You are on page 1of 14

NARKOBA DAN TERORISME

DI INDONESIA

Pengertian Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti
polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas
Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut
adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih
banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya
pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.

Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan


pengertian Narkotika adalah Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif lainnya
adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada
kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan

Meskipun demikian, penting kiranya diketahui bahwa tidak semua jenis narkotika
dan psikotropika dilarang penggunaannya. Karena cukup banyak pula narkotika dan
psikotropika yang memiliki manfaat besar di bidang kedokteran dan untuk kepentingan
pengembangan pengetahuan.Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997,
narkotika dan psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang
dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut, siapapun yang memiliki,
memproduksi, menggunakan, mendistribusikan dan/atau mengedarkan narkotika dan
psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana
tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, namun
setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika
golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini
apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV
sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,


Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-
shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis


maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat
mengganggu sistem syaraf pusat, seperti:

Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa


zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh:
lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.

JENIS JENIS NARKOBA


a. Jenis narkotika terdiri dari 3 golongan :
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

b. Jenis-jenis psikotropika :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
Masalah Narkoba

Masalah Narkoba penulis letakkan pada urutan pertama, karena narkoba sudah
meracuni demikian banyak anak muda penerus bangsa. Kita bersyukur kini memiliki
angkatan kerja diusia produktif 17-39 tahun terbanyak. Tetapi apakah kita tahu, berapa
banyak dari mereka yang terkontaminasi narkoba? Narkoba tidak hanya beredar diluar
penjara saja, tetapi di dalam penjarapun para bandar itu masih aktif berbisnis racun itu.
Seorang mantan napi tipikor mengatakan kepada penulis, narapidana narkoba biasanya
paling enak hidupnya di penjara, karena mampu membayar, dia sumber pemerasan,
setelah itu baru narapidana tipikor.

Kasus narkoba terus meningkat, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)


selama tahun 2012 menangani 26.561 kasus narkoba dan telah terselesaikan 22.822 kasus
atau 81 persen, sehingga 3.739 kasus masih menjadi tunggakan atau 19 persen pada 2013.
"Jumlah tersangka kasus narkoba selama tahun 2012 sebanyak 32.892 orang," kata
Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo saat acara rilis akhir tahun di Mabes Polri Jakarta,
Jumat. barang bukti yang diamankan yakni ganja kering sebanyak 21.000 kilogram, lahan
ganja seluas 88 hektare, heroin sebanyak 34.000 gram, ekstasi sebanyak 2,8 juta butir dan
sabu-sabu sebanyak 1,9 ton.

Yang menarik dan berbahaya, terdapat kasus narkoba, sindikat warga Iran-
Indonesia di Pantai Kampung Kelapa Condong, Sukabumi dengan jumlah tersangka
sepuluh orang warga negara Iran dan barang bukti yang berhasil diamankan sabu-sabu
sebanyak 60 kilogram, senjata api sebanyak tiga pucuk dan speed boat sebanyak satu
unit.

Sepanjang tahun 2012, BNN telah memroses 117 laporan kasus penyalahgunaan
narkoba dan menjerat 187 tersangka di sepanjang tahun 2012. "Belum optimalnya
kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait dalam melaksanakan program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap narkoba (P4GN),"
kata Kepala BNN yang baru pengganti Komjen Pol Gorries Mere, Irjen Pol Anang
Iskandar, dalam jumpa pers di Gedung BNN, Jakarta, Rabu (26/12).
Dikatakannya,"Tidak adanya payung hukum dan kurang tersosialisasinya produk
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan amanat UU nomor 35
tahun 2009 untuk dijadikan pedoman dan petunjuk pelaksanaan di lapangan."

Selanjutnya, jaringan sindikat narkoba Warga Negara India -Malaysia jenis sabu
pada tanggal 29 Mei 2012. Tempat kejadian perkara di Penjaringan - Jakarta Utara dan
Cengkareng - Jakarta Barat, dengan jumlah tersangka dua orang Warga Negara India dan
Malaysia dan barang bukti yang berhasil diamankan 165 kilogram sabu-sabu.

Kasus lain yang besar adalah pengungkapan jaringan sindikat peredaran sabu
Malaysia - Jakarta pada tanggal 28 November 2012, dimana tempat kejadian perkara di
Perumahan Citra, Jakarta Barat dan Kinari Residence, Tangerang. "Dengan jumlah
tersangka empat orang Warga Negara Indonesia (WNI) dan satu orag Warga Negara
Malaysia dan barang bukti yang berhasil diamankan sebanyak 250 kilogram sabu-sabu.

Pengertian Terorisme

Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para
pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti
peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa
serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki
justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan
yang kejam.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan


"terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang
pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam
pembenaran dimata terrorism : "Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari
tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang".
Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.
Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh negara atau dikenal
dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti dikemukakan oleh Noam
Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke dalam kategori itu. Persoalan standar ganda
selalu mewarnai berbagai penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika
Amerika Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain
liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme
yang mengerikan hingga melanggar konvensi yang telah disepakati.

Masalah Terorisme

Indonesia pada pemerintahan kedua Presiden SBY setelah mampu menata


perekonomian yang lebih stabil, dan kini terlihat mulai menata komponen pertahanan
dengan menaikkan budget pertahanannya. Pengadaan alutsista didapat, baik melalui
pengadaan maupun hibah dari negara lain dalam kerangka kerjasama pertahanan.
Pertahanan negara tidak hanya menghadapi musuh dari luar, tetapi juga secara cerdas
pemerintah telah menyiapkan kemungkinan berkembangnya perang hibrida dan masalah
terorisme di dalam negeri. Pembelian pesawat tempur sergap dilakukan sejalan dengan
pengadaan pesawat Counter Insurgency (COIN) Super Tucano TNI AU untuk
mengantisipasi kemungkinan berkembangnya ancaman lokal, yaitu para insurgent.

Pada 1980-an, Martin van Creveld seorang ahli militer dari Israel meramalkan
bahwa konflik militer konvensional antar angkatan bersenjata reguler negara-negara
akan menurun frekuensinya. Sementara konflik intensitas rendah yang dilakukan oleh
milisi, penguasa, kelompok kriminal, dan pasukan paramiliter akan meningkat secara
eksponensial dalam mengembangkan dunia. Prediksinya telah terbukti dalam dekade
terakhir.

Para ahli militer di beberapa negara maju kini lebih fokus dalam memperdalam
ancaman yang populer dengan nama perang hybrid (hibrida). Perang Hybrid adalah
sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional , perang yang tidak
teratur dan ancaman cyberwarfare . Selain itu, perang hybrid digambarkan berupa
serangan nuklir , senjata biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang
informasi. Perang Hybrid dapat digunakan untuk menggambarkan dinamika yang
fleksibel dari kompleksitasnya palagan tempur yang membutuhkan respon sebuah unsur
pertahanan dan keamanan agar beradaptasi dalam menghadapinya secara tangguh.

Masalah terorisme di Indonesia walau terjadi secara sporadis, penulis nilai cukup
mengganggu dan harus lebih fokus untuk dituntaskan. Perkembangan terorisme kini
merupakan salah satu ancaman yang masih terkendali, dimana pengaruh Timur Tengah
yang diadopsi para tokoh teror di Indonesia telah mulai pudar. Setelah Osama bin Laden
ditembak Navy SEALs pengaruh Al-Qaeda menurun drastis di dunia internasional, Al
Qaeda hanya menunjukkan eksistensi di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Unsur
teroris di Indonesia kini beralih kearah perang tradisional dalam memperjuangkan
ideologi sesuai dengan kepentingannya. Secara teori, terorisme yang irregular tersebut
dimasukkan dalam kelompok hybrid terrorism.

Menurut Frank Hoffman (AS), salah seorang pakar yang mendalami teori Hybrid
War, menyatakan bahwa ancaman hibrida menggabungkan berbagai macam modus
yang berbeda dari perang konvensional termasuk kemampuan, taktik dan formasi yang
tidak teratur. Tindakan teroris termasuk langkah kekerasannya yang tanpa pandang bulu
dengan melakukan pemaksaan serta merupakan gangguan kriminal. Perang hibrida dapat
dilakukan oleh dua negara dan juga oleh berbagai aktor non-negara (dengan atau tanpa
dukungan negara)

Pada kasus narkoba kita dapat simpulkan sebagai bangsa Indonesia kita harus dapat
mewaspadai ancaman dari narkoba yang apabila tidak dipotong jalurnya akan merusak
kehidupan generasi penerus bangsa seperti kaum-kaum muda janan sekarang. Narkoba
mudah didapat dan yang jelas berbisnis narkoba akan sangat mudah mendapat untung
besar. Narkoba bisa dimanfaatkan dalam sebuah operasi intelijen untuk melemahkan dan
menghancurkan bangsa Indonesia. Keterlibatan beberapa warga asing sangat patut
diwaspadai dan didalami lebih lanjut, seperti kasus adanya tokoh teror luar negeri yang
beroperasi di Indonesia beberapa tahun yang lalu. Sulit diungkap tetapi harus dilakukan
penyelidikan dari sisi intelijen. Makanya sebagai generasi muda harus pandai-pandai untuk
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan mau untung cepat terjerumus ke
hal-hal yang tidak benar.

Pada kasus terorisme dapat disimpulkan bahwa maka aparat yang bertanggung
jawab dalam aspek pertahanan keamanan sebaiknya lebih memahami dan mengantisipasi
perkembangan ancaman berupa perang hybrid tersebut pada tahun yang akan datang ,
dimana perkembangan jaman akan terus berubah setiap tahunnya, jadi semua orang
bukan hanya aparat saja lebih tepatnya harus bisa mengendalikan diri dan pikiran jangan
berbuat seenaknya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Sesuatu yang diinginkan
dapat dilakukan dengan musyawarah bukan meneror seseorang.

Dari dua aspek yang disoroti sebagai ancaman potensial bangsa pada tahun akan
datang, perkembangan kedua aspek yang sebenarnya sudah kita fahami akan tetap
menjadi masalah yang menggantung dan sulit diatasi apabila kita tidak fokus. Kita harus
mengatasi masalah narkoba yang bak penyakit jantung, narkoba adalah silent killer,
demikian juga musuh luar dan dalam yaitu terorisme.

Seperti yang dikatakan oleh rekan penulis di BNPT, Prof DR Komaruddin


Hidayat, "Kita selalu sibuk sehingga tidak bisa mengambil jarak dari kehidupan praktis
mekanistis sehingga tidak bisa merenung dan membuat refleksi tentang makna dan tujuan
hidup, tak ubahnya pesawat terbang yang kehilangan peta titik koordinat dan tujuan akhir
mendarat. Selalu sibuk tapi kehilangan sense of meaning of life. Kesibukan tanpa
pemahaman dan penghayatan yang mendalam, untuk apa dan siapa hidup ini dijalani."

Namun, istilah terorisme sendiri pada 1970-an dikenakan pada beragam


fenomena: dari bom yang meletus di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan
dan kelaparan. Beberapa pemerintahan bahkan menstigma musuh-musuhnya sebagai
teroris dan aksi-aksi mereka disebut terorisme. Istilah terorisme jelas berkonotasi
peyoratif, seperti istilah genosida atau tirani. Karena itu istilah ini juga rentan
dipolitisasi. Kekaburan definisi membuka peluang penyalahgunaan. Namun pendefinisian
juga tak lepas dari keputusan politis.
T.P.Thornton dalam Terror as a Weapon of Political Agitation (1964)
mendefinisikan terorisme sebagai penggunaan teror sebagai tindakan simbolis yang
dirancang untuk mempengaruhi kebijakan dan tingkah laku politik dengan cara-cara
ekstra normal, khususnya dengan penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan.
Terorisme dapat dibedakan menjadi dua katagori, yaitu enforcement terror yang
dijalankan penguasa untuk menindas tantangan terhadap kekuasaan mereka, dan
agitational terror, yakni teror yang dilakukan menggangu tatanan yang mapan untuk
kemudian menguasai tatanan politik tertentu. Jadi sudah barang tentu dalam hal ini,
terorisme selalu berkaitan erat dengan kondisi politik yang tengah berlaku.
Menurut konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak
kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk
teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.
Menurut kamus Webster's New School and Office Dictionary, terrorism is the use
of violence, intimidation, etc to gain to end; especially a system of government ruling by
teror, pelakunya disebut terrorist. Selanjutnya sebagai kata kerja terrorize is to fill with
dread or terror'; terrify; ti intimidate or coerce by terror or by threats of terror.
Menurut ensiklopeddia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah kekerasan atau
ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa untuk menciptkan suasana
ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian nasional atau internasional
terhadap suatu aksi maupun tuntutan.
RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta
terkemuka di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian menyimpulkan bahwa
setiap tindakan kaum terorris adalah tindakan kriminal.
Definisi konsepsi pemahaman lainnya menyatakah bahwa :
terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap dianggap
sebagai tindakan kriminal, juga situasi diberlakukannya hukum perang
sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan demikian penyerangan
terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme
meskipun dimensi politik aksi teroris tidak boleh dinilai, aksi terorisme itu dapat saja
mengklaim tuntutanan bersifat politis
Ciri-ciri terorisme
Menurut beberapa literatur dan reference termasuk surat kabar dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri terorisme adalah :
1. Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
2. Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai
tujuan.
3. Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan
HAM.
4. Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa
takut dan mendapatkan publikasi yang luas.
5. Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan,
pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.
Yon seorang Koordinator Bidang Kajian, Publikasi, dan Penelitian Pusat Kajian
Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia itu menjelaskan, secara umum pelaku
terorisme, termasuk pelaku bom bunuh diri, berdasarkan motivasi dapat dibedakan dalam
empat kategori.
Kategori pertama, berkaitan dengan ideologi dan keyakinan, yakni kelompok
teroris yang dimotivasi oleh ajaran agama biasanya dididik dalam lembaga-lembaga
pendidikan keagamaan dalam waktu yang lama dan dipersiapkan untuk aktifitas
terorisme.
"Kelompok ini biasanya memiliki ciri-ciri keagamaan tertentu. Melihat trend
pengeboman di Indonesia pada dasawarsa terakhir ini dapat disimpulkan bahwa terorisme
dengan motivasi ajaran agama secara murni hampir dipastikan telah hilang.
Hal itu, lanjutnya, karena komunitas agama di Indonesia tidak menolerir segala
bentuk aksi terorisme. Bahkan kelompok-kelompok yang dianggap keras sekalipun,
seperti Ustaz Abu Bakar Baasyir dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), secara tegas
menolak cara-cara yang dilakukan kelompok Noordin M Top.
Kategori kedua, kelompok yang tereksploitasi. Kelompok inilah yang
mendominasi aksi-aksi terorisme di Indonesia.
Walaupun pelaku mendapatkan indoktrinasi dan sekaligus proyeknya dari anggota dalam
jaringan teroris di Indonesia, tetapi sebagian besar tidak mengenal dengan baik orang
telah mencuci otaknya (brainwashing),
mereka yang dapat dieksploitasi menjadi suicide bombers(pelaku bom bunuh diri) adalah
yang memiliki perasaan bersalah atau merasa hidupnya tak bermakna.
Sebagian besar dari mereka berasal dari segmen pemuda yang bermasalah secara
psikologis dan sosial, serta bukan berasal dari kelompok religius.
"Ciri-cirinya pun berbeda dengan kategori pertama. Mereka tidak direkrut di masjid tetapi
di jalan. Tentu mengeksploitasi segmen masyarakat seperti ini sangat mudah dan inilah
yang menjadi fenomena terorisme di Indonesia," ujarnya.
Kategori ketiga, dimotivasi oleh balas dendam atas kekerasan oleh rezim Orde
Baru terhadap anggota keluarga mereka, Kelompok ini dapat berasal dari keluarga Darul
Islam (DI). Hanya saja untuk saat ini tentu sangat susah mendapatkan keluarga DI yang
masih mengalami trauma kekerasan yang diterima oleh keluarga mereka.
Sedangkan kategori keempat adalah kelompok separatis yang berkembang di
Indonesia.
Pada kenyataannya, kata Yon, kelompok itu telah melakukan transformasi kepada
gerakan politik dan berdamai dengan pemerintah Indonesia.

Bentuk-bentuk Terorisme.
Dilihar dari cara-cara yang digunakan :
1) Teror Fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran pisik
jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan
penyiksaan dsb, sehingga nyata-nyata dapat dilihat secara pisik akibat tindakan teror.
2) Teror Mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa
menimbulkan ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban
(psikologi korban sebagai sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan
batin yang luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.

Dilihat dari Skala sasaran teror :


1. Teror Nasinal, yaitu teror yang ditujukan kepada pihak-pihak yang ada pada suatu
wilayah dan kekuasaan negara tertentu, yang dapat berupa : pemberontakan bersenjata,
pengacauan stabilitas nasional, dan gangguan keamanan nasional.
2. Teror Internasional. Tindakan teror yang diktujukan kepada bangsa atau negara lain
diluar kawasan negara yang didiami oleh teroris, dengan bentuk :
a) Dari Pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Dalam bentuk penjajahan, invansi,
intervensi, agresi dan perang terbuka.
b) Dari Pihak yang Lemah kepada Pihak yang kuat. Dalam bentuk pembajakan,
gangguan keamanan internasional, sabotase, tindakan nekat dan berani mati, pasukan
bunuh diri, dsb.

Usaha Teroris Dalam Merekrut Anggota


Menurut Margaretha seorang Psikolog Universitas Airlangga (Unair), konsep
pencucian otak merupakan terminologi yang sangat umum. Dari perspektif komunikasi,
pelaku kejahatan ini mendekati calon korban dengan proses persuasi. Proses yang secara
sadar bertujuan untuk mempengaruhi orang berperilaku sesuatu.
Pencucian otak sangat bisa berhasil dengan proses persuasi yang sangat profesional.
Bisa dengan teknik lowball atau juga sugesti.
Teknik lowball, biasanya diawali dengan sebuah permintaan halus. Permintaan
ringan yang disodorkan berlangung terus menerus. Misalnya, seseorang meminta
pertolongan secara materil.
Kejahatan dengan teknik lowball ini dilakukan dengan jangka waktu lama dan
dilakukan secara berulang-ulang pada korban yang sama. Semakin lama, si pelaku
semakin memberikan permintaan yang semakin berat. Teknik pencucian otak ini
dilancarkan kepada calon korban secara sadar.
Sedangkan, teknik sugesti digunakan si pelaku dengan menyerang alam tak sadar
calon korban. Biasanya masyarakat lebih akrab dengan teknik gendam. Calon korban
diserang dalam posisi tenang yakni pada saat istirahat atau tahap gelombang otak
mengarah tenang.
Menurut Mardigu WP ahli pengamat terorisme, modus yang digunakan para
pencuci otak untuk melaksanakan tujuannya adalah mencari dana dengan doktrin jihad.
Pertama, pelaku akan mengajak si korban untuk hijrah, lalu berjihad, dan terakhir
memintanya berinfaq.
Pendekatan yang dilakukan para pelaku juga tergolong singkat. Sejak pertama kali
mengenal korban hingga melakukan eksekusi, mereka butuh waktu dua minggu.
Tidak hanya itu, sasaran korban pun beragam. Tidak ada golongan khusus, atau
jenis kelamin tertentu. Yang jelas, Mardigu meminta semua pihak waspada jika ada
orang-orang asing yang mengajak kenalan dengan cara yang sangat intens.

Tujuan Teroris
Tujuan Jangka Pendek, meliputi :
1. Mempeeroleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia
internasional atas perjuangannya.
2. Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan
keresahan di masyarakat.
3. Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat
keamanan lainnya.
4. Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan
rakyatnya.
5. Memperoleh uang atau perlengkapan.
6. Mengganggu dan atau menghancurkan sarana komunikasi, informasi maupun
transportasi.
7. Mencegah atau menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.
8. Menimbulkan mogok kerja.
9. Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri.
10. Mempengaruhi jalannya pemilihan umum.
11. Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka.
12. Membalas dendam.
Tujuan Jangka Panjang, meliputi :
1. Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara
atau perang antar negara.
2. Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.
3. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.
4. Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional,
regional atau internasional.
5. Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa
atau kelompok nasional, misalnya PLO.

You might also like

  • Standar Operasional Perosedur Memasang Ogt
    Standar Operasional Perosedur Memasang Ogt
    Document3 pages
    Standar Operasional Perosedur Memasang Ogt
    Iip Sanes Saepudin
    No ratings yet
  • Asuhan Keperawatan Teoritis
    Asuhan Keperawatan Teoritis
    Document9 pages
    Asuhan Keperawatan Teoritis
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Tes Mantoux
    Tes Mantoux
    Document2 pages
    Tes Mantoux
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Diagnosa Adhf
    Diagnosa Adhf
    Document3 pages
    Diagnosa Adhf
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • An Tropo Metri
    An Tropo Metri
    Document3 pages
    An Tropo Metri
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • LP Adhf
    LP Adhf
    Document11 pages
    LP Adhf
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Sap TBC
    Sap TBC
    Document14 pages
    Sap TBC
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Sap Halusinasi
    Sap Halusinasi
    Document10 pages
    Sap Halusinasi
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Cover KD1
    Cover KD1
    Document1 page
    Cover KD1
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • LP Difteri Tonsil
    LP Difteri Tonsil
    Document24 pages
    LP Difteri Tonsil
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
    Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
    Document19 pages
    Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • LP Isos
    LP Isos
    Document14 pages
    LP Isos
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Document1 page
    Satuan Acara Penyuluhan
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Tumbuh Kembang Bahasa
    Tumbuh Kembang Bahasa
    Document13 pages
    Tumbuh Kembang Bahasa
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Leaflet
    Leaflet
    Document2 pages
    Leaflet
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Document2 pages
    Lembar Observasi
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Kesan Pesan
    Kesan Pesan
    Document1 page
    Kesan Pesan
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    100% (1)
  • Benar 2
    Benar 2
    Document2 pages
    Benar 2
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Document15 pages
    Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    DyanaHarun
    No ratings yet
  • Proposal Ade
    Proposal Ade
    Document4 pages
    Proposal Ade
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Latihan Baru
    Latihan Baru
    Document45 pages
    Latihan Baru
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Kebersihan Rambut
    Kebersihan Rambut
    Document11 pages
    Kebersihan Rambut
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    100% (1)
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document2 pages
    Daftar Isi
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Amelia Fitri
    Amelia Fitri
    Document3 pages
    Amelia Fitri
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Dokumentasi Keperawatan
    Dokumentasi Keperawatan
    Document19 pages
    Dokumentasi Keperawatan
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Formulir Pendaftaran
    Formulir Pendaftaran
    Document1 page
    Formulir Pendaftaran
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Eeee
    Eeee
    Document19 pages
    Eeee
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Analisa Univariat
    Analisa Univariat
    Document6 pages
    Analisa Univariat
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document38 pages
    Bab I
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet