Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIMBING :
H. SUKMA WICATURATMASHUDI, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB
Disusun oleh :
1.Dea Vanike Azinora
2.Elba Habiburrahma
3. Emmy Puji Astuti
4.Roy Yini
5.Siti Rahma
6.Nur Asri Wulandari
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi
1.4 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang terpasang trakeostomi dengan tepat dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi
merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada
trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu
jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam
membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang
yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila
kanula telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh
dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi
dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari
trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat
diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi;
alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar
(circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua
jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari
trakeotomi.
2.3. Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
2.5. Klasifikasi
Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1 Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi.
Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga.
Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih
cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh
lebih kecil.
3. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan
ketenangan selama pengisapan.
Persiapan Pasien
1. Pasien diberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan
2. Mengatur posisi yang nyaman
Prosedur Kerja
Adanya kanul di dalam trakea yang merupakan benda asing akan merangsang
pengeluaran discharge. Discharge ini akan keluar bila penderita batuk, pada saat
dilakukan pengisapan atau pada saat penggantian kanul. Pengeluaran
discharge dengan jalan membatukkan pada penderita dengan trakeostomi tidak
seefektif pada orang normal, karena penderita tidak dapat menutup glotis untuk
menghimpun tekanan yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengisapan. Beberapa
jam pertama pasca bedah, dilakukan pengisapan discharge tiap 15 menit,
selanjutnya tergantung pada banyaknya discharge dan keadaan penderita.
Pengisapan discharge dilakukan dengan kateter pengisap yang steril
dan disposable. Pada saat pengisap dimasukkan ke dalam trakea, jangan diberi
tekanan negatif, begitu pula antara pengisapan harus diberi periode istirahat agar
udara paru tidak terlalu banyak terisap, dengan demikian residual volume tidak
banyak berkurang. Setelah ujung pengisap sampai di bronkus, dilakukan pengisapan
perlahan-lahan sambil memutar kanul pengisap. Jika kanul trakea mempunyai kanul
dalam, kanul dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Kanul dalam ini harus sering
diangkat dan dibersihkan.
Lore (1973) menganjurkan memakai pengisap terkecil yang dapat melakukan
pengisapan dengan adekuat, sedang Feldman dan Crawley (1971) memakai kateter
pengisap steril dan non traumatik yang penampangnya kurang dari separuh
penampang trakea. Sebelum melakukan pengisapan, sebaiknya penderita diberi
oksigen selama 2-3 menit. Bila didapatkan sekret yang kental, teteskan larutan
garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi
yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu
menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.
Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci bergagang,
saringan, dan cairan penggosok perak. Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:
1) Buatlah larutan sabun di dalam botol.
2) Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci kanul dalam
dan kemudian tarik kanul dalam ke luar.
3) Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk beberapa menit di
dalam cairan sabun.
4) Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu ujungnya diikatkan
pada suatu tempat . Gunakan penjepit untuk membantu menarik kasa melalui kanul.
Tarik kanul dalam ke belakang, ke depan dan seterusnya sekeliling kasa yang
diikatkan sampai bagian dalam kanul dalam bersih.
5) Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang mengalir.
6) Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih perak untuk
beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.
7) Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul dalam ke
tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada tempatnya.
8) Minimal sekali sehari didihkan kanul dalam setelah dibersihkan.
1) Tempatkan kanul dalam bersih pada saringan dan tempatkan saringan pada panci
tergagang
2) Isi panci dengan air secukupnya untuk merendam kanul dalam
3) Setelah air mendidih, didihkan kanul dalam selama 5 menit.
4) Angkat saringan dari panci bergagang, tuangkan air dari panci, dan tempatkan
kembali saringan dalam panci.
5) Biarkan kanul dalam dingin untuk beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam
kanul luar
Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau bengkok
dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta dapat diangkat
dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul
dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang
lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat
dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama seperti halnya kanul perak.
Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita mengganti kanul
trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara langsung berhubungan
dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk
mengangkat kanul trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau
permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian
ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah
terpasang, dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep
dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul rakeostomi
untuk mempermudah memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat
satu atau dua untai.
Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui cermin dan pegang
tiap sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan
meluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal yang
penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang melekat pada kanul
dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat,
tempatkan kasa di atas kanul.
1. Cara menghisap
Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat jumlahnya jika penderita
dingin, jika udara dalam rumah kering, atau jika kanul teriritasi. Penghisapan mungkin
diperlukan untuk mengontrol mukus. Mesin penghisap yang mudah dibawa dapat dipinjam
dari rumah sakit dengan petunjuk penggunaannya. Kateter karet tidak boleh dimasukkan
sampai melewati ujung dalam kanul trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk
melakukannya dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau kateter
yang dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan sebagai penghisap.
Cara melakukan :
1. Siapkan alat-alat.
2. Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada semprit dengan tangan
yang lain.
3. Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul trakeostomi, untuk
mengeluarkan udara di dalamnya.
4. Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan semprit.
5. Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering dididihkan untuk
memelihara kebersihannya
2.7.6 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Suhu adalah factor yang
paling penting dalam mempengaruhi jumlah uap air yang dapat dikandung gas. Presentase air
dalam gas, terkait dengan kapasitasnya untuk mengangkut air, merupakan klembaban
relative. Udara atau oksigen dengan kelembaban relative yang tinggi membuat jalan nafas
tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen. Oksigen yang dimasukkan
kedalam jalan nafas bagian atas dapat dilembabkan dengan menginsersi kateter ke dalam air
sehingga menghasilkan udara(bubbling). Umumnya humdifikasi ditambahkan saat kecepatan
aliran oksigen melebihi 4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan perawat adalah memastikan
bahwa alat tersebut menggunakan salin steril untuk inhalasi dan bahwa larutan diganti sesuai
prosedur. Humidifikasi dapat menjadi sumber infeksi nosokomial pada klien karena
lingkungan yang lembab mendukung prtumbuhan mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran
napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi
buatan. Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah:
a) Condensor humidifier. Alat ini dipasang pada kanul
b) trakea. Pada waktu ekspirasi, uap air mengembun pada lempeng-lempeng metal dari
kondensor. Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada alat
tersebut fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
c) Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang secara teratur
dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih efisien. Bila penderita bernafas
spontan, campuran gas ditiupkan melalui suatu T-piece atau melalui kotak plastik
yang dilubangi.
d) Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara inspirasi. Efektifitas
tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan kelembaban relatif udara inspirasi.
e) Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh lembaran kasa yang
telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa tersebut diikatkan pada leher dan harus
diganti sesering mungkin
Komplikasi
`Waktu tindakan operasi
1. Perdarahan
2. Cardiac arrest
3. Perforasi
4. Emboli udara
5. Ruptur pleura servikalis
6. Apneu
7. Sumbatan darah / sekret
`Setelah operasi
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Sumbatan kanul
4. Pergeseran stenosis
5. Pembentukan jar. granulasi
6. Aspirasi, atelektasis
7. Pneumotoraks
8. Pipa trakeostomi tercabut
9. Emfisema subkutis
3.1 Pengkajian
Umumnya pasien yang membutuhkan pemasangan trakeostomi adalah pasien yang
mengalami gangguan sistem saluran pernafasan seperti Ca Nasofaring. Pasien tersebut ,
mengeluh sesak nafas dan gelisah.
Askep kasus:
Pengkajian
Anamnesa:
1.Identitas pasien
Nama :
TTL :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Nama Ayah/Ibu :
Pekerjaan Istri :
Agama :
Suku bangsa :
Pendidikan terakhir :
Diagnosa :
2.Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau
pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya
kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja
dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menola, menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru.
5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak, luka (malnutrisi).
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda, ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian
konduksi, kerusakan membrane mukosa.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan
suara, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase
darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnea.
9. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun
atau radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
Prioritas keperawatan
Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative
Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang
terganggu.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan
Pemeriksaan Fisik:
B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada
B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
B3 (Brain) : dizziness, cemas
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
1.Pemeriksaan fungsi paru
2.Analisa gas darah arteri
3.Kapasitas vital paru
4.Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Sinar X dada
Post Operatif
Data Etiologi Masalah
DS: Trakeostomy Bersihan jalan nafas tidak
DO: RR menurun, pola nafas efektif
tidak teratur, pucat, Akumulasi secret pada jalan
ketidaknormalan frekuensi, jalan nafas yang menjadi
irama dan kedalaman nafas, daerah insisi trakeostomy
hipoksia, tachycardia, tekanan
O2 dan CO2 menurun. Pada Jalan nafas terganggu
lapangan paru bawah bilateral
terdapat bercak-bercak nodular Bersihan jalan nafas tidak
efektif
resiko infeksi
DS : Klien tidak bisa Trakeostomy Gangguan komunikasi verbal
mengeluarkan suaranya saat
mencoba bicara Daerah insisi trakeostomy
DO: suara klien tidak
terdengar. Hanya terdengar Membuka saluran baru yang
suara hembusan. Klien dilalui udara sebelum pita
berkomunikasi dengan isyarat suara
Rendah diri
Jelaskan klien
tentang cara-cara
alternative
komunikasi (misal ;
kertas atau papan
gambar). Minta klien
menggunakan
peragaan ulang untuk
menunjukkan
kemahiran.
Post Operatif
Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan
nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan
ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan
cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Terdapat 2 macam tracheostomy
Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada
mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai pemasangan
trakeostomy.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC
Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007.
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 6.
Jakarta: ECG.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah:
Preoperatif Nursing. Tidak dipublikasikan: Yogyakarta.
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.