You are on page 1of 31

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN TRAKEOSTOMI

DOSEN PEMBIMBING :
H. SUKMA WICATURATMASHUDI, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB

Disusun oleh :
1.Dea Vanike Azinora
2.Elba Habiburrahma
3. Emmy Puji Astuti
4.Roy Yini
5.Siti Rahma
6.Nur Asri Wulandari

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIV KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke
trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan.
Trakeostomi diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas,
melindungi trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan
tertimbunnyadischarge bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang
mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya
terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir trakeostomi. Perawatan pasca
trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge,
Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi,
pencegahan infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high
volume-low pressure cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut.
Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan
mengetahui komplikasi trakeostomi, yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun
akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas pasca trakeostomi. Selain itu,
pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan mengganti kanul
trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan tubuhnya, apabila
pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam hal ini peran perawat sangat
penting sebagai educator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien trakheostomi.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal mengenai
trakheostomi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi trakeostomi


2. Mengetahui fungsi dari trakeostomi
3. Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
4. Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
5. Mengetahui klasifikasi dan jenis trakheostomi
6. Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan trakheostomi
7. Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi?

1.4 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang terpasang trakeostomi dengan tepat dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Trakea


Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea
pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk
cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah
menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan
sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar
tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di
sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus
rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi
trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid
dan hioid.

2.2 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi
merupakan tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada
trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu
jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam
membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang
yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila
kanula telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh
dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi
dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari
trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat
diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi;
alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar
(circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua
jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari
trakeotomi.
2.3. Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:

1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi


kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan
peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang
trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada
pasien dengan gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer
oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang
norma.

2.4. Indikasi dan kontraindikasi


2.4.1 Indikasi dari trakeostomi antara lain:

1. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas


2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada
pasien dalam keadaan koma.
3. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
4. Apabila terdapat benda asing di subglotis
5. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis
dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme
serupa
6. Obstruksi laring
1. karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika,
laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
2. karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas,
trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus
Rekurens
Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol, seperti hemofili.

2.5. Klasifikasi
Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi

1. Trakeostomi elektif : Insisi horisontal


2. Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal

Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan menjadi

1. trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang


2. trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik

Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi

1. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal


cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy
tube (canule).
2. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer.
Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi.
Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal
(terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan
MRI Scanning)

2.6. Penatalaksanaan
2.6.1 Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi.
Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga.
Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih
cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh
lebih kecil.
3. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

2.6.2 Jenis Pipa Trakeostomi


1. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko
timbulnya aspirasi.
2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai
risiko aspirasi. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam). Dua bagian
trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat
dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
3. Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang.
Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian
terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

2.6.3 Alat-Alat Trakeostomi


Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi
obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait
tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran
sesuai.
2.6.4 Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga
memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital.
Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median
dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan
antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di
pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit
dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa
suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan
jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari
bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima
sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak
trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna
putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka
trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth
tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak
mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke
lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara
menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan
waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting
yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul
difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan
terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema
kulit.

2.7. Perawatan Trakeostomy


Perawatan trakeostomi meliputi:
1. Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet,
2. Perawatan luka pada trakeostomi
3. Perawatan anak kanul
4. Humidifikasi untuk menjaga kelembapan

Tujuan Perawatan Trakeostomi


1. Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging)
2. Untuk mencegah infeksi
3. Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)
4. Bronkial toilet yang efektif
5. Mencegah pipa tercabut

Prosedur trakeobronkial Toilet

Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan
ketenangan selama pengisapan.

1. Siapkan alat alat yang diperlukan


2. Cuci tangan
3. Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai
kebutuhan)
4. Buka kit kateter pengisap
5. Isi kom dengan normal salin
6. Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang
tinggi.
7. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
8. Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke
pengisap
9. Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan,
untuk menstimulasi reflek batuk
10. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360
derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan
maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia)
11. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
12. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
13. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
14. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
15. Bilas selang pengisap
16. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.

Prosedur Perawatan Luka Trakeostomy


a. Tujuan : Untuk mencegah infeksi

b. Persipan Alat dan Bahan :

1. Pinset anatomis dan cirurgis


2. Sarung tangan
3. Kasa minimal 3
4. Kom/mangkuk kecil
5. NaCL 0.9%
6. Gunting perban
7. Antibiotik
8. Bengkok
9. Perlak
10. Tali trakeostomy

Persiapan Pasien
1. Pasien diberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan
2. Mengatur posisi yang nyaman

Prosedur Kerja

1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik


2. Pemasangan perlak
3. Pasang sarung tangan
4. Angkat kasa dari luka
5. Kaji kondisi luka
6. Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kearah luar
7. Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut
8. Berikan obat sesuai indikasi
9. Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut kasa)
Perawatan Anak Kanul

1. Perawatan Pasca Operasi

Adanya kanul di dalam trakea yang merupakan benda asing akan merangsang
pengeluaran discharge. Discharge ini akan keluar bila penderita batuk, pada saat
dilakukan pengisapan atau pada saat penggantian kanul. Pengeluaran
discharge dengan jalan membatukkan pada penderita dengan trakeostomi tidak
seefektif pada orang normal, karena penderita tidak dapat menutup glotis untuk
menghimpun tekanan yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengisapan. Beberapa
jam pertama pasca bedah, dilakukan pengisapan discharge tiap 15 menit,
selanjutnya tergantung pada banyaknya discharge dan keadaan penderita.
Pengisapan discharge dilakukan dengan kateter pengisap yang steril
dan disposable. Pada saat pengisap dimasukkan ke dalam trakea, jangan diberi
tekanan negatif, begitu pula antara pengisapan harus diberi periode istirahat agar
udara paru tidak terlalu banyak terisap, dengan demikian residual volume tidak
banyak berkurang. Setelah ujung pengisap sampai di bronkus, dilakukan pengisapan
perlahan-lahan sambil memutar kanul pengisap. Jika kanul trakea mempunyai kanul
dalam, kanul dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Kanul dalam ini harus sering
diangkat dan dibersihkan.
Lore (1973) menganjurkan memakai pengisap terkecil yang dapat melakukan
pengisapan dengan adekuat, sedang Feldman dan Crawley (1971) memakai kateter
pengisap steril dan non traumatik yang penampangnya kurang dari separuh
penampang trakea. Sebelum melakukan pengisapan, sebaiknya penderita diberi
oksigen selama 2-3 menit. Bila didapatkan sekret yang kental, teteskan larutan
garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi
yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu
menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.

2. Perawatan Mandiri Pasca operasi


Pasca trakeostomi penderita akan diberi petunjuk oleh dokter atau paramedis
perihal perawatan kanul trakeostomi. Petunjuk untuk penderita ini tergantung pada
keadaan penderita saat dari rumah sakit.
Membersihkan kanul dalam

Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci bergagang,
saringan, dan cairan penggosok perak. Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:
1) Buatlah larutan sabun di dalam botol.
2) Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci kanul dalam
dan kemudian tarik kanul dalam ke luar.
3) Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk beberapa menit di
dalam cairan sabun.
4) Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu ujungnya diikatkan
pada suatu tempat . Gunakan penjepit untuk membantu menarik kasa melalui kanul.
Tarik kanul dalam ke belakang, ke depan dan seterusnya sekeliling kasa yang
diikatkan sampai bagian dalam kanul dalam bersih.
5) Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang mengalir.
6) Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih perak untuk
beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.
7) Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul dalam ke
tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada tempatnya.
8) Minimal sekali sehari didihkan kanul dalam setelah dibersihkan.

Merebus kanul dalam

Tahapan untuk merebus kanul dalam ialah :

1) Tempatkan kanul dalam bersih pada saringan dan tempatkan saringan pada panci
tergagang
2) Isi panci dengan air secukupnya untuk merendam kanul dalam
3) Setelah air mendidih, didihkan kanul dalam selama 5 menit.
4) Angkat saringan dari panci bergagang, tuangkan air dari panci, dan tempatkan
kembali saringan dalam panci.
5) Biarkan kanul dalam dingin untuk beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam
kanul luar
Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau bengkok
dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta dapat diangkat
dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul
dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang
lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat
dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama seperti halnya kanul perak.

1. Cara mengganti kanul trakeostomi

Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita mengganti kanul
trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara langsung berhubungan
dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk
mengangkat kanul trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau
permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian
ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah
terpasang, dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep
dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul rakeostomi
untuk mempermudah memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat
satu atau dua untai.
Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui cermin dan pegang
tiap sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan
meluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal yang
penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang melekat pada kanul
dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat,
tempatkan kasa di atas kanul.

1. Cara menghisap

Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat jumlahnya jika penderita
dingin, jika udara dalam rumah kering, atau jika kanul teriritasi. Penghisapan mungkin
diperlukan untuk mengontrol mukus. Mesin penghisap yang mudah dibawa dapat dipinjam
dari rumah sakit dengan petunjuk penggunaannya. Kateter karet tidak boleh dimasukkan
sampai melewati ujung dalam kanul trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk
melakukannya dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau kateter
yang dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan sebagai penghisap.
Cara melakukan :
1. Siapkan alat-alat.
2. Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada semprit dengan tangan
yang lain.
3. Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul trakeostomi, untuk
mengeluarkan udara di dalamnya.
4. Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan semprit.
5. Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering dididihkan untuk
memelihara kebersihannya

2.7.6 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Suhu adalah factor yang
paling penting dalam mempengaruhi jumlah uap air yang dapat dikandung gas. Presentase air
dalam gas, terkait dengan kapasitasnya untuk mengangkut air, merupakan klembaban
relative. Udara atau oksigen dengan kelembaban relative yang tinggi membuat jalan nafas
tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen. Oksigen yang dimasukkan
kedalam jalan nafas bagian atas dapat dilembabkan dengan menginsersi kateter ke dalam air
sehingga menghasilkan udara(bubbling). Umumnya humdifikasi ditambahkan saat kecepatan
aliran oksigen melebihi 4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan perawat adalah memastikan
bahwa alat tersebut menggunakan salin steril untuk inhalasi dan bahwa larutan diganti sesuai
prosedur. Humidifikasi dapat menjadi sumber infeksi nosokomial pada klien karena
lingkungan yang lembab mendukung prtumbuhan mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran
napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi
buatan. Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah:
a) Condensor humidifier. Alat ini dipasang pada kanul
b) trakea. Pada waktu ekspirasi, uap air mengembun pada lempeng-lempeng metal dari
kondensor. Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada alat
tersebut fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
c) Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang secara teratur
dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih efisien. Bila penderita bernafas
spontan, campuran gas ditiupkan melalui suatu T-piece atau melalui kotak plastik
yang dilubangi.
d) Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara inspirasi. Efektifitas
tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan kelembaban relatif udara inspirasi.
e) Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh lembaran kasa yang
telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa tersebut diikatkan pada leher dan harus
diganti sesering mungkin

Komplikasi
`Waktu tindakan operasi

1. Perdarahan
2. Cardiac arrest
3. Perforasi
4. Emboli udara
5. Ruptur pleura servikalis
6. Apneu
7. Sumbatan darah / sekret

`Setelah operasi

1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Sumbatan kanul
4. Pergeseran stenosis
5. Pembentukan jar. granulasi
6. Aspirasi, atelektasis
7. Pneumotoraks
8. Pipa trakeostomi tercabut
9. Emfisema subkutis

Komplikasi Jangka panjang

1. Obstruksi jalan nafas atas


2. Infeksi
3. Fistula trakeoesofagus
4. Stenosis trakea

Indikasi Pelepasan Trakeostomi


Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau
kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan :

1. Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru.


2. Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.
3. Tidak terdapat infeksi lanjutan.
4. Tanda-tanda vital klien normal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Umumnya pasien yang membutuhkan pemasangan trakeostomi adalah pasien yang
mengalami gangguan sistem saluran pernafasan seperti Ca Nasofaring. Pasien tersebut ,
mengeluh sesak nafas dan gelisah.
Askep kasus:
Pengkajian
Anamnesa:
1.Identitas pasien
Nama :
TTL :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Nama Ayah/Ibu :
Pekerjaan Istri :
Agama :
Suku bangsa :
Pendidikan terakhir :
Diagnosa :

2.Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah

3.Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain karena tidak berbicara dengan
normal.

4.Riwayat Kesehatan Dahulu


Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol
dan penggunaan obat kontrasepsi oral.

5.Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti:
penyakit Asma.

Data Dasar Pengkajian Pasien


1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat, perubahan irama pernapasan,
takipnea.

2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau
pucat.

3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya
kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja
dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menola, menyangkal.

4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru.

5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak, luka (malnutrisi).

6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda, ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian
konduksi, kerusakan membrane mukosa.

7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan
suara, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase
darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnea.

9. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun
atau radiasi.
Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.

10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan,


pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri,
perawatan / pemeliharaan rumah.

Prioritas keperawatan
Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat
Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative
Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat.
Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang
terganggu.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan

Pemeriksaan Fisik:
B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada
B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
B3 (Brain) : dizziness, cemas
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis

Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
1.Pemeriksaan fungsi paru
2.Analisa gas darah arteri
3.Kapasitas vital paru
4.Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Sinar X dada

3.2 Analisa Data


Pre Operatif
Data Etiologi Masalah
DS: Perasaan takut aka Kurang pengetahuan tentang Ansietas
kehilangan suara, mati,
prosedur pembedahan
terjadinya / berulangnya
kanker.

Kuatir bila pembedahan


mempengaruhi
hubungan keluarga,
kemampuan kerja dan
keuangan.

DO: Ansietas, depresi, marah


dan menolak, menyangkal.

Post Operatif
Data Etiologi Masalah
DS: Trakeostomy Bersihan jalan nafas tidak
DO: RR menurun, pola nafas efektif
tidak teratur, pucat, Akumulasi secret pada jalan
ketidaknormalan frekuensi, jalan nafas yang menjadi
irama dan kedalaman nafas, daerah insisi trakeostomy
hipoksia, tachycardia, tekanan
O2 dan CO2 menurun. Pada Jalan nafas terganggu
lapangan paru bawah bilateral
terdapat bercak-bercak nodular Bersihan jalan nafas tidak
efektif

DS : Trakeostomy Resiko infeksi


DO : klien terpasang
trakeostomi insisi trakeostomy

kondisi daerah insisi yang


tidak bersih

kuman, bakteri berkembang

resiko infeksi
DS : Klien tidak bisa Trakeostomy Gangguan komunikasi verbal
mengeluarkan suaranya saat
mencoba bicara Daerah insisi trakeostomy
DO: suara klien tidak
terdengar. Hanya terdengar Membuka saluran baru yang
suara hembusan. Klien dilalui udara sebelum pita
berkomunikasi dengan isyarat suara

Suara yang dihasilkan tidak


bisa sampai menggetarkan pita
suara
Suara tidak keluar

Gangguan komunikasi verbal


DS : - Trakeostomy Gangguan citra tubuh
DO: klien menjadi sangat
murung, pendiam dan terlihat Gangguan komunikasi dengan
membatasi diri orang lain
Merasa berbeda dengan orang
lain

Rendah diri

Gangguan citra tubuh

3.3 Diagnosa Keperawatan


1 Priode Praoperasi
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.
2 Priode Pasca Operasi
Resiko Tinggi terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang
berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status
puasa pasca operasi.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret.
Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme
pertahanan respirasi.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube

3.4 Rencana Keperawatan


Pre Operatif
NO Dx. Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ansietas 1. Menyebutkan Pertegas penjelasan Menjelaskan
berhubungan alasan untuk dokter tentang tentang apa yang
1.
dengan trakeostomi dan pembedahan dan diperkirakan
kurang hasil yang alasannya. Bila terjadi dapat
pengetahuan diperkirakan. memungkinkan, membantu
tentang jelaskan bahwa mengurangi
pembedahan 2. Menyebutkan trakeostomi ansietas klien
yang akan keterbatasan sementara yang
dijalani dan bicara dan diindikasikan dalam berhubungan
dampak komunikasi yang edema pascaoperasi dengan ketakutan
kondisi pada diantisipasi. setelah biopsy, akan hal-hal yang
gaya hidup. distress pernafasan tidak diketahui
3. berat, dan gangguan dan tidak
Menggambarkan lain, dan bahwa diperkirakan.
perawatan trakeostomi permanen
segera adalah alternative Pengertian
pascaoperasi dan untuk intubasi tentang
tindakan endotrakeal atau terminologi
perawatan diri. nasotrakeal. memperbaiki
pemahaman dan
4. Praoperasi, Jelaskan istilah dan membantu
menunjukkan konsep umum, mengurangi
kemampuan berikan literature dan ansietas.
untuk peralatan aktual, bila
berkomunikasi memungkinkan. Menyiapkan
secara efektif Pastikan klien klien untuk apa
menggunakan mengenal hal berikut yang diperkirakan
metode lain : dapat mengurangi
selain bicara ansietas karena
1. Prosedur ketidaktahuan.
trakeostomi
2. Stoma Dengan meminta
3. Selang klien
trakeostomi mempraktikkan
4. Suksion dan
kateter teknikkomunikasi
suksion sebelum prosedur
5. Kolar memungkinkan
pelembab perawat untuk
trakeal mendeteksi dan
6. Pengikat berupaya untuk
trakeostomi memperbaiki
7. Oto trakea adanya
kekurangan yang
Diskusikan potensial serius.
squele bedah Penguasaan
trakeostomi, termasuk terhadap
: pengganti
komunikasi dapat
1. Perubahan membantu
penampilan menurunkan
tubuh perasaan asing
2. Perubahan dan kesepian,
fungsi tubuh, meningkatkan
misalnya ; rasa kontrol klien
bernafas, dan mengurangi
bicara, ansietas.
menyanyi,
batuk, dan
pembersihan
sekresi.

Jelaskan klien
tentang cara-cara
alternative
komunikasi (misal ;
kertas atau papan
gambar). Minta klien
menggunakan
peragaan ulang untuk
menunjukkan
kemahiran.

Post Operatif

No Dx. Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Resiko Klien Jelakan peran Penjelasan
Tinggi mempertahank dan pentingnya perlunya nutrisi
terhadap an berat badan nutrisi pada pasca operasi
Perubahan atau penurunan pemulihan optimal dapat
Nutrisi : tidak lebih dari jaringan pasca membantu
Kurang dari 2 kg dalam operasi. meminimalkan
Kebutuhan periode pasca miskosepsi dan
Tubuh yang operasi. memudahkan
berhubungan Klien pantau berat kepatuhan klien.
dengan mengkonsumsi badan.
proses jumlah cairan Kecenderungan
penyakit, dan nutrisi berat badan dapat
anoreksia, adekuat untuk mengindikasikan
disfagia, memenuhi kebutuhan
odinofagia, kebutuhan suplemen diet atau
dan status metabolism perubahan teknik
puasa pasca basal pada pemberian makan
operasi. periode pasca pada klien dengan
operasi. peningkatan
Masukan kebutuhan nutrisi
nutrisi dan Evaluasi atau mereka yang
cairan adekuat konsistensi akan diouasakan
tanpa aspirasi makanan yang selama lebih dari
atau tersedak dapat ditoleransi 1 sampai 2 hari
sebelum pasien tanpa (Taylor, 1989).
pulang. aspirasi.
Semi padat atau
makanan
dihaluskan
mungkin
Berikan makan ditoleransi lebih
melalui selang baik, karen awal
(sesuai menelan dan
ketentuan atau gerakan makanan
yang telah dari konsistensi
dipesankan) dan ini dikontrol lebih
ajarkan prinsip- baik daripada
prinsip cairan
pemberian (Mendelsohn,
makan melalui 1993).
selang.
Untuk
Pertahankan mempertahankan
hygiene oral berat badan,
yang baik memudahkan
sebelum dan penyembuhan
setelah makan luka, dan
bila diberikan membantu
makanan mencegah infeksi
peroral. (Sigler, 1993).
Bekerja sama
dengan ahli gizi Untuk menjaga
untuk suture tetap bersih
memastikan dan merangsang
kebutuhan nafsu makan.
nutrisi pasien
bila klien Bila klien
mengalami mendapat makan
defisit nutrisi melalui selang
pra operasi atau atau mengalami
masukan nutrisi kesulitan
dibatasi pada mempertahankan
periode pasca masukan nutrisi
operasi. adekuat, masukan
dari ahli gizi
mungkin
diperlukan untuk
menetapkan
kebutuhan nutrient
dan cairan bagi
klien untuk
memudahkan
pemulihan luka
dan mencegah
dehidrasi

2. Bersihan Tidak ada Ronchi dan Mengauskultasi Jika ditemukan


jalan nafas sekret pada wheezing tidak paru setiap 4 crackles dan
tidak efektif jalan nafas terdengar jam wheezing dapat
berhubungan Menganjurkan mengintrepretasik
dengan klien untuk tarik an adanya sekret
akumulasi nafas dalam dan pada jalan nafas
sekret batuk Pasien dapat
Melakukan mengeluarkan
fisioterapi nafas sekret dengan
jika tidak ada tarik nafas dalam
kontraindikasi dan batuk tanpa
Membersihkan suctioning
trakheostomy Untuk membantu
tube klien sesuai pasien
dengan mengeluarkan
kebutuhan. sekret dengan
Berdasarkan batuk
jumlah Dengan
akumulasi secret membersihkan
Melakukan trakheostomy,
suctioning bila menghindari
perlu terjadinya
Melakukan penumpukan
nebulizing sekret dan agar
jalan nafas bersih
Suctioning
membersihkan
jalan nafas dari
sekret
Nebulizer
membantu untuk
mengencerkan
secret sehingga
lebih mudah untuk
dikeluarkan

3. Resiko Memperkecil Tidak ada Cuci tangan Dengan tangan


infeksi adanya infeksi tanda-tanda sebelum yang bersih saat
berhubungan sehingga infeksi melakukan melakukan
dengan kemungkinan prosedur prosedur,
pembuatan komplikasi Monitor dan memperkecil
saluran nafas tidak ada laporkan adanya kemungkinan
baru dari tanda-tanda terjadinya infeksi
mekanisme infeksi, Mengidentifikasi
pertahanan misalnya adanya infeksi dan
respirasi. demam, memperkecil
penurunan RR komplikasi
(Respiratory Pemaparan terlalu
Rate), dahak sering pada
kental, trakheostomy
peningkatan mengakibatkan
jumlah sel darah pneumonia
merah Agar
Jaga pemaparan mikroorganisme
trakheostomy tidak dapat masuk
terhadap benda ke jalan nafas
asing Untuk
Gunakan teknik meningkatkan
steril dalam sistem imun
melakukan
perawatan
trakheostomi
dan suctioning
Anjurkan untuk
diet tinggi kalori
tinggi protein

4. Gangguan Klien mampu Interaksi sosial Beri Memberikan


komunikasi berkomunikas klien kesempatan klien untuk
verbal i berkembang klien untuk mengungkapkan
berhubungan berkomunikasi apa yang klien
dengan Amati gerak butuhkan
terpasangnya non verbal klien Gerak non verbal
trakheostomy Sediakan kertas mengintepretasika
tube dan bolpoin jika n perasaan klien
pasien lemah Pasien bisa
tidak mampu berkomunikasi
berbicara dengan menulis di
banyak kertas jika lemah
Ajarkan pada Menutup jalur
pasien yang masuknya udara
terpasang melalui
trakheostomi trakheostomi
tentang cara maka pasien dapat
menutup lubang berbicara
trakheostomi
dengan jari yang
bersih atau tutup
yang khusus jika
ingin berbicara
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan
nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan
ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan
cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Terdapat 2 macam tracheostomy

1. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal


cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage
mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
2. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea
dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada
penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama

Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada
mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai pemasangan
trakeostomy.
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC
Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007.
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 6.
Jakarta: ECG.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah:
Preoperatif Nursing. Tidak dipublikasikan: Yogyakarta.
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

You might also like