You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan UmumTentang Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa
cacat bawaan (Rukiyah dan Lia, 2010; hal.2).
b. Bayi atau di sebut juga neonatus ialah yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
meyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Rukiyah dan Lia,
2010; hal. 2).
c. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat.
d. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu, mampu hidup di
luar kandungan dan berat badan 2500-4000 gram. (Dewi dkk, 2010; hal.1)
e. Menurut Janah, (2008) Bayi baru lahir normal adalah individu yang lahir ke dunia dalam
keadaan yang terbatas,sehingga sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain (Janah,
2008)
f. Menurut Dalai Lama, Bayi adalah makhluk yang lahir kedunia dengan membawa kesenangan
kepada semua orang yang kemudian meminta balasan dengan keadaan dan tempat yang
tepat dan nyaman yang memungkinkan dirinya bisa berkembang secara alami.
g. Menurut Widya Ayu Puspita, Bayi adalah masa tahapan pertama yang dilalui manusia setelah
lahir kedunia.
h. Menurut Husaini, ( 2002 ) Bayi adalah seorang anak yang berusia 0 hingga 12 bulan.
Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Bayi Baru Lahir
adalahindividu yang baru mengalami proses kelahiran, baik melalui proses normal maupun melalui
persalinan buatan ,dan harus meyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

2. Ciri- ciri bayi baru lahir normal

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu


2. Berat bdan 2500- 4000 gram
3. Panjang badan 48- 52 cm
4. Ligkar dada 30- 38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Lingkar lengan 11- 12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8. Pernafasan 40-60 x /menit
9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
11. Kuku agak panjang dan lemas
12. Nilai APGAR>7
13. Gerak aktif
14. Bayi lahir langsung menangis kuat
15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
17. Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
18. Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik
19. Genitalia
a. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan
penis yang berlubang
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta
adanya labia minora dan mayora.

3. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus

Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu neonatus adalah individu yang
sedang tumbuh.
1) Perubahan Pernafasan
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembang sistem alveoli. Selama
dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut:
a. Tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
b. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCo2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus (stimulasi kimiawi )
c. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik)
d. Reflek defleksi Hering Breur
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir..
Cara neonatus bernapas dengan cara bernapas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk
frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus
masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik. ( Dewi
dkk, 2010; h.13)

2) Perubahan metabolisme karbohidrat


Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme
basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua,
energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar di hari keenam energi didapat
dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40%.
(Dewi dkk, 201; h.14)

3) Perubahan suhu tubuh

Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik akibat perubahan
suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu didalam uterus minimal, rentang maksimal hanya
0,6 C sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus.
Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi.
a. Luasnya permukaan suhu tubuh bayi
b. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara sempurna.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Gejala hipotermia
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi kurang aktif, letargi hipotonus, tidak
kuat menghisap ASI, dan menangis lemah.
b. Pernapasan megap-megap dan lambat serta denyut jantung menurun.
c. Timbul sklerema, kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian punggung, tungkai,
dan lengan.
d. Muka bayi berwarna merah terang.
Hipotermia menyebabakan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus, dan
kematian.
( Sulistyawati dkk, 2010; h.199)

Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuh melalui 4 mekanisme berikut :
a) Konduksi
Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
b) Konveksi
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20C dan sebaiknya tidak berangin.
Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup
jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi
ke udara sekitar bayi.
c) Evaporasi
Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini.
Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera
mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik bila menggunakan handuk hangat untuk mencegah
hilangnya panas secara konduktif.
d) Radiasi
Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya jendela pada
musim dingin. Karena itu, bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya menggunakan
handuk hangat.
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1C lebih tinggi dibanding
suhu ibunya. Sayangnya tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-
35,5C dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawat di ruang bersalin. Sebagian besar
penyulit pada neonatus, seperti distress pernapasan, hipoglikemi, dan gangguan pembekuan
darah lebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami hipotermia.
Masalah tersebut dapat dicegah dengan melakukan persiapan sebelum kelahiran dengan
menutup semua pintu dan jendela dikamar bersalin dan mematikan AC yang langsung
mengarah pada bayi. Suhu dikamar bersalin paling rendah 20C, dan harus lebih tinggi jika
bayi prematur. Segera setelah bayi lahir, bayi dikeringkan dan kemudian diselimuti /
dibungkus rapat dengan handuk hangat. Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang seperti
memandikan ataupun saat melakukan kontak kulit ibu dengan bayi harus dilakukan dalam
ruangan yang hangat (23-25C) atau dibawah pemanas radian / infant radiant warmer.
(Prawirohardjo, 2009; h. 367)
Cara mencegah kehilangan panas yaitu dengan selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan
hangat setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat , selimuti kepala bayi
karena bagian kepala bayi merupakan permukaan tubuh yang relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika tidak di tutupi. Tidak segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir . ( Dewi dkk, 2010; h.14. ).

4) Perubahan sirkulasi
Dengan perkembangan paru mengakibatkan tekanan O2 naik dan tekanan CO2 menurun,
sehingga menurunkan resistensi pembuluh darah paru sehingga aliran darah meningkat. Hal
ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus
menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilicalis kemudian tali pusat dipotong aliran
darah dari placenta melalui vena cava inferior dan foramen oval atrium kiri terhenti. Sirkulasi
janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

4. IMD ( Inisiasi Menyusui Dini)

Untuk mempererat ikatan antara ibu dan anak, setelah di lahirkan sebaiknya bayi langsung di
letakkan di dada ibunya sebelum bayi di bersihkan. sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan
efek psikologis yang dalam di antara ibu dan anak. Penelitian membuktikan bahwa Asi Eksklusif
selama 6 bulan sangat baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat bayi baru lahir, pada
jam pertama bayi menemukan payudara ibunya, ini adalah awal hubungan menyusui yang
berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi menyusui. Setelah IMD dilanjutkan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun.
Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini yaitu:
a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan
b. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan
c. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisa lemak putih (verniks)
d. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar
terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan.
e. Anjurkan ibu memberi sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting.
f. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibu.
g. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal satu jam walaupun
proses menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusui hingga 1 jam biarkan bayi
berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama kali selesai.
h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan memberikan suntikan Vitamin K sampai
menyusui pertama kali
i. Proses menyusui dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus di upayakan meskipun ibu melahirkan
dengan cara operasi atau tindakan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas ( Rukiyah dkk,
2010; h.9)
Manfaat IMD bagi bayi adalah:
1. membantu stabilisasi pernafasan,
2. mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,
3. menjaga kolonisasi kuman yang baik untuk bayi ,dan
4. mencegah infeksi nosokomial.
5. Kadar bilirubun bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat
sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir.
6. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang
lebih baik.
7. berat badan bayi lebih cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit.
8. Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan secara
psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
(Prawirohardjo, 2011; h.369)

5. Rawat gabung

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam
satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam
penuh dalam seharian . (Dewi dkk, 2010; h. 18)
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh. Istilah
rawat gabung parsial yang dahulu banyak dianut seperti hanya dilakukan pada siang hari sedangkan
pada malam hari bayinya dirawat di kamar bayi, sudah tidak di benarkan lagi.
(Prawirohardjo, 2011; h.386)
Yang di maksud dengan rawat gabung adalah suatu cara perawatan bayi baru lahir yang
ditempatkan dalam suatu ruangan bersama ibunya selama 24 jam penuh perharinya, sehingga bayi
mudah dijangkau oleh ibu.( Rukiyah dkk, 2010; h.47).
Tujuan dilakukannya rawat gabung adalah
1) Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan.
2) Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh
petugas.
3) Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.
4) Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam
menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.
5) Ibu dan bayi mendapat kehangatan dan emosional.( Dewi dkk, 2010; h.18)
Manfaat dilakukanya rawat gabung, yaitu:
memungkinkan ayah dan ibu bayi diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman cara merawat
bayinya segera sesudah melahirkan. Apalagi di ruang rawat gabung ibu dan ayah mendapat
bimbingan dari petugas, sehingga bilamana mereka menemui masalah, mereka segera menanyakan
kepada petugas.(Rukiyah dkk, 2010; h.47)
Manfaat rawat gabung:
a. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya,maka ibu akan mudah untuk melakukan perawatan sendiri.
Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau pun petugas kesehatan. (Dewi,
dkk. 2010; h. 19)
Dengan rawat gabung ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya.
Dengan demikian, ASI juga akan cepat keluar.( Prawirohardjo, 2011; h.387)
b. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya akan segera di susui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologi yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling
sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek oksitosin yang dapat membantu
proses fisiologi involusi rahim. (Dewi dkk, 2010; h.19)
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan
menimbulkan reflek prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan reflek oksitosin yang
membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI eksklusif
dapat juga dipergunakan sebagai metode keluarga berencana asal memenuhi syarat yaitu
usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum dan bayi masih di berikan ASI secara aksklusif.
( Prawirohardjo, 2011; h.387)
c. Psikologis
Dengan rawat gabung, antar ibu dan bayi akan terjalin proses lekat. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologi bayi selanjutnya kehangatan tubuh ibu merupakan
stimulus mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. ( Prawirohardjo, 2011; h. 387)
d. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat
bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat
bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat,
memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini di harapkan dapat menjadi modal bagi
ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS. (Dewi dkk, 2010; h. 19)
Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui
dan merawat bayi. Juga memberi kesempatan bagi perawat utuk tugas penyuluhan, antara
lain posisi dan perlekatan bayi untuk menyusui dan tanda tanda bahaya pada bayi .
( Prawirohardjo, 2011; h. 387)
e. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit, terutama rumah sakit
pemerintah terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot,
serta peralatan lain yang di butuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu
berperan besar dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat di manfaatkan
untuk kegiatan lain. (Dewi dkk, 2010; h. 19)
Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat di lakukan sedini mungkin sehingga anggaran
pengeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat di hemat
ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat di gunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga
bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat. ( Prawirohardjo, 2011; h. 387)

f. Medis
Secara medis pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial
pada bayi, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. (Dewi dkk,
2010; h. 19).
Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak
petugas sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah. Di samping itu kolostrum yang banyak
mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya tahan pada bayi.
( Prawirohardjo, 2011; h. 387).
6.Tanda tanda bahaya pada bayi baru lahir

Menurut Saifuddin,dkk (2002; h. N-36), bahwa tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah:
1) Pemberian ASI sulit, bayi sulit menghisap, atau hisapan lemah.
2) Kesulitan bernapas, yaitu pernapasan cepat >60x /menit atau menggunakan otot napas tambahan.
3) Latergi yaitu bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
4) Warna abnormal pada kulit atau bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning.
5) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi)
6) Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
7) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak bertinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah
terus menerus, muntah dan perut bengkak, tinja hijau tua atau berdarah atau lendir.
8) Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

7. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

a. Membersihkan jalan nifas dan sekaligus menilai APGAR Score menit pertama dengan cara
menghisap lendir bayi dari mulut dan hidung dengan memutar, jangan lakukan terus menerus tetapi
beri kesempatan pada bayi untuk bernafas, lakukan penghisapan hingga bayi menangis keras.
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain halus.
c. Memotong dan mengikat tali pusat dengan dibungkus kasa steril (perhatikan teknik aseptik dan
antiseptik).
Cara memotong tali pusat :
Menjepit tali pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan
memasang klem ke 2 dengan jarak 2cm dari klem yang pertama.memegang tali pusat di antara 2
klem dengan mengunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat di
antara 2 klem. Mengikat tali pusat dengan jarak + 1cm dari umbilikus dengan simpul mati lalu
mengikat balik tali pusat dengan simpul mati, untuk kedua kalinya di bungkus dengan kasa steril,
lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%. (
Dewi dkk, 2010; h. 3)
Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali
pusat dan tetanus neonatorum.Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. jelly wharton yang
membentuk jaringan nikrotikdapat berkolonisasi dengan organisasi patogen, kemudian menyebar dan
menyebabkan infeksi kulit dan infeksi sistemik pada bayi yang terpenting dalam perawatan tali pusat
ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit sekitar tali pusat dengan kapas basah,
kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa, popok atau celana bayi diikat di
bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari langsung terkontak dengan feses dan
urine, hindari penggunaan koin, kancing, uang logam untuk membalut tekan tali pusat.
(Prawirohardjo, 2011; h. 370).
d. Memperhatikan suhu tubuh bayi dengan dibungkus kain hangat dan tidak memandikan bayi
terlebih dahulu.
Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir, kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air
ketuban atau aliran melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan
yang akan mengakibatkan bayi akan lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan
serangan dingin yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak
memperlihatkan gejala mengggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna. ( Dewi dkk, 2010;
h. 3)
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segara dikeringkan dan bungkus
dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan
dari dekapan ibu. ( Dewi dkk, 2010; h. 3)
Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil. Pada BBL cukup bulan dengan berat badan
lebih dari 2500 dan menangis kuat bisa di mandikan + 24 jam setelah kelahiran dengan tetap
menggunakan air hangat pada BBL yang beresiko dengan berat badan badan kurang dari 2500 gram
atau keadaan bayi sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuh stabil dan mampu
menghisap ASI dengan baik.
(Dewi dkk, 2010; h. 4)
e. Mendekatkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir
Rangsangan isapan bayi pada putting akan di teruskan oleh serabut saraf ke hipofisis anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin. Di mana hormon inilah yang akan memacu payudara untuk
menghasilkan ASI. Pada hari hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup
adekuat maka kan di hasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100cc ASI. Produksi ASI akan
optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (
kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah
6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc
pada tahun kedua usia anak. Reflek laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir seperti ; reflek
mencari, reflek menghisap, dan reflek menelan.
Keuntungan pemberian ASI diantaranya adalah adanya keterikatan emosional ibu dan bayi, sebagai
kekebalan pasti untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus. Pada saat mulai pemberian ASI
anjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya setelah tali pusat diklem dan dipotong, sehingga dapat
merangsang produksi ASI, memperkuat reflek menghisap bayi. Pedoman pemberian ASI menyusui
setelah lahir jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI kecuali ada alasan medis,
menyusui bayi dengan posisi yang benar dan melakukan perawatan payudara. (Rukiyah dkk, 2010;
h.13)
f. Membersihkan daerah muka, tangan, lipatan ketiak, dada, punggung, kaki dengan kapas yang
diberi baby oil (setiap kali usapan kapas harus diganti).
g. Memberikan obat mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata dengan menggunakan
salep eritromisan 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit mata karena klamedia
(penyakit menular sexual).
h. Memberikan injeksi Vit. K
Semua bayi baru lahir harus di beri Vit K injiksi 1 mg intramuskuler di paha kiri segera mungkin untuk
mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi Vit K yang dapat di alamioleh sebagian
bayi baru lahir. (Rukiyah, dkk, 2010; h. 14).
Di indonesia 67% dari angka kematian biayi merupakan kematian neonatus di mana salah satu
penyebab adalah perdarahan akibat defisiensi vitamin K. (Prawirohardjo, 2011;h. 371)
i. Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan
identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi nampak aktif atau lunglai,
3) Bayi kemerahan atau biru.
(Prawirohardjo, 2009; h. 136)

Menurut Depkes (2010; h. 10), dalam setiap persalinan, penatalaksanaan bayi baru lahir menganut
beberapa prinsip yang penting diantaranya:
1) Jaga bayi tetap hangat
2) Isap lendir dari mulut dan hidung (bila perlu)
3) Keringkan
4) Pemantauan tanda bahaya
5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir
6) Lakukan inisiasi menyusui dini
7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini
8) Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
9) Pemeriksaan fisik
10) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam
setelah pemberian vitamn K1.

(Dewi,2010; h.1- 3)Dalam merawat bayi kebutuhan yang harus dipenuhi antara lain:
1. Kebutuhan rasa hangat
2. Makanan pokok yaitu ASI
3. Cairan
4. Istirahat dan tidur
5. Udara yang bersih
6. Latihan gerakan badan
7. Kasih sayang ibu
8. Perlindungan
9. Kebersihan dan sterilisasi
Kebutuhan diatas bersifat terus menerus selama pertumbuhan dan perkembangan bayi.
8.Penanganan. ----- halaman 15 sampai dengan 18 di ganti dengan ini

Tahap I: Langkah Awal


Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di
bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:
1. Jaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat
Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat.
Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas.
2. Atur posisi bayi
Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu, sehingga kepala
sedikit ekstensi.
3. Isap lendir
Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut:
Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung
Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih
dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau
tiba-tiba berhenti bernafas.
4. Keringkan dan rangsang bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan
Lakukan rangsangan taktil dengan:
o menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau
o menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi dengan telapak tangan.
5. Atur kembali posisi bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada, agar bisa
memantau pernafasan bayi.
Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi


Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila bayi
bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau
megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi.

Tahap II: Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam
paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan
teratur.
Langkah- langkah:
1. Pemasangan sungkup
Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.

Bila tidak mengembang:


Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup
sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan
bernafas spontan
Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ualng nafas.

Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap:
Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah
Hitung frekuensi nafas permenit
Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
Jangan ventilasi lagi
Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan
asuhan bayi baru lahir.
Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan
Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik.
Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi.
4. Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.
Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas
atau megap-megap:
Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
asuhan pasca resusitasi
Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik.
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan mengapa
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan
6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
Bila dipastikan denyut jantung janin tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba, lanjutkan
ventilasi selama 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba.
Jelaskan kepoada ib dan beri dukungan serta lakukan pencatatan.

5. Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi


Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan instensif
selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan
pemantauan secara intensif serta pencatatan.
( JNPK-KR,2008 hal.154 )
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny lia.2010.Asuhan Neonatus BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika

JNPK- KR.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC

Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT bina Pustaka

Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta :Salembamedika

Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmukebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka

Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

You might also like