Professional Documents
Culture Documents
DENGAN
LABIO PALATO SKISIS
(CLEFT LIP AND CLEFT PALATE)
DOSEN PEMBIMBING :
ELLY M. TITIHALAWA, SST.
KELOMPOK 8 :
1. AGATA EMPRIANA
2. AGUSTINA RITA MARIANI
3. HERIYOS
4. TRIVONIA AVILA MANARE
5. RUFINA P. GAPUN
KELAS : IIB
A. Defenisi
B. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan;
Mulut ; merupakan rongga pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri
atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit/vestibula (ruang diantara gusi
serta gigi dengan bibir dan pipi) dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang
dibatasi disisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi dan disebelah
belakang bersambungan dengan faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum
dan lidah terletak dilantainya dan terikat pada tulang hyoid. Digaris
tengah sebuah lipatan membrane mukosa (frenulum linguas) menyambung
lidah dengan lantai mulut. Dikedua sisi terletak papilla sublingualis yang
memuat lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit ekstrernal dari
papilla ini terletak lipatan sublingualis, tempat lubang-lubang halus
kelenjar ludah sublingualis bermuara.
Bibir ; terdiri atas 2 lipatan daging yang membentuk gerbang mulut
disebelah luar ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput
lendir ( mukosa ). Otot orbikularis oris menutup bibir; levator anguli oris
mengangkat, dan depressor anguli oris menekan ujung mulut. Tempat bibir
atas dan bawah bertemu membentuk sudut mulut.
Palatum (langit-langit) ; terdiri atas 2 bagian yaitu palatum keras yang
tersusun atas tajuk- tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxsilaris,
dan lebih kebelakang terdiri atas 2 tulang palatum. Di belakang ini
terletak palatum lunak, yang merupakan lipatan menggantungyang dapat
bergerak dan yang terdiri atasjaringan fibrus dan selaput lendir.
Gerakannya diatur oleh ototnya sendiri. Ditengah palatum lunak
menggantung keluar sebuah prosesus berbentuk kerucut yaitu uvula. Dari
sini tiang-tiang lengkungan (fauces), melengkung kebawah dan kesamping
kiri dan kanan dan di antara tiang-tiang ini terdapat lipatan rangka otot
dan selaput lendir yang di sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.
C. Etiologi
1. Kegagalan fase embrio penyebabnya belum diketahui.
2. Faktor herediter.
3. Dapat dikaitkan dengan abnormal kromosom,mutasi gen,dan teratogen
(agen atau faktor yang menimbulkan cacat pada masa embrio).
D. Patofisiologi
Proses terjadinya labiopalatisisis ini terjadi ketika kehamilan
trimester ke 1 dimana terjadi gangguan oleh karena berbagai penyakit
seperti virus. Pada trimester 1 terjadi proses perkembangan pembentukan
berbagai organ tubuh dan saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau
pembentukan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio. Apabila
terjadi kegagalan dalam kegagalan dalam penyatuan proses nasal medial
dan maxsilaris maka dapat mengalami labiosisis (sumbing bibir), dan
proses penyatuan tersebut akn terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian
apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa
kehamilan 7-12 minggu maka dapat mengakibatkan sumbing palatum
(palatosisis).
E. Manifestasi Klinis
Pada labio skisis(sumbing bibir):
1. Distorsi pada hidung.
2. Tampak sebagian atau keduanya.
3. Adanya celah pada bibir.
Pada palato skisis(sumbing palatum):
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula),palato lunak,dan keras,dan atau
foramen incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan
jari.
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan.
F. Pemerikasaan Diagnostik
1. Foto Rontgen.
2. Pemeriksaan fisik.
3. MRI untuk evaluasi abnormal.
G. Penatalaksanaan Terapeutik
1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah komplikasi.
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
5. Pembedahan;pada labioskisis dilakukan pembedahan segera setelah
lahir atau dalam 3 bulan. Perbaikan dini melalui pembedahan dapat
membantu keterikatan orang tua-bayi karena perubahan penampilan
estetika bayi. Perbaikan dilakukan pada usia 2-3 bulan jika bayi
menunjukan peningkatan berat badan yang stabil dan kadar
hemoglobinnya lebih dari 10 g/dl.
6. Pembedahan pada palatoskisis dilakukan pada saat anak berusia 9-12
bulan. Biasanya mencakup penutupan membran mukosa dan restorasi
struktur anatomiknya. Pada defek yang lebih berat, prosedur bertahap
dilakukan sampai anak berusia 4-5 tahun.
H. Komplikasi
1. Gangguan bicara dan pendengaran( Gangguan pendengaran yang
disebabkan oleh otitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba
eustachius.)
2. Terjadinya otitis media.
3. Aspirasi(Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat
elevasi tubuh bagian atas).
4. Distress pernafasan.
5. Resiko infeksi saluran nafas.
6. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat.
7. Maloklusi (pola erupsi gigi abnormal).
8. Perubahan harga diri dan citra tubuh.
A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik.
2. Inspeksi palatum,baik secara visual dan dengan menempatkan jari
secara langsung di atas palatum.
3. Observasi perilaku palatum.
4. Observasi interaksi bayi-keluarga.
5. Kaji reaksi orang tua terhadap operasi yang akan dilakukan.
6. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi.
7. Kaji status pernapasan.
8. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
9. Kaji tingkat nyeri pada bayi.
10. Kaji kesiapan orang tua terhadap pemulangan dan kesanggupan
mengatur perawatan dirumah.
Diagnosa Keperawatan :
Intervensi keperawatan :
POST OPERASI
Diagnosa Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
C. Perencanaan Pemulangan
***
DAFTAR PUSTAKA:
Suriadi & Yuliani Rita, 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi: 1,
Jakarta : PT Fajar Interpratama.