Professional Documents
Culture Documents
DI INDONESIA
Pengertian Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti
polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas
Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut
adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih
banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya
pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif lainnya
adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada
kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan
Meskipun demikian, penting kiranya diketahui bahwa tidak semua jenis narkotika
dan psikotropika dilarang penggunaannya. Karena cukup banyak pula narkotika dan
psikotropika yang memiliki manfaat besar di bidang kedokteran dan untuk kepentingan
pengembangan pengetahuan.Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997,
narkotika dan psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang
dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut, siapapun yang memiliki,
memproduksi, menggunakan, mendistribusikan dan/atau mengedarkan narkotika dan
psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana
tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, namun
setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika
golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini
apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV
sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
b. Jenis-jenis psikotropika :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
Masalah Narkoba
Masalah Narkoba penulis letakkan pada urutan pertama, karena narkoba sudah
meracuni demikian banyak anak muda penerus bangsa. Kita bersyukur kini memiliki
angkatan kerja diusia produktif 17-39 tahun terbanyak. Tetapi apakah kita tahu, berapa
banyak dari mereka yang terkontaminasi narkoba? Narkoba tidak hanya beredar diluar
penjara saja, tetapi di dalam penjarapun para bandar itu masih aktif berbisnis racun itu.
Seorang mantan napi tipikor mengatakan kepada penulis, narapidana narkoba biasanya
paling enak hidupnya di penjara, karena mampu membayar, dia sumber pemerasan,
setelah itu baru narapidana tipikor.
Yang menarik dan berbahaya, terdapat kasus narkoba, sindikat warga Iran-
Indonesia di Pantai Kampung Kelapa Condong, Sukabumi dengan jumlah tersangka
sepuluh orang warga negara Iran dan barang bukti yang berhasil diamankan sabu-sabu
sebanyak 60 kilogram, senjata api sebanyak tiga pucuk dan speed boat sebanyak satu
unit.
Sepanjang tahun 2012, BNN telah memroses 117 laporan kasus penyalahgunaan
narkoba dan menjerat 187 tersangka di sepanjang tahun 2012. "Belum optimalnya
kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait dalam melaksanakan program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap narkoba (P4GN),"
kata Kepala BNN yang baru pengganti Komjen Pol Gorries Mere, Irjen Pol Anang
Iskandar, dalam jumpa pers di Gedung BNN, Jakarta, Rabu (26/12).
Dikatakannya,"Tidak adanya payung hukum dan kurang tersosialisasinya produk
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan amanat UU nomor 35
tahun 2009 untuk dijadikan pedoman dan petunjuk pelaksanaan di lapangan."
Selanjutnya, jaringan sindikat narkoba Warga Negara India -Malaysia jenis sabu
pada tanggal 29 Mei 2012. Tempat kejadian perkara di Penjaringan - Jakarta Utara dan
Cengkareng - Jakarta Barat, dengan jumlah tersangka dua orang Warga Negara India dan
Malaysia dan barang bukti yang berhasil diamankan 165 kilogram sabu-sabu.
Kasus lain yang besar adalah pengungkapan jaringan sindikat peredaran sabu
Malaysia - Jakarta pada tanggal 28 November 2012, dimana tempat kejadian perkara di
Perumahan Citra, Jakarta Barat dan Kinari Residence, Tangerang. "Dengan jumlah
tersangka empat orang Warga Negara Indonesia (WNI) dan satu orag Warga Negara
Malaysia dan barang bukti yang berhasil diamankan sebanyak 250 kilogram sabu-sabu.
Pengertian Terorisme
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para
pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti
peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa
serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki
justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan
yang kejam.
Masalah Terorisme
Pada 1980-an, Martin van Creveld seorang ahli militer dari Israel meramalkan
bahwa konflik militer konvensional antar angkatan bersenjata reguler negara-negara
akan menurun frekuensinya. Sementara konflik intensitas rendah yang dilakukan oleh
milisi, penguasa, kelompok kriminal, dan pasukan paramiliter akan meningkat secara
eksponensial dalam mengembangkan dunia. Prediksinya telah terbukti dalam dekade
terakhir.
Para ahli militer di beberapa negara maju kini lebih fokus dalam memperdalam
ancaman yang populer dengan nama perang hybrid (hibrida). Perang Hybrid adalah
sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional , perang yang tidak
teratur dan ancaman cyberwarfare . Selain itu, perang hybrid digambarkan berupa
serangan nuklir , senjata biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang
informasi. Perang Hybrid dapat digunakan untuk menggambarkan dinamika yang
fleksibel dari kompleksitasnya palagan tempur yang membutuhkan respon sebuah unsur
pertahanan dan keamanan agar beradaptasi dalam menghadapinya secara tangguh.
Masalah terorisme di Indonesia walau terjadi secara sporadis, penulis nilai cukup
mengganggu dan harus lebih fokus untuk dituntaskan. Perkembangan terorisme kini
merupakan salah satu ancaman yang masih terkendali, dimana pengaruh Timur Tengah
yang diadopsi para tokoh teror di Indonesia telah mulai pudar. Setelah Osama bin Laden
ditembak Navy SEALs pengaruh Al-Qaeda menurun drastis di dunia internasional, Al
Qaeda hanya menunjukkan eksistensi di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Unsur
teroris di Indonesia kini beralih kearah perang tradisional dalam memperjuangkan
ideologi sesuai dengan kepentingannya. Secara teori, terorisme yang irregular tersebut
dimasukkan dalam kelompok hybrid terrorism.
Menurut Frank Hoffman (AS), salah seorang pakar yang mendalami teori Hybrid
War, menyatakan bahwa ancaman hibrida menggabungkan berbagai macam modus
yang berbeda dari perang konvensional termasuk kemampuan, taktik dan formasi yang
tidak teratur. Tindakan teroris termasuk langkah kekerasannya yang tanpa pandang bulu
dengan melakukan pemaksaan serta merupakan gangguan kriminal. Perang hibrida dapat
dilakukan oleh dua negara dan juga oleh berbagai aktor non-negara (dengan atau tanpa
dukungan negara)
Pada kasus narkoba kita dapat simpulkan sebagai bangsa Indonesia kita harus dapat
mewaspadai ancaman dari narkoba yang apabila tidak dipotong jalurnya akan merusak
kehidupan generasi penerus bangsa seperti kaum-kaum muda janan sekarang. Narkoba
mudah didapat dan yang jelas berbisnis narkoba akan sangat mudah mendapat untung
besar. Narkoba bisa dimanfaatkan dalam sebuah operasi intelijen untuk melemahkan dan
menghancurkan bangsa Indonesia. Keterlibatan beberapa warga asing sangat patut
diwaspadai dan didalami lebih lanjut, seperti kasus adanya tokoh teror luar negeri yang
beroperasi di Indonesia beberapa tahun yang lalu. Sulit diungkap tetapi harus dilakukan
penyelidikan dari sisi intelijen. Makanya sebagai generasi muda harus pandai-pandai untuk
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan mau untung cepat terjerumus ke
hal-hal yang tidak benar.
Pada kasus terorisme dapat disimpulkan bahwa maka aparat yang bertanggung
jawab dalam aspek pertahanan keamanan sebaiknya lebih memahami dan mengantisipasi
perkembangan ancaman berupa perang hybrid tersebut pada tahun yang akan datang ,
dimana perkembangan jaman akan terus berubah setiap tahunnya, jadi semua orang
bukan hanya aparat saja lebih tepatnya harus bisa mengendalikan diri dan pikiran jangan
berbuat seenaknya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Sesuatu yang diinginkan
dapat dilakukan dengan musyawarah bukan meneror seseorang.
Dari dua aspek yang disoroti sebagai ancaman potensial bangsa pada tahun akan
datang, perkembangan kedua aspek yang sebenarnya sudah kita fahami akan tetap
menjadi masalah yang menggantung dan sulit diatasi apabila kita tidak fokus. Kita harus
mengatasi masalah narkoba yang bak penyakit jantung, narkoba adalah silent killer,
demikian juga musuh luar dan dalam yaitu terorisme.
Bentuk-bentuk Terorisme.
Dilihar dari cara-cara yang digunakan :
1) Teror Fisik yaitu teror untuk menimbulkan ketakutan, kegelisahan memalui sasaran pisik
jasmani dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, penyanderaan
penyiksaan dsb, sehingga nyata-nyata dapat dilihat secara pisik akibat tindakan teror.
2) Teror Mental, yaitu teror dengan menggunakan segala macam cara yang bisa
menimbulkan ketakutan dan kegelisahan tanpa harus menyakiti jasmani korban
(psikologi korban sebagai sasaran) yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tekanan
batin yang luar biasa akibatnya bisa gila, bunuh diri, putus asa dsb.
Tujuan Teroris
Tujuan Jangka Pendek, meliputi :
1. Mempeeroleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia
internasional atas perjuangannya.
2. Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan
keresahan di masyarakat.
3. Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat
keamanan lainnya.
4. Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan
rakyatnya.
5. Memperoleh uang atau perlengkapan.
6. Mengganggu dan atau menghancurkan sarana komunikasi, informasi maupun
transportasi.
7. Mencegah atau menghambat keputusan dari badan eksekutif atau legislatif.
8. Menimbulkan mogok kerja.
9. Mencegah mengalirnya investasi dari pihak asing atau program bantuan dari luar negeri.
10. Mempengaruhi jalannya pemilihan umum.
11. Membebaskan tawanan yang menjadi kelompok mereka.
12. Membalas dendam.
Tujuan Jangka Panjang, meliputi :
1. Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara
atau perang antar negara.
2. Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.
3. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.
4. Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional,
regional atau internasional.
5. Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa
atau kelompok nasional, misalnya PLO.