You are on page 1of 6

PRINSIP KAIDAH AGAMA

(Oleh Yulianus Akadius Gale, S.Ag.)

TIK: Menjelaskan prinsip agama dan kepercayaan masyarakat Indonesia

1. Falsafah Agama
a. Penting agama bagi hidup manusia
Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Agama telah
menjadi bagian hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar
belakang lingkungan, iklim dan budaya, menganut salah satu agama atau sesuatu agama. Tetapi
cara orang memahami agama bisa berbeda-beda. Misalnya, ada yang berpikir, agama berarti
menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan sehingga Tuhan tetap senang. Bagi mereka,
agama berarti menyenangkan hati Tuhan, karena itu, apa saja yang mereka lakukan, semata-mata
asal Boss yang di surga senang.
Ada juga yang menganggap agama itu semacam alat hiburan bagi manusia di kala
bersusah. Agama bukan hal yang nyata, dia adalah janji muluk tentang apa yang ada di balik hidup
manusia saat ini. Menurut kelompok ini, agama menghibur manusia agar sanggup memikul beban
hidup dan penderitaannya di dunia sekarang ini. Karena itu jika ada orang yang mengalami
kesusahan atau ditimpa kemalangan, orang-orang dari kelompok ini akan berkata:Tidak apa-apa,
sayang! Nanti, kita semua akan bahagia di surga.
Tidak sedikit pula yang memandang agama sebagai pelaksanaan sejumlah peraturan
yang ditetapkan dalam organisasi keagamaan. Misalnya, berbuat amal harus sekian kali, berdoa
harus dengan posisi tubuh sekian, jam-jam sekian tidak boleh berjalam lebih dari sekian puluh
meter dll. Beragama berarti menaati ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan dalam hubungan
dengan Tuhan.
Selain itu, ada juga yang menganggap agama itu tidak lebih dari sebuah kebohongan,
suatu tipuan. Agama bagi kelompok ini tidak mempunyai arti apapun dan tidak menjanjikan
apapun. Karena itu mereka berkata dengan masa bodoh:Mengapa kita harus peduli dengan
agama? Mereka yakin bahwa mereka dapat menjalani hidupnya dengan sempurna tanpa agama.
Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka berani berkata:Aku adalah pencipta diriku sendiri; aku
hanya mau menyembah penciptaku itu yaitu, diriku sendiri.
Orang-orang Katolik tidak memandang agama atas cara-cara demikian. Bagi orang Katolik,
agama itu penting karena ia berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdalam mengenai
hidup manusia (eksistensial). Pertanyaan-pertanyaan itu misalnya: Siapakah aku ini? Mengapa aku
berada di sini? Apakah hidup ini mempunyai makna? Apakah dunia ini sahabat atau lebih sebagai
musuh? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab oleh para ilmuwan, politikus,
ataupun oleh pakar-pakar ekonomi.
Akan tetapi, dibagian terdalam dari hidup manusia terletak sebuah misteri. Dan misteri adalah hal
yang nyata yang maknanya begitu mendalam sehingga ia tak pernah bisa diukur sepenuhnya oleh
manusia.
Jadi agama itu menyangkut kenyataan. Alasannya, pertama agama mengakui adanya
kenyataan yang lebih jauh daripada sekedar hal-hal yang bisa dilihat, didengar, ditimbang beratnya
dan diukur panjang lebarnya. Kedua, agama mengakui adanya dunia yang tak kelihatan disamping
yang kelihatan. Itulah dunia misteri yang dijumpai disetiap inti hakekat segala yang ada. Ketiga,
agama mengakui bahwa misteri ini bukanlah sesuatu yang kabur dan tak jelas. Agama itu
menyangkut pencarian sisi misterius dan tersembunyi dari hidup manusia. Hal ini benar dan berlaku
untuk semua agama. Juga benar untuk iman Katolik. Itu sebabnya mengapa orang Katolik berpikir
bahwa agama itu penting bagi hidupnya.

b. Inti agama
Secara harafiah agama dapat diartikan:
a. Agama dari bahasa Jawa Kuno/Sansekerta:
Berasal dari kata a (tidak) dan gama (pergi, pindah, bergerak). Dari arti kata ini agama
berarti tidak bergerak atau tetap. Dari sini timbul kata Kekal Abadi. Sehingga agama berarti
mencari yang kekal abadi.
b. Arti agama yang dipengaruhi dari bahasan Barat
Religio (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris). Dari kata Religare (bahasa latin) yang
artinya mengikat. Jadi agama berarti ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Secara esensial:
Dari pandangan sekilas, isi, pelaksanaan dan penampilannya, agama nampak berbeda bahkan
berlawanan satu sama lain. Namun bila dilihat intinya, semua agama pada dasarnya mempercayai,
menyakini dan berpegang pada Hal yang sama yaitu Realita, Zat, Sesuatu yang paling tinggi.
Pada agama-agama keluarga atau suku, Realitas Tertinggi dipahami sebagai Yang Suci dan dijuluki
dengan berbagai nama menurut bahasa dan budaya masing-masing. Pada agama-agama universal
yang merupakan agama Wahyu, Yang Maha Tinggi itu di sebut Tuhan, Allah, God, Deus, Theos,
Dewa.
Jadi Agama adalah hubungan manusia dengan kekuasaan suci yang lebih tinggi dari
manusia itu sendiri, atau kepada manusia merasa tergantung, takut atau takwa karena sifatnya
yang dasyat (tremendum); tetapi sekaligus manusia juga tertarik kepadaNya karena sifat-sifatNya
yang mempesonakan (fascinosum), lalu manusia mencari jalan dan mengadakan usaha untuk
mendekatiNya. Kekuasaan suci itu menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Dewa dll.
Agama dalam Kitab Suci
Kitab Suci Parjanjian Lama:
Dasar agama terdapat dalam 10 perintah Allah (Dekalog) yang terdapat pada kitab Keluaran
20.1-6 yaitu Mengasihi Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya, beribadah kepada Tuhan
dengan hati dan jiwa, mengabdi kepada Tuhan (Ul.10.12)
Kitab Suci Perjanjian Baru :
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan
segenap akal budi dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mat.22:37-40)

Tuhan itu dipercayai dan diyakini sebagai asal, penyelenggara dan tujuan hidup. KepadaNyalah
manusia percaya dan mengakui adaNya serta menyerahkan diri serta hidupnya. Tuhan itu ada
tanpa diadakan dan keberadaanNya mandiri tanpa bergantung pada pengada yang lain. Tuhan itu
diakui sebagai Asal dan Pencipta segala yang ada didunia manusia, makluk hidup, tumbuhan dan
benda-benda tak bernyawa. Tuhan tak terbatas kesempurnaanNya. Dia mengatasi dan ada diatas,
transenden (transcendens) segala yang ada. Tetapi Dia juga dekat bahkan berada, imanen
(immanens) pada segala makluk. Karena segala sesuatu mendapat ada mereka dari padaNya.

c. Struktur agama
Dari segi system atau struktur, setiap agama memiliki 4 segi pokok yaitu segi yang menyangkut
keseluruhan hidup (segi eksistensial), segi yang menyangkut pemahaman (segi intlektual), segi
yang menyangkut kelembagaan (segi institusional) dan segi perwujudan dalam perilaku (segi etikal).
1). Segi eksistensial terjelma dalam iman dan kepercayaan. Oleh iman Tuhan diterima dan diakui
sebagai satu-satunya Realitas yang disembah. Oleh kepercayaan Tuhan diyakini sebagai sumber
dan Penyangga hidup. Iman kepercayaan itu menyangkut dan membawa dampak pada
keseluruhan diri manusia: cipta, rasa, karsa, karya dan hidupnya.
2) Segi intelektual menyentuh pengertian mengenai Tuhan. Dengan iman kepercayaan diterima,
diakui dan diyakini keberadaaan dan peranan Tuhan bagi hidup manusia. Dengan pemahaman,
hakekat dan sifat sifat Tuhan dimengerti dan dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan, ungkapan-
ungkapan dan kata-kata yang dapat dipahami.
3) Segi institusional berurusan dengan kelembagaan dan pengorganisasian agama. Dengan adanya
kelembagaan iman kepercayaan dan pemahaman tentang Tuhan dijaga, dikembangkan dan
diteruskan dari satu angkatan ke angkatan lain. Pengorganisasian agama membantu pelaksanaan
hidup keagamaan, entah dalam kelompok alamiah: keluarga, suku, kelompok, kampong, desa,
paguyuban dan organisasi keagamaan.
4) segi etikal mengungkapkan iman kepercayaan kepada Tuhan dalam perilaku. Karena manusia itu
makluk rohani yang jasmani, iman kepercayaan kepada Tuhan tak hanya mempengaruhi unsur
batin tetapi juga unsur perilaku lahirnya. Pengaturan perilaku berdasarkan iman kepercayaan yang
terumuskan dalam kaidah-kaidah keagamaan dalam bentuk perintah-perintah moral dan etikal.
Berpedoman kaidah-kaidah keagamaan itu, penganut agama hidup dan bertindak. Perilaku yang
diatur oleh agama meliputi perilaku pribadi, perilaku dalam keluarga dan perilaku dalam masyarakat.

d. Mengapa manusia beragama


Meski berbeda dalam agama dan bentuk serta cara menganutnya, secara umum dapat dikatakan
bahwa ada enam faktor utama yang mendorong manusia untuk beragama:
1) Mendapatkan keamanan
Hidup didunia ini sungguh sangat menarik tetapi tidak selalu aman. Alam tidak selalu ramah,
baik dan simpatik kepada manusia. Berbagai penyakit dapat menyerang manusia. Wabah dapat
berkecamuk. Peredaran musim dapat berubah di luar kebiasaaan. Kekeringan dapat
berkepanjangan melebihi batas. Curah hujan dapat berlebihan, berlangsung lama dan
mendatangkan bahaya banjir. Di darat dapat lewat taufan yang memporakporandakan penghuni
dan bangunan beserta segala isinya. Daerah pantai dapat diterjang oleh gelombang pasang
yang dasyat dan menghapus segala yang ada. Di darat dan dilaut dapat tertimpa gempa bumi.
Belum lagi segala penderitaan dan kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia sendiri
misalnya pencurian, perampokan, pembajakan, pembunuhan, perkosaan. Berhadapan dengan
segala kesusahan, penderitaan, malapetaka, musibah alam dan dunia itu, manusia ada dipihak
yang lemah.
Beberapa malapetaka alam, seperti yang disebabkan oleh perubahan musim dan angin,
sudah dapat diperkirakan, disiasati dan dikendalikan. Berbagai penyakit dan wabah sudah
diketahui penyebab, cara menyerang dan menjalarnya serta mengatasi akibatnya bila sudah
diserang. Berbagai alat pengaman, seperti polisi dan regu hansip sudah dibentuk dan dilatih
untuk mengatasi kejahatan manusia. Tetapi masih banyak penderitaan, kesusahan, malapetaka
alami dan manusiawi yang belum mampu dikuasai dan dijinakan. Berhadapan dengan segala
malapetaka dan mara bahaya itu manusia merasa tak berdaya.
Dalam situasi semacam inilah manusia berpaling pada agama. Manusia pergi menghadap
kepada Tuhan, sang Pemberi dan Pemelihara kehidupan. Ditengah-tengah hidup yang tak
selalu aman dan tak bebas dari ancaman itu manusia mohon kepada Tuhan, perlindungan dan
dijauhkan dari segala marabahaya serta malapetaka akibat bencana alam, penderitaan karena
berbagai penyakit dan perbuatan jahat manusia.
2) Mencari perlindungan dalam hidup
Selain adanya bencana alam, penderitaan karena berbagai penyakit dan malapetaka karena
kejahatan manusia, hidup manusia juga penuh ketidak pastian dan ketidaktentuan. Manusia
tidak menemukan sesuatu yang sungguh-sungguh dapat diandalkan. Mereka bersandar pada
lingkungan ternyata tak membantu manakala membutuhkan. Mereka yang berlindung pada
orang-orang kuat dan kuasa, dalam jangka waktu tertentu ketika orang-orang itu masih kuat dan
kuasa, memang aman. Celakanya pada saat-saat yang sungguh kritis, orang kuat dan kuasa itu
tidak mampu atau bila mampu tak mau turun tangan menolong mereka. Orang kuat dan kuasa
ternyata juga tak dapat diandalkan sepenuhnya. Mereka yang mengandalkan diri sendiri juga
menjadi terlalu lemah menghadapi masalah hidupnya. Beban hidup terlalu berat untuk dipikul
dan diselesaikan sendiri.
Dalam keadaan seperti inilah manusia lari ke agama. Karena di sana diyakini Tuhan, Sang
Penyelenggara yang dapat diandalkan. Di tengah kehidupan yang tak pasti itu manusia
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, sebagai sumber kepastian dan pegangan.
3) Menemukan penjelasan atas dunia dan hidupnya
Manusia lahir dan hadir di dunia tanpa ditanya dan dikonsultasi terlebih dahulu. Sementara
menjalani hidup ini, manusia dipenuhi berbagai pertanyaan yang menuntut jawaban dan
penjelasan. Dia mempertanyakan hidupnya. Dari mana asalnya? Untuk apa hidup? Mengapa
mati dan sesudah kematian ada apa? Dia ingin tahu tentang alam semesta. Apakah alam
semesta itu? Berapa lama akan berlangsung? Sesudah alam semesta berakhir, apa yang akan
muncul? Dia ingin mendapat tahu tentang Tuhan sendiri. Siapa yang memberi, menguasai dan
mengatur hidup? Bila ada yang menguasai dan mengatur, mengapa ada kesusahan,
penderitaan, bencana dan kematian di dunia? Pertanyaan-pertanyaan yang fundamental
menuntut jawaban. Tetapi baik ilmu, ahli, pakar atau orangtua tak mampu memberi penjelasan
yang memuaskan. Bahkan dari jawaban-jawaban yang diberikan muncul pertanyaan-
pertanyaan baru yang malah makin mengaburkan pertanyaan. Agama berkaitan dengan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental. Agama bergerak dibidang misteri
kehidupan. Karena dalam agama Tuhan diakui dan diyakini sebagai asal dan tujuan kehidupan.
Maka manusia mengacu kepada agama untuk mencari kejelasan atas makna hidup dan alam
raya yang dihuninya.
4) Memperoleh pembenaran Praktik Kehidupan
Dalam masyarakat terdapat berbagai praktek hidup yang baik dan berguna. Misalnya rajin
bekerja, sopan santun, tolong menolong. Semua praktek ini berarti dan diperlukan. Orang yang
rajin bekerja dapat menyelesaikan tugas-tugas hidupnya dengan baik dan pada waktunya.
Orang yang menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan orang lain menyenangkan. Orang
yang suka tolong menolong ikut berjasa dalam mensejahterakan hidup bersama.
Segala praktek hidup baik dan berguna itu pada dirinya sendiri sudah memiliki daya tarik dan
dorong agar orang melaksanakannya. Agar orang lebih terdorong lagi untuk melaksanakan
pada praktek-praktek hidup itu ditambahkan motivasi agama. Bekerja rajin merupakan ibadah.
Sopan santun menghormati dan memperlakukan manusia ciptaan Tuhan secara baik adalah
menghormati dan memperlakukan baik sang Pencipta. Tolong menolong bukan saja berguna
untuk kesejahteraan masyarakat tetapi juga ikut berkarya bersama Tuhan untuk
menyempurnakan ciptaanNya. Ikut serta dalam pembangunan merupakan bagian integral dari
hidup beriman. Semua motivasi keagamaan yang ditambahkan itu dapat amat bermanfaat
dalam melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan praktek-praktek kehidupan yang baik.
5) Meneguhkan tata nilai yang sudah mengakar dalam masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai nilai kehidupan etikal dan moral. Nilai-nilai itu
berhubungan dengan kehidupan pribadi, hubungan dengan sesama dan kehidupan bersama
dalam masyarakat. Nilai-nilai itu dilestarikan dan dikembangkan dengan dilaksanakan,
diwujudkan dan dihayati.
Sebetulnya segala nilai dari dirinya sendiri sudah memiliki kekuasaan untuk menarik dan
mendorong orang untuk mempertahankan, memiliki, menghayati dan memperkembangkan.
Namun agar lebih terdorong memeluk nilai itu, manusia membutuhkan motavasi lain termasuk
motivasi keagamaan. Contohnya mencuri harta benda orang lain itu pada diri sendiri jahat. Oleh
karena itu manusia sudah merasa terdorong untuk tidak melakukannya. Agar rasa terdorong
untuk tidak mencuri itu bertambah kuat, mencuri itu dijadikan larangan agama. Contoh lain
kejujuran. Pada dirinya jujur itu sudah baik dan memberi dorongan untuk memiliki dan
mempraktekannya. Dorongan untuk memeluk kejujuran menjadi bertambah kuat pada waktu
dijadikan perintah agama.
Dengan demikian berkat agama nilai jahat dan nilai baik dihindari dan dipeluk bukan hanya
karena jahat atau baik tetapi juga karena dilarang dan diperintahkan agama. Berkat agama,
manusia mendapat kekuatan, dorongan dan pemantapan dalam pelaksanaan nilai kehidupan.
Dengan motivasi keagamaan, nilai jahat terasa lebih kuat dayanya untuk ditolak dan dihindari
dan nilai baik terasa lebih kuat untuk dipeluk dan dilaksanakan.
6) Memuaskan kerinduan hidup
Manusia tidak pernah puas. Manusia selalu mau dipenuhi. Manusia selalu ingin lebih. Dambaan
untuk dipenuhi dan menjadi lebih tidak terbatas pancaindera, seks dan daya mentalnya, tetapi
juga pada jiwanya yang paling dalam. Sebagai makluk rohani, manusia ingin mencapai nilai
rohani yang paling luhur dan mulia. Manusia tidak puas dan tidak merasa cukup dengan nilai
manusiawa seperti kebaikan, kejujuran, keadilan dan cinta kasih. Dia ingin juga nilai rohani dan
adikodtrati yang mampu memuaskan hasratnya yang paling dalam. Manusia tidak akan merasa
tenang dan puas sebelum menemukan harta rohani dan adikodrati yaitu Tuhan sendiri.
Tuhan diusahakan untuk disembah, dimuliakan dan diagungkan dalam agama. Dengan
beragama manusia hendak menggapai Tuhan sendiri. Maka orang masuk agama dan menjadi
penganut agama karena hendak memperoleh pemuasan hasratnya yang paling dalam yaitu
menemukan Tuhan sendiri. Oleh karena itu mski segala kebutuhan jasmani, indrawi, duniawai
dan mental terpenuhi, kebutuhan maanusia akan agama, akan Tuhan tak pernah lenyap.
Agama dan Tuhan tak pernah terkikis dari hati dan jiwa manusia. Meski banyak hambatan,
manusia akan terus mencari Tuhan dan agama dilihat sebagai jalan yang pentig. Orang
beragama hendak memuaskan kerinduannya akan Tuhan yang mampu memenuhi dambaan
akan nilai rohani paling tinggi dan adikodrati.
Kesimpulannya agama menjadi sumber penjelasan terakhir tentang masalah fundamental
kehidupan. Agama menjadi sumber ketenangan dan kedamaian dalam hidup karena memberi
kepastian. Agama menjadi pembenaran atas praktik-praktik dalam masyarakat. Agama
meneguhkan tata nilai dan memuaskan kerinduan manusia yang paling dalam.

2. Peranan Agama bagi kehidupan


a. Agama sebagai Landasan Moral
Agama sebagai landasan moral berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai dan sebagainya yang berkaitan
dengan agama menjadi dasar atau tumpuan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban. Semua agama mengajarkan agar manusia
senantiasa memupuk dan meningkatkan kebaikan, perbuatan pahala, pelayanan kasih yang
tulus sebagai sarana untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah. Nilai-nilai yang ditekankan
oleh semua agama adalah materi substansi moralitas. Misalnya suatu materi yang sangat
dibutuhkan dalam memberi pelayanan kesehatan kepada Pasien. Penyembuhan sangat
tergantung pada perbuatan, sikap dan pelaksanaan kewajiban oleh dokter atau bidan.
b. Agama sebagai Landasan Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
Agama sebagai landasan etika berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai agama, pengalaman-
pengalaman rohani menjadi tumpuan berpijak refleksi ilmu pengetahuan tentang apa yang
baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Agama mendasari dan memberi
inspirasi pada segala aktivitas akal budi tentang baik buruknya sikap atau perbuatan
seseorang dalam masyarakat. Agama menjadi landasan hidup dan perilaku mereka yang
berhubungan dengan profesi misalnya dokter, perawat dll.
c. Agama sebagai Landasan Spiritual
Agama sebagai landasan spiritual berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai dan sebagainya yang
berkaitan dengan agama dijadikan dasar atau tumpuan bagi kehidupan rohani. Misalnya
dalam memberi pelayanan kesehatan, ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama menjadi tumpuan
dan roh yang membangkitkan semangat dan tekad yang menghidupkan ketulusan dan
keiklasan untuk memberikan pelayanan kesehatan.

3. Pandangan umum tentang Agama Katolik


a. Mengapa disebut orang kristiani
Pusat hidup Katolik adalah Yesus Kristus. Orang-orang Katolik adalah pengikut Kristus. Sebab itu
orang Katolik disebut orang kristiani. Kristus yang wafat dan bangkit itu diakui oleh orang-orang
Katolik sebagi Putera Allah yang mendirikan Gereja Katolik. Sebab itu salib Kristus adalah tanda
kemenangan dan tanda keselamatan yang menghiasi tempat kediaman orang katolik.

b. Mengapa disebut orang katolik


1. Katolik artinya umum atau universal maka agama katolik bersifat terbuka bagi siapa saja tanpa
terkecuali. Agama katolik berlaku untuk sepanjang jaman dan universal artinya meliputi seluruh
dunia tidak hanya terbatas pada daerah atau bangsa tertentu saja. Sebagai orang katolik
dengan secara murni dan seutuhnya bersedia menerima Kristus sebagai jalan keselamatan
yang abadi. Dengan demikian iman kepada Kristus yang menyelamatkan sungguh-sungguh
dihayati dan dilaksanakan dalam hidup harian.
2. Karena menerima ajaran Kristus seperti yang disampaikan melalui Kitab Suci dan tradisi
secara utuh tanpa adanya bagian yang ditolak atau diprotes. Agama Katolik adalah agama
yang mempertahankan seluruh ajaran Kristus yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak
manapun dan siapapun. Gereja Katolik mempertahankan semuanya dalam Kitab Suci dan
Tradisi termasuk dogma.
c. Mengapa disebut orang Katolik Roma
Orang Katolik disebut orang Katolik Roma. Karena Kota Roma mempunyai keistimewaan khusus
bagi orang katolik. Di kota inilah kepala Gereja Katolik yaitu Paus melanjutkan karya-karya Kristus
yakni menggembalakan, mengajarkan dan menguduskan umatnya. Dengan dan melalui sakramen
babtis kita dipersatukan erat dengan kristus. Karena itu pula kita juga mempunyai hubungan erat
dengan wakil Kristus yakni Paus sebagai kepala gereja yang kelihatan. Hubungan yang erat dan
mesra antara orang-orang Katolik dan Paus adalah sifat yang khas dari agama katolik. Oleh karena
itu kami disebut orang-orang Katolik Roma karena kami mengakui Paus di Roma sebagai wakil
Kristus di dunia.
Secara administrative Gereja Katolik diorganisasikan dengan jelas dan sederhana. Dari segi
universal, Gereja merupakan satu umat yang tersebar diseluruh bumi dan kepalanya adalah Kristus
sendiri yang di dunia in diwakili oleh Paus sebagai pengganti Santo Petrus dan Uskup di Roma.
d. Kekhasan Agama Katolik
1. Kesamaan Agama Katolik dan Agama Kristen Protestan
a. Mengakui dan mengimani Yesus Kristus sebagai Putra Allah dan Penyelamat dunia melalui
wafat dan kebangkitanNya
b. Mengakui dan mengimani Allah Tritunggal
c. Moral berdasarkan ajaran cintakasih menurut teladan Kristus
d. Wahyu Allah dalam Kitab Suci
2. Kekhasan Agama Katolik
a. Alkitab atau Kitab Suci
Kitab suci merupakan salah satu sumber iman Agama Katolik. Umat Katolik percaya bahwa
Kitab Suci adalah Sabda/Perkataan Tuhan. Kitab Suci ini ditulis oleh Manusia atas ilham
Roh Kudus. Maka Gereja Katolik diterangi oleh Roh Kudus dari sabda Allah
yangpenulisannya diilhami Roh Kudus.
b. Tradisi
Tradisi Gereja merupakan rangkaian pengalaman iman jemaat kristiani atas hidup Kristus
dan kesatuannya di dalam Roh Kududs yang diwariskan hingga kini.Pengalaman-
pengalaman yang menyejarah itu terkristalisasi dalam ajaran dan moral kristiani serta
ibadat-ibadatnya.
1. Ajaran Iman, ensiklik dan Dogma Gereja
Ajaran tentanDosa Asal. Dosa asal adalah keadaan dosa atau keadaan
bermusuhan dengan Tuhan yang diwariskan Adam kepada semua orang kecuali
Santa Perawan Maria. Karena dosa asal tersebut membawa semua manusia
kehilangan rahmat pengudusan dan anugerah luar biasa dari Allah. Jadi seluruh
umat manusia lahir dalam keadaan berdosa,
Ajaran Sosial Gereja
Ensiklik tentang Keluarga (Familiaris Consortio)
Dogma tentang Sakramen. upacara suci dan resmi yang utama dari Gereja Katolik
dan sebagai tanda atau perbuatan untuk menyalurkan rahmat Tuhan atau untuk
berjumpa dengan Tuhan. Kristus sendiri adalah Sakramen Utama karena dalam
Kristus kita dipertemukan dan dipersatukan dengan Tuhan. Selain itu Gereja Katolik
juga menetapkan 7 sakramen dengan fungsinya masing-masing yaitu Sakramen
Permandian, Sakramen Ekaristi, Sakramen krisma, Sakramen Tobat, Sakramen
Perkawinan, Sakramen Imamat, sakramen Minyak Suci. Allah hadir dalam sakramen
yang dirayakan dalam agama katolik dan melalui sakramen itu kita memperoleh
rahmat yang menyelamatkan
Dogma tentang Bunda Maria. Agama Katolik menempatkan secara khusus
kedudukan Bunda Maria karena Gereja mengimani Bunda Maria sebagai Bunda
Allah. Melalui Maria, Allah Putra masuk dalam sejarah manusia yang penuh dosa
untuk merubahnya menjadi sejarah keselamatan. Menurut keputusan Gereja yang
harus diimani antara lain Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan
Paus adalah uskup seluruh gereja, sebagai gembala dan guru semua orang kristiani
dan ia menetapkan wewenang yang terdiri dari ajaran tentang iman atau susila yang
harus diimani oleh gereja karena ia memperoleh bantuan dari Roh Kudus. Karena itu
Paus memiliki sifat tidak dapat tersesat. Kekuasaan Paus terdapat dalam (Mateus
16.8) Dan Aku berkata kepadaMU: Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.
Kewajiban orang Katolik untuk ikuserta dalam Ekaristi Kudus. Ekaristi kudus
merupakan perayaan perjamuan syukur. Gereja merayakan Ekaristi Kudus karena
Gereja mau melaksanakan perintah Kristus . Adapun makna perayaan ekaristi
Kudus adalah:
Persatuan dengan Kristus atau Kristus hadir dalam hidup kita
Persatuan seluruh umat beriman dan persatuan itu disebut Komuni

c. Susunan hierarki Gereja Katolik adalah:


- Paus : Pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia
- Uskup : Pemimpin gereja Lokal atau keuskupan
- Imam : Pemimpin gereja Paroki
- Diakon : seseorang yang menerima tahbisan Diakonat yakni suatu jenjang
tahbisan sebelum imamat
e. Perkawinan monogam dan indisolubilitas
Gereja Katolik mengenal perkawinan monogam dan tak terceraikan (indisolubilitas), hal
ini dapat dibuktikan:
- Berdasarkan ajaran Gereja (Kanon 1056): Sifat-sifat hakiki perkawinan ialah
monogam dan tak terceraikan, yang dalam perkawinan kristiani memperoleh
kekuatan khusus atas dasar sakramen.
- Berdasarkan ajaran Kitab Suci (Markus 10,9): Karena itu apa yang telah
dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia dan (1 Kor 7.10-11) Tuhan
perintahkan supaya isteri tidak boleh cerai suaminya dan suaminya tidak boleh
menceraikan isterinya.

f. Penghormatan khusus kepada hidup keperawanan dan selibat


Selibat berasal dari Caelibatus dari bahasa latin yang berarti hidup membujang. Hal ini
mempunyai dasar biblis berdasarkan nasehat Kristus sendiri. (Mateus 19.10) Tidak
menikah demi Kerajaan Allah dan (1 Kor.7.32-34) Aku ingin supaya kamu hidup tanpa
kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan,
bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Santo Paulus mau menekankan bahwa sebanyak
mungkin orang bebas dari ikatan perkawinan supaya dapat mengerjakan kepentingan-
kepentingan Tuhan sepenuhnya.

4 Prinsip Kehidupan
Gereja Katolik mendukung setiap upaya Hormat terhadap Pemeliharaan Kehidupan:
a. Kitab Suci Perjanjian Lama :
Jangan Membunuh Perintah ke-5 dari 10 Perintah Allah. (bdk. Ulangan 5:17, Keluaran
20:13) Sangat dilarang untuk merampas kehidupan dengan sengaja.
b. Kitab Suci Perjanjian Baru
Matius 5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Kisah Para Rasul 3:14 Pembunuhan
merupakan puncak dari kejahatan, karena merupakan puncak ketidakadilan. Alasan :
Hidup adalah anugerah dan Milik Allah. Hanya Allah-lah yang berhak mengambil hidup.
c. Pro-life/Hormat terhadap hidup
* Manusia hidup karena diciptakan dan dikasihi Allah sehingga hidup jangan diremehkan.
* Hidup manusia mempunyai nilai istimewa karena sifatnya yang pribadi (ada roh). Dengan
usaha dan rasa, dengan kerja dan kasih, orang mengisi hidup dan bersyukur kepada
Tuhan karena kita boleh memaknai hidup.
* Hidup di dunia merupakan persiapan hidup kekal
* Menolak berbagai hal yang meniadakan kehidupan

You might also like