Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan
penyakit yang mendunia. Varicela merupakan penyakit menular yang dapat
menyerang siapa saja, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi. Di
Amerika Varisela sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5%
kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada
anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4%. Di Indonesia, tidak banyak
data yang mencatat kasus varicela atau cacar air secara nasional. Data yang
tercatat merupakan data epidemi cacar air pada daerah tertentu saja. Data Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas menyebutkan, selama periode Januari hingga
November 2007, sedikitnya 691 warga terkena penyakit cacar air atau varicela.
Jumlah penderita terbanyak pada kecamatan Kembaran dengan 155 pasien,
kemudian kecamatan Kalibagor 79 penderita, dan kecamatan Karanglewas 75
orang.
Herpes zoster yang menyerang cabang 2 dan 3 dari nervus 5 dapat menyebabkan
kelumpuhan oral. Di sisi lain, reaktivasi virus pada ganglion genikulatum pada
saraf kranial ke 7 dan ke 8 dapat menyebabkan terjadinya Ramsay Hunt
1
sindrome. Apabila virus menginfeksi daerah lumbosakral ganglia maka dapat
terjadi disfungsi dari kandung kemih dan ileus. Pada bayi rata-rata resiko
kematian adalah sekitar 4 kali lebih besar dan pada dewasa sekitar 25 kali lebih
besar. Rata-rata 100 kematian terjadi di USA sebelum ditemukannya vaksin
varicella, komplikasi yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain:
pneumonia, komplikasi SSP, infeksi sekunder, dan perdarahan.
Data lain menyebutkan bahwa morbiditas penyakit ini 4000 kasus di rumah sakit
dalam satu tahun, dan mortalitasnya 50 100 kematian dalam satu tahun, dengan
perkiraan biaya perawatan mencapai 400 juta dollar sehingga pada tahun 1995
pemerintah mengadakan kebijakan dengan membuat vaksinasi untuk penyakit
Varisela.
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan
oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster
ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun.
Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia
di bawah 20 tahun.
2
ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf
sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut
tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan
untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada
dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang
terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten
setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun,
tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari
ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi
herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi
karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Mengetahui mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya
penyakit varicella dan herpes zoster.
3
1.3.2 Tujuan Khusus :
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan
vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya).
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya
tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
5
2.2 Etiologi
Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi
pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit
varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela)
menyebabkan herves zoster.
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong
virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa
herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu,
sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili
yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas
menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya
menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini
pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro
virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus
pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi
meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine
(thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari
gejala prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri
kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa
tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian
menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel
yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
6
Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata,
mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi
pembesaran kelenjar getah bening regional (lymphadenopathy regional).
Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya
erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada
5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi
erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan
unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi
terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat
jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari
ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta.
Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya
terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan
erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat
menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom
torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).
7
kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai
gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1
sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata,
kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII),
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
8
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
9
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
2.4 Patofisiologi
Varicella primer disebabkan oleh infeksi Varicella Zooster Virus, suatu Herpes
Virus. Penularan melalui inhalasi (droplet) atau kontak langsung dengan lesi di
kulit penderita.
10
yang terjadi setelah empat sampai enam hari setelah inokulasi awal. Virus
kemudian menggandakan diri di liver, spleen, dan organ lain yang
memungkinkan.
Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel partikel virus yang menyebar
di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan typical vesicular
rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat terjadi pada saat itu.
Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21 hari. Pasien mampu
menularkan penyakitnya sejak satu sampai dua hari sebelum muncul rash sampai
muncul lesi yang mengeras, biasanya lima sampai enam hari setelah muncul rash
pertama kali.
Hal lain yang harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV bertahan hidup
dengan cara menjadi dormant di system saraf sensorik, terutama Geniculatum,
Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant. Mekanisme imunologi host
gagal menekan replikasi virus, namun VZV diaktifkan kembali jika mekanisme
host gagal menampilkan virus. Kadang kadang terjadi setelah ada trauma
langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes zoster. Virus
bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan sensoris pada
dermatom dan rash yang nyeri dan khas.
11
12
2.5 Komplikasi
Komplikasi Varicella
13
Dimana angka kematian berkisar 5-20%.
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan,
atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus
dengan jaringan nekrotik.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya
lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang
tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
14
2.6 Penatalaksanaan
- Lesi masih berbentuk vesikel dapat diberikan bedak agar tidsk mudah pecah
- Vesikel yang sudah pecah atau sudah berbentuk krusta, dapat diberikan salep
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
- Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat
(aspirin untuk menghindari terjadinya sindrom Reye).
- Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
akibat garukan
- Pemberian anti virus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat
- Pemberian anti virus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam
setelah erupsi dikulit muncul
- Golongan anti virus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir, dan
famasiklovir
- Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan Herpes Zooster :
15
2.7 Pemeriksaan Penunjang
16
BAB III
3.1 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Varisela & Herpes Zoster
a. Pengkajian
Gejala subyektif berupa keluhan demam, nyeri kepala, anorexia dan malese.
Lesi dalam berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang
muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan
krusta yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan
ekstremitas. Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjungtiva.
Suhu : dapat terjadi demam antara 38-39 C
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b/d erupsi pada kulit dtd lesi terasa gatal, klien tampak
menggaruk luka
2. Hipertermi b/d infeksi Virus VZV dtd suhu tubuh meningkat, akral teraba
hangat
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b/d kerusakan kulit/jaringan dtd klien
17
c. Intervensi keperawatan
DX 1
Intervensi :
- Lakukan inspeksi lesi setiap hari dan pantau adanya tanda-tanda infeksi
- ubah posisi klien tiap 2-4 jam dan anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan
lembut
Rasional : tekanan dari baju membiarkan luka terbuka terhadap udara meningkat
proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
DX 2
Intervensi :
18
- Anjurkan Klien untuk banyak minum air putih
Rasional : menurunkan suhu tubuh yang tinggi dan mencegah infeksi lanjut
DX 3
DX 4
a. Ruangan tersendiri; pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi karena
organisme yang sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang sama.
b. Gunakan masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang yang
masuk kedalam ruangan.
19
c. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang
kemungkinan terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan kepada
klien lain.
d. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan kedalam
tempat khusus dan diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi atau
diproses ulang kembali
DX 5
Intervensi Rasional
1.Tekankan pentingnya teknik cuci 1. Mencegah kontaminasi silang,
tangan yang baik untuk semua individu menurunkan resiko infeksi.
yang datang kontak dnegan pasien
2. Gunakan skort, sarung tangan, masker 2. Mencegah masuknya organisme
dan teknik aseptic, selama perawatan Infeksius
kulit.
3. Awasi atau batasi pengunjung bila 3. Mencegah kontaminasi silang dari
perlu Pengunjung
4. Cukur atau ikat rambut di sekitar 4. Rambut merupakan media yang baik
daerah yang terdapat erupsi. untuk pertumbuhan bakteri.
5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang 5. Meningkatkan penyembuhan.
lepas (termasuk pecahnya lepuh)
6. Awasi tanda vital 6. Indikator terjadinya infeksi.
DX 6
20
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan
merendahkan diri sendiri.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
21
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
d. Evaluasi
Krusta berkurang
Suhu kulit, kelembaban dan warna kulit serta membran mukosa normal alami
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi VZV dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu Varicella dan Herpes
Zooster. Varicella sering dijumpai pada anak-anak sedangkan Herpes Zooster
lebih sering dijumpai pada usia yang lebih tua. Penanganan yang tepat dari kedua
penyakit diatas dapat mencegah timbulnya komplikasi yang berat pada anak-
anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anak-anak, dapat mencegah
dan mengurangi penyakit yang timbul.
4.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK
Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby
Company, Toronto.
24
TELAAH JURNAL
Manado.
2. Renate T. Kandou
3. Grace M. Kapantow
Hasil Penelitian :
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2012 ditemukan
insiden varisela sebesar 2,68%. Varisela ditemukan terbanyak pada kelompok
umur dewasa muda yaitu 15 sampai 24 tahun, yaitu 9 kasus (33,3%), kasus pada
perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, dengan jumlah 16 kasus (59,3%),
musim kejadian tersering adalah musim panas yaitu bulan April sampai
September, dengan jumlah 15 kasus (55,6%), sumber penularan varisela tidak
diketahui (tidak ada data lengkap), dan terapi yang paling sering diberikan adalah
terapi kombinasi antara antivirus dan antibiotik (topikal atau sistemik), dengan
jumlah 15 kasus (55,6%).
25
Lampiran Pertanyaan :
2. Apakah benar penyakit varisela (cacar air) hanya terjadi 1 kali seumur hidup dalam
tubuh seseorang?
Jawab : kebanyakan orang memang hanya mengalami 1 kali sebab Orang yang
pernah menderita varisela telah terbentuk kekebalan sehingga jarang
terjadi serangan kedua. Sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah
sembuh dari varisela) menyebabkan herpes zoster
Penanya : Ernita
26
Tubuh masing-masing.
27
1. Apakah diagnosa utama serta intervensi dari penyakit Varisela dan Herpes
Zoster?
Jawab
Intervensi :
- Lakukan inspeksi lesi setiap hari dan pantau adanya tanda-tanda infeksi
- ubah posisi klien tiap 2-4 jam dan anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan
lembut
Rasional : tekanan dari baju membiarkan luka terbuka terhadap udara meningkat
proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
28
2. Perbededaan mendasar Varisela dan Herpes Zoster adalah jika pada Varisela lesi
dapat menyebar ke seluruh tubuh dan berbentuk gelembung-gelembung berisi
cairan. Sedangkan pada Herpes Zoster lesi hanya di bagian unilateral tubuh saja
dan bukan berupa gelembung.
3. Keluhan utama pada klien dengan Varisela adalah demam, mengeluh nyeri kepala,
kulit terasa gatal dan panas.
sedangkan pada herpes zoster lesi terasa panas seperti terbakar.
29