You are on page 1of 14

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

CASE STUDY

FLAIL CHEST

Di Susun Oleh:

Kelompok 8

Aisyah (14.IK.373)
Annisa Aryati (14.IK.375)
Beatricia Indra Junita (14.IK.380)
Devi Agustin (14.IK.384)
M. Rizki Alfian (14.IK.404)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2017
Case Study Trauma :

Seorang laki laki usia 35 tahun mengalami kecelakaan karena menabrak pohon di bawa
ke UGD. Pada pemeriksaan pasien mengalami penurunan kesadaran dan hanya berespon
terhadap rangsangan nyeri. Pada pemeriksaan di temukan paradox movement, swelling
pada daerah dada sebelah kanan, dan krepitasi. Hasil vital sign diperoleh TD : 90/60
mmHg, N : 120x/mnt, RR : 10 x/mnt dan SPO2 60 %

1. Apa yang terjadi pada pasien ?


2. Tindakan apa yang harus segera dilakukan pada pasien tersebut ? sebutkan
alasannya ?
3. Buat Clinical Pathway pada kasus tersebut
4. Buat LP beserta asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien tersebut ?

Jawab :

1. Pasien mengalami Flail chest akibat kecelakaan menabrak pohon


2. Tindakan yang harus dilakukan pada pasien yaitu :
a. Buka Jalan nafas kaji Airway, Breathing, Circulation agar tidak terjadinya
sumbatan jalan nafas.
b. Miringkan pasien ke arah sebelah kiri dan gunakan bantal untuk menyanggah
dada pasien agar tidak terjadinya penekanan pada dada sebelah kanan yang telah
mengalami krepitasi dan swelling
c. Berikan terapi oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien NRM 8
ltr/mnt
3. PATHWAY

Trauma kompresi
anteroposterior dari rongga
thorax

Lengkung iga akan lebih


melengkung lagi kearah lateral

Fraktur iga multiple segmental Saat inspirasi, rongga


Krepitasi dada mengembang
(Flail Chest)

Gangguan pergerakan Gerakan fragmen costa yang


dinding dada patah menimbulkan gesekan
antara ujung fragmen dengan
jaringan lunak sekitar
Gerakan napas paradoksal

Stimulasi saraf
Fungsi ventilasi menurun

O2 menurun, CO2
Nyeri dada
meningkat

Kompensasi takikardi Sesak napas


Saturasi O2
Ketidakefektifan
pola nafas Sianosis
LAPORAN PENDAHULUAN

FLAIL CHEST

A. Pengertian Flail Chest

Flail chest adalah istilah medis yang menggambarkan beberapa patah tulang
rusuk,ketika tulang rusuk yang patah atau dislokasi di lebih dari satu tempat dan tidak
ada lagi sepenuhnya terhubung ke tulang rusuk lainnya.
Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih
mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka
stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada bila
terjadi pada satu sisi.
Flail Chest adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya
fraktur iga multipel berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada
tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak paradoksal
(kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan
bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.

B. Etiologi
Flail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:
1. Trauma Tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa
antara lain: Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari
ketinggian, atau jatuh pada lantai yang keras atau akibat perkelahian.
2. Truma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka tusuk
dan luka tembak
3. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang
menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya
gerakan yang berlebihan dan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga: Lempar
martil, soft ball, tennis, golf.

C. Patofisiologi
Flail chest, adanya pertahanan pada dua segmen koste atau lebih akan mengganggu
keseimbangan dalam pernafasan. Bila segmen thorak mengembang bebas, maka akan
terdorong bebas ke dalam oleh tekanan atmosfer biasa yang mengurangi kemampuan
paru untuk berekspansi pada saat inspirasi.
Akibatnya oksigen yang masuk dalam paru akan mengalami penurunan, jika hal ini
terjadi, selanjutnya peredaran oksigen dalam darah akan menurun, pada saat ekspirasi,
tekanan paru yang meningkat akan mendorong udara keluar paru, tapi segmen hasil yang
telah kehilangan integrasinya akan menonjol keluar sehingga kesanggupan sangkar
toraks mendorong udara keluar dari paru akan berkurang.
Hal ini juga disebabkan karena sebagian karbondioksida pada paru yang tidak
mengalami trauma, masuk kedalam paru yang menonjol pada daerah flail chest.Karbon
dioksidapun terakumulasi pada bagian yang fraktur dan volume udara ekspirasi
berkurang.Terakumulasinya karbondioksida pada paru mengakibatkan suatu keadaan
asidosis respiratori. Pada pasien flail chest,pada saat inspirasi, paru-paru akan
menggencet jantung, membatasi pompa hjantung sehingga CO menurun dan aliran darah
ke seluruh tubuh menjad berkurang.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnosa flail Chest
adalah:
1. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada
saat inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini
tidak akan tampak pada klien yang menggunakan ventilator.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Sianosis
5. Akral dingin
6. Wajah pucat
7. Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim
paru.

E. Komplikasi
1. Iga: fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada
2. Pleura,paru-paru, bronchi: hemopneumothoraks, empisema
3. Jantung: tamponade jantung, rupture jantung, rupture otot papilar, ruptur klep
jantung.
4. Pembuluh darah besar: hematothoraks
5. Esofagu: mediastinitis
6. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal.
7. Gagal napas yang disebabkan oleh adanya ineffective air movement (Tidak
efektifnya pertukaran gas), yang seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru,
dan nyeri.
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah
1. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun
- Pa Co2 kadang kadang menurun
- Pa 02 menurun
- Saturasi O2 menurun
2. Hemoglobin mungkin menurun
3. Rontgen Standar
- Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan jumlah dan tipe
costae yang mengalami fraktur
- Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma tumpul
thoraks, adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio pulmo
menunjukkan hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur kosta.
4. EKG
5. Monitor laju nafas
6. Pulse Oksimetri

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada
b. Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak keluar
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Penatalaksanaan Operatif / invasif
a. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
b. Pemasangan alat bantu nafas
c. Chest tube
d. Aspirasi (thoracosintesis)
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
Miringkan pasien pada arah daerah yang terkena.
Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan
pada kriteria:
Gejala contusio paru
Syok atau cedera kepala berat
Fraktur delapan atau lebih tulang iga
Umur diatas 65 tahun
Riwayat penyakit paru-paru kronis
h. Oksigen tambahan

1. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat bernafas.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
SOCRATES adalah Site (lokasi), Onset, Character (tajam, diremas, ditekan),
Radiation (menjalar ke leher, lengan dan rahang ?), Association (terkait dengan
rasa mual, pusing, atau palpitasi), Timing (apakah bervariasi waktunya dalam
satu hari?) , Exacerbating and relieving factor (factor pencetus dan pereda :
apakah mereda atau memburuk dengan bernafas atau perubahan postur ?).
Severity (keparahan) : apakah mempengaruhi aktivitas harian atau tidur ?
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.

b. Pengkajian pasien dengan pendekatan per sistem dengan meliputi :


a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, disritmi, irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,
tanda Homman, hipotensi/hipertensi ; DVJ.
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar,
keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada
; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ;
kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas,
bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
c. Pengkajian Sistem

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
a. Tujuan
Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
b. Kriteria hasil
Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru
Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor
tersebut
c. Rencana tindakan
Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
Posisikan klien dada posisi semi fowler
Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan
ajarkan cara bernafas efektif
Minimalkan distensi gaster
Kaji pernafasan selama tidur
Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea

2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
a. Tujuan
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
b. Kriteria hasil
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat
dengan tepat
Tekanan darah normal
Tidak ada peningkatan nadi dan RR
c. Rencana Tindakan
Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas hiburan
Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
Jelaskanprosedu sebelum memulai
Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi,
latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi : pemberian analgetik

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik


a. Tujuan
Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
b. Kriteria hasil
Penyembuhan luka sesuai waktu
Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
c. Rencana Tindakan
Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau
drainae
Monitor suhu tubuh
Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
Kolaborasi pemberian antibiotik.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan


ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
a. Tujuan
Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
b. Kriteria hasil
1. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2. Mempertahankan posisi fungsinal
3. Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
4. Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
c. Rencana Tindakan
Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
Tinggikan ekstrimutas yang sakit
Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas
yang sakit dan tak sakit
Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur
ketika bergerak
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhanAwasi teanan daraaah,
nadi dengan melakukan aktivitas
Ubah psisi secara periodik
Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC
Nuratif & Kusuma. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA
NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction
Smeltzer, Suzanne C. 2007. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 .
Jakarta : EGC.
Somantri, Iman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Tambunan, Elvina S., dkk. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Kemahasiswaan
Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika.

You might also like