You are on page 1of 31

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, dan rasa yakin

serta percaya diri dalam memotovasi dan saya yakin Makalah ini akan banyak

memberikan manfaat bagi pembacanya, baik untuk kepentingan generasi sekarang

maupun untuk generasiyang akan datang. Alhamdulillah akhirnya, penulis dapat

meyelesaikan Makalah dengan Judul PENGENTASAN KEMISKINAN

DALAM MENGURANGI TINGKAT PENGANGGURAN

Penulis Makalah ini tujuan utamanya adalah untuk melengkapi persyaratan

Ujian Kempetensi Kenaikan Pangkat Pilihan serta untuk menambah wawasan

bagi para pembaca lainnya.

Sebagaimana kita maklumi bersama, Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu

saat ini terus berjuang memberikan yang terbaik untuk rakyat dan bangsa

Indonesia. Amanat besar telah diberikan rakyat kepada pemerintahan Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden, ini jangan sampai menjadi sia-

sia karena tidak tercapainya apa yang diharapkan dan diamanatkan tersebut.

Salah satu aspek penting dalam konteks ini adalah membahas masalah

kemiskinan dan ini memaparkan kekayaaan pengetahuan yang dimiliki oleh Bank

Dunia dan Pemerintah Indonesia dan penulis berharap bahwa kajian ini akan

menjadi sumbangan penting untuk menghangatkan diskusi kebijakan yang ada

dan pada akhirnya akan membawa perubahan dalam penyusunan kebijakan dan

pelaksanaan upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran di

Indonesia, yang telah banyak menyebabkan dampak serius bukan saja pada
ekosistem di sekitar, tapi juga berdampak pada lingkungan sosial di masa

mendatang, yang hingga saat ini belum dapat ditanggulangi secara tuntas,

walaupun sudah ada upaya pemerintah kearah tersebut.

Melihat kenyataan seperti ini, kita tentu tidak keberatan jika berbagai

kejahatan yang telah merusak kehidupan sosial dinyatakan sebagai teroris sosial,

dengan kata lain apa yang mereka lakukan sama artinya dengan teroris

konvensional, pembunuhan misalnya. Itu dampak akibat banyaknya

pengangguran di Indonesia. Karena itulah, harus kita nyatakan sebagai human

crimes ( Kejahatan Kemanusiaan ) yang harus diberantas oleh semua pihak.

Permasalahan Pengangguran dilingkungan masyarakat menjadi semakin

kompleks mengingat karakteristik pengangguran hidup yaitu :

Pengangguran berpotensial mengundang konflik, baik bersifat vertical maupun

horizontal

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada

kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

Rentang waktu yang relatif panjang antara kegiatan / tindakan yang dilakukan

dengan dampak yang ditimbulkan.

Fakta lain jelas sangat memperihatinkan, mengingat negeri ini jumlah

penduduknya tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia

tidak mencukupi untuk mengurangi kemiskinan sehingga terjadi pengangguran


dimana-mana. Karena itulah kepedulian pemerintah kita untuk menciptakan

lapangan kerja dan memanfaatkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) paling tidak

sedikit dapatlah mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia pada umumnya,

bagaimana caranya kembali ke diri masing-masing individu.

Oleh sebab itulah, saya menyambut baik atas dukungan moril para pembaca

adalah merupakan salah satu bentuk kepedulian penulis, khususnya dan kita

semua, dapat menciptakan suatu pekerjaan dengan memberdayakan manusianya

sehingga kita dapat membantu program pemerintah pada umumnya.

Tanjung berlian, Juni 2012

Penulis,

RADIAH
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997

membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu,

pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen.

Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada.

Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa

mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4

persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara

pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti

ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan

jumlah pengangguran.di.Indonesia.bertambah.

Sampai Agustus 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat

pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,14% atau 8,32 juta orang dari

jumlah angkatan kerja yang berjumlah 116,53 juta orang. Demikian

disampaikan oleh Kepala BPS Rusman Heriawan dalam jumpa pers di

kantornya Jalan DR. Soetomo, Jakarta, Rabu (1/12/2011). "Dibandingkan

Agustus 2010, jumlah pengangguran di Indonesia semakin berkurang. Pada

Agustus 2011 7,14%, sementara di Agustus 2010 7,87%," ujar Rusman.

Secara jumlah, total pengangguran di Indonesia pada Agustus 2010 juga


menurun, dari 8,96 juta orang di Agustus 2010 menjadi 8,32 juta orang di

Agustus 2011. "Penurunannya karena pertumbuhan ekonomi, kalau bagus

akan banyak lapangan kerja yang tumbuh. Semua lapangan kerja naik, kecuali

pertanian turun 117 ribu orang (0,28%)," ujar Rusman. Selain itu lapangan

kerja di sektor transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi juga menurun

500 ribu orang atau 8,16%. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011

mengalami kenaikan terutama di sektor industri sebesar 772 ribu orang

(5,91%) dan sektor konstruksi sebesar 748 ribu orang (15,44%). Sedangkan

sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian sebesar 1,3

juta orang (3,11%) dan sektor transportasi sekitar 198 ribu orang (3,41%).

Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan sektor industri secara

berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan

Agustus 2011.Selain masalah di atas, masalah kependudukan yang

berhubugan erat dengan pengangguran adalah kemiskinan,

Sejak tahun 2002, sebuah tim yang terdiri dari para analis Indonesia dan

manca negara, dibawah naungan Program Analisa Kemiskinan di Indonesia

(INDOPOV) di kantor Bank Dunia Jakarta, telah mempelajari karakteristik

kemiskinan di Indonesia. Mereka telah berusaha untuk mengidentifikasikan

apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat dalam upaya pengentasan

kemiskinan, dan untuk memperjelas pilihan-pilihan apa saja yang tersedia

untuk Pemerintah dan lembaga- lembaga non-pemerintah dalam upaya mereka

untuk memperbaiki standar dan kualitas kehidupan masyarakat miskin

Makalah mencoba untuk menganalisa sifat multi-dimensi dari pengangguran


dan kemiskinan di Indonesia pada saat ini melalui pandangan baru yang

didasarkan pada perubahan-perubahan penting yang terjadi di negeri ini

selama satu dekade terakhir.

Sebelum ini, Bank Dunia telah menyusun Kajian-Kajian Kemiskinan,

yaitu pada tahun 1993 dan 2001, namun kajian-kajian tersebut tidak

membahas masalah kemiskinan secara mendalam. Kajian ini memaparkan

kekayaaan pengetahuan yang dimiliki oleh Bank Dunia dan Pemerintah

Indonesia dan penulis berharap bahwa kajian ini akan menjadi sumbangan

penting untuk menghangatkan diskusi kebijakan yang ada dan, pada akhirnya

akan membawa perubahan dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan

upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil

rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Keadaan Pengangguran Dan

Kemiskinan Di Indonesia Serta Apa Saja Kebijakan Untuk Mengatasi

Masalah Tersebut?

Dengan begitu pemerintah mengambil langkah kebijakan dengan :

1. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM )

2. Perekrutan Tenaga Kerja yang baik dipengaruhi oleh beberapa factor

3. Metode metode yang digunakan dalam perekrutan

4. Kendala perekrutan tenaga kerja atau Sumber daya manusia ( SDM )


B. 1. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

keadaan pengangguran dan kemiskinan di Indonesia serta langkah apa saja untuk

menghadapi permasalahan tersebut.

B. 1.2 Kegunaan Penelitian

Dari Penelitian ini diharapkan akan dapat memberi masukan terhadap :

a. Pemerintah daerah didalam memberantas kemiskinan terutama

menyangkut masalah pengangguran

b. Sebagai bahan masukan untuk pihak Kecamatan dan Kabupaten agar

dapat memberdayakan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang ada


BAB II

PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM MENGURANGI

TINGKAT PENGANGGURAN

1. Pembahasan

Definisi pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi

waktu tertentu, yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti

mendapatkan upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti

mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Selain definisi di atas

masih banyak istilah arti definisi pengangguran diantaranya:

Menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana

seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan

tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak

bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum

pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan

tenaga kerja Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan

pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan kerja.

Definisi pengangguran menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang

tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan

tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.


1.2 Jenis-Jenis Pengangguran

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja

atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka

pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja

yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

b. Setengah Menganggur(Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang

tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya

tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja

kurang dari 35 jam selama seminggu.

c. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang

sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini

cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah

berusaha secara maksimal.

1.3. Sebab-Sebab Terjadinya Pengganguran

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai

berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan

Kerja

2. Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih

besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya

sangat jarang terjadi.


3. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

4. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga

terdidik tidak seimbang.

5. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar

daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi.

Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat

pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia.

Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja

yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

6. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam

seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia.

7. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak

seimbang

A. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara, yakni :

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah

meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan

dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi,

hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang

telah dicita-citakan.

Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan

perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:


Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari

sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan

menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan

masyarakatpun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari

masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk

kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan

pembangunan pun akan terus menurun.

Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya

pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga

permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan

demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan

perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi

menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.

B. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan

Masyarakat

Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu

yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:

a. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian

b. Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan

c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.


C. Kebijakan Kebijakan Pengangguran

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara

mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb

1.Cara Mengatasi Pengangguran Struktural

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :

a. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja

b. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang

kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan

c. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan

(lowongan) kerja yang kosong, dan

d. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami

pengangguran.

1. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional

Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan

cara-cara sbb:

1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,

terutama yang bersifat padat karya

2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk

merangsang timbulnya investasi baru

3. Menggalakkan pengembangan sektor Informal, seperti home indiustri

4. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di

sektor agraris dan sektor formal lainnya

5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan


jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap

tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru

dari kalangan swasta.

2. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.

Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :

a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain

b. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan

waktu ketika menunggu musim tertentu.

3. Cara mengatasi Pengangguran Siklus

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :

a. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan

b. Meningkatkan daya beli Masyarakat.

D. Defenisi Kemiskinan

Menurut wikipedia Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi

kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian ,

tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan

kualitas hidup Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap

pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan

mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan

merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara

subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral

dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk

kepada negara-negara yang "miskin".

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan

antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat

berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di

bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak

negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.

Pengetian yang menyangkut masalah kemiskinan yakni :

a. Miskin adalah orang, keluarga atau kelompok masyakat yang tidak

mempunyai dan / atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

b. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mepunyai sumber mata

pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan

pokok yang layak bagi kemanusiaan.

c. Penduduk miskin adalah penduduk yang sebagaimana ditetapkan oleh BPS

berdasarkan 14 kriteria kemiskinan ( kemiskinan makro ) dan atau

ditetapkan oelh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (

TKPKD )Kabupaten Karimun dan sudah berdomisili didaerah tersebut

minimal 5 ( lima ) tahun.

E. Jenis-Jenis Kemiskinan dan Definisinya

Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis

kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan


relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis

kemiskinan disebut kemiskinan absolut

1. Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam

distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya

dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.

2. Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-

kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan

dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh

kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini

secara subyektif dan komparatif, sementara yang lain melihatnya dari segi moral

dan evaluative, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah

mapan.

Sedangkan pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja

yang tidak bekerja baik dalam arti mendapatkan upah atau bekerja mandiri,

kemudian mencari pekerjaan dalam arti mempunyai kegiatan aktif dan ingin

mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran

yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran

masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro

ekonomi yang paling utama.


Kemiskinan memang menjadi problem serius yang membelit bangsa-bangsa

di dunia, termasuk Indonesia. Ketimpangan ekonomi, tingkat pendidikan yang

rendah, serta penguasaan aset-aset ekonomi oleh kalangan tertentu, adalah

sebagian penyebab kemiskinan. Pertanyaan sekarang, apa yang bisa dilakukan

pemerintah maupun perusahaan untuk mengurangi angka kemiskinan? Mampukah

program tanggung jawab sosial pemerintah maupun perusahaan menjadi salah

satu solusi penting dalam upaya mengurangi angka kemiskinan?

Mengurangi kemiskinan dan pengangguran adalah tugas semua pemangku

kepentingan (stakeholder), yaitu pemerintah termasuk pemda, perusahaan,

masyarakat, akademisi, dan lain-lain sebagainya. Program ini akan berjalan efektif

jika semua pihak duduk bersama tanpa ada kecurigaan. Yang selama ini terjadi,

kurang adanya koordinasi diantara lembaga-lembaga tersebut. Setiap departemen

pemerintah, mempunyai program pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Namun tidak ada koordinasi yang jelas. Akibatnya mereka seakan berjalan

sendiri-sendiri. Kalau ada yang mengkoordinir, seperti perusahaan holding

misalnya, maka hasilnya akan lebih efektif.

Pembangunan di bidang ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah pada

dewasa ini di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, industri dan pertambangan,

hakekatnya ditujukan selain untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi,

juga dimaksudkan untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Seharusnya

tidak semua masalah kemiskinan menjadi tanggung jawab pemerintah. Rasanya

tidak fair kalau seluruhnya dibebankan hanya kepada pemerintah. Masyarakat,


terutama golongan yang mampu juga secara sukarela diharapkan dapat

berkontribusi mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di negeri ini.

Progam mengatasi kemiskinan yang paling murah adalah si kaya membantu

si miskin atau si pandai membantu yang bodoh. Idealisme dan pengorbanan yang

diperlukan untuk mengatasi kemiskinan di negeri ini bukan sesuatu yang berada

di menara gading dan bukan pula yang diada-adakan. Idealisme dan pengorbanan

tersebut sesungguhnya adalah sebuah realita yang sudah terjadi di masyarakat.

Masalahnya mungkin, progam-programnya tidak pernah terpublikasikan dan

bisa juga para pihak memang tidak suka untuk dipublikasikan, apalagi sekedar

untuk pencitraan. Idealisme dan pengorbanan sangat dibutuhkan untuk

menyelenggarakan progam pengentasan kemiskinan.

Konsepsinya tidak dapat bersifat ad hoc dan jangka waktunya pendek.

Selama kemiskinan masih ada, maka progam-program antibodinya harus tetap

berjalan dan di saat itu pula, idealisme dan pengorbanan tetap diperlukan

kehadirannya untuk ikut mengatasi masalah kemiskinan. Percayalah, pemerintah

tak akan pernah bisa menyelesaikan sendiri persoalan kemiskinan ini tanpa

melibatkan para sang idealis dan sang pengorban termasuk sekelompok

masyarakat yang tergolong kaya dan mampu. Sudah waktunya pemerintah

berkolaborasi dengan para tokoh. Jangan lagi kerja sendiri-sendiri untuk

mengatasi kemiskinan.
F. Penyebab Masalah Pengangguran Dan Kemiskinan

Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali

sedang mencari kerja, bekerja kurang dari 2 hari dalam seminggu atau seseorang

yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya

disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah

lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi

masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas

dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan

timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah lainnya.

Dinegara-negara berkembang seperti Indonesia dikenal istilah pengangguran

terselubung, dimana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga

sedikit dilakukan oleh lebih banyak orang. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia

sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan

jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar pendapatanrelatif rendah

dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan

sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat,

sumber utama kemiskinan, menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas

sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai

ketrampilan dan keahlian kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang

bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak

sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan, pendidikan anggota

keluarganya.
Pengangguran di Indonesia terjadi disebabkan antara lain yaitu karena

jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari pencari kerja. Juga

kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga karena

efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran

juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja disebabkan

antara lain; perusahaan menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis

ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat

investasi, hambatan dalam proses ekspor impor.

Padahal perang melawan kemiskinan sudah ditabuh sejak lama di negri ini.

Di Orde Baru misalnya, pemerintah menggalangberbagai sarana dan cara untuk

mengatasi kemiskinan. Pembangunan fisik digenjot diberbagai bidang,

pertumbuhan ekonomi menjadi fokus perhatian, investasi asing digalakkan,

berbagai jenis skema kredit investasi kecil dan kreditmodal kerja digelar, bahkan

hutang luar negri pun ditempuh sebagai altrnatif untuk menopang idea of progress

bernama pembangunan.

Akan tetapi karena keberpihakan ideologis pemerintah tidak jelas,

pembangunan ala Orde Baru itu tidak bisa sepenuhnya bisa dirasakan rakyat lapis

bawah. Masalahnya sekarang apakah para elite, politisi, dan birokrat kita

mempunyai keberpihakan ideologis untuk melawan kemiskinan? Adakah

komitmen tegas dari para penentu kebijakan Negara untuk memberantas KKN

secara radikal? Jika Negara tidak sanggup menyatakan perang terhadap

kemiskinan, gagal dalm memerangi korupsi, dan tetap malas melaksanakan


agenda reformasi sebagai perintah konstitusi maka kemiskinan bangsa mungkin

akan menjadi simbol abadi negeri ini.

G. Program Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan Dan Pengangguran

Krisis ekonomi saat ini telah menggugah pemerintah dan berbagai lembaga

pembangunan internasional seperti Bank Dunia dan lain-lain untuk berperan aktif

mengentaskan kemiskinan dan pengagguran rakyat melalui berbagai program baru

seperti padat karya. Jaring pengaman sosial/JPS (Social Safety Net), proyek

penanggulangan kemiskinan diperkotaan (Urban Poverty Crisis Alleviation),

program untuk anak jalanan, dan masih banyak bantuan-bantuan dari pemerintah

kepada rakyat, seperti BLT (bantuan langsung tunai) , BOS (bantuan operasional

sekolah) yang dilakukan untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia,

karena anak-anak Indonesia diwajibkan mengenyam pendidikan minimal 9 tahun

yang biasanya dikenal sebagai wajib belajar 9 tahun.

Koperasi banyak di dirikan oleh pemerintah di daerah-daerah dengan tujuan

agar rakyat mampu membuat usaha mikro ataupun makro dilingkungan tempat

tinggalnya. Selain itu program yang lain yang dilakukan oleh pemerintah adalah

dengan memberikan JAMPERSAL (jaminan persalinan) diberbagai puskesmas

dengan tujuan untuk memudahkan proses persalinan pada warga yang kurang

mampu. Pemerintah juga memberlakukan program KB dengan tujuan untuk

mengurangi tingkat kepadatan penduduk di Indonesia. Dan masih banyak lainnya

program yang diberikan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi

terutama mengenai masalah kemiskinan dan pengangguran yang merupakan

masalah yang sulit untuk diberantas.


Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan

suatu strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness nya

tinggi.

Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni :

a. pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan

b. Pemerintahan yang baik (good governance)

c. Pembangunan sosial

Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi

pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut

waktu yaitu :

a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan

ekonomi

pedesaan

b. Intervensi jangka menengah dan panjang meliputi: Pembangunan sektor

swasta, Kerjasama regional, APBN dan administrasi, Desentralisasi,

Pendidikan dan Kesehatan Penyediaan air bersih dan Pembangunan

perkotaan

Tidak terlepas kemungkinan permasalahan Pengangguran berkaitan erat

sekali dengan perencanaan kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya manusia

(SDM) dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenagakerja masa kini dan masa

depan sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan

dan semua pekerjaan dapat dilaksanakan. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja ini

harus didasarkan pada informasi dari faktor internal & faktor eksternal
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam

reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan

memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang

selama ini kita abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting

menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu:

Pertama, adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan

kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998)

sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya

sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open

unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini

berjumlah sekitar 8 juta.

Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.

Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar

yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan

kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di

berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja

terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan

kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada

sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang

terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak

angka pengangguran sarjana di Indonesia.


Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti)

Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.

Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan

tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik

bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim

pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.

Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan

selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu

sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan

tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya

alam intensif (hutan, dan hasil tambang). Dengan demikian, bukan berasal dari

kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan

ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan

pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan

ekonomi global.

Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk

kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk

sektor pendidikan -- tidak lebih dari 12% -- pada pemerintahan di era reformasi.

Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat

terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat

pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang

bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing.

Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan
potensi sumberdaya yang dimiliki (resources base) dengan kemampuan SDM

yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.

Dengan demikian baik Pemerintah Pusat dan daerah menjalankan suatu

Program yang dapat mengurangi pengentasan Kemiskinan yang berada

diwilayahnya

1. Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang

tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang

tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja.

Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos

kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah

belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu

menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan

oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar

kerja.

2. Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi,

merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana

negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin

terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.

Selain itu juga karena efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari

kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan

hubungan kerja disebabkan antara lain; perusahaan menutup atau mengurangi


bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,

peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor impor.

Berikut Ini Adalah Daftar Program-Program Pemerintah Dalam

Menanggulangu kemiskinan Di Indonesia:

1. Menaikan anggaran untuk program-program yang berkaitan langsung maupun

tidak langsung dengan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran

dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas dan

kegiatan padat karya

2. Mendorong APBD provinsi, kabupaten dan kota pada tahun-tahun

selanjutnya untuk meningkatkan anggaran bagi penanggulangan

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja

3. Tetap mempertahankan program lama seperti:

a) BOS (Bantuan Operasional Sekolah)

b) RASKIN (Beras Miskin)

c) BLT (Bantuan Langsung Tunai)

d) Asuransi Miskin

e) Bantuan dana Kube dan RTLH, dsb


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN :

Kesimpulan yang dapat dipetik dari masalah diatas adalah sebagai berikut ;

1. Banyak program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah

perekonomian yakni mengenai masalah kemiskinan dan pengangguran

namun pada kenyataannya hasil yang dicapai tidak sesuai yang

diharapkan.

2. Banyak pengangguran yang ada di Indonesia karena kurangnya lapangan

pekerjaan yang ada dan ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan yang

dibutuhkan dan yang tersedia yang menyebabkan bertambahnya

kemiskinan di Indonesia.

3. Pembangunan di bidang ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah pada

dewasa ini di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, industri dan

pertambangan, hakekatnya ditujukan selain untuk mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi, juga dimaksudkan untuk mengatasi pengangguran

dan kemiskinan.

4. Dampak pengangguran terhadap perekonomian suatu Negara tujuan akhir

pembangunan ekonomi suatu Negara pada dasarnya adalah meningkatkan

kemakmuran masyarakatdan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam

keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran disuatu Negara relatif


tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan

ekonomi yang telah dicita-citakan.

B. SARAN- SARAN antara lain ;

1. Program pengentasan kemiskinan dan pengangguran sebaiknya tidak

dikerjakan oleh pemerintah sendiri, namun golongan yang mampu juga

secara sukarela diharapkan dapat berkontribusi mengatasi masalah

kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di negeri ini.

2. Untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran, yang perlu dilakukan adalah

memberdayakan masyarakat . ini akan lebih efektif dibandingkan hanya

memberi bantuan yang sifatnya sesaat.


DAFTAR PUSTAKA

Mubyanto , 1997. Ekonomi Pancasila. Yogyakarta: Aditya Media.

The World Bank, 2007, Understanding Poverty

Prof. Dr. Suyono,Haryono,2002. Menyongsong Kiat Baru Pemberdayaan

Keluarga Di Indonesia. Jakarta: Damandiri.

DRS.Kaelan,M.S, 1998.Pendidikan Pancasila Yuridis

Kenegaraan.Yogyakarta:Paradigma.

HCB Dharmawan, 2004. Menyuarakan Nurani Menggapai Kesetaraan.

Jakarta:KOMPAS.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DARTAR ISIIV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..1

B. Identifikasi Masalah....3

1. Tujuan Penelitian...4

2. Kegunaan Penelitian..4

BAB II PEMBAHASAN

PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM MENGURANGI TINGKAT

KEMISKINAN

1. Jenis-jenis pengangguran.6

2. Sebab-sebab terjadinya pengangguran.6

3. Dampak Pengangguran terhadap suatu Negara7

4. Dampak Pengangguran terhadap Individu Masyarakat...8

5. Kebijakan-kebijakan Pengangguran.9

6. Defenisi Pengangguran..10

7. Jenis-jenis Kemiskinan..11

8. Penyebab Masalah Pengangguran dan Kemiskinan..15

9. Program Pemerintah dalam mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran17


BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.23

B. Saran24

DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH

PENGENTASAN KEMISKINAN

DALAM MENGURANGI TINGKAT PENGANGGURAN

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk mengikuti Ujian Kompetensi

di Kabupaten Karimun

OLEH

RADIAH,S.Sos

NIP. 19770928 200012 2 004

TANJUNG BALAI KARIMUN

2012

You might also like