You are on page 1of 2

1

ABSTRAK

Pengendalian hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) sampai saat ini masih
mengandalkan insektisida organik sintetik yang diaplikasikan secara berjadwal pada tanaman
berumur 20-65 hari setelah tanam dengan frekuensi 2 minggu sekali. Pengendalian hama
secara berjadwal ini memberikan dampak negatif terhadap lingkungan antara lain terbunuhnya
agen pengendali hayati (musuh alami) seperti parasitoid, predator dan pathogen. Oleh karena
itu perakitan model pengendalian hama untuk mengurangi dampak negatif penggunaan
insektisida organik sintetik tersebut mutlak diperlukan

Penelitian Perakitan Model Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera F.) dalam
Rangka Meningkatkan Tingkat Keragaman (Biodiversitas) Musuh Alami pada
Tanaman Tembakau bertujuan untuk menentukan model pengendalian ulat grayak yang
berwawasan lingkungan sehingga akan menunjang sistem pertanian secara berkelanjutan
(Sustainable Agricultural).
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan perlakuan 3 model pengendalian yaitu

Model 1. Penggunaan Tanaman Pinggir Kacang Panjang dan Tanaman Sela Jagung,
Penggunaan Insektisida Organtrin dan Ekstrak Daun Ninba, Pengendalian Secara Mekanis.

Model II hampir sama dengan model I, yang membedakan adalah penggunaan tanaman
pinggir. Penggunaan Tanaman Pinggir Jagung dan Tanaman Sela Kacang Panjang
Penggunaan Insektisida Organtrin dan Ekstrak Daun Nimba, Pengendalian Secara Mekanis

Model III. Model Konvensional (Tanpa Tanaman Pinggir)

Dari hasil penelitian menunjukkan Model II merupakan model yang terbaik untuk
mengendalikan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) dengan Tingkat Keragaman
(Biodiversitas) 2,01, demikian juga terhadap parameter lain (intensitas serangan, populasi,
hasil brangkasan basah, berangkasan kering dan rendemen daun tembakau.
================================================================
Key Word : Model Pengendalian Hama, Ulat Grayak (Spodoptera litura
F), Biodiversitas
2

You might also like