Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
(010115A083)
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
Clinical Pathway BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
Bipolar versus monopolar transurethral resection of the prostate for benign prostatic
hyperplasia: safe in patients with high surgical risk
A. Diagnosa Medis
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah penyakit umum pada pria lanjut
usia. Hal ini dapat menyebabkan urgensi kencing, frekuensi, nokturia, disuria, dan
komplikasi seperti infeksi saluran kemih, batu kandung kemih, dan hidronefrosis yang
sangat mempengaruhi kualitas hidup (QOL). Oleh karena itu, intervensi cepat dan
efektif diperlukan untuk perawatan BPH. Pada beberapa pasien dengan BPH,
terutama pasien berisiko tinggi dengan gejala berat, pengobatan obat konvensional
tidak memperbaiki gejala saluran kemih lebih rendah.
B. Tindakan Keperawatan
1. Persiapan Pra Operasi
Mengendalikan TD dalam 140/90 mmHg pada pasien hipertensi, menjaga glukosa
darah pada 6-8 mmol dan glukosa darah postprandial dibawah 11 mmol/L.
Memperbaiki dan mempertahankan fungsi paru atau jantung pada pasien dengan
bronkitis kronis, emfisema, atau disfungsi jantung. Mengendalikan tekanan darah
atau mengobati anemia dengan pengobatan simtomatik aktif pada pasien dengan
insufisiensi ginjal kronis. Pasien dengan komorbiditas yang memburuk atau tidak
stabil dipindahkan ke departemen lain untuk perawatan lebih lanjut.
2. Prosedur Operasi
Sistem TURIS digunakan untuk merawat pasien di B-TURP kelompok (280
W untuk pemotongan dan 100 W untuk koagulasi; NaCl 0,9% sebagai cairan
irigasi) dan sistem M-TURP digunakan untuk merawat pasien dalam kelompok
M-TURP (130 W untuk memotong dan 50 W untuk koagulasi; Glycine sebagai
cairan irigasi).
Semua pasien ditempatkan dalam posisi litotomi dan berada diberi anestesi
umum dengan propofol. Dua prosedur pembedahan dilakukan berdasarkan
anestesi intravena dengan propofol. Irigasi kandung kemih dimulai segera, setelah
pasien dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU).
C. Dasar Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika
dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam
fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik
urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya
dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.