You are on page 1of 8

Percobaan ke 5 tanggal percobaan: Selasa, 25 April 2017

Tanggal pengumpulan : Selasa, 2 Mei 2017

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

A. Tujuan :
1. Memisahahkan beberapa logam (Ni,Zn, dan Mn) dari campurannya yaitu NiSO4.6H2O,
ZnSO4.H2O, dan MnSO4.4H2O
2. Menentukan jarak yang ditempuh oleh setiap noda dan jarak yang ditempuh oleh setiap
pelarut pada plat KLT
3. Menentukan Nilai Rf dari noda (sampel) yang dipisahkan
B. Pembahasan

Kromatografi adalah suatu cara atau teknik pemisahan campuran dimana komponen-
komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan
fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak dialirkan
menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran,
sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen
pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu
campuran dapat dipisahkan. Komponen yang kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat
terserap atau terabsorpsi pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut
atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat
berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.

Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan
adalah prinsip dasar kromatografi. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik
kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
senyawa yang akan dipisahkan. Teknik kromatografi merupakan teknik pemisahan yang sangat
sensitif, yang dapat memisahkan campuran kompleks, seperti minyak bumi yang merupakan
campuran dari ratusan senyawa yang terkandung di dalamnya, dan masih banyak lagi
keunggulan lainnya. Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan
kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam
percobaan ini teknik kromatografi yang digunakan adalah teknik Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak
digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap
untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk
menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya digunakan mikro pipet/ pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengeulsi di dalam wadah
yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar


perbedaan adsorpsi atau partisi oleh pase diam dibawah gerakan pelarut pengembang, oleh sebab
itu KLT ini bisa disebut sebagai kromatografi adsorbsi. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan
kromatografi kertas , terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase
diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti
kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk
selulosa. Partikel selika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet.
Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Pada percobaan ini kita akan memisahhkan logam Nikel, Mangan, dan Zink (Ni,Mn,
dan Zn) dari campuran larutannya yaitu NiSO4.6H2O, ZnSO4.7H2O, dan MnSO4.4H2O. Sebelum
kita masuk pada teknik pemisahan campuran menggunakan KLT ini sebelumnya dilakukan
beberapa pembuatan campuran larutan-larutan tersebut, diantaranya untuk pembuatan
NiSO4.6H2O 2M sebanyak 10ml yang dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 5,2569
gram NiSO4.6H2O dalam bentuk butiran (padatan) berwarna hijau yang kemudian dilarutkan
dalam gelas kimia 100ml yang berisi aquadest 10ml, dan terbentuk larutan NiSO4.6H2O yang
berwarna hijau sebanyak 10ml. Selanjutnya ialah pembuatan , ZnSO4.7H2O 2M 10ml, dilakukan
dengan cara menimbang sebanyak 5,7514 gram ZnSO4.7H2O dalam bentuk serbuk berwarna
putih yang kemudian dilarutkan dalam gelas kimia 100ml yang berisi aquadest 100ml dan
terbentuk larutan tak berwarna ZnSO4.7H2O 2M sebanyak 10ml. Selanjutnya ialah pembuatan
MnSO4.4H2O 2M sebanyak 10ml dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 3,3862 gram
MnSO4.4H2O dalam bentuk padatan yang kemudian dilarutkan dalam gelas kimia 100ml yang
berisi aquadest sebanyak 10ml dan terbentuk larutan berwarna merah muda MnSO4.4H2O 2M
sebanyak 10ml. kemudian ialah pembuatan larutan yang menghasilkan warna Ninhidrin
sebanyak 50ml yang dilakukan dengan menimbang ninhidrin dalam bentuk serbuk berwarna
putih yang kemudian dilarutkan dalam gelas kimia dan ditambahkan sedikit methanol 96% untuk
melarutkan. Setelah itu campuran larutan (ninhidrin + methanol 96%) dimasukkan ke labu takar
100ml dan diencerkan dengan methanol 96% hingga tanda batas dan terbentuk larutan tak
berwarna ninhidrin sebanyak 100ml yang kemudian dimasukkan ke botol spray. Pengenceran
larutan dengan menggunakan methanol berfungsi agar pada saat analisis dengan menggunakan
sinar UV sampel pada plat KLT dapat terlihat (timbulnya bercak sampel). methanol ini
merupakan pelarut yang dapat menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar UV sehingga
pada analisis pemisahan campuran ini, noda sampel yang telah disemprotkan reagen pemberi
warna ini, sampel pada plat KLT akan berpendar pada saat diberikan sinar UV.

Setelah semua perlakuan diatas selesai dilakukan, selanjutnya kita masuk pada
perlakuan terhadap plat KLT yang akan digunakan pada percobaan kromatografi ini. Plat KLT
ini bertindak sebagai fasa diam pada percobaan Kromatografi Lapis Tipis ini. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa plat KLT ini merupakan bahan adsorben sebagai fasa diam yang mana
partikel selika gel ini mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam ini juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Kemudian perlakuan selanjutnya ialah pembuatan
pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak. Pada percobaan ini pelarut yang digunakan
adalah tert-butanol dan asam asetat. Pembuatan larutannya dilakuan dengan cara memipet
sebanyak 1,5ml aquadest yang kemudian ditambahkan 1,5ml tert-butanol ke gelas kimia 100ml.
selanjutnya ditambahkan 1,5ml asam asetat, kemudian campuran larutan diaduk sampai semua
campuran larutan homogen (semua larutan tercampur). Karena pelarut yang digunakan adalah
larutan-larutan yang mudah menguap maka pada saat pencampuran larutan terdapat uap pada
dinding-dinding gelas kimia, untuk itu campuran larutan ditutup dengan plastic wrap. Kemudian
campuran larutan didiamkan selama beberapa menit dan pelarut pun siap untuk digunakan

Pada perlakuannya plat KLT ini digunting dengan ukuran panjang 4cm dan lebar 2cm
kemudian diberi tanda batas atas dan tanda batas bawah sebanyak 0,5cm dengan pensil
menggunakan penggaris. Pemberian tanda batas ini bertujuan agar mengetahui posisi awal dari
sampel pada saat larutan sampel diteteskan pada pelat KLT (ditotolkan dengan menggunakan
pipa kapiler) kemudian penggunaan pensil sebagai alat pemberian tanda batas pada plat KLT ini
agar tidak terjadi reaksi antara pensil yang digoreskan pada plat dengan sampel.

Percobaan selanjutnya adalah prosedur pemisahan campuran dengan teknik KLT. Pada
percobaanya, plat KLT yang telah diberi tanda batas atas dan tanda batas bawah dengan pensil
ditotolkan campuran larutan sampel yang telah dibuat sebelumnya (NiSO4.6H2O, ZnSO4.7H2O,
dan MnSO4.4H2O) dengan menggunakan pipa kapiler pada batas bawah plat secara horinzontal.
Proses penetesan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler agar pada saat penetasan setiap
larutan sampel tidak terlalu melebar dan agar penotolan sampel dilakukan dengan ukuran bercak
sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel
yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi dan agar mudah dalam menandai
setiap komponen yang dipisahkan pada plat KLT. Kemudian setiap komponen yang telah ditetesi
pada plat ditandai agar tidak tertukar antara zat yang satu dengan yang lainnya lalu hasil
penotolan atau penetasannya dikeringkan agar sampel teradsorpsi dengan baik oleh fasa diam
serta untuk mencegah terjadinya reaksi antara sampel dengan pelarut. Kemudian perlakuan
selanjutnya plat KLT telah kering dimasukkan ke gelas kimia yang berisi pelarut pengembang
yang bertindak sebagai fasa gerak . pada percobaan ini pelarut yang digunakan adalah aquadest
dan tert-butanol dengan perbandingan. Dalam pemilihan fase gerak pada kromatografi
sebaiknya menggunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin
karena mengurangi serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut. Campuran yang baik
memberikan fase-fase bergerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang, tetapi sebaiknya
dicegah sejauh mungkin mencampur lebih dari dua komponrn terutama karena campuran yang
lebih kompleks cepat mengalami perubahan fase terhadap perubahan suhu. Kemurnian dari
pelarut adalah lebih penting dalam KLT daripada bentuk-bentuk kromatografi lain, karena disini
digunakan sejumlah materi yang sedikit. Sistem yang paling sederhana adalah dengan
menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat
dengan mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Campuran antara aquadest dengan tert-butanol merupakan campuran yang bersifat polar. Solut-
solut ionik dan solut-solut polar ini lebih baik digunakan untuk campuran pelarut sebagai fase
geraknya dengan tujuan untuk mengoptimalkan fase gerak yang digunakan pada KLT, dengan
penambahan sedikit asam asetat akan meningkatkan elusi solut-solut yang bersifat asam.
Pada saat plat KLT dimasukkan ke gelas kimia berisi pelarut, posisikan pelarut berada
dalam keadaan dibawah garis awal batas bawah plat KLT. Hal ini bertujuan agar sampel yang
sudah ditotolkan dapat bergerak tanpa bercampur dengan pelarut. Pada proses pengelusian
dengan pelarut pada plat KLT ini sampel bergerak naik dengan adanya gaya kapiler. Senyawa polar
akan melekat lebih kuat pada lempengan dari pada senyawa non polar akibat interaksi dipol-dipol.
Senyawa non polar kurang melekat erat pada fasa diam sehingga memiliki laju alir yang lebih besar ke
atas lempeng begitu sebaliknya dengan senyawa non polar, dimana jarak tempuh ke atas lempeng
merupakan cermin polaritas senyawa (like dissolved like). Setelah itu plat KLT yang telah dimasukkan ke
gelas kimia berisi pelarut ini ditutup rapat dan biarkan beberapa saat sampai elusi pelarut mencapai 0,5-
1cm. proses penutupan gelas kimi ini bertujuan agar proses pengelusiannya meyakinkan bahwa
kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap air dari pelarut. Setelah elusi pelarut mencapi
tanda batas atas yang ditentukan, plat KLT ini dikeluarkan dari gelas kimia dan dikeringkan
kembali selama kurang lebih 5 menit dengan tujuan agar sampel teradsorbsi dengan baik oleh fasa
diam (KLT) serta untuk mencegah terjadinya rekasi antara sampel dengan eluen (fase gerak) / pelarut.
Setelah proses mengeringkan kromatogram selesai langkah selanjutnya adalah mendeteksi noda-noda.
Pada proses ini noda sampel pada plat tidak muncul . Ketidakmunculannya noda sampel pada Plat KLT
ini dapat disebabkan karena oleh faktor faktor yang mempengaruhi nilai Rf, akan tetapi ada juga
kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak, karena pada proses pemisahan ini, yang akan
dipisahakan adalah logam dalam bentuk ion logam (Ni2+, Mn2+, dan Zn2+) dan yang dipisahkannya
merupakan ion logam transisi maka untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen
penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri senyawa
kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya. Adapun reagen yang
digunakan sebagai penampak noda yaitu Ninhidrin.
Kemudian plat KLT yang telah kering ini disemprotkan reagen penampak warna Ninhidrin
secara merata. Lalu dikeringkan beberapa saat untuk selanjutnya pada analisis pemisahan sampelnya
dilakukan penyinaran oleh sinar UV. UV atau Ultra violet adalah penampakan berdasarkan serapan
panjang gelombang cahaya. Penyinaran dengan sinar UV ini termasuk dalam analisis pemisahan
sampel dengan menggunakan metoda pendartfour . Pada analisis ini fase diam pada sebuah
lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya
menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV
disinarkan, maka sampel akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada
kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan
mata. Itu berarti bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari
posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang
gelap. Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, kita harus menandai posisi-posisi dari
bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Karena jika
kita mematikan sinar UV tersebut, bercak-bercaknya tidak tampak kembali. pada analisis
pemisahan sampel dengan bantuan sinar UV ini didapatkan jarak yang ditempuh oleh pelarut
adalah 3cm sedangkan jarak yang ditempuh oleh masing-masing noda (sampel) antara lain jarak
Ni =2,2cm, Zn= 1,6cm, dan Mn= 2,1cm. Rf dari masing-masing noda yang didapatkan
berdasarkan hasil perhitungan ialah sebagai berikut:
Rf Ni = 0,7333cm
RfZn = 0,5333cm
RfMn = 0,7000cm

Pada dasarnya, Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan metode KLT. Nilai Rf tersebut
ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari migrasi pelarutnya dengan jarak
sample/ standar. Dimana jika nilai Rf nya besar berarti daya pisah zat dengan eluenya maksimum
sedangkan jika nilai Rf nya kecil berarti daya pisah zat yang dengan eluenya minimum, atau apabila analit
lebih menyukai fase gerak maka laju alirnya (Rf) akan besar, dan sebaliknya bila analit menyukai fase
diam maka laju alirnya (Rf) akan kecil (like dissolved like), maka dapat kita ketahui nilai Rf dari
Mn lebih besar dibandingkan dengan nilai Rf Ni dan Zn. Pada literature seharusnya nilai Rf yang lebih
bersar dimiliki oleh Zn dengan masing-masing penjabaran nilai Rf dari masing-masing logam pada
literature sebagai berikut:

Rf Ni = 0,1cm
RfZn = 0,25cm
RfMn = 0,9cms
Pada hasil yang didapat pun nilai Rf yang mucul pada data yang diperoleh terlalu besar dan
sangat berbeda jauh dari literature yang ada . ini dapat terjadi karena.
C. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Misahkan logam Ni, Zn, dan Mn dalam campurannya yaitu NiSO4.6H2O, ZnSO4.7H2O,
dan MnSO4.4H2O dengan teknik Kromatografi Lapis Tipis, dilakukan dengan cara
menotolkan setiap campuran yang mengandung ketiga logam ini pada plat KLT yang
telah diberi tanda batas atas dan tanda batas bawah, kemudian dengan bantuan pelarut
pengembang dan reagen pemberi warna ninhidrin, analisis pemisahan setiap pita
komponen sampel dilakukan dengan bantuan sinar UV.
2. Pada percobaan yang telah dilakukan, didapatkan jarak yang ditempuh oleh pelarut
adalah sebesar 3cm, dan jarak yang ditempuh oleh setiap komponen sampel adalh sebagai
berikut:
Jarak Ni = 2,2cm
Jarak Zn = 1,6cm
Jarak Mn= 2,1cm
3. Dari percobaan yang telah dilakukan, berdasarkan dari hasil perhitungan untuk nilai Rf
yang didapat pada masing-masing sampel sebagai berikut:

Rf Ni = 0,7333cm
RfZn = 0,5333cm
RfMn = 0,7000cm

You might also like