahkan ada yang mengandung 6 zat aktif,
mengeluarkan dahak atau lender yang mengental pada bronkhus pada jenis batuk
yang produktif. Kalau dikombinasi dengan antitusf maka batuk akan terhenti dan
dahak dan lender yang kental tidak bisa keluar dengan lancar. Sedangkan
antitusif hanya digunakan pada pasien yang batuk nonproduktif yang sampai
Ada pula sediaan obat flu yang mengandung 6 bahan aktif dalam satu tablet,
gejala demam, hidung buntu, batuk, alergi dan ngantuk. Kombinasi ini
maksudnya ada untuk menguatkan obat lainnya. Ada pula yang bertujuan untuk
menghilangkan efek samping obat utama. Kalau semua gejala ada pada pasien,
mungkin obat kombinasi ini cocok dan pas untuk pasien ini. Tetapi, kalau
pasien hanya demam dan hidung buntu maka bahan aktif lainnya seperti
Ada pula sediaan obat untuk asma bronkial yang terdiri dari prednisolon,
bronkial karena dapat menyebabkan depresi nafas dan spasme bronkhus yang
alumunium hidrosid, papaverin HCl, klordiazepoksid, vitamin B1, B2, B6, B12
b. obat anti asma yang terdiri dari ekstrak belladona, efedrin, kafein,
analgesik atau anti inflamasi obat lain. Malah, ia dapat meningkatkan efek
Semakin banyak bahan aktif yang diminum oleh pasien, semakin banyak
kemungkinan efek samping yang akan timbul. Kalau pasien ternyata alergi
obat, sulit untuk menentukan bahan aktif yang mana sebagai penyebab
alerginya.
Kerugian Polifarmasi
antara gejala penyakit yang dialami pasien dengan gejala yang timbul akibat
efek samping.
Keuntungan Polifarmasi
rumah, aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat
self limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa perlu bertemu dokter, biaya
pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat
menghindari rasa malu atau stres apabila harus menampakkan bagian tubuh
15.00)