Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Asiklovir merupakan derivat guanosin yang berkhasiat untuk pengobatan infeksi
virus herpes. Namun penelitian tentang validasi metode penetapan kadar acyclovir masih
jarang dilakukan, maka perlu adanya pengembangan. Tujuan penelitian ini adalah
melakukan validasi metode penetapan kadar asiklovir menggunakan KCKT dan aplikasinya
dalam sediaan salep. Validasi penetapan kadar salep asiklovir menggunakan KCKT dengan
kolom C18 dan fase gerak hasil optimasi campuran asetonitril:asam fosfat (80:20 v/v) dan
detektor uv-visibel 254 nm. Uji validasi yang dilakukan meliputi akurasi, presisi, selektivitas,
linieritas dan sensitivitas. Metode tervalidasi diaplikasikan pada penetapan kadar salep
asiklovir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji validasi memenuhi persyaratan sebagai
berikut : Uji akurasi dengan perolehan kembali 99,603-101,800 %, uji presisi dengan nilai
RSD 0,302 %, selektivitas yang baik, linieritas dengan nilai korelasi (r) 0,9998, LOD sebesar
0,282 g/mL dan LOQ sebesar 0,635 g/mL. Hasil penetapan kadar menggunakan metode
KCKT pada sediaan salep diperoleh hasil 104,632%. Hal ini memenuhi persyaratan kadar
yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V (2014).
terlebih dahulu. Validasi metode ini harus v/v dibuat dengan cara sebanyak 200 ml
memenuhi persyaratan yaitu presisi, akurasi, asetonitril dimasukkan ke dalam labu takar 250
liniearitas, selektivitas, dan sensitivitas ml. Kemudian sebanyak 50 ml asam fosfat
(Harmita, 2004). ditambahkan kedalam labu takar berisi
Sehubungan hal tersebut maka asetonitril, lalu dihomogenkan dengan digital
penelitian ini bertujuan untuk melakukan ultrasonic cleaner pada suhu 30C selama 15
validasi penetapan kadar asiklovir secara menit.
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) Pembuatan fase gerak dengan
menggunakan fase diam C18 dan fase gerak perbandingan asetonitril:asam fosfat= 75:25 v/v
asetonitril:asam fosfat dengan perbandingan dibuat dengan cara sebanyak 187,5 ml
(80:20;75:25 dan 70:30) v/v serta asetonitril dimasukkan kedalam labu takar 250
mengaplikasikannya dalam sediaan salep. ml. Kemudian sebanyak 62,5 ml asam fosfat
ditambahkan kedalam labu takar berisi
METODOLOGI asetonitril, lalu dihomogenkan dengan digital
Bahan dan Alat ultrasonic cleaner pada suhu 30C selama 15
Bahan-bahan yang digunakan dalam menit.
penelitian ini adalah baku pembanding asiklovir Pembuatan fase gerak dengan
(Phapros), metanol grade HPLC 100% perbandingan asetonitril:asam fosfat=70:30 v/v
(merck), aquabidest, asam fosfat 85 %, asam dibuat dengan cara sebanyak 175 ml asetonitril
klorida pekat, asetonitril, es batu dan salep yang dimasukkan kedalam labutakar 250 ml.
mengandung asiklovir 250 mg. Kemudian sebanyak 75 ml asam fosfat
Alat-alat yang digunakan yaitu ditambahkan kedalam labu takar berisi
Seperangkat KCKT (Jasco) terdiri dari pompa asetonitril, lalu dihomogenkan dengan digital
(PU 2080 plus), injektor manual, kolom C18 ultrasonic cleaner pada suhu 30C selama 15
lichrosper 100, reverse phase C18 (100 mm x menit (Bhavar, et al, tahun 2014).
4,6 mm ID, 5 m), detektor UV (2070 plus),dan
pengolah data pada komputer (Ezchromelite), Optimasi Fase Gerak
spektrofotometer UV-Vis (1800 Shimadzu), Optimasi campuran fase gerak terdiri
syringe (Hamilton), timbangan analitik dari asetonitril:asamfosfat dengan perbandingan
(Ohaus), penyaring eluen (Whatman), digital asetonitril:asam fosfat(80:20 v/v);
ultrasonic cleaner (Jeken), mikropipet asetonitril:asam fosfat(75:25 v/v) dan
(Socorex), dan alat-alat gelas yang lazim asetonitril:asam fosfat (70:30 v/v). Kemudian
digunakan di laboratorium analitik. dipilih perbandingan fase gerak yang
memberikan hasil resolusi yang terbaik. Laju
Pembuatan Larutan Stok Baku Asiklovir alir yang digunakan adalah 1 mL/menit
Ditimbang asiklovir sebanyak 50 mg, (Ravisankar et al, 2015).
kemudian dilarutkan kedalam labu ukur 250 ml.
Kemudian ditambahkan dengan fase gerak Pembuatan Kurva Baku
asam fosfat : asetonitril (80:20 v/v) sampai Larutan stok baku asiklovir 200 g/mL
tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi 200 dipipet sebanyak 100 L, 200L, 300 L, 400
g/ml (Ravisankar, et al, 2015). L, 500 L, dan 600 L, masing-masing
dimasukkan kedalam labu takar 10 mL.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kemudian masing-masing larutan stok tersebut
Larutan stok baku asiklovir 200 g/ml ditambah fase gerak campuran
dipipet 100 L kemudian dimasukkan ke dalam asetonitril:asamfosfat (80:20 v/v) sampai tanda
labu takar 10,0 mL. Kemudian diencerkan batas dan kocok hingga homogen sehingga
dengan metanol sampai tanda batas sehingga diperoleh kadar Asiklovir 2 g/mL, 4 g/mL, 6
diperoleh larutan asiklovir 2 g/ml. Larutan g/mL, 8 g/mL, 10 g/mL, 12 g/mL. Lalu
discanning menggunakan spektrofotometer UV masing-masing larutan disaring dengan
pada panjang gelombang 200-300 nm. Setelah membrane penyaring nylon 0,2 m, dan
itu dipilih panjang gelombang yang maksimum. diinjeksikan kesistem KCKT dengan volume
penyuntikan 20 L (Ravisankar,et al, 2015).
Pembuatan Fase Gerak
Pembuatan fase gerak dengan Validasi
perbandingan asetonitril:asam fosfat = 80:20 a. Uji Ketelitian
36
Inovasi Teknik Kimia, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017, Hal. 35-41 ISSN 2527-6140, e-ISSN 2541-5890
Larutan yang mengandung Asiklovir 10 suasana asam HCl. Lalu dipanaskan larutan
g/mL diinjeksikan sebanyak 20 L ke alat dalam tabung reaksi selama beberapa menit,
KCKT. Uji ini dilakukan replikasi sebanyak 6 setelah itu dibekukan dengan es. Untuk
kali. Kemudian dicacat hasil uji berupa luas memisahkan zat maka disentrifugasi pada30
area, waktu retensi, lebar dan tinggi puncak. rpm selama 15 menit. Disaring masing-masing
Selanjutnyadihitung presentase koefisien dengan membrane filter 0,45 m. Kemudian
variasinya. larutan sampel diambil 1 ml diarutkan dengan
fase gerak sebanyak 50 ml. Sampel dianalisis
b. Uji Ketepatan dengan menggunakan KCKT dengan fase gerak
Uji ketepatan dilakukan dengan metode asetonitril:asam fosfat (80:20 v/v) dan fase
penambahan baku (standard addition method) diam C18. Detektor diatur pada panjang
yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit gelombang 254 nm. Sebanyak 20 L
sampel dengan penambahan baku 80 % setara diinjeksikan dengankecepatanalir 1 mL/menit.
dengan 40 g/mL, 100% setara dengan 50 Penetapan kadar sampel dilakukan sebanyak 6
g/mL dan 120% setara dengan 60 g/mL, kali pengulangan untuk salep sampel. Dihitung
dimana masing-masing dilakukan 3 kali kadar Asiklovir dengan mensubstitusikan luas
replikasi. Masing-masing sebanyak 20 L area sampel Y kedalam persamaan regresi linier
diinjeksikan kedalam KCKT. y=bx+a (Ravisankar, et al 2015 dan Ghosh, et
al, 2012).
c. Uji Linieritas
Larutan baku Asiklovir dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 2; 4; 6; 8; 10 dan12 g/mL, Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
diinjeksikan sebanyak 20 L ke alat KCKT. Hasil scanning larutan asiklovir
Luas area dari puncak Asiklovir yang diperoleh menunjukkan serapan maksimum pada panjang
setiap konsentrasinya dibuat persamaan regresi gelombang 254,90 nm. Panjang gelombang
linier, dan dihitung koefisien korelasinya. Uji maksimum larutan asiklovir dapat dilihat pada
linieritas dilakukan 3 kali pengulangan. Gambar 1.
Persamaan garis linier yang paling baik
digunakan sebagai persamaan kurva baku
dalam menetapkan kadar sampel.
d. Uji Selektivitas
Larutan yang mengandung Asiklovir
diinjeksikan sebanyak 20 L kealat KCKT.
Berdasarkan kromatogram dapat dilihat puncak
analit Asiklovir dan komponen lainnya dalam
salep dapat terpisah dengan sempurna.
Selektivitas metode dapat ditentukan melalui
perhitungan daya resolusinya (Rs).
Gambar 1. Hasil Scanning Panjang
e. Uji Sensitivitas Gelombang Maksimum Asiklovir
Larutan yang mengandung Asiklovir Menggunakan Spektrofotometri UV
konsentrasi 2; 4; 6; 8;10; dan 12 g/mL
diinjeksikan sebanyak 20 L kealat KCKT. Uji
sensitivitas dinyatakan dengan uji batas deteksi Panjang gelombang maksimum tersebut
(LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ). Batas sama dengan penelitian yang dilakukan
deteksi dan batas kuantifikasi metode dihitung Somsubhra G., et al(2015) yaitu larutan
secara statistik menggunakan persamaan garis asiklovir menunjukkan serapan maksimum
regresi linier yang diperoleh dari uji linieritas. pada panjang gelombang 254 nm.
38
Inovasi Teknik Kimia, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017, Hal. 35-41 ISSN 2527-6140, e-ISSN 2541-5890
keterangan :
A = kosentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku (total)
B = kosentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku
C = kosentrasi bahan baku yang ditambahkan
40
Inovasi Teknik Kimia, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017, Hal. 35-41 ISSN 2527-6140, e-ISSN 2541-5890