Professional Documents
Culture Documents
1. Falsafah Agama
a. Penting agama bagi hidup manusia
Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Agama telah
menjadi bagian hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar
belakang lingkungan, iklim dan budaya, menganut salah satu agama atau sesuatu agama. Tetapi
cara orang memahami agama bisa berbeda-beda. Misalnya, ada yang berpikir, agama berarti
menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan sehingga Tuhan tetap senang. Bagi mereka,
agama berarti menyenangkan hati Tuhan, karena itu, apa saja yang mereka lakukan, semata-mata
asal Boss yang di surga senang.
Ada juga yang menganggap agama itu semacam alat hiburan bagi manusia di kala
bersusah. Agama bukan hal yang nyata, dia adalah janji muluk tentang apa yang ada di balik hidup
manusia saat ini. Menurut kelompok ini, agama menghibur manusia agar sanggup memikul beban
hidup dan penderitaannya di dunia sekarang ini. Karena itu jika ada orang yang mengalami
kesusahan atau ditimpa kemalangan, orang-orang dari kelompok ini akan berkata:Tidak apa-apa,
sayang! Nanti, kita semua akan bahagia di surga.
Tidak sedikit pula yang memandang agama sebagai pelaksanaan sejumlah peraturan
yang ditetapkan dalam organisasi keagamaan. Misalnya, berbuat amal harus sekian kali, berdoa
harus dengan posisi tubuh sekian, jam-jam sekian tidak boleh berjalam lebih dari sekian puluh
meter dll. Beragama berarti menaati ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan dalam hubungan
dengan Tuhan.
Selain itu, ada juga yang menganggap agama itu tidak lebih dari sebuah kebohongan,
suatu tipuan. Agama bagi kelompok ini tidak mempunyai arti apapun dan tidak menjanjikan
apapun. Karena itu mereka berkata dengan masa bodoh:Mengapa kita harus peduli dengan
agama? Mereka yakin bahwa mereka dapat menjalani hidupnya dengan sempurna tanpa agama.
Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka berani berkata:Aku adalah pencipta diriku sendiri; aku
hanya mau menyembah penciptaku itu yaitu, diriku sendiri.
Orang-orang Katolik tidak memandang agama atas cara-cara demikian. Bagi orang Katolik,
agama itu penting karena ia berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdalam mengenai
hidup manusia (eksistensial). Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya: Siapakah aku ini? Mengapa aku
berada di sini? Apakah hidup ini mempunyai makna? Apakah dunia ini sahabat atau lebih sebagai
musuh? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab oleh para ilmuwan, politikus,
ataupun oleh pakar-pakar ekonomi.
Akan tetapi, dibagian terdalam dari hidup manusia terletak sebuah misteri. Dan misteri adalah hal
yang nyata yang maknanya begitu mendalam sehingga ia tak pernah bisa diukur sepenuhnya oleh
manusia.
Jadi agama itu menyangkut kenyataan. Alasannya, pertama agama mengakui adanya
kenyataan yang lebih jauh daripada sekedar hal-hal yang bisa dilihat, didengar, ditimbang beratnya
dan diukur panjang lebarnya. Kedua, agama mengakui adanya dunia yang tak kelihatan disamping
yang kelihatan. Itulah dunia misteri yang dijumpai disetiap inti hakekat segala yang ada. Ketiga,
agama mengakui bahwa misteri ini bukanlah sesuatu yang kabur dan tak jelas. Agama itu
menyangkut pencarian sisi misterius dan tersembunyi dari hidup manusia. Hal ini benar dan berlaku
untuk semua agama. Juga benar untuk iman Katolik. Itu sebabnya mengapa orang Katolik berpikir
bahwa agama itu penting bagi hidupnya.
b. Inti agama
Secara harafiah agama dapat diartikan:
a. Agama dari bahasa Jawa Kuno/Sansekerta:
Berasal dari kata a (tidak) dan gama (pergi, pindah, bergerak). Dari arti kata ini agama
berarti tidak bergerak atau tetap. Dari sini timbul kata Kekal Abadi. Sehingga agama berarti
mencari yang kekal abadi.
b. Arti agama yang dipengaruhi dari bahasan Barat
Religio (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris). Dari kata Religare (bahasa latin) yang
artinya mengikat. Jadi agama berarti ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Secara esensial:
Dari pandangan sekilas, isi, pelaksanaan dan penampilannya, agama nampak berbeda bahkan
berlawanan satu sama lain. Namun bila dilihat intinya, semua agama pada dasarnya mempercayai,
menyakini dan berpegang pada Hal yang sama yaitu Realita, Zat, Sesuatu yang paling tinggi.
Pada agama-agama keluarga atau suku, Realitas Tertinggi dipahami sebagai Yang Suci dan dijuluki
dengan berbagai nama menurut bahasa dan budaya masing-masing. Pada agama-agama universal
yang merupakan agama Wahyu, Yang Maha Tinggi itu di sebut Tuhan, Allah, God, Deus, Theos,
Dewa.
Jadi Agama adalah hubungan manusia dengan kekuasaan suci yang lebih tinggi dari
manusia itu sendiri, atau kepada manusia merasa tergantung, takut atau takwa karena sifatnya
yang dasyat (tremendum); tetapi sekaligus manusia juga tertarik kepadaNya karena sifat-sifatNya
yang mempesonakan (fascinosum), lalu manusia mencari jalan dan mengadakan usaha untuk
mendekatiNya. Kekuasaan suci itu menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Dewa dll.
Agama dalam Kitab Suci
Kitab Suci Parjanjian Lama:
Dasar agama terdapat dalam 10 perintah Allah (Dekalog) yang terdapat pada kitab Keluaran
20.1-6 yaitu Mengasihi Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya, beribadah kepada Tuhan
dengan hati dan jiwa, mengabdi kepada Tuhan (Ul.10.12)
Kitab Suci Perjanjian Baru :
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan
segenap akal budi dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mat.22:37-40)
Tuhan itu dipercayai dan diyakini sebagai asal, penyelenggara dan tujuan hidup. KepadaNyalah
manusia percaya dan mengakui adaNya serta menyerahkan diri serta hidupnya. Tuhan itu ada
tanpa diadakan dan keberadaanNya mandiri tanpa bergantung pada pengada yang lain. Tuhan itu
diakui sebagai Asal dan Pencipta segala yang ada didunia manusia, makluk hidup, tumbuhan dan
benda-benda tak bernyawa. Tuhan tak terbatas kesempurnaanNya. Dia mengatasi dan ada diatas,
transenden (transcendens) segala yang ada. Tetapi Dia juga dekat bahkan berada, imanen
(immanens) pada segala makluk. Karena segala sesuatu mendapat ada mereka dari padaNya.
c. Struktur agama
Dari segi system atau struktur, setiap agama memiliki 4 segi pokok yaitu segi yang menyangkut
keseluruhan hidup (segi eksistensial), segi yang menyangkut pemahaman (segi intlektual), segi
yang menyangkut kelembagaan (segi institusional) dan segi perwujudan dalam perilaku (segi etikal).
1). Segi eksistensial terjelma dalam iman dan kepercayaan. Oleh iman Tuhan diterima dan diakui
sebagai satu-satunya Realitas yang disembah. Oleh kepercayaan Tuhan diyakini sebagai sumber
dan Penyangga hidup. Iman kepercayaan itu menyangkut dan membawa dampak pada
keseluruhan diri manusia: cipta, rasa, karsa, karya dan hidupnya.
2) Segi intelektual menyentuh pengertian mengenai Tuhan. Dengan iman kepercayaan diterima,
diakui dan diyakini keberadaaan dan peranan Tuhan bagi hidup manusia. Dengan pemahaman,
hakekat dan sifat sifat Tuhan dimengerti dan dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan, ungkapan-
ungkapan dan kata-kata yang dapat dipahami.
3) Segi institusional berurusan dengan kelembagaan dan pengorganisasian agama. Dengan adanya
kelembagaan iman kepercayaan dan pemahaman tentang Tuhan dijaga, dikembangkan dan
diteruskan dari satu angkatan ke angkatan lain. Pengorganisasian agama membantu pelaksanaan
hidup keagamaan, entah dalam kelompok alamiah: keluarga, suku, kelompok, kampong, desa,
paguyuban dan organisasi keagamaan.
4) segi etikal mengungkapkan iman kepercayaan kepada Tuhan dalam perilaku. Karena manusia itu
makluk rohani yang jasmani, iman kepercayaan kepada Tuhan tak hanya mempengaruhi unsur
batin tetapi juga unsur perilaku lahirnya. Pengaturan perilaku berdasarkan iman kepercayaan yang
terumuskan dalam kaidah-kaidah keagamaan dalam bentuk perintah-perintah moral dan etikal.
Berpedoman kaidah-kaidah keagamaan itu, penganut agama hidup dan bertindak. Perilaku yang
diatur oleh agama meliputi perilaku pribadi, perilaku dalam keluarga dan perilaku dalam masyarakat.
4 Prinsip Kehidupan
Gereja Katolik mendukung setiap upaya Hormat terhadap Pemeliharaan Kehidupan:
a. Kitab Suci Perjanjian Lama :
Jangan Membunuh Perintah ke-5 dari 10 Perintah Allah. (bdk. Ulangan 5:17, Keluaran
20:13) Sangat dilarang untuk merampas kehidupan dengan sengaja.
b. Kitab Suci Perjanjian Baru
Matius 5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Kisah Para Rasul 3:14 Pembunuhan
merupakan puncak dari kejahatan, karena merupakan puncak ketidakadilan. Alasan :
Hidup adalah anugerah dan Milik Allah. Hanya Allah-lah yang berhak mengambil hidup.
c. Pro-life/Hormat terhadap hidup
* Manusia hidup karena diciptakan dan dikasihi Allah sehingga hidup jangan diremehkan.
* Hidup manusia mempunyai nilai istimewa karena sifatnya yang pribadi (ada roh). Dengan
usaha dan rasa, dengan kerja dan kasih, orang mengisi hidup dan bersyukur kepada
Tuhan karena kita boleh memaknai hidup.
* Hidup di dunia merupakan persiapan hidup kekal
* Menolak berbagai hal yang meniadakan kehidupan