You are on page 1of 45

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH (INFRARED

SPECTROSCOPY /IR) DAN NUCLEAR MAGNETIC


RESONANCE (NMR)

DI SUSUN OLEH : KLP II

RISLAN (4513044007)
SUPRIADI (4513044008)
A. FITRAH EFENDI A.M (4513 044004)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


PRODI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA 45 MAKASSAR
2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun Panjatkan kehadirat Allah SWT.


Karena atas kehendak-Nyalah makalah Kimia analisis II yang
berjudul spektroskopi inframerah (infrared spectroscopy / ir)
dan nuclear magnetic resonance (nmr) Dalam
menyelesaikan makalah ini, meskipun penyusun sedikit
mengalami kesulitan, akan tetapi karena referensi yang
didapatkan oleh penyusun merupakan rekomendasi langsung dari
dosen matakuliah yang bersangkutan, hal ini tidak meminimkan
pengetahuan para penyusun dalam penyelesaian makalah. Selain
itu, penyusun pun mendapatkan berbagai bimbingan dari
beberapa pihak yang pada akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan para pembaca tentang analisis
berbagai sernyawa .Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah kimia Analisis yaitu ibu dr.Hamsina
ST,Msi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada Akhirnya kepada
Allah jualah penyusun mohon taufik dan hidayah, semoga usaha
kami mendapat manfaat yang baik.Serta mendapat ridho Allah
SWT. Amin ya rabbal alamin.
BAB 1 PENDAHULAN

A.Latar Belakang

Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu


metode analisis yang paling mudah digunakan pada kimia
modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur dari
komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari
komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan
komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia
[1,2]. Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan
menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah
salah satu yang paling sering diamati. Pada spektrum hidrogen
NMR menghadirkan beberapa resonansi yang menjelaskan
pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen.
Kedua, jumlah pita dalam spektrum menunjukkan bagaimana
beberapa posisi yang berbeda pada molekul dimana hidrogen
melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi utama
pada spektrum NMR menunjukkan perubahan kimia. Ini sangat
penting untuk menduga bagian dari spektrum NMR yang
mengandung informasi tentang lingkungan masing-masing atom
hidrogen dan struktur dari komponen yang dipelajari. Informasi
ketiga bahwa sebuah spektrum NMR menentukan perbandingan
luas/daerah pita yang berbeda, ini menjelaskan jumlah atom
hidrogen yang relatif yang keluar pada yang diperoleh.
Struktur kompleks pita-pita dapat mengandung informasi tentang
jarak yang memisahkan beberapa atom hidrogen yang melewati

ikatan kovalen dan penyusun spasial atom hidrogen yang


melekat pada molekul, termasuk struktur dasarnya. Struktur dasar
menunjukkan pembungkusan atau penggabungan molekul yang
memiliki ikatan yang panjang, seperti struktur spiral DNA.
Struktur kompleks pita NMR pada mulanya spin coupling
diantara beberapa atom hidrogen. Penggabungan ini merupakan
perputaran fungsi jarak melintasi ikatan dan geometri molekul.
Dalam kasus molekul kecil, pita yang kompleks mungkin
disimulasikan tepat dengan perhitungan mekanika kuantum atau
didekati menggunakan mekanika kuantum yang sesuai dengan
aturan.

B. Tinjauan Pustaka
NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen
alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah
reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan
yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR
merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi structural.
Spektroskopi resonansi magnet inti seringkali disingkat NMR
termasuk ke dalam spektroskopi absorpsi seperti halnya dengan
spektroskopi infra merah atau spektroskpoi ultra violet. Dasar
dari spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik
dengan frekuensi radio oleh inti atom. Frekuensi radio yang
digunakan berkisar dari 0,1 sampai dengan 100 MHz. Bahkan,
baru-baru ini ada spektrometer NMR yang menggunakan radio
frekuensi sampai 500 MHz.
Inti proton (atom hidrogen) dan karbon (karbon 13) mempunyai
sifat-sifat magnet. Bila suatu senyawa mengandung hidrogen atau
karbon diletakkan dalam bidang magnet yang sangat kuat dan
diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen
dan karbon dari senyawa tersebut akan menyerap energi melalui
suatu proses absorpsi yang dikenal dengan resonansi magnetik.
Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai
dengan frekuensi radiasi elektromagnetik.
Proton tunggal 1H adalah isotop yang paling penting dalam
hydrogen. Isotop ini melimpah hampir 100% dan jaringan hewan
mengandung 80% air. 1H memproses momen magnetik yang
besar dari nuclei yang penting secara biologi. Ketika pada medan
magnet konstan, frekuensi NMR dari nuclei hanya bergantung
pada momen magnetnya, frekuemsi 1H paling tinggi pada
spekrometer yang sama. Sebagai contoh, pada spekrometer 360
MHz untuk 1H, frekuensi untuk 31P adalah 145,76 MHz dan
untuk 13C adalah sekitar 90 MHz.
13C adalah isotop karbon yang dapat digunakan untuk NMR.
Dialam ada hanya 1,1%. Oleh karena itu, spektrum 13C yang
diperoleh membutuhkan banyak waktu. Disamping itu spektrum
13C lebarnya adalah 200 ppm, yang identifikasinya mudah
diperoleh pada metabolisme jaringan. Sensitiftas spektroskopi
13C dapat ditingkatkan dengan spektroskopi proton-observed
carbon-edited.
BAB II

PEMBAHASAN

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH (INFRARED


SPECTROSCOPY) SPEKTROSKOPI INFRAMERAH DAN
NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (NMR)

A. Latar Belakang

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan


atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang
dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Dalam catatan
sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana
"cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori struktur materi
serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa modern,
definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru yang
dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak,
tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-
elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio,
elektron, fonon, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia
analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum
yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam
spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga digunakan
secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh.

Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai


spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia
dan atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk
mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan pergeseran
Doppler garis-garis spektral. Spektrofotometri dapat dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu
sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan
oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang
khas untuk komponen yang berbeda.
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah
(IR). spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul.
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik
yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 m
atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1.

B. Prinsip Kerja

Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama


dengan spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energi
dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada
radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di
mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength),
yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung
semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel.
Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal

yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai


spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol melawan
wavenumber.
Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif
(identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik
yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak struktural
yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing
kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi
yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C = O, selalu
menyerap sinar inframerah pada 1670-1780 cm-1, yang
menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan.

C. Instrumentrasi
Bagian pokok dari spektrofotometer inframerah adalah
sumber cahaya inframerah, monokromator dan detector. Cahaya
dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi
frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan
intensitas relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor
Sumber inframerah
Sumber yang umum digunakan adalah merupakan batang yang
dipanaskan oleh listrik yang berupa :
@ Nernst glower (campuran oksida dari Zr, Y, Er, dsb).
@ Globar (silikon karbida)
@ Berbagai bahan keramik
D. Teknik Analisis

Dalam metode menganalisis suatu spektra yang tak diketahui,


perhatian harus dipusatkan pada penentuan ada atau tidaknya
beberapa gugus fungsional utama seperti C=O, O-H, N-NH, C-O,

C=C, , dan NO2. Janganlah membuat analisis yang detail


terhadap pita serapan CH dekat 3000 cm-1 (3,33 m). Hampir
semua senyawa mempunyai pita serapan pada daerah tersebut.
Tidak perlu risau terhadap adanya suatu lingkungan yang tepat
dari gugus fungsional yang diperoleh

Langkah-langkah pada waktu menginterpretasi data


infaramerah

a) Kebanyakan senyawa dapat dicatat pada serapan di atas


1400 cm-1 dan dibawah 900 cm-1. (Daerah finger print, 900-
1400 cm-1, mengandung banyak serapan yang tidak dapat
ditelaah).
b) Gugus/kelompok fungsional jauh lebih berguna dari pada
pita-pita tunggal. Dengan perkataan lain, gugus fungsional
yang memberikan banyak serapan karakteristik biasanya dapat
diidentifikasi lebih tepat dari pada gugus fungsional yang
memberikan hanya satu serapan karakteristik. Jadi keton (C=O
str) lebih sukar/diidentifikasi dari pada ester (C=O str dan CO
str) ester lebih sukar diidentifikasi dari pada amida (C=O str, N
H str, N H def, dan sebagainya).
c) Kerangka karbon harus diperhatikan paling awal : lihat
apakah alkana, alkena, alkuna atau aromatik. (Gunakan C
H str, CH def dan berbagai frekuensi rentangan ikatan
karbon-karbon). Kenyataan bahwa spektrum NMR sangat
membantu. Lihat apakah ada C=O str, jika ada ia mungkin
berhubungan dengan CH str dalam aldehida, NH str dalam
amida, C-O str dalam ester dan sebagainya. Carilah O-H str
atau N-H str

demikian juga C=N str. Dalam senyawa belerang amati


adanya S-H str, S=O str, dan SO2 str; dalam senyawa fosfor
lihat adanya PO str.

E. Jenis Jenis Spektroskopi Infra Merah

Spektroskopi Inframerah Dekat

Spektroskopi inframerah dekat (IMD) didasarkan pada efek


overtone molekul dan getaran kombinasi. Transisi dua efek ini
terlarang dalam aturan larangan pada mekanika kuantum.
Sebagai hasilnya, absorptivitas molar pada wilayah inframerah
dekat cukup kecil.Teknik ini memiliki keuntungan karena IMD
secara umum dapat jauh menembus sampel daripada radiasi
inframerah sedang. Teknik ini dikenal kurang sensitif, tetapi
sangat berguna dalam pengujian material mentah (belum
diolah), tanpa atau hanya sedikit persiapan sebelumnya. Dalam
praktek, NIRS seringkali dikalibrasi dengan teknik lain yang
lebih sensitif untuk mendapatkan hubungan antara hasil kedua
teknik itu.

2. Spektrofotometer FTIR

Pada dasarnya Spektrofotometer FTIR (Fourier Trasform Infra


Red) adalah sama dengan Spektrofotometer IR dispersi, yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistim optiknya
sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar
pemikiran dari Spektrofotometer FTIR adalah dari persamaan
gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier
(1768-1830) seorang ahli matematika dari Perancis. Fourier

mengemukakan deret persamaan gelombang elektronik sebagai :


f(t) = a0 + a1 cos w0t + a2 cos 2w0t + + b1 cos w0t + b2 cos
2w0t
a dan b merupakan suatu tetapan; t adalah waktu; adalah
frekwensi sudut (radian per detik) ( = 2 f dan f adalah
frekwensi dalam Hertz).
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat
digambarkan sebagai daerah waktu atau daerah frekwensi.
Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik
dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut
Transformasi Fourier (Fourier Transform).
Cara Kerja Alat Spektrofotometer Ftir
Sistim optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar
dibawah ini dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus
dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra merah
akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju
cermin yang bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ).
Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang
selanjutnya disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan antara
intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi
disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik dari
Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya
interferometer Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER
(Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation)
yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan
radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima
oleh detektor secara utuh dan lebih baik.

Keunggulan Spektrofotometer Ftir


Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer
FTIR memiliki dua kelebihan utama dibandingkan metoda
konvensional lainnya, yaitu:
Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya
secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat
daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning.

Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar


daripada cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistim
detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (slitless).

F. Interferensi dan Pengolahan Data Analisis

Radiasi Elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James


Clark Maxwell. James Clark Maxwell menyatakan bahwa cahaya
secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, yang artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya
saling tegak lurus dengan arah rambatan.
Macam-macam gelombang elektromagnetik infra merah

Spektrum elektromagnetik merupakan kumpulan spektrum dari


berbagai panjang gelombang. Ada berbagai macam gelombang
elektromagnetik dengan rentang panjang gelombang tertentu.
Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar infra merah dapat
dibagi menjadi tiga.

2. Interaksi Sinar Infra Merah Dengan Molekul


Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan
didasarkan atas senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom
yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh
pegas seperti tampak pada gambar 3. Jika pegas direntangkan
atau ditekan pada jarak keseimbangan tersebut maka energi
potensial dari sistim tersebut akan naik.
Pada keadaan tertentu setiap senyawa mempunyai tiga macam,
yaitu :

Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.

Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan

Gerak Vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.


Bila ikatan senyawa bergetar, maka apakah yang terjadi dengan
energi vibrasinya? energi vibrasi akan bergetar secara periodik
berubah dari energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya.
Jumlah energi total adalah sebanding dengan frekuensi vibrasi
dan tetapan gaya ( k ) dari pegas dan massa ( m1 dan m2 ) dari
dua atom yang terikat. Energi yang dimiliki oleh sinar infra
merah hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan vibrasi.

3. Perubahan Energi Vibrasi

Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi


terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan
kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Vibrasi molekul
sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut
vibrasi finger print. Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua
golongan besar, yaitu:

Vibrasi Regangan (Streching)

Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang


menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara
keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah.
Vibrasi Regangan sendiri di bagi menjadi dua macam, yaitu :
Regangan Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan
searah dalam satu bidang datar.
Regangan Asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan
tidak searah tetapi masih dalam satu bidang datar.

Vibrasi Bengkokan (Bending)

Jika sistim tiga atom merupakan bagian dari sebuah


molekul yang lebih besar, maka dapat menimbulkan vibrasi
bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi
atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini
terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak
mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar.
Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak
mengayun simetri dan masih dalam bidang datar.
Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas
keluar dari bidang datar.
Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur berputar
mengelilingi ikatan yang menghubungkan dengan molekul induk
dan berada di dalam bidang datar.

Daerah Spektrum Infra Merah

Para ahli kimia telah memetakan ribuan spektrum infra


merah dan menentukan panjang gelombang absorbsi masing-
masing gugus fungsi. Vibrasi suatu gugus fungsi spesifik pada
bilangan gelombang tertentu. Dari Tabel 2 diketahui bahwa
vibrasi bengkokan CH dari metilena dalam cincin siklo pentana
berada pada daerah bilangan gelombang 1455 cm-1. Artinya jika
suatu senyawa spektrum senyawa X menunjukkan pita absorbsi
pada bilangan gelombang tersebut tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa senyawa X tersebut mengandung gugus siklo
pentana.
Tabel 3 : Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi

Gug Jenis Senyawa Daera


us h
Serap
an
(cm-1)

C-H alkana 2850-


2960,
1350-
1470

C-H alkena 3020-


3080,
675-
870

C-H aromatik 3000-


3100,
675-
870

C-H alkuna 3300

C=C Alkena 1640-


1680

C=C aromatik (cincin) 1500-


1600

C-O alkohol, eter, asam 1080-


karboksilat, ester 1300

C= aldehida, keton, 1690-


O asam karboksilat, 1760
ester

O-H alkohol, fenol(mono 3610-


mer) 3640

O-H alkohol, fenol 2000-


(ikatan H) 3600
(lebar
)

O-H asam karboksilat 3000-


3600
(lebar
)

N-H amina 3310-


3500

C-N Amina 1180-


1360

- Nitro 1515-
NO2 1560,
1345-
1385

G. Studi Kasus dan Aplikasi

Penggunaan spektroskopi inframerah pada bidang kimia


organik hampir menggunakan daerah dari 650 4000 cm-1 (15,4
2,5 mm). Daerah dengan frekuensi lebih rendah 650 cm-
1
disebut inframerah jauh, dan daerah dengan frekuensi yang
lebih tinggi dari 4000 cm-1 disebut inframerah dekat. Masing-
masing daerah tersebut lebih jauh dan lebih dekat dengan
spektrum tampak. Inframerah jauh mengandung sedikit serapan
yang bermanfaat bagi orang-orang organik dan serapan tersebut
dikaitkan dengan perubahan-perubahan rotasi dalam molekul.
Inframerah dekat terutama menunjukkan serapan-serapan
harmonic overtones dari vibrasi pokok yang terdapat dalam
daerah normal.
Analisis secara Spektrofotometri Inframerah. Senyawa hasil
ekstraksi ditimbang 1 mg, digerusdengan pelet KBr, dibuat pelet
yang transparan dengan alat penekan hidrolik.Zat yang telah
terdispersi homogen dalam pelet dimasukkan kedalam
spektrofotometer infra merah. Analisis serapan serapan infra
merah yang dihasilkan padadaerah gugus fungsi dan sidik jari.
Analisis beberapa senyawa obat antivirus dan antikanker secara
reaksi kimia memberikan hasil sesuai dengan gugus fungsi dan
golongannyadidapat asiklovir mengandung inti purin, gugus
amina dan gugus OH. Inosipleks mengandung inti purin, gugus
amina dan gugus OH. Idoksuridin mengandung gugus OH dan
amina sekunder. Oseltamivir mengandung gugus OH dan
amina.Fluorourasil mengandung gugus amina. Metotreksat
mengadung gugus OH dan gugus amina. Sedangkan sisplatin
mengandung gugus amina.
Analisis senyawa-senyawa obat tersebut dengan berbagai
pereaksi memberikan hasil berupa warna dan atau endapan pada
beberapa pereaksi kimia. Pada analisis secara mikrokristal,
senyawa-senyawa obat memberikan kristal yang berbeda dan
spesifikdengan berbagai reagen. Pada spektrofotometri
inframerah, didapat puncakpuncak serapan yang kuat pada
bilangan gelombang :
a) Asiklovir : 3441 cm-1 (regang N-H), 3187 cm-1(regang
O-H), 2710 cm- 1 (regang C-H), 1717cm-1(regang C=O),
1632 cm-1(regang C=N)
b) Inosipleks : 3306 cm (regang N-H), 2918 cm-1(regang
-1

C-H), 1671 cm-1 (regang C=O), 1608cm-1(regang


C=N)
c) Idoksuridin : 3406 cm-1 (regang N-H), 1675 cm-1
(regang C=O)
d) Oseltamivir : 3352 cm-1 (regang N-H), 2967 cm-(regang
C-H), 1715 cm-1 dan 1663 cm-1(regang C=O)
e) Fluorourasil : 3658 cm-1 (regang N-H), 1686cm-
1
(regang C=O)
f) Metotreksat : 3392 cm-1 (regang N-H), 1700 cm-(regang
C=O), 1606 cm-1 (regang C=C)
Teknik spektroskopi ini umum dipakai dalam analisis
kedokteran, farmasetika (pembuatan obat), produk-produk
pembakaran, ilmu pangan dan kimia pertanian, serta astronomi.

H. Penggunaan spektrometri infra merah

Identifikasi dengan sidik jari (finger printing)

Spektra inframerah mengandung banyak serapan yang


dihubungkan dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dalam
molekul dan karena mempunyai karakteristik yang unik untuk
setiap molekul maka dalam spektrum memberikan pita-pita
serapan yang karakteristik juga. Bentuk pita ini dikenal sebagai
finger print dari molekul. Daerah yang mengandung sejumlah
besar vibrasi tertentu yang tak dapat ditelaah yang berkisar dari
900-1400 cm-1 sering disebut daerah finger print. untuk
mengidentifikasikan senyawa yang tak dikenal, seorang hanya
perlu membandingkan spektrum inframerah dengan sederet
spektrum stndar yang dibuat pada kondisi yang sama.
Senyawa-senyawa yang memberikan spektrum inframerah yang
sama adalah identik. Sekarang telah banyak keterangan tentang
spektrum inframerah dari senyawa-senyawa standar yang
disimpan dalam bank pengikat komputer. Sering dijumpai
perubahan-perubahan kecil dalam molekul yang besar hanya
menghasilkan perubahan yang sangat kecil dalam spektrum.
Sebagai contoh, spektrum inframerah alkana rantai-lurus
C20 sangat sukar dibedakan dari homolog rantai-lurus yang lebih
tinggi berikutnya. Untuk membedakan hal ini maka spektroskopi
massa merupakan metode yang tepat.

Identifikasi gugus-gugus fungsional

Dengan pengujian sejumlah besar dari senyawa-senyawa yang


telah diketahui yang mengandung gugus fungsional, kita dapat
mengetahui serapan-serapan inframerah yang dikaitkan dengan
gugus fungsional, kita dapat juga memperkirakan kisaran
frekuensi dalam mana setiap serapan harus muncul.
Sekarang kita bekerja sebaliknya, jika kita mempunyai senyawa
yang tak diketahui yang memiliki gugus-gugus fungsional yang
ingin diidentifikasi, kita dapat menguji struktur infarmerahnya
dan menggunakan data korelasi untuk mendeduksi gugus
fungsional apa yang terdapat.
Namun demikian ternyata kita tidak dapat/mungkin bertumpu
seluruhnya pada spektrum inframerah. Semua data yang
berhubungan dengan efek kimia fisika dan spektroskopi perlu
diperhatikan. Mengetahui perilaku senyawanya sendiri dapat
membantu mengungkapkan masalah.
Instrumen NMR seperti pada Gambar berikut :

Sesuai namanya NMR (nuklear magnetic re

sonance, resonansi magnetik inti), spektroskopi NMR


berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom dalam suatu
molekul yang dianalisis. Pada dasarnya spektrometri NMR
merupakan bentuk lain dari spektroskopi absorbsi sama halnya
dengan UV-VIS dan IR. Perbedaan dengan IR dan UV-VIS
adalah
1. Sistem absorbsi dibawah pengaruh medan magnet dan hal ini
tidak ada pada UV-VIS dan IR.

2. Pada NMR energi radiasi elektromagnetik pada daerah frekuensi


radio.

Spekktroskopi NMR sangat penting artinya dalam analisis


kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat
organik. Lebih tepatnya letak suatu atom dalam molekulnya.

Seperti yang diketahui semua inti atom bermuatan karena


mengandung proton dan juga mempunyai spin inti. Sifat inti
atom dan karakter spinnya menyebabkanbeberapa inti bersifat
magnet.
Perputaran elektron pada porosnya (spin) menyebabkan
dihasilkan momen dipol magnet. Perilaku dipol magnetik ini
dicirikan oleh bilangan kuantum spin inti megnet yang
dinyatakan atau diberi simbol I.

Apabila inti diletakan pada suatu medan magnet (medan magnet


eksternal) maka akan terjadi interaksi inti dengan magnet
ekternal tersebut. Interaksinya tergantung pada jenis inti yang
berinteraksi. Berikut merupakan kriteria penggunaaan medan
magnet pada spektroskopi NMR:

1. Medan magnet harus kuat. Karena kepekaan spektroskopi NMR


makin tinggi seiring meningkatnya kekuatan medan magnet.

2. Medan magnet harus cukup homogen terhadap semua sampel


yang dianalisis. Apabila tidak terjadi kemogenan medan magnet
akan menghasilkan pita-pita yang melebar dan terjadi distorsi
sinyal.

3. Medan magnet harus sangat stabil. Dengan kestabilan yang tinggi


menjadikan analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan
hingga orde jam.

Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan


karakter inti dari suatu atom dalam suatu molekul, oleh sebab itu
spektroskopi NMR digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis
inti sesuai dengan sifat khas inti, misalnya 1H, 13C, 19F dan 31P.

Karakter jenis inti yang dapat dideteksi menggunakan


spkektroskopi NMR yaitu jenis kategori inti yang dalam
kaitannya dengan bilangan kuantum spin inti, yakni:

Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak


berinteraksi dengan medan magnet yang diterapkan pada NMR
(medan magnet eksternal) sehingga disebut tidak ada kromofor
NMR atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0 adalah atom-atom
dengan jumlah proton genap dan jumlah netron yang genap
pula. Inti dengan I = 0 misalnya 12C, 16O dan 32S. Walaupun tidak
dapat dicermati namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang
dapat di deteksi.

Kategori 2 yakni inti dengan I = . Inti ini memiliki nomor


massa ganjil sehingga mempunyai momen magnet tidak sama
dengan nol. Hal inilah yang meneyebabkan inti dapat berinteraksi
dengan medan magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada
kromofor NMR. Inti dengan kategori ini misalnya 1H. 13C, 19F.

Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini
memiliki I = 1, 2 atau lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini
adalah 2H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini lebih sukar diamati dan pola
spektranya melebar.

Geseran Kimia Dalam Spektroskopi NMR

Dalam spektroskopi NMR setiap jenis inti yang memiliki sifat


yang khas dinyatakan dengan istilah geseran kimia (chemical
shift) dan kopling spin-spin (Spin-spin coupling). Kedua
besaran atau fenomena ini merefleksikan lingkungan kimia spin
inti yang diamati dalam eksperimen NMR dan ini dapat
dipandang sebagai efek kimia dalam spektroskopi NMR.
Frekuensi resonansi yang dialami inti bergantung pada besarnya
kuat medan magnet yang diterapkan. Jadi frekuensi resonansi
sebanding dengan medan magnet yang dialami oleh inti yang
diamati. Makin besar spektrometer NMR, maka perpisahan antar
puncak resonansi pada spektrum NMR makin besar dan kondisi
demikian dikenal dengan NMR resolusi tinggi.
Geseran kimia inti yang terbaca dalam spektrometer NMR
sebagai ppm (part per million) dan dilambangkan . Perlu
diperhatikan bahwa ppm disini tidak sama dengan ppm
konsentrasi. Nilai ppm tergantung pada frekuensi alat yang di
gunakan yang ditulis denga persamaan berikut.

ppm = v/v x 106


dengan

ppm = geseran kimia inti senyawa

v = frekuensi sampel 0 (frekuensi senyawa pembanding


biasanya nol)

v = frekuensi yang dipasang atau digunakan

Senyawa Pembanding dalam NMR

Dalam mempelajari NMR digunakan suatu senyawa sebagai


pembanding. Suatu senyawa pembanding yang biasa di gunakan
adalah tetrametilsilana, (CH3)4Si atau yang disingkat TMS.
Struktur TMS diberikan pada Gambar.

TMS biasanya langsung ditambahkan ke dalam larutan sampel


yang akan diuji. TMS digunakan sebagai pembanding karena
memiliki beberapa keunggulan antara lain:

1. Bersifat inert.

2. Tingkat simetri yang tinggi, dalam hal ini semua atom H dan C
berada pada lingkungan kimia yang sama sehingga memberikan
puncak absorbsi tunggal karena semua atom H dan C ekivalen.

3. Volatil, memiliki titik didih 27C.

4. Nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut organik.

5. Geseran kimia TMS tidak dipengaruhi oleh kekompleksan


pelarut atau tidak dipengaruhi pelarut karena tidak mengandung
gugus-gugus polar.
Selain TMS terdapat pula beberapa senyawa pembanding lain
yaitu Na-2,2-dimetil-2-silapentana-5-sulfonat (DSS) dan Na-
2,2,3,3-tetradeuterio-4-4-dimetil-4silapentanoat (TSP-d4).
Struktur kedua senyawa tersebut sebagai berikut.

Spektrometer dan penanganan Sampel

Spektrometer NMR adalah alat atau instrumen untuk


mengukur resosnansi magnetik inti. Intrumen ini menghasilkan
medan magnet pada tingkat energi gelombang radio dan
digunakan untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan pleh suatu
inti. Kualitas spektrometer NMR tergantung pada dua hal yakni:
1. Kekuatan dan kehomogenan medan magnet yang digunakan.

2. Kestabilan kekuatan medan magnet selama digunakan.

Sampel atau cuplikan yang akan dianalisa dipreparasi


dalam bentuk larutan. Larutan yang akan dianalisa menggunakan
NMR memiliki beberapa kriteri sebagai berikut:

1. Spektrometer NMR 60 MHz. Masa sampel 5-10 mg dalam


0,4 mL pada tabung gelas dengan diameter 5 mm dan
kedalaman tabung 35 mm. Sedangkan untuk spektrometer NMR
500 MHz diperlukan jumlah cuplikan < 1 mg (mikrogram) dalam
tabung mikro pula.

2. Kualitas hasil sprktrum yang dihasilkan tergantung pada.

Kemurnian cuplikan

Kebersihan tabung
Kemurnian pelarut

3. Tabung untuk cuplikan di buat dari gelas sangat tipis, mudah


pecah dan sangat rapus terutama pada saat dibuka tutupnya.

4. Jika tabung yang digunakan tidak dipecahkan (mungkin


disebabkan jumlah sampel yang sedikit dan harganya relatif
mahal) maka segera dicuci dengan aseton atau dikloroetana bila
telah selesai digunakan, dikeringkan dengan blower dalam udara
bersih atau nitrogen dengan menggunakan pelat tipis dari logam
selanjutnya dijaga dan disimpan pada tempat yang
aman. Pengeringan tabung menggunakan oven atau dengan cara
pemanasan sangat tidak dianjurkan.
Pelarut yang digunakan untuk mempreparasi sampel memiliki
beberapa kriteria, yakni:

1. Tidak mengandung inti yang akan dideteksi atau diamati.


Misalnya untuk 1H-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung
hidrogen-1 sedangkan untuk 13C-NMR pelarutnya tidak boleh
mengandung 13-C.

2. Bersifat iner,

3. Nopolar

4. Titik didih rendah.

5. Tidak mahal.

Dari semua sifat di atas, CCl4 merupakan pelarut yang ideal


yang hampir memenuhi semua persyaratan, tetapi pelarut ini
sangat nonpolar sehingga mempunyai kapsitas pelarutan yang
relatif rendah. Misalnya tidak dapat melarutkan senyawa-
senyawa yang bersifat polar. Karena hal-hal tersebut maka
terdapat beberapa pelarut yang sering digunakan pada
spektrometer NMR yakni pelarut yang
telah terdeuterasi, misalnya
Deuterokloroform (CDCl3)

Heksadeterobenzena (C6D6)

Aseton-d6 (CD3COCD3)

Spektra atau Spektrum NMR

Geseran kimia yang menunjukan terjadinya resonansi spin inti


dalam lingkungan kimia yang berbeda pada suatu molekul
digambarkan atau ditunjukan dalam bentuk grafik. Grafik NMR
menggambarkan nilai (geseran kimia) dari setiap inti tertentu
dalam lingkungan kimia yang tertentu pula.

Berdasarkan perjanjian atau yang telah ditetapkan pada ujung


kanan memiliki geseran kimia sama dengan nol (0) merupakan
inti yang memiliki atau memerlukan frekuensi kuat medan
magnet besar (biasanya disebut juga kuat medan atas), sedangkan
pada ujung kiri merupakan inti yang memiliki atau memerlukan
frekuensi kuat medan magnet yang kecil (biasanya disebut juga
kuat medan bawah). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai
berikut.

Inti Terlindungi Dan Kurang Terlindungi

setiap inti dilindungi atau dilingkupi oleh elektron-elektron


yang megelilininya. Akibatnya setiap inti akan mengalami atau
menerima pengaruh medan magnet eksternal atau medan magnet
alat yang berbeda pula dan hal ini bergantung pada beberapa efek
keterlindungan ini. Karena hal inilah inti-inti yang berbeda
keterlindungannya akan mempunyai geseran kimia yang berbeda
pada spektrum NMR-nya.
Hal ini memberikan magna bahwa, jumlah sinyal dalam spektrum
NMR menunjukan banyaknya inti dengan lingkungan kimia yang
berbeda dari molekul yang dianalisis. Inti yang efek
keterlindungan tinggi (inti makin terlindung) maka inti akan
beresonansi pada kuat medan magnet yang tinggi sehingga
mempunyai geseran kimia () yang rendah dibanding senyawa
standar (TMS). Sebaliknya inti yang memiliki efek
keterlindungan rendah (inti semakin tidak terlindung) maka inti
akan beresonansi pada kuat medan magnet yang rendah sehingga
mempunyai geseran kimia () yang tinggi dibanding senyawa
pembanding (TMS).

Dari penjelasan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Secara umum inti-inti yang mengalami geseran diamagnetik dan


paramagnetik dijelaskan sebagai berikut.

1. Distribusi awan elektron disekita inti. Distribusi awan


elektron disekita inti sangat menentukan derajat
keterlindungan inti. Makin besar kerapan distribusi awan
elektron disekita inti makin besar dan makin efektif derajat
keterlindungan dan menyebabkan inti harus beresonansi
pada kuat medan magnet tinggi (medan magnet atas) dan
mempunyai geseran kimia yang kecil atau semakin
mendekati TMS = 0. Hal ini tentu berlaku juga untuk kondisi
yang sebaliknya.

2. Gugus atau substituen penarik elektron.

Gugus-gugus atau substituen penarik elektron seperti OH, -OR,


-OCOOH, -OCOR, -NO2, -halogen, yang terikat pada rantai
alifatik menyebabkan derajat keterlindungan inti dan merubah
geseran kimia ke arah medan rendah.

3. Karakter aniostropik magnetik.


Contoh sirkulasi elektron dalam cincin bensena. Pengaruh
anisotropik terhadap keterlindungan inti ini bekerja pada
senyawa-senyawa aromatik, karbonil dan alkuna. Pengaruh
karakter ini menyebabbkan inti semakin terlindung dan
menggeser nilai geseran kimia pada kuat medan bawah atau kuat
medan rendah. Nilai geseran kimia dalam ppm semakin besar
dibanding TMS.
4. Karakter hibridisasi atom karbon dalam molekul.

Perbedaan jenis atom karbon, yakni sp3, sp2, atau sp


mempengaruhi derajat keterlindungan inti dalam spektroskopi
NMR. Distribusi awan elektron pada atom karbon sp3 lebih
rendah daripada sp2, dan lebih rendah dibanding sp akibatnya
nilai geseran kimia sp3<sp2<sp dibanding senyawa pembanding
(TMS).

1. Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Spektrofotometri UV merupakan salah satu metode
analisis yang dilakukan dengan pangjang gelombang 100-400 nm
atau 595299 kJ/mol. Sinar ultraviolet atau sinar ungu terbagi
menjadi dua jenis yaitu

Ultraviolet jauh

Ultaviolet dekat

Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang 10


200 nm, sedangkan ultraviolet dekat memiliki rentang panjang
gelombang 200-400 nm. Cahaya UV tidak bisa dilihat oleh
manusia, namun beberapa hewan, termasuk burung, reptil dan
serangga seperti lebah dapat melihat sinar pada panjang
gelombang UV.
Pada spektrofotometer UV biasanya menggunakan lampu
deuterium atau disebut juga heavi hidrogen sebagai sumber
cahaya. Deuterium merupakan salah satu isotop hidrogen yang
memiliki 1 proton dan 1 neutron pada intinya. Deuterium berbeda
dengan hidrogen yang hanya memiliki 1 neutron tanpa proton.
Air yang atom hidrogennya merupakan isotop deuterium
dinamakan air berat (D2O).

Spektrofotometri sinar tampak (Visible).


Penggunaan UV Untuk Penentuan Struktur Molekul

Penggunaan UV untuk analisis senyawa organik (penentuan


struktur senyawa organik) terdapat beberapa istilah yang biasa
digunakan yaitu:

1). Kromofor. Kromofor berasal dari bahasa latin yang


artinya chromophorus yang berarti pembawa warna. Pada
mulanya pengertian kromofor digunakan untuk sistem yang
menyebabkan terjadinya warna pada suatu senyawa. Kemudian
diperluas menjadi suatu gugus fungsi yang mengabsorbsi radiasi
elektromagnetik, termasuk yang tidak memberikan warna. Jadi
kromofor adalah gugus fungsi yang menyerap atau mengabsorbsi
radiasi elektromagnetik di daerah panjang gelombang ultraviolet
dan daerah cahaya tampak. Contoh kromofor: C=O, C=C, N=N
dan NO2.
2). Auksokrom (Auxochrom = auxiliary chromophores),
yakni gugus yang berpengaruh (namun sedikit) terhadap absorpsi
UV, tetapi berdampak cukup signifikan pada absorbansinya
(lmaks dan e ). Contoh gugus auksokrom adalah : OH, OR, dan
NHR. Secara umum gugus-gugus auksokrom dicirikan oleh
adanya pasangan elektron bebas yang terdapat pada gugus yang
bersangkutan.
3). Geseran batokromat atau geseran
batokromik (Bathochromic shift) atau geseran merah, yakni
geseran atau perubahan lmaks ke arah yang lebih besar. Penyebab
terjadinya peristiwa ini adalah adanya perubahan struktur,
misalnya adanya auksokrom atau adanya pergantian pelarut.
4) Geseran hipsokromat (Hypsochromic shift) atau
pergeseran hipokromik atau pergeseran biru, yakni geseran atau
perubahan lmaks ke arah yang lebih kecil. Munculnya gejala ini
juga sering disebabkan oleh adanya penghilangan auksokrom
atau oleh adanya pergantian pelarut.

Transisi Elektronik

Energi yang dimiliki sinar UV mampu menyebabkan


perpindahan elektron (promosi elektron) atau yang disebut
transisi elektronik. Transisi elektronik dapat diartikan sebagai
perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital yang lain.

Disebut transisi elektronik karena elektron yang menempati satu


orbital dengan energi terendah dapat berpindah ke orbital lain
yang memiliki energi lebih tinggi jika menyerap energi,
begitupun sebaliknya elektron dapatberpindah dari orbital yang
memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi
yang diterima atau diserap berupa radiasi elektromagnetik.
Untuk memberikan gambaran dan memudahkan pemahaman
tentang jenis transisi beserta perbandingan energi yang
diperlukan dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada gambar di atas transisi dari ke * sebenarnya tidak
ada. Transisi demikian dapat pula terjadi tapi sangat kecil
sehingga tidak dapat diamati pada spektrum atau spektra. Karena
bertolak belakang dengan kaidah seleksi.

Pada setiap jenis transisi elektronik yang terjadi, terdapat


karakter dan melibatkan energi yang berbeda. Suatu kromofor
dengan pasangan elektron bebas (n) dapat menjalani transisi dari
orbital non-ikatan (n) ke orbital anti-ikatan, baik pada obital
sigma bintang (*) maupun phi bintang(*). Sedangkan,
kromofor dengan elektron ikatan rangap (menghuni orbital phi)
akan menjalani transisi dari orbital ke orbital *. Demikian
seterusnya untuk jenis transisi yang lain.

Langkah-langkah utama dalam analisa dengan sinar UV/Vis

Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV/Vis

Harus dilakukan jika senyawa yang dianalisa tidak melakukan


penyerapan didaerah UV/Vis

Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain yang dapat


melakukan penyerapan pada daerah yang dimaksud. Misalnya
mengubah menjadi berwarna atau tidak berwarna.

Pemilihan panjang gelombang agar diperoleh panjang gelombang


maksimum.
Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah
larutan standar dengan berbagai konsentrasi.

Absorbans larutan standart ini diukur kemudian dibuat grafik A


versus C.

Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus


yang melalui titik nol.
Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti
pada larutan standart.

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam


kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi
suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom
dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut
juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya
matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi
elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan
dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal
adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada


dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi
dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian
spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit
karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya
(baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian
spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan magnet
termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut
sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh


Planck yang dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan antara
panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai

c = . v atau = c/v
atau v = c/

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan


frekuensi

E=h.v

E = h . c/

Dimana:

E = energi tiap foton


h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),

v = frekuensi sinar

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi


suatu foton akan berbanding terbalik dengan panjang
gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan
berbanding lurus dengan frekuensinya.

Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar


dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini
disebabkan UV memiliki panjang gelombang () yang lebih
pendek (100400 nm) dibanding panjang gelombang yang
dimiliki sinar tampak (400800 nm).
Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat
pada tabel:

Erg Joule Kalori

1 erg = 1 10-7 2,390110-


8

J joule = 1 2,390110-
107 1

1 kalori 4,1840 1
4,1849107

1 atm = 1,0133102 24,218


1,0133109

1 E.volt = 1,6021x-19 3,829110-


1,602110-
12
20

Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi


penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi
sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi
absorbsi.

Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan


Ir) memiliki prinsip kerja yang sama yaitu adanya interaksi
antara materi dengan cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Perbedaannya terletak pada panjang
gelombang yang digunakan.

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut


spektrofotometer terdiri dari :

sumber cahaya monokromator sel sampel detektor


read out (pembaca).

Fungsi masing-masing bagian:

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar


polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang
gelombang. Untuk sepktrofotometer
UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi
hidrogen

VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut


lampu wolfram

UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi


monokromator.

Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang


gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber
sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis
monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting
atau lensa prisma dan filter optik.

Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi


spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna
sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa
yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat
yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.

Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar


cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau
cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel
sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati
pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang
tertera pada gambar.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel

UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat


sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun
kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang
lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik
dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk
persegi panjang dengan lebar 1 cm.

IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta)


biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk
sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium
klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali
larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit
dan harganya mahal.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari


sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat
sebuah detektor :

Kepekaan yang tinggi

Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi

Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga


radiasi.
Macam-macam detektor :

Detektor foto (Photo detector)


Photocell, misalnya CdS.

Phototube

Hantaran foto

Dioda foto

Detektor panas

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap


besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.

Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang


gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka
cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan
diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan
penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga
terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh
suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan
bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan


terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke
keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini
disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah
cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau
elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar
(vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada
energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.

dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses


penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel.
dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih
terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel
sampel

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A)


sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi
(T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer,
berbunyi:

jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan


sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu
larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat
dan tebal larutan.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam


menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi
suatu analit:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan


penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen
yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas
atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang
lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan
absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur
dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Para kimiawan spektrum UV,
VIS maupun IR dapat dibedakan dengan mudah. Spektrum yang
dihasilkan oleh UV, VIS dan UV-VIS tidak berbeda jauh namun
sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum IR. Untuk
membedakannya dapat dilihat pada gambar:

Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer


VIS dan UV-VIS menyerupai spektrum UV

Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah


sedangkan pada UV pita yang paling tinggi mengarah ke atas hal
ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis dalam bentung
bilangan gelombang
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar
tampak. Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata
manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm
dan memiliki energi sebesar 299149 kJ/mol.

Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak


linear:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan


penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen
yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.

2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas
atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang
lebih baik.

3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan


absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur
dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri


sinar tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut
harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada
pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri.

Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan


berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik.
Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan
dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh reagen pembentuk warna:

1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah


sifatnya dalam waktu beberapa jam, dapat menyebabkan
timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu
harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat
saat setiap kali analisis.

2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.

3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung


secara stoikiometrik.

4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana


dilakukan pengukuran.

5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang


dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan
ukuran bagi komponen tersebut saja.

6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen


lain dalam larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau
komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau
kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna
yang dikehandaki tidak sempurna.

7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi


berwarna yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa,
dalam pelarut yang dipakai.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna


maka larutan tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini:

1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan


pengukuran absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang
mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan
oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh
keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang dengan
mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan yang lebih
baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas
yang cukup tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa
absortivitas molarnya () besar. Hal ini dapat dikontrol dengan
mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi
yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.

3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh


variasi-variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-
kondisi yang lain.

4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang
dipakai.

5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-


Beer.

Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi

Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan


dengan rumus yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b
. c atau A = . b . c). Namun ada cara lain yang dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu
larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya
masih tetap bertumpu pada hukum Lambert-Beer
yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan


konsentrasi zat dengan kurva kalibarasi:

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki


absorbansi atau transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah
kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk
blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching
kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin kecil.

2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan


standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara
pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil
sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.

3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai


panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada
panjang gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling
besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling
besar atau paling tinggi disebut panjang gelombang maksimum
(lmaks).

4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada


panjang gelombang maksimum.

5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar,


kemudian alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga
diperoleh suatu kurva yang disebutkurva kalibarasi. Dari hukum
Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara
0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini
tidak dapat dipastikan.

Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang


telah dibuat adalah

Grafiknya adalah

6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui


konsentrasinya. Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai
tersebut pada grafik yang diperoleh pada langkah 5. Misalkan
absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka jika ditarik garis lurus
konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan standar
10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut:

Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung


dengan persamaan regresi linear:

persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator.


Setelah diperoleh persamaan di atas, absorbansi sampel yang
diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga diperoleh nila x.
Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi sampel yang
dianalisis.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen


alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah
reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan
yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR
merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi structural.
NMR pada biologi melekuler dilakukan pada sample dalam
bentuk larutan yang terlebih dahulu dilakukan pemurnian atau
ekstraksi.Dengan NMR dapat diketahui struktur molekulernya
dan perubahan yang terjadi ketika mendapat ganguan dari luar
(rangsangan, penyakit atau penambahan zat lain)

B.SARAN

Sebagai saran alangkah baiknya dalam pembahasan materi IR


dan NMR ini praktikumnya di persiapkan juga,karna kami selaku
mahasiswa teknik industry (prodi teknik kimia) merasa sedikit
melayang tampa adanya praktikum di materi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Giwangkara S, EG. 2007. Spektroskopi Infra


Merah http://www.chem-is-try.org/

Giwangkara S, EG., 2006, Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada


Analisis Sidik Jari Minyak Bumi Menggunakan Spetrofotometer
Infra Merah Transformasi Fourier (FT-IR), Sekolah Tinggi
Energi dan Mineral, Cepu Jawa Tengah

Hendayana, S, Kadarohman, A, Sumarna, AA, and Supriatna A.


1994.Kimia Analitik Instrument.IKIP Semarang Press.
Semarang.

Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund,


3rd Edition. John Wiley & Sons Ltd. New

http://www.id.wikipedia.org/
http://yayanakhyar.wordpress.com/spektroskopi-inframerah-
dekat/

You might also like