You are on page 1of 35

ABSORBSI 1

A. PERBEDAAN TEKANAN UDARA SEPANJANG KOLOM KERING

1. Tujuan Percobaan
Menentukan perbedaan tekanan udara sepanjang kolom kering sebagai fungsi dan laju alir
udara dan laju alir yang berbeda-beda.

2. Alat dan Bahan yang digunakan


Satu unit peralatan absorbs
Udara tekan
Air

3. Dasar Teori
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia).
Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga
dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
Absorbsi gas atau penyerapan gas merupakan proses perpindahan massa.
Pada absorbsi gas, uap yang diserap dari campurannya dengan gas tidak aktif atau
lembab (inert gas) dengan bantuan zat cair dimana gas terlarut (solute gas) dapat larut
banyak atau sedikit. Fungsi Absorbsi dalam industri adalah meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasenya.
Alat yang banyak digunakan dalam absorbsi gas dan beberapa operasi lain adalah
menara isian. Piranti ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah. Pemasukan zat
cair dan distribusinya pada bagian atas. Sedangkan pengeluaran gas dan zat cair masing-
masing diatas dan dibawah. Serta suatu massa bentukan zat padat (tidak aktif/inert) diatas
penyangganya. Bentukan ini disebut isian menara atau tower packing.
Jenis-jenis isian menara yang diciptakan orang banyak sekali macamnya tetapi ada
beberapa jenis yang lazim dipakai. Isian menara terbagi menjadi dua macam, yaitu yang di
isikan dengan mencurahkan secara acak kedalam menara dan disusun kedalam menara
dengan tangan.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara, yaitu:
Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara
Tidak terlau berat
Harus mengandung cukup banyak laluan untuk arus tanpa banyak zat cair yang terperangkap
atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi
Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan gas
Tidak terlalu mahal
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut
sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan
akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
Selektif
Memiliki tekanan uap yang rendah
Tidak korosif.
Mempunyai viskositas yang rendah
Stabil secara termis.
Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium
hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas
yang dapat bereaksi seperti basa).
Kolom Absorbsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain
dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen
tersebut.
Struktur dalam absorber
1. Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
2. Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk
diabsorbsi
3. Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.

Prinsip Kerja Kolom Absorbsi


1. Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan
ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi
gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
2. Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara
absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke
dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini
terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat.
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.
Proses Pengolahan Kembali Pelarut Dalam Proses Kolom Absorber
1. Konfigurasi reaktor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari pelarut yang
digunakan
2. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),Volalitas pelarut,dan aspek
kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga termasuk biaya, semuanya akan
diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik sesuai dengan proses yang akan
dilakukan.
3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada aliran gas,
proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan memanaskannya
Aplikasi kolom absorbsi:
Teknologi Refrigerasi
Teknologi proses pembuatan formalin
Proses pembuatan asam nitrat

4. Langkah Kerja
1. Harus mengeringkan kolom terlebih dahulu dengan menggunakan laju alir udara maksimum
2. Menghubungkan bagian atas dan bawah kolom dengan manometer air dengan menggunakan
katup S1 dan S2
3. Membaca perbedaan tekanan sepanjang kolom untuk beberapa range laju alir udara

5. Data Pengamatan 1
Peningkatan Laju Alir
Laju Alir (L/min) P (mmHO)
20 0,0732565
40 0,09523355
60 0,1465131
80 0,3662868
100 0,65930920
120 0,9523355
140 1,2453618
160 1,39187499

Penurunan Laju Alir


Laju Alir (L/min) P (mmHO)
160 1,39187499
140 1,2453618
120 0,9523355
100 0,6593090
80 0,366282892
60 0,293026
40 0,14411130
20 0,0732565
Laju Alir (L/min) P (mmHO)
Peningkatan Penurunan
20 0,0732565 0,0732565
40 0,09523355 0.14411130
60 0,1465131 0,293026
80 0,3662868 0,366282892
100 0,65930920 0,6593090
120 0,9523355 0,9523355
140 1,2453618 1,2453618
160 1,39187499 1,39187499

6. Perhitungan
Diketahui : = 1,22 kg/m3
g = 9,8 kg/ms2
a. Kenaikan Laju Alir
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,001 m x 60 s
= 0,71736 kg/ms
P konversi
= 0,71736 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,073314192 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,0013 m x 60 s
= 0,932568 kg/ms

P konversi
= 0,932568 kg/ms x 14,696 psia x 2,311
ft H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,09530845 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,002 m x 60 s
= 0,45472 kg/ms
P konversi
= 0,45472 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,146628384 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,005 m x 60 s
= 3,5868 kg/ms
P konversi
= 3,5868 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,36657096 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,009 m x 60 s
= 6,45624 kg/ms
P konversi
= 6,45624 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,659827728 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,013 m x 60 s
= 9,32568 kg/ms
P konversi
= 9,32568 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,95084496 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,017 m x 60 s
= 12,19512 kg/ms
P konversi
= 12,19512 kg/ms x 14,696 psia x 2,311
ft H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 1,246341264 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,019 m x 60 s
= 13,62984 kg/ms
P konversi
= 13,62984 kg/ms x 14,696 psia x 2,311
ft H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 1,392969648 mm H2O

b. Penurunan Laju Alir


P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,019 m x 60 s
= 13,62984 kg/ms
P konversi
= 13,62984 kg/ms x 14,696 psia x 2,311
ft H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 1,392969648 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,017 m x 60 s
= 12,19512 kg/ms
P konversi
= 12,19512 kg/ms x 14,696 psia x 2,311
ft H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 1,246341264 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,013 m x 60 s
= 9,32568 kg/ms
P konversi
= 9,32568 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,95084496 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,009 m x 60 s
= 6,45624 kg/ms
P konversi
= 6,45624 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,659827728 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,005 m x 60 s
= 3,5868 kg/ms
P konversi
= 3,5868 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,36657096 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,004 m x 60 s
= 2,86944 kg/ms
P konversi
= 2,86944 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,293026 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,002 m x 60 s
= 1,4112 kg/ms
P konversi
= 1,4112 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,14411130 mm H2O
P = x g x h x t
= 1,22 kg/m3 x 9,8 kg/ms2 x 0,001 m x 60 s
= 0,71736 kg/ms
P konversi
= 0,71736 kg/ms x 14,696 psia x 2,311 ft
H2O x 304,8 mm H2O
1,01325 x 105 kg/ms x 1 psia x 1 ft H2O
= 0,0732565 mm H2O

B. PERBEDAAN TEKANAN UDARA SEPANJANG KOLOM DENGAN LAJU ALIR AIR


1. Tujuan Percobaan
Menguji perbedaan tekanan udara sepanjang kolom sebagai fungsi laju alir udara untuk
beberapa laju alir yang berbeda-beda sepanjang kolom

2. Langkah Kerja
1. Mengisi tanki penampung dengan air hingga penuh
2. Menghidupkan pompa atau mengatur C1 sehingga didapat laju alir 1 L/min sepanjang kolom
3. Mengalirkan udara dari bawah kolom dengan laju alir 30 L/min dan menunggu sekitar 2
menit hingga stabil
4. Mencatat beda tekanan udara sepanjang kolom basah sebagai fungsi dan laju alir udara
5. Mencatat perbedaan tekanan sepanjang kolom sebagai fungsi dan laju alir udara un tuk
beberapa laju alir berbeda sehingga 1 L/min. memperhatikan perubahan kolom pada setiap
pergantian laju alir.

3. Data Pengamatan 2
Data pengamatan 2 . perbedaan tekanan udara sepanjang kolom dengan laju alir air
Tabel 1. Flow air 1.0
g h t P P konversi
1,22 9,8 0,005 60 3,5868 0,36657096
1,22 9,8 0,006 60 4,30416 0,439885152
1,22 9,8 0,014 60 10,04304 1,026398688
1,22 9,8 0,026 60 18,65136 1,906168992
1,22 9,8 0,044 60 31,56384 3,225824448
1,22 9,8 0,064 60 45,91104 4,692108288
1,22 9,8 0,104 60 74,60544 7,624675968
1,22 9,8 0,108 60 77,47488 7,917932736

Tabel 2. Flow air 2.0


g h t P P(konversi)
1,22 9,8 0,007 60 5,02152 0,513199344
1,22 9,8 0,02 60 14,3472 1,46628384
1,22 9,8 0,03 60 21,5208 2,19942576
1,22 9,8 0,05 60 35,868 3,6657096
1,22 9,8 0,08 60 57,3888 5,86513536
1,22 9,8 0,116 60 83,21376 8,504446272
1,22 9,8 0,122 60 87,51792 8,944331424
1,22 9,8 0,132 60 94,69152 9,677473344

Tabel 3. Flow air 3.0


g h t P P(konversi)
1,22 9,8 0,008 60 5,73888 0,586513536
1,22 9,8 0,006 60 4,30416 0,439885152
1,22 9,8 0,005 60 3,5868 0,36657096
1,22 9,8 0,004 60 2,86944 0,293256768
1,22 9,8 0,044 60 31,56384 3,225824448
1,22 9,8 0,074 60 53,08464 5,425250208
1,22 9,8 0,104 60 74,60544 7,624675968
1,22 9,8 0,138 60 98,99568 10,1173585

Tabel 4. Flow air 4.0


g h t P P(konversi)
1,22 9,8 0,006 60 4,30416 0,439885152
1,22 9,8 0,004 60 2,86944 0,293256768
1,22 9,8 0,004 60 2,86944 0,293256768
1,22 9,8 0,028 60 20,08608 2,052797376
1,22 9,8 0,07 60 50,2152 5,13199344
1,22 9,8 0,344 60 246,7718 25,22008205
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
Tabel 5. Flow air 5.0
g h t P P(konversi)
1,22 9,8 0,056 60 40,17216 4,105594752
1,22 9,8 0,056 60 40,17216 4,105594752
1,22 9,8 0,012 60 8,60832 0,879770304
1,22 9,8 0,01 60 7,1736 0,73314192
1,22 9,8 0,372 60 266,8579 27,27287942
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0

Tabel 6. Flow air 6.0


g h t P P(konversi)
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0,006 60 4,30416 0,439885152
1,22 9,8 0,004 60 2,86944 0,293256768
1,22 9,8 0,392 60 281,2051 28,73916326
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0

Tabel 7. Flow air 7.0


g h t P P(konversi)
1,22 9,8 0,006 60 4,30416 0,439885152
1,22 9,8 0,006 60 4,30416 0,439885152
1,22 9,8 0,27 60 193,6872 19,79483184
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0
1,22 9,8 0 60 0 0

Peningkatan laju alir (L/min)


Laju alir udara (L/min)
v 20 40 60 80 100 120 140 160
P 1 0,3665 0,5131 0,58651 0,4398 4,1055 0 0,4398 3,2258
P 2 0,4398 1,4662 0,4398 0,2932 4,1055 0,4398 0,4398 15,0765
P 3 1,0263 2,1994 0,3665 0,2932 0,87977 0,2932 19,794 0
P 4 1,9061 3,6657 0,2932 2,0527 0,7331 28,7391 0 0
P 5 3,2258 5,8651 3,2258 5,1319 27,272 0 0 0
P 6 4,6921 8,50444 5,4252 25,220 0 0 0 0
P 7 7,62467 8,94433 7,6246 0 0 0 0 0
P 8 7,9179 9,67747 10,117 0 0 0 0 0

Penurunan Laju Alir (L/min)


Laju Alir Laju Alir Udara (L/min)
Air 160 140 120 100 80 60 40 20
(L/min)
1 8,791 8,351 5,128 1,758 3,663 2,784 2,344 1,026
2 1,612 0,293 0,733 0,147 0,440 0,147 0,293 0,293
3 8,058 5,274 3,956 0,733 0,147 0,147 0,147
4 0,440 3,223 1,465 1,905 1,026
5 4,981 7,326 2,637 0,952
6 1,098 8,937 2,637
7 12,893 4,249

Grafik peningkatan dan penurunan laju alir


Laju alir (L/min) Kenaikan tekanan (mmH2O) Penurunan tekanan (mmH2O)
20 7,9179 4,249
40 9,6774 12,893
60 10,1173 7,326
80 25,220 4,981
100 27,2728 3,956
120 28,7391 5,274
140 19,79483 8,058
160 15,0765 13,989

4. Analisa Percobaan
Proses pemisahan dengan metode absorbsi ini dapat dilakukan pada fluida yang
relatif berkonsentrasi rendah maupun yang bersifat konsentrat. Prinsipnya dengan
memanfaatkan besarnya difusivitas molekul-molekul gas pada larutan tertentu. Percobaan
pertama ini menggunakan kolom kering yaitu suatu kolom yang hanya dialiri udara. Dari
pengamatan pertama bahwa semakin meningkat laju alir udara maka ketinggianya atau
pembaca manometernya akan semakin meningkat, demikian juga dengan penurunan laju alir
udarnya. Secara logika, nilai atau angka ketinggian manometer antara kenaikan dan
penurunan laju alir konstan atau tetap atau sama antara keduanya, namun pada praktikum
kali ini terdapat perbedaan yang terletak pada laju alir 20 L/min, 40 L/min, dan 60 L/min
yang masing-masing adalah 1 mm, 1,3 mm, dan 2 mm untuk kenaikanya dan untuk
penurunanya adalah 1 mm, 2 mm, dan 4 mm. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
, yaitu kemungkinan dari faktor tekanan yang diberikan oleh gas, serta tinggi rendahnya laju
alir yang diberikan oleh udara, dan faktor lain yang berperan. Begitupun dengan beda tekan
yang diperoleh dari perhitungan rumus tekanan hidrostatik dengan menggunakan densitas
udara pada suhu ruang yaitu 1.22 kg/m3.
Sedangkan untuk percobaan kedua mengenai perbedaan tekanan udarasepanjang
kolom dengan laju alir air. Berbeda dengan percobaan yang pertama, kali ini yang
digunakan adalah kolom basah, kolom basah merupakan kolom yang dialiri air dan udara.
Prinsipnya kontak antara air dan udara yang terjadi dikolom dimana air dialirkan dari
kolom bagian atas, sedangkan gas dari kolom bagian bawah. Dimana akan terjadi kontak
antara air dan udara didalam kolom yang dapat menimbulkan penurunan tekanan. Terdapat
beberapa hal dapat dianalisa dari tabel yang telah ada bahwa ada beberapa dari perbedaan
tekanan yang terjadi ((ada yang tidak stabil pada saat peningkatan dan penurunanya). Hal
ini mungkin dapat disebabkan oleh tidak adanya ruang laluan untuk zat cair sehingga
lajunya terhambat. Pada grafik yang ke - 4 mulai terjadi proses fluidisasi (flooding). Lebih
meningkat pada tekanan yang ke 6 (P 6).

5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat di tarik beberapa kesimpulan bahwa,
a. Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan
bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan.
b. Faktor yang mempengaruhi proses absorbsi diantaranya adalah tekanan, luas permukaan,
waktu, dan zat yang diabsorbsi itu sendiri.
c. Semakin tinggi laju alir maka semakin meningkat pula ketinggian manometernya.

6. Daftar Pustaka
- http://kabupatenwonogiri.com/laboratorium-laporan-praktikum-absorbsi
- http://smkyaphar.wordpress.com/2010/08/13/absorpsi/
- http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/absorbsi/
- http://lab.tekim.undip.ac.id/proses/2010/03/04/absorbsi-co2-dengan-menggunakan-larutan-
naoh/
- http://westeltoro.blogspot.com/2011/01/siklus-absorbsi.html
- http://tech.dir.groups.yahoo.com/group/Teknik-Kimia/message/7492
- Effendy, sahrul. 2012. Petunjuk praktikum satuan operasi-2. Palembang. Teknik kimia
POLSRI.
Absorpsi Weted Wall

Proses penyerapan gas oleh penyerap atau absorbent dapat terjadi pada kolom absorber.
Pada industri-industri kimia, pemakaian kolom absorber disesuaikan dengan kondisi yang
diinginkan, maksudnya adalah type atau jenis kolom absorber yang digunakan.
Absorpsi gas itu sendiri adalah suatu proses dimana campuran gas dikontakkan
dengan liquid dengan tujuan untuk memisahkan satu atau lebih komponen dari gas dan
untuk menghasilkan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa
dari fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada
kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-
liquid.

Pengertian absorpsi itu sendiri adalah proses penyerapan gas melalui seluruh
permukaan zat cair (absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Absorpsi Fisika: Absorpsi fisika ini disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di
permukaan absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk panda
permukaan absorbent lebih dari 1 lapis.

2. Absorpsi Kimia: Sedangkan absorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara zat yang
diserap dengan absorbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang terbentuk panda
permukaan absorbent hanya 1 lapisan.

Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu:

1. Menggunakan koefisien individual

2. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.

3. Menggunakan koefisien volumetrik.

4. Menggunakan koefisien persatuan luas.

Untuk menerangkan lebih jauh, kita akan melihat beberapa tipe dari kolom absorbsi

2.1 Type-type kolom Absorpsi


Type kolom absorber digolongkan ke dalam beberapa bagian yang masing-masing
memiliki klasifikasi dan pemakaian yang berbeda pada operasinya. Dimana pemakaian
harus disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan. Operasi perpindahan massa
dilaksanakan di dalam tower yang di desain untuk kotak dua phase peralatan ini diklasifikasi
ke dalam 4 type utama yang metodenya digunakan untuk menghasilkan kontak interphase.

2.1.1 Spray Tower

Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar di mana phase gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan likuid di dalam spray nozzles. Berikut ini menunjukan aliran
phase di dalam spray tower, likuid masuk dalam spray dan jatuh karena gaya gravitasi, serta
kontak secara counter curent dengan aliran gas yang masuk. Untuk ketinggian yang
rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed powder, tetapi untuk ketinggian
yang melebihi 4 ft efisiensi spray turun dengan cepat. Sedangkan kemungkinan berlakunya
interfase aktif yang sangat besar dengan terjadinya sedikit penurunan, panda prakteknya
ditemukan ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan
interfase efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan secara luas.

Spray nozzles didesain untuk aliran likuid yang mempunyai bilangan presure drop
besar maupun kecil, untuk aliran likuid yang mempunyai flow rate yang kecil, maka cross
area kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop fals menentukan waktu
kontak dan sirkulasinya. Disertai dengan influensasi mass transfer antara dua phase dan
harus kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada phase gas dikurangi
dengan gerakan swirling dari falling likuid droplets. Spray tower digunakan untuk transfer
massa larutan gas yang tinggi dimana dikontrol laju perpindahan masa secara normal
pada phase gas.

Type dari kolom absorber memiliki klasifikasi dan pemakaian yang berbeda-beda
pada operasinya. Hal ini harus dipahami secara seksama agar kita dapat lebih memahami
lagi sistem absober jeni ini

2.1.2 Bubble Tower

Di Bubble tower ini, gas terdispersi menjadi phase likuid di dalam fine bubble. Small
gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa terjadi di dalam bubble
formation dan buble rise up melalui likuid. Arah aliran counter current dimana gas terdispersi
di bottom tower. Gerakan bubble mengurangi hambatan likuid-phase. Bubble
tower digunakan dengan sistem dimana pengontrol laju dari perpindahan masa pada phase
likuid yang absorbsinya adalah relatif phase gas. Mekanisme dasar perpindahan massa
terjadi di dalam bubble tower dan demikian juga dengan aliran counter di dalam tank bubble
batch dimana gas itu terdispersi di dalam botom tank.

2.1.3 Packed Tower

Packing yang digunakan pada packed tower adalah untuk memperbesar luas
permukaan kontak antara gas dan liquid. Keuntungan dari penggunaan Packed
Tower sebenarnya ada banyak, diantaranya sebagai berikut :

1. Presure drop aliran gas rendah.

2. Dapat lebih ekonomis di dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk packing keramik.

3. Biaya column dapat lebih murah dari plate column pada ukuran diameter yang sama.

4. Cairan hold up kecil.


2.1.4 Plate Column

Pengunan dari plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed column
secara spesial untuk destilasi.

Keuntungan dari plate column adalah :

1. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua phase likuid.

2. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.

3. Lebih mudah dibersihkan.

2.1.5 Wetted Wall Column

Dalam laboratorium, wetted wall telah digunakan oleh sejumlah pekerja dan mereka
telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor, dan mengadakan basis dari
hubungan yang telah dikembangkan untuk packed tower.

2.2 Kriteria Pemilihan Pelarut

Tujuan utama dalam proses absorpsi ialah untuk mendapatkan kemurnian tertinggi
dari suatu zat, hal serupa dapat kita lihat dari proses pembuatan asam klorida (HCl), solvent
dispesifikasikan sebagai produk alamiah. Ada beberapa tujuan dalam proses
absorpsi apabila tujuan utama dari proses absorpsi ialah untuk mengembalikan unsur
utama gas atau senyawa, ada beberapa pelarut yang dapat dipilih. Air merupakan salah
satu pelarut yang paling mudah ditemui. Selain itu, air memiliki harga yang murah sehingga
penggunaan air sebagai pelarut sangat ekonomis. Akan tetapi, selain harga dan jumlahnya
terdapat beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut. Beberapa
karakteristik yang harus diperhatikan diantaranya adalah :

1. Volatilitas pelarut, pelarut yang baik haruslah memiliki tekanan uap yang rendah. Tekanan
uap yang rendah akan menyebabkan pelarut menjadi pelarut jenuh ketika proses absorpsi
telah selesai. Semakin kecil volatilitas sebuah pelarut, maka make up pelarut akan semakin
kecil.

2. Kelarutan gas, dalam pemilihan pelarut diharapkan gas memiliki kelarutan yang tinggi.
Kelarutan gas yang tinggi dapat meningkatkan laju proses absorpsi. Selain itu, dengan
kelarutan gas yang tinggi dapat menurunkan jumlah pelarut yang digunakan sehingga
proses absorpsi lebih ekonomis karena tidak menggunakan banyak pelarut.

3. Tidak korosif, pelarut dan gas yang bersifat korosif dapat menyebabkan korosi pada material
dan peralatan, sehingga baik pelarut maupun gas yang diabsorpsi diusahakan bukan
senyawa yang korosif.I Pelarut dan gas yang bersifat korosif dapat merusak peralatan
sehingga biaya material menjadi tinggi.
4. Viskositas, Pelarut dengan viskositas rendah lebih disukai dalam absorpsi. Pelarut dengan
viskositas rendah disukai karena lebih menguntungkan. Pelarut dengan viskositas rendah
lebih menguntungkan karena :

a) Pelarut viskositas rendah dapat mempercepat laju absorpsi

b) Perpindahan massa akan lebih baik dan akan mencegah flooding pada kolom absorpsi

c) Perbedaan tekanan yang rendah (less pressure drop)

d) Perpindahan panas akan lebih baik karena molekul-molekul yang dapat bergerak aktif

5. Pelarut yang digunakan haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar, memiliki ikatan yang
stabil, dan memiliki titik beku yang rendah.

6. Harga, pelarut yang digunakan diharapkan pelarut yang murah dan mudah ditemui.
Sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan selalu tersedia di pasaran.

2.3 Perpindahan Massa di dalam Weted-Wall Columns

Transfer massa yang paling baik terjadi apabila menggunakan weted wall. Hal ini
dikarenakan weted wall memiliki kontak antara luas permukaan pipa dan aliran fluida.
Weted wall digunakan dikarenakan dengan kolom ini perpindahan massa antara dua fase
dapat lebih baik. Weted wall memiliki dua buah persamaan untuk perhitungannya. Dua
persamaan tersebut ialah sebagai berikut ini :

2.3.1 Koefisien transfer massa pada lapisan film

Koefisien transfer massa untuk lapisan film ditunjukkan oleh


persamaan Vivian danPeaceman sebagai berikut :

3. .................... (2)

Keterangan :

g = gravitasi

z = panjang kotak

DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid

Re = Reynold Number

Sc = bilangan number Schmidt

= viskositas likuid B
4r/ ialah sebuah persamaan dengan r merupakan berat flowrate likuid per unit dari
parameter wetted wall. Film likuid memiliki koefisien yang berada diantara 10% hingga 20%
dibandingkan dengan persamaan hasil percobaan atau teoritis pada absorpsi pada absorpsi
dalam film aliran laminer.

2.3.2 Koefisien perpindahan massa pada aliran gas

Dalam praktiknya, kita dapat menentukan banyaknya perpindahan massa dalam aliran
gas dengan persamaan koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa pada
aliran gas ditunjukan oleh persamaan berikut ini :

.................... (1)

Keterangan :

Sc = bilangan number Schmidt.

DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid

B = densitas likuid B

Re = Reynold Number

2.4 Aliran di dalam Pipa


Korelasi untuk perpindahan massa pada dinding dalam haruslah mempunyai bentuk
yang sama dengan korelasi untuk perpindahan kalor, karena persamaan dasar untuk difusi
dan konduksi itu serupa. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling sederhana yang
cukup cocok dengan data publikasi dalam jangkauan angka reynolds dan angka Schmidt
yang cukup luas. Bentuk alternatif dari bentuk korelasi itu didapat dengan membagi
persamaan diatas dengan NRe x NScsehingga menghasilkan faktor jM yang sebagaimana
ditunjukkan oleh Chilton dan Colbum sama dengan jH dan juga f/2. Suku (/w) 0,14 biasa
1,0 untuk perpindahan massa karena itu ditinggalkan. Analogi untuk persamaan ini berlaku
umum untuk perpindahan kalor dan perpindahan massa dengan pelarutan yang sama.

Perluasan analogi ini sehingga menutupi rugi gesek yang dilakukan untuk pipa saja
karena semua rugi disini berasal dari gesek kulit saja. Analogi ini tidak berlaku untuk rugi
gesek dimana tidak terdapat seret bentuk dari pemisahan aliran, sebagaimana terdapat
pada aliran seputar benda. Korelasi yang telah disajikan untuk berbagai kisaran angka
Schmidt. Data untuk penguapan beberapa macam zat cair didalam menara didnding basah
dikorelasi dengan eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk angka Reynold maupun untuk
angka Schmidt. Angka Schmidt berkisar antara 0,60 dan 0,25 dan dalam jangkau yang
sempit. Perbedaan antara eksponen itu mungkin mempunyai makna fundamental, karena
perpindahan ke permukaan zat cair, yang mungkin mempunyai riak dan kegombang mesti
berbeda dari permukaan perpindahan padat yang licin. Korelasi untuk perpindahan massa
dan angka schmidt yang tinggi (antara 430 100.000) didapat dengan mengukur laju
kelarutan didalam tabung asam benzoat didalam air dan zat cair viscous. Perbedaan antara
eksponen angka Schmidt dan nilai 1/3 yang biasa mungkin tidak banyak, tapi eksponen
angka Reynold jelas lebih besar dari 0,80.

2.5 Teori-Teori Pada Absorber

2.5.1 Teori Film

Teori film bersifat elementer, semua aliran di dalam aliran fluida turbulen
terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Berikutnya terhadap dinding atau batas stasioner
fluida, menurut model ini semua driving forerce atau garad konsentrasi untuk mengurangi
stagnant film serta konsentrasi di dalam bulk fluida adalah konstan, hal ini dikarenakan oleh
adanya turbulen yang tingi. Turbulen yang tingi mengurangi stagnant fluida.

Tebal dari film hayalan yang digunakan untuk masa pada kecepatan aliran yang
sebanding adalah tidak sama kecuali pada kondisi batas. Dari Reynold analogi, koefisien
dari transfer massa banyak digunakan, akan tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan
koefisien transfer atau juga apabila dibandingkan dengan koefisien permukan. Dalam teori
film ketebalan film efektif ditentukan oleh bagaimana kondisi laminer dan turbulen. Gradien
konsentrasi merupakan karakteristik steady state.

Persyaratan kontak antara liquid dan gas merupakan persyaratan yang paling sulit
dicapai, terutama pada tower yang besar. Secara ideal, terdistribusi dari top packing,
mengalir dalam bentuk film tipis dari seluruh permukaan packing turun ke bawah tower.
Sebenarnya film tersebut, cenderung menebal pada beberapa tempat dan menipis di tempat
lain, sehingga liquid itu mengumpul menjadi arus-arus kecil dan mengalir melalui lintas-lintas
tertentu dalam packing. Lebih-lebih pada laju aliran rendah, sebagian besar permukaan
mungkin kering atau sedikitnya diliputi oleh film stagnant liquid. Efek ini disebut sebagai
chanelling dan merupakan penyebab utama dari unjuk kerja yang kurang memuaskan pada
menara berukuran besar.

2.5.2 Teori Penetrasi

Suatu gelembung gas yang berada pada likuid yang bergerak ke luar dari likuid,
dituliskan dalam persamaan menjadi :

.................... (3)

Rumus di atas digunakan berdasarkan teori penetrasi. Dimana merupakan waktu


yang diperlukan oleh gelembung gas untuk naik dengan jarak tempuh sama dengan jarak
gelembung. Teori penetrasi digunakan oleh Higbie untuk menganalisa fase cair. Dalam
absorbsi gas dimana cairan diasumsikan sebagai aliran laminer atau stasioner. Higbie
mempertimbangkan bahwa transfer di dalam cairan dengan transport molekul unsteady
state.

Konsep yang dikemukakan oleh Higbie ini menghasilkan suatu persamaan untuk
fluks masa pada titik yang berada pada permukan cairan yang diekspose untuk absorpsi
gas. Berbeda halnya dengan Danckwerte yang menggunakan konsep unsteady state
ini untuk absorpsi di dalam suatu cairan turbulen dengan mengangap random surface
renewal. Kemudian Marcello, yang melakukan perbaikan terhadap model film penetrasi.
Yaitu dengan kombinasi dari dua model di atas pada Sc yang rendah model film steady
state kelihatanya pada Sc yang tinggi. Sedangkan pada model unsteady state surface
renewal lebih mengambarkan situasi yang menguntungkan .

2.6 Penggunaan Absorpsi


Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat berikut ini berisi
arang halus yang, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya gas
yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat vakum, dengan
temperatur yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm. Grafit yang juga
dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih sehingga mudah
bergeser terhadap satu sama lain.

Grafit memang sangat menguntungkan, akan tetapi ternyata bahwa pada temperatur
yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi apabila temperatus
direndahkan (dikurangi). Dengan analisis kimia kadang-kadang diperoleh kesulitan, hal ini
disebabkan oleh karena adanya daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion dalam
larutan.

Berdasarkan kegunaan dari absorber, maka absorber dibagi menjadi :

1. Packed Tower Dipilih untuk menangani material yang sangat korosif, liquid yang berbuih,
tower yang diameternya besar dan melibatkan pressure drop yang rendah.

2. Plate Tower Dirancang untuk operasi absorpsi gas atau stripping gas yang memiliki banyak
persamaan untuk menurunkan angka. Perbedaanya terletak pada pemisahan yang
didasarkan pada pemdistribusian berbagai substansi antara fase gas dan liquid ketika
seluruh komponen antara dua fase.

3. Stirred Tank Digunakan pada sistem reaksi kimia di mana gas akan diabsorpsi terlebih
dahulu dan kemudian akan bereaksi dengan suatu komponen dengan larutan. Alat ini
memiliki kelebihan ketika reaksi berjalan lambat, dalam hal ini pada fase liquid, sehingga
membutuhkan residence time yang lama dibandingkan dengan waktu yang disediakan.

4. Sparged Tower Mempunyai efisien dan massanya lebih rendah dibandingkan stirred tank.

5. Spray Chamber Digunakan untuk skala besar dengan sistem dasarnya untuk mengalirkan
SO2dari boiler gas buangan yang dikeluarkan dari stasiun pembakaran batubara.
6. Venturi Scrubber Umumnya digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan partikel dari aliran
gas ke penyerapan uap terlarut.

7. Falling Film Absorber Tipe ini sangat cocok untuk skala besar atau komersil di mana panas
yang diperbolehkan selama absorpsi sangat tinggi.

Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan liquid untuk
tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam
liguid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid.
Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada,
karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.

2.6.1 Sistem Dua Komponen


Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah menguap,
yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas yang larut disebut
kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang ada. Pada T tetap, kelarutan gas
akan bertambah bila P dinaikkan pada absorben yang sama. Gas yang berbeda mempunyai
kelarutan yang berbeda. Pada umumnya kelarutan gas akan menurun bila T dinaikkan.

2.6.2 Sistem Multikomponen


Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu, kelarutan
setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang dinyatakan dalam
tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas ada gas yang sukar larut
maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas yang mudah larut. Pada beberapa
komponen dalam campuran gas mudah larut dalam liquid, kelarutan masing-masing gas
tidak saling mempengaruhi bila gas tidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Ini hanya terjadi pada
larutan ideal.

Karakteristik larutan ideal yaitu:

1. Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah, dalam
campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.

2. Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang dilepaskan.

3. Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.

Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi lain
ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat
cair dan distributornya pada bagian atas, sedang pengeluaran gas dan zat cair masing-
masing pada bagian atas dan bagian bawah serta tower packing. Penyangga itu harus
mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar untuk mencegah terjadinya pembanjiran
pada piring penyangga itu. Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni
atau larutan encer zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan
distributor, sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian secara
seragam. Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang
pendistribusian yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah
antara isian berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang
luas untuk kontak zatcair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara kedua fase.

Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:

1. Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara

2. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.

3. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair
yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.

4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dengan gas.

5. Harus tidak terlalu mahal.

Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang akan
diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan konsentrasi dan pada
laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju optimum zat cair untuk absorpsi
didapatkan dengan menyeimbangkan biaya operasi untuk kedua unit dan baiaya tetap untuk
peralatan. Bila gas hanya diumpankan ke dalam menara absorpsi, suhu di dalam menara itu
berubah secara menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut
menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut cenderung menyebabkan suhu
turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan suhu larutan, tetapi di dekat dasar
kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum. Bentuk profil suhu bergantung pada laju
penyerapan zat terlarut, penguapan dan kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara
kedua fase.

Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu:

5. Menggunakan koefisien individual

6. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.

7. Menggunakan koefisien volumetrik.

8. Menggunakan koefisien persatuan luas.

http://rumahdukasi.blogspot.co.id/2014/02/absorpsi-weted-wall.html

Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan
tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan
diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut
juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia
akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia
mengungguli absorpsi fisik.

Fungsi Absorbsi dalam industri


Meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya
Contoh :

1. Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui
proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin Formaldehid sebagai gas input
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu
1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam
absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar
formaldehid sekitar 37 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid
dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa
metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current
contact dengan air proses.
2. Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat Tahap akhir
dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat
kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO 2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam
nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks
masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks
keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk
menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang
tidak lebih dari 200 ppm.

absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya,
baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan
akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat
larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas
yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

Kolom absorbsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan)
dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase
cair dari komponen tersebut.
Gambar 1 : Kolom Absorbsi

Gambar 2 : Alat Absorbsi

struktur dalam absorber


1. Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
2. Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk
diabsorbsi
3. Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.

Gambar 3 : Alat Absorbsi Secara Skematis

Prinsip kerja kolom absorbsi


1.Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan
ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi
gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
2.Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara
absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi
pada sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat.
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.

Gambar 4 : Prinsip Kerja Kolom Absorbsi

Keterangan : (a). gas keluaran (b). gas input (c). pelarut (d). gas output

Gambar 5 : Proses Kolom Absorbsi

Proses Pengolahan Kembali Pelarut Dalam Proses Kolom Absorber


1. Konfigurasi reaktor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari pelarut yang
digunakan
2. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),Volalitas pelarut,dan aspek
kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga termasuk biaya, semuanya akan
diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik sesuai dengan proses yang akan
dilakukan.
3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada aliran gas,
proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan memanaskannya.
Contoh pertama
Cairan absorber yang akan didaur ulang masuk kedalam kolom pengolahan dari bagian atasnya dan
akan dicampur /dikontakan dengan stripping vapor.Gas ini bisa uap atau gas mulia, dengan kondisi
termodinamika yang telah disesuaikan.dengan pelarut yang terpolusi. Absorber yang bersih lalu
digunakan kembali di absorpsi kolom.

Contoh kedua
Absorber yang akan didaur ulang masuk ke kolom pemanasan stripping column.The stripping vapor
dibuat dari cairan pelarut itu sendiri.Bagian yang telah didaur ulang lalu digunakan lagi untuk menjadi
absorber.

Contoh ketiga
1. Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur ulang. Absorber yang terpolusi
dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahnya, pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke
absorber.

http://portal-kimia.blogspot.co.id/2012/02/absorbsi.html#.V2AS9CkgXIU
ADSORPSI

A. PENGERTIAN ADSORPSI

Adsorpsi adalah pemisahan bahan dari suatu campuran gas atau cair dimana bahan yang
akan di pisahkan di tarik oleh permukaan zat padat.
Dengan demikian dapat disimpulkan:
Adsorbat :senyawa terlarut yang dapat terserap ( berupa campuran gas atau cairan )
Adsorben : padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang diserap (
berupa padatan )

B. JENIS JENIS ADSORPSI


Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia dan adsorbsi
fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.
1. adsorpsi fisika (Physisorption)
interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van der Walls dimana
ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik
substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media.
Adsorbsi fisika ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah
sekitar 20 kJ/mol.
Contoh :
Adsorpsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang diaktifkan
dengan cara membuat pori pada struktur karbon tersebut. Aktivasi karbon aktif pada
temperatur yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang
besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat
pada permukaan media adsorpsi.
2. adsorpsi kimia (Chemisorption)
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van Dar Wallis)
antara senyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi
diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui
gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel
melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan
substrat.Contoh : Ion exchange.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADSORPSI

1) Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Waktu
kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih
baik.
2) Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif untuk digunakan
sebagai adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi kecepatan dimana adsorpsi terjadi.
Kecepatan adsorpsi meningkat dengan menurunnya ukuran partikel.
3) Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga proses
adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter adsorben maka semakin luas
permukaannya. Kapasitas adsorpsi total dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan
total adsorbennya.
4) Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan. Senyawa yang mudah
larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya dan karenanya lebih sukar untuk
teradsorpsi dibandingkan senyawa yang sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian karena
banyak senyawa yang dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa
senyawa yang sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah. Usaha-usaha untuk menemukan
hubungan kuantitatif antara kemampuan adsorpsi dengan kelarutan hanya sedikit yang
berhasil.
5) Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika molekul masuk
ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat ketika ukuran
pori-pori adsorben cukup besar sehingga memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.
6) pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar terhadap adsorpsi itu
sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena pH
mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari beberapa senyawa.
Asam organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basa organik
terjadi dengan mudah pada pH tinggi. pH optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus
ditentukan dengan uji laboratorium.
7) Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah
adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan
menurun dengan menurunnya temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan
proses eksoterm, derajad adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu
yang lebih tinggi .

D. APLIKASI ADSORPSI

1. Pemutihan gula tebu


Gula yg masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalaui tanah diatomae
dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehinga diperoleh gula yang
putih bersih.
2. Norit
tablet yg terbuat dari karbon aktif norit. Di dalam usus norit membentuk sistem koloid yg
dapat mengadsorpsi gas/zat racun.
3. Penjernihan air
dengan menambahkan tawas/ Aluminium sulfat (akan terhidrolisis membentuk Al(OH)3
yang berupa koloid). Koloid ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna / zat pencemar dalam air.

Proses adsorpsi dibedakan menjadi 3 tahap :


1. Tahap Adsorpsi
Tahap dimana terjadi proses adsorpsi
Adsorbate tertahan pada permukaan adsorbent (tertahannya gas atau uap atau molekul pada permukaan
padatan).
Pada proses adsorpsi umumnya dilakukan untuk senyawa organic dengan berat molekul (BM) lebih
besar dari 46 dan dengan konsentrasi yang kecil.. Semakin besar BM maka proses adsorpsi akan
semakin baik.
2. Tahap Desorpsi
Tahap ini merupakan kebalikan pada tahap adsorpsi, dimana adsorbate dilepaskan dari adsorbent
(lepasnya gas atau uap atau molekul pada permukaan padatan). Desorpsi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantarnya adalah :
Menaikkan temperature adsorbent di atas temperature didih adsorbent, dengan cara mengalirkan uap
panas/ udara panas atau dengan pemansan
Menambahkan bahan kimia atau secara kimia
Menurunkan tekanan
3. Tahap Recovery
Tahap ini merupakan tahap pengolahan dari gas, uap atau molekul yang telah di desorpsi, dimana
reconvery dapat di lakukan dengan :
Kondensasi
Dibakar
Solidifikasi

ABSORPSI

A. PENGERTIAN ABSORPSI

Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan zat cair yang di ikuti dengan pelarutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan:
Absorbat : senyawa terlarut yang dapat terserap ( berupa campuran gas )
Absorben : padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang diserap
(berupacairan)

B. JENIS-JENIS ABSORPSI
1. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak
disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas
ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair.
Reaksi : H2S + H2O
2. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai
dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan
MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada
proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak.
Reaksi :CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq)

C. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA OPERASI ABSORPSI


1) Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
2) Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan
CO2(misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
3) Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
4) Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada
batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa),
penyerapan lebih buruk.
5) Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas,penyerapan semakin buruk.

D. Aplikasi Industri

Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat
dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkanmelalui
proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin Formal dehid sebagai gasinput
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu
1820C di dinginkan pada kondensor hingga suhu 550C,dimasukkan ke dalam absorber.
Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar
formaldehid sekitar 37 40%. Bagian terbesar dari metanol, air, dan formal dehid di
kondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa
metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan countercurrent
contact dengan air proses

2. Proses Pembuatan Asam Nitrat


Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2). Proses pembuatan asam nitrat pada tahap
akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap
tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air
menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar.
Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah.
Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang
untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas
buang tidak lebih dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol,
minumanberkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan masih
banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri.
Selain itu absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari
fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan
CH4tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2sebagai akibat reaksi dengan NaOH,
makaperbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4.
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan
NaOH dapat dilukiskan sebagaiberikut:
CO2(g)+ NaOH(aq) NaHCO3(aq)
NaOH(aq)+ NaHCO3Na2CO3(s)+ HO(l)+ CO2(g)+ 2NaOH(aq)Na2CO3(s)+ H2O(l)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena bikarbonat
bereaksi dengan OHmembentuk CO32-.

Contoh alat absorpsi


Packing Tower
Salah satu contoh packing tower adalah Packed Bed Absorber. PackedBed
Absorber berupa tube atau pipa yang diisi dengan beberapa packing.Cairan masuk dari
bagian atas, sedangkan gas masuk dari bagian bawah.
Packed Bed Absorber
Di dalam packed bed absorber terdapat Packing yang memberikan kontak yang bagus antar
kedua fasa sehingga luas permukaan menjadi maksimum.
Ada 3 jenis packing :
1.Raschig ring: potongan pipa
L D 0,5-1 in
2. Berl saddle
3. Pall ring

Absorber dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari

campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen yang dipisahkan
dari campurannya sedangkan pelarut (solvent ; sebagai separating agent)adalah cairan atau gas

yang melarutkan solut. Karena perbedaan kelarutan inilah, transfer massa solut dari fase satu ke fase

yang lain dapat terjadi.

Absorbsi adalah operasi pemisahan solut dari fase gas ke fase cair, yaitu dengan mengontakkan gas

yang berisi solut dengan pelarut cair (solven / absorben ) yang tidak menguap.
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan mengontakkan

cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent) yang tidak larut ke dalam cairan.

Berdasarkan cara kontak antar fase, alat transfer massa difusional dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. proses keseimbangan dimana operasi dengan keseimbangan antar fase, yaitu alat dengan
kontak bertingkat ( stage wise contact / discreet ), misalnya menara menggunakan plat atau tray.

2. proses dikontrol kecepatan transfer massa, yaitu alat dengan kontak kontinyu (continuous
contact ), misalnya menara sembur, gelembung atau menggunakan bahan isian (packing).

Keseimbangan

Menurut teori lapisan film, jika dua fase dikontakkan, di batas antar fase terdapat keseimbangan fase.

Oleh karena itu, korelasi atau data-data di lapisan batas fase ini sangat perlu diketahui. Data-data

keseimbangan telah banyak tersedia, meskipun penelitian tentang hal ini masih perlu dilakukan.

Beberapa buku, terutama termodinamika telah menyajikan data keseimbangan untuk sistem tertentu,

misal data kelarutan gas di Perry ( 6th ed., pp. 3-101 3-103)

Kolom Absorpsi

Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan)

dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Struktur yang terdapat pada kolom absorber dibagi

menjadi tiga bagian yaitu:

Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair

Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah untuk
diabsorbsi

Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
Keterangan :

(a) input gas

(b) gas keluaran

(c) pelarut

(d) hasil absorbsi

(e) disperser

(f) packed column

Prinsip Kerja Kolom Absorpsi

Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir berlawanan arah

yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi

hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang

terjadi pada semua reaksi kimia.

Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara absorber.

Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan

perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer

yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang

berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari

gas yang dimasukkan tadi.


Gambar diatas adalah contoh proses Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur

ulang. Absorber yang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahnya, pelarut dikumpulkan

dan dikirim kembali ke absorber.

Sumber: http://mardi-subiono.blogspot.com/search/label/Chemical%20Engineering

https://tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/16/absorber-dan-stripper/

absorbsi
Tujuan percobaan ini adalah menentukan koefisien perpindahan massa total (KGa) dari
absorbsi gas CO2 pada rate 7; 10; 13 l/min dari campuran gas oleh larutan NaOH 0.5 %
pada rate 0.4; 0.6;0,8 l/min yang disertai dengan reaksi kimia dalam packed column.
Proses perpindahan massa suatu solute pada peristiwa kontak antara fasa gas ke
fasa cair dimana gas tersebut dapat larut dalam fasa cairnya disebut dengan absorbsi.
Contoh peristiwa ini adalah absorbsi NH3 dalam udara dengan air. Sedangkan perpindahan
massa suatusolute pada liquid nonvolatil ke suatu steam disebut stripping
Syarat mutlak dalam suatu proses absorbsi adalah kelarutan solute dalam solven
harus lebih besar daripada kelarutannya dalam carrier. Beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan pelarut agar proses absorbsi berlangsung antara lain yaitu :
1. Kelarutan Gas
Kelarutan gas harus tinggi, sehingga menaikkan rate absorbsi dan mengurangi
jumlah solventyang dibutuhkan. Umumnya suatu solvent yang memiliki sifat kimia hampir
sama dengan solute yang diabsorbsi akan memberikan kelarutan yang baik. Reaksi kimia
antara solventdan solut akan terjadi pada kelarutan gas yang sangat tinggi.
2. Volatilitas
Pelarut atau solvent harus memiliki tekanan uap yang rendah dimana gas saat
meninggalkan suatu proses absorbsi biasanya saturated dengan solvent dan mungkin
banyak yang mungkin hilang.
3. Korosivitas
Pelarut hendaknya memiliki korosivitas kecil, sehingga material konstruksi alat tidak terlalu
mahal.
4. Harga pelarut harus murah, dan mudah untuk didapat.
5. Viskositas
Pelarut harus mempunyai harga viskositas yang rendah sehingga proses absorbsi berjalan
cepat, presure drop kecil pada saat pemompaan, memberikan sifat perpindahan panas yang
baik dan meningkatkan karakteristik floading dalam menara absorbsi.
6. Hal-hal lain yang meliputi : solvent harus nontoxic, nonflammable, memiliki komposisi kimia
yang stabil dan titik bekunya rendah.
Packing
Jenis-jenis bentuk isian menara yang lazim dipakai adalah pelana berl, pelana intalox,
cincinrasching dan cincin pill.
Syarat-syarat untuk isian menara :
1. Tidak bereaksi dengan fluida dalam menara
2. Kuat, tetapi tidak terlalu berat
3. Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair yang
terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
4. Memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dengan gas.
5. Tidak mahal harganya.
Gas CO2 yang terkandung di dalam campurannya dengan udara diabsorpsi secara
kimia oleh larutan NaOH, dan mengikuti reaksi di bawah ini :
CO2 (g) + 2NaOH (aq) Na2CO3 (aq) + H2O ( l )
dengan tahap-tahapan reaksi sebagai berikut:
CO2 (g) CO2
CO2 + NaOH (aq) NaHCO3 (aq)
NaHCO3 (aq) + NaOH (aq) Na2CO3 (aq) + H2O ( l )
CO2 (g) + 2NaOH (aq) Na2CO3 (aq) + H2O (l)

Ada tiga teori dasar yang menjelaskan tentang peristiwa absorbsi, yaitu antara lain :
1. Teori Dua Film (Double Film Theory)
Pada berbagai proses pemisahan, materi berdifusi dari satu fase ke fase lainnya, dan
laju difusi di dalam kedua fase tersebut mempengaruhi laju perpindahan massa
keseluruhan. Dalam teori ini Whitman menyatakan bahwa kesetimbangan diasumsikan
terjadi pada permukaan batas(interface) antara fase gas dan cairan sehingga tahanan
perpindahan massa pada kedua fase ditambahkan untuk memperoleh tahanan keseluruhan.
Model ini menggambarkan tentang adanya lapisan difusi. Perpindahan massa yang terjadi
ditentukan oleh konsentrasi dan jarak perpindahan massa, yaitu ketebalan film tersebut.
Jika cairan mempunyai komposisi tetap, konsentrasi pada bagian film akan menurun dari
A*pada permukaan sampai Ao pada cairan bagian ruah. Di sini tidak terjadi konveksi pada
film dan gas terlarut melewati film tersebut hanya oleh difusi molekuler.
Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis. Lapisan film yang tipis akan
meniadakan terjadinya tahanan dari lapisan itu (tahanan makin kecil), sehingga proses
perpindahan massa tidak terganggu. Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari
kedua aliran fase harus diatur yaitu diusahakan membuat aliran yang turbulen, karena pada
lapisan film yang tipis akan diperoleh gradien konsentrasi yang kecil, sehingga proses
absorpsi berjalan sangat cepat dengan keadaan menjadi steady state.
Ketika suatu zat ditranfer dari satu fase ke fase yang lain melalui suatu interface diantara
keduanya maka resistance di kedua fase tersebut menyebabkan gradien konsentrasi
Untuk sistem dimana konsentrasi solute dalam gas dan liquid adalah kecil, maka laju
transfer massa dapat dinyatakan oleh persamaan yang memperkirakan laju transfer massa
yang sebanding dengan perbedaan diantara konsentrasi bulk dan konsentrasi
dalam interface gas-liquid.
2. Teori Penetrasi
Teori penetrasi ini dikemukakan oleh Higbie. teori menyatakan mekanisme perpindahan
massa melalui kontak antara dua fasa, yaitu fasa gas dan fasa liquid. Dalam pernyataannya,
Higbie menekankan agar waktu kontak lebih lama. Higbie, untuk pertama kalinya
menerapkan teori ini untuk absorpsi gas dalam liquida yang menunjukkan bahwa molekul-
molekul yang berdifusi tidak akan mecapai sisi lapisan tipis yang lain jika waktu kontaknya
pendek.
Teori Higbie ini menyebutkan bahwa turbulensi akan menaikkan difusivitas pusaran, hal
ini akan menentukan waktu kontak perpindahan massa yang terjadi untuk setiap keadaan
massa. Difuivitas pusaran ini terjadi dalam keadaan setimbang antara fase gas dan liquid.
3. Teori Danckwerts
Teori penetrasi juga dikembangkan oleh Danckwerts yang menyatakan bahwa unsur-
unsur fluida pada permukaan secara acak akan diganti oleh fluida lain yang lebih segar dari
aliran tindak. Teori ini digunakan dalam keadaan khusus di mana dianggap massa
difusivitas pusaran berlangsung dalam waktu yang bervariasi dan dianggap laju
perpindahan massa tidak tergantung dari waktu perpindahan unsur dalam fase cairan tindak
pada keadaan stagnan. Sehingga perpindahan massa yang terjadi di interfacemerupakan
harga dari jumlah zat yang terabsorpsi. Jadi dianggap bahwa perpindahan unsur secara
tindak fase cairan menuju interface tidak akan mempengaruhi kecepatan perpindahan
massanya.

Packed column digunakan untuk proses absorpsi pada kontak antara liquid dan gas
secaracountercurrent ataupun kontak antara vapor dengan liquid dalam proses distilasi.
Dalam tower-nya terdiri dari column silinder yang berisikan gas masuk dari bagian bawah
dan liquid masuk pada bagian atas. Di packed dalam tower memungkinkan permukaan yang
luas untuk kontak liquid dengan gas sehingga efektifitas absorpsi semakin besar
Kecepatan absorpsi yang terjadi pada packed tower yang dipengaruhi oleh ukuran packing-
nya, dengan koefisien perpindahan massa keseluruhan ditentukan berdasarkan luasan
bagian dalam atau bagian luar dari film
PEMBAHASAN
Dari gambar III.2.2 hubungan KGa (mol/cm3.s.atm) terhadap rate CO2 (l/min) pada
rateNaOH (l/min) konstan di atas tampak bahwa semakin besar rate volume CO2 maka
harga KGacenderung konstan, artinya perubahan konsentrasi CO2 berpengaruh kecil
terhadap nilai KGa (terlihat nilai KGa cenderung konstan). Pada rate NaOH 0,4 l/min dengan
rate CO2 7 l/min, 10 l/min, dan 13 l/min diperoleh nilai KGa berturut-turut
adalah 0,0000002107984 (mol/cm3.s.atm);0,0000002107994 (mol/cm3.s.atm); 0,000000210
8001 (mol/cm3.s.atm), rate NaOH 0,6 lt/min dengan rate CO2 7 l/min, 10 l/min, dan 13 l/min
diperoleh nilai KGa berturut-turut
adalah0,0000003146208 (mol/cm3.s.atm); 0,0000003146231 (mol/cm3.s.atm); 0,000000314
6246(mol/cm3.s.atm), rate NaOH 0,8 l/min dengan rate CO2 7 l/min, 10 l/min, dan 13 l/min
diperoleh nilai KGa berturut-turut
3 3
adalah 0,0000004184408 (mol/cm .s.atm); 0,0000004184447(mol/cm .s.atm); 0,000000418
4474 (mol/cm3.s.atm). Hasil percobaan tersebut sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa yang memegang peranan dominan dalam mengontrol ketahanan
adalah lapisan liquid. Sehingga jika rate CO2 diperbesar namun rate volume larutan NaOH
tetap atau konstan maka koefisien perpindahan massa (KGa) akan cenderung konstan
karena yang memegang peranan paling besar adalah rate volume larutan NaOH atau fase
liquid.
Dari gambar III.2.1 hubungan KGa (mol/cm3.s.atm) terhadap rate
NaOH (lt/min) pada rate CO2 (lt/min) konstan di atas tampak bahwa nilai KGa meningkat
seiring dengan bertambahnya laju alir larutan NaOH. Pada rate CO2 7 l/min dengan rate
NaOH 0,4 l/min, 0,6 l/min, dan 0,8 l/min diperoleh nilai KGa berturut-turut adalah 2,108 x 10-
7
(mol/cm3.s.atm); 3,146 x 10-7 (mol/cm3.s.atm); 4,184 x 10-7 (mol/cm3.s.atm), rate CO2 10
l/min dengan rate NaOH 0,4 l/min, 0,6 l/min, dan 0,8 l/min diperoleh nilai KGa berturut-turut
adalah 2,108 x 10-7(mol/cm3.s.atm); 3,146 x 10-7 (mol/cm3.s.atm); 4,184 x 10-
7
(mol/cm3.s.atm), rate CO2 13 l/min dengan rate NaOH 0,4 l/min, 0,6 l/min, dan 0,8 l/min
diperoleh nilai KGa berturut-turut adalah 2,108 x 10-7 (mol/cm3.s.atm); 3,146 x 10-
7
(mol/cm3.s.atm); 4,184 x 10-7 (mol/cm3.s.atm). Hasil percobaan tersebut sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa peningkatan nilai KGa disebabkan dengan
meningkatnya laju alir larutan NaOH yang akan meningkatkan turbulensi, dan dengan
meningkatnya turbulensi akan memperkecil tahanan dari lapisan fase cair. Hal ini sesuai
dengan teori dua film, yang menyebutkan bahwa semakin turbulen aliran maka tebal film
akan menipis, harga koefisien perpindahan massa fase cairan (KLa) semakin besar,
sehingga nilai KGa juga semakin besar. Fakta ini dudukung pula dengan literatur yang
menyebutkan bahwa untuk mengefisiensikan proses perpindahan massa, dibuat suatu aliran
turbulen dan counter current, dengan kondisi tersebut perpindahan massa per satuan
luasan akan meningkat karena akan membantu mendispersi suatu fluida ke fluida lain
dengan memberikan interfacial area yang lebih besar (Geankoplis second edition, hal 467).
Pada laju rate volume larutan NaOH yang semakin besar maka jumlah molekul NaOH juga
akan semakin banyak sehingga molekul yang bereaksi juga meningkat, begitu juga dengan
jumlah CO2 yang terabsorbsi melalui reaksi. Hal ini menyebabkan nilai koefisien
perpindahan massa (KGa) meningkat
KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin besar rate CO2 maka nilai harga koefisien perpindahan massa gas (KGa) relatif
konstan.
2. Semakin besar rate volume larutan NaOH maka harga perpindahan massa gas
(KGa) besar.

You might also like