You are on page 1of 20

2.

1 PENGERTIAN TERAPI CAIRAN/INFUS

Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya
cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin
atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam
tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)

Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena
dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. (Protap RSUD
Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009)

Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak
sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan
medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

2.2 TUJUAN PEMBERIAN TERAPI CAIRAN/INFUS

Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)

a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral

b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa

c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah

d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh

e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)

f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan

(Setyorini, 2006 : 5)

2.3 MACAM-MACAM CAIRAN INFUS

Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali dipasaran. Kondisi orang
sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan penyakitnya. Cairan sebagai terapi
seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang optimal. Pemberian cairan yang salah bisa
memperberat penyakit pasien. Rancangan cairan disesuaikan dengan kondisi patologis (Darmawan,
2007). Sementara itu Leksana (2010) membagi jenis cairan yang sering digunakan dalam pemberian
terapi intravena berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:
* Cairan Kristaloid

Cairan dengan berat molekul rendah ( < 8000 Dalton ) dengan atau tanpa glukosa, mempunyai
tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler, dan
mengandung elektrolit: Ringer lactate, Ringers solution, NaCl 0,9%, Tidak mengandung elektrolit:
Dekstrosa 5%. Cairan ini rata-rata memiliki tingkat osmolaritas yang lebih rendah dengan osmolaritas
plasma. Contoh cairan tersebut adalah

1. Normal Saline

2. Ringer Laktat (RL)

3. Dekstrosa

4. Ringer Asetat (RA)

* Cairan Koloid

Cairan dengan berat molekul tinggi ( > 8000 Dalton ), merupakan larutan yang terdiri dari molekul-
molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan
intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek
samping lebih banyak, dan lebih mahal.

Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari
membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat menarik
cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume yang sama
dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan meningkatkan tekanan
osmose plasma.Contohnya adalah

1. Albumin

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

3. Dextran

4. Gelatin

* Cairan Khusus

Cairan ini dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi. Adapun macam-macamnya adalah
sebagai berikut :

1. MANNITOL

2. ASERING

3. KA-EN 1B
4. KA-EN 3A & KA-EN 3B

5. KA-EN MG3

6. KA-EN 4A

7. KA-EN 4B

8. Otsu-NS

9. MARTOS-10

10. AMINOVEL-600

11. PAN-AMIN G

12. TUTOFUSIN OPS

2.4 KOMPOSISI CAIRAN INFUS, INDIKASI, DAN KAPAN PENGGUNAAN

* Cairan Kristaloid

1. Normal Saline

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.

Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi :

a. Resusitasi

Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein
besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena
gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada
intravaskuler.

b. Diare

Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk
mengganti cairan yang hilang tersebut.

c. Luka Bakar

Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau
cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk
mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.

d. Gagal Ginjal Akut


Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan
ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit.

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan


ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.

Kemasan : 500, 1000 ml.

Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan
kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama
di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi
saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada
dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik,
karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati pemberian
pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).

Kemasan : 100, 250, 500 ml.


Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan
sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari
25 mg/100ml).

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA berbeda
dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat
dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi elektrolit
mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan dehidrasi berat dan
syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-
4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada
dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.

Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini dikarenakan
adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi
dalam hati menjadi bikarbonat.

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai
pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok hemoragik;
pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi regional; priming
solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada stroke akut dengan
komplikasi dehidrasi.

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi
Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam waktu
2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-parameter volume kinetik.
Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi arteri yang disebabkan
hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.

Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus cepat RL
dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa pada 20
pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio sesarea. Studi ini
memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter di atas, karena dapat
memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu
yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut, sehingga
umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena
kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian
RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut,
terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL
secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan
pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-diastolik).

* Cairan Koloid

1. Albumin

Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan
dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih
kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka
lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.

Indikasi :

a. Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia,
atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal
akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.

b. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan
hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek
diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.

c. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi


besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.

d. Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis
memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin pada terapi tersebut
dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat
menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan
organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.

Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh
darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi,


hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis, karena dapat
meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat
perdebatan.

Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian menyatakan
bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :

Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.

Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.

Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.

HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada kondisi
sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.

Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis karena :

Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.

HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada pasien
sepsis dengan hipovolemia.

HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, dan liver
failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh: transplantasi
ginjal).

Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada pasien
dengan sepsis.

Efek samping : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam jangka
waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.

Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran

Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.

Indikasi :
a. Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.

b. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah,
dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40
mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.

Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,


hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang
parah.

Efek samping : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan dapat
menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal. Pada dosis
tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.

Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin

Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.

Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,

Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki efek
antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.

Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada
keadaan hiperkalsemia.

Efek samping : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000 pasien,
dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan dengan
starches.

Contoh : haemacel, gelofusine.

* Cairan Khusus

1. MANNITOL

D-Manitol. C6H14O6

Indikasi :

Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada
pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan
intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi genitouriner pada
operasi prostat atau operasi transuretral.
2. ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq

Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan
hati

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL
pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran

Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat
meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

3. KA-EN 1B

Indikasi:

a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

b. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
c. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

Komposisi :

Tiap 1000 ml isi mengandung

sodium klorida 2,25 g

anhidrosa dekstros 37,5 g.

Elektrolit (meq/L) :

a. Na+ 38,5

b. Cl- 38,5

c. Glukosa 37,5 g/L.

d. kcal/L : 150

4. KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

Kompisisi :

KA-EN 3A

Tiap liter isi mengandung

- sodium klorida 2,34 g

- potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g

- anhydrous dekstros 27 g.

- Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 60

b. K+ 10

c. Cl- 50

d. laktat- 20
e. glukosa : 27 g/L.

f. kcal/L : 108

KA-EN 3B

Tiap liter isi mengandung

- sodium klorida 1,75g,

- ptasium klorida 1,5g,

- sodium laktat 2,24g,

- anhydrous dekstros 27g.

- Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 50,

b. K+ 20,

c. Cl- 50,

d. laktat- 20,

e. glukosa 27 g/L.

f. kcal/L. 108

5. KA-EN MG3

Indikasi :

a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

c. Mensuplai kalium 20 mEq/L

d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

Komposisi :

Tiap liter isi mengandung bahan :

sodium klorida 1,75g,


potassium klorida 1,5g,

sodium laktat 2,24g,

anhydrous dekstros 100g.

Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 50,

b. K+ 20,

c. Cl- 50,

d. laktat- 20,

e. glukosa 100 g/L;

f. kcal/L: 400

6. KA-EN 4A

Indikasi :

a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal

c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 40 gr/L

7. KA-EN 4B

Indikasi:

a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia


c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

Na 30 mEq/L

K 8 mEq/L

Cl 28 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 37,5 gr/L

8. Otsu-NS

Indikasi:

a. Untuk resusitasi

b. Kehilangan Na > Cl, misal diare

c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi


adrenokortikal, luka bakar)

Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L

Na+ = 154

Cl- = 154

9. Otsu-RL

Indikasi:

a. Resusitasi

b. Suplai ion bikarbonat

c. Asidosis metabolik

Komposisi : Mengandung elektrolit mEq/L

Na+ = 130

Cl- = 108.7

K+ = 4
Ca++ = 2.7

Laktat = 28

10. MARTOS-10

Indikasi:

a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat
dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

komposisi : Mengandung 400 kcal/L

11. AMIPAREN

Indikasi:

a. Stres metabolik berat

b. Luka bakar

c. Infeksi berat

d. Kwasiokor

e. Pasca operasi

f. Total Parenteral Nutrition

g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

Komposisi :

Setiap liter Amiparen isi mengandung

L-leucine 14g,

L-isoleucine 8g,

L-valine 8g,

lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),


L-threonine 5,7g,

L-tryptophan 2g,

L-methionine 3,9g,

L-phenylalanine 7g,

L-cysteine 1g,

L-tyrosine 0,5g,

L-arginine 10,5g,

L-histidine 5g,

L-alanine 8g,

L-proline 5g,

L-serine 3g,

aminoacetic acid 5,9g,

L-aspartic acid 30 w/w%,

total nitrogen 15,7g,

sodium kurang lebih 2 mEq,

acetate kira-kira 1220 mEq.

Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.

12. AMINOVEL-600

Indikasi:

a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

b. Penderita GI yang dipuasakan

c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

d. Stres metabolik sedang

e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

Komposisi :
Tiap liter Aminovel 600 berisi

amino acid (L-form) 50g,

D-sorbitol 100g,

ascorbic acid 400mg,

inositol 500mg,

nicotinamide 60mg,

pyridoxine HCl 40mg,

riboflavin sodium phosphate 2,5mg,

Elektrolit :

a. Sodium 35 mEq,

b. potassium 25 mEq,

c. magnesium 5 mEq,

d. acetate 35 mEq,

e. maleate 22 mEq,

f. chloride 38 mEq.

Setiap 50g asam amino berisi :

a. L-isoleucine 3,2gram,

b. L-leucine 2,4g,

c. L-lysine (calculated as base) 2g,

d. L-methionine 3g,

e. L-phenylalanine 4g,

f. L-threonine 2g,

g. L-tryptophan 1g,

h. L-valine 3,2g,

i. L-arginine (calculated as base) 6,2g,

j. L-histidine (calculated as base) 1g,

k. L-alanine 6g,
l. glycine 14g,

m. L-proline 2g

13. PAN-AMIN G

Indikasi:

a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

b. Nutrisi dini pasca operasi

c. Tifoid

Komposisi :

Tiap liter infuse mengandung

L-arginine HCl 2,7g,

L-histidine HCl H2O 1,3g,

L-isoleucine 1,8g,

L-leucine 4,1g,

L-lysine HCl 6,2g,

L-methionine 2,4g,

L-phenyilalanine 2,9g,

L-threonine 1,8g,

L-tryptophane 0,6g,

L-valine 2g,

glycine 3,4g,

D-sorbitol 50g

air.

14. TUTOFUSIN OPS

Per liter :

Natrium 100 mEq,


Kalium 18 mEq,

Kalsium 4 mEq,

Magnesium 6 mEg,

Klorida 90 mEq,

Asetat 38 mEq,

Sorbitol 50 gram.

Indikasi :

a. Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi.

b. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca
operasi

c. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan
intraselular

d. Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial

Kontraindikasi :

Insufisiensi ginjal

intoleransi Fruktosa & Sorbitol

kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate

keracunan Metil alkohol

Hati-hati pada :

Penyakit ginjal atau jantung

retensi cairan

hipernatremia

2.5 CARA PEMAKAIAN INFUS

Dalam pemakaian infus perlu dipersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan alat-alatnya, meliputi :
Standar infuse, Set infuse, Cairan sesuai program medic, Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai,
Pengalas Torniket, Kapas alcohol, Plester, Gunting, Kasa steril, Betadine, Sarung tangan.

Setelah itu dilanjutkan dengan tahap pemasangan infus, yang terdiri dari :
Cuci tangan Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang
ke botol infuse.

Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem
slang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar.

Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan.

Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi atas tempat penusukan
dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar ).

Gunakan sarung tangan steril.

Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.

Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum (
abocath ) mengarah ke atas.

Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar bagian dalam ( jarum
) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.

Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan
menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar.

Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse.

Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.

Lakukan fiksasi dengan kasa steril Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran
jarum Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

a. Pemasangan infus merupakan teknik yang mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan
stilet tajam yang kaku seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan.

Pemberian infus melalui vena.

b. Tujuan : Untuk mengembalikan kembali cairan tubuh yang hilang dan Sebagai pengganti nutrisi.

c. Indikasi : kecepatan aliran infus harus di pantau tiap jam

Kontraindikasi : Pada pasien dehidrasi berat.


3.2. Daftar Pustaka

Barbara kozier, 2010. Buku Ajar Fundamentak Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Jakarta :
EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Masrifatul. 2011. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya.Health
Book.

You might also like