You are on page 1of 9

A.

PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi diberbagai negara dengan


membuka cabang, mengorganisasikan anak perusahaan atau melakukan kontrak keagenan,
dan sebagainya yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan laba setelah pajak.

B. HUBUNGAN ISTIMEWA

Hubungan istimewa di indonesia diatur dalam pasal 18 ayat (3), (3a), dan (4) undang-undang
pajak penghasilan yang menyatakan sebagai berikut :

Pasal 18 ayat 3 Undang-undang No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Pasal 18 ayat 3 berbunyi :

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan


dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak
dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

Pasal 18 ayat 3A Undang-undang No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Pasal 18 ayat 3A berbunyi :

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan
bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya
serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.

Pasal 18 ayat 4 Undang-undang No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan

Pasal 18 ayat 4 berbunyi :

Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (3a), Pasal 8 ayat
(4), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila :
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% ( dua puluh lima persen ) pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara
Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada
dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau
lebih yang disebut terakhir; atau
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan atau ke samping satu derajat.

C. HARGA TRANSFER
1. Pengertian Harga Transfer
Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni merupakan
strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Menurut Dr. Gunadi,
M.Sc., Ak. Harga transfer merupakan penentuan harga atau imbalan sehubungan
dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antar perusahan yang
mempunyai hubungan istimewa.
Pengertian peyoratif mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk
menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang
tarif pajaknya rendah. Sehingga, harga transfer adalah suatu pembuatan pemberian
harga faktur (invoice) pada barang barang maupun jasa yang diserahkan antar bagian
atau cabang suatu perusahaan multinasional (Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.)
2. Tujuan Harga Transfer

Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer menjadi suatu
perhatian yang lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu pajak. Fenomena
perusahaan multinasional dalam ekspansinya cenderung mengoprasikan usahanya
secara desentralisasi dan menggunakan konsep cost revenue profit yang dapat
mengukur dan menilai kinerja dan motivasi setiap devisi yang bersangkutan untuk
mencapai tujuan perusahaan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer sebagai berikut :

1) Mengmaksimalkan penghasilan global


2) Mengamankan posisi kompetitif anak perusahaan dan penetrasi perusahaan
pasar
3) Mengevaluasi kinerja anak perusahaan mancanegara
4) Menghindarkan pengendalian devisa
5) Mengontrol kredibilitas asosiasi
6) Mengurangi resiko moneter
7) Mengatur aruskas anak perusahaan yang memadahi
8) Membina hubungan baik dengan administrasi setempat
9) Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10) Mengurangi resiko pengambil alihan oleh pemerintah

3. Penentuan Harga Transfer

Menurut Matz dan Usry ada 4 dasar penentuan harga transfer yang merupakan
instrumen bisnis manejemen atau kebijakan rencana perpajakan secara global.

Penentuan harga transfer berdasarkan biaya

Digunakan pada transfer antar perusahaan yang menggunakan konsep


pertanggungjawaban biaya. Konsep ini dibilang sederhana dan menghemat sumber
daya karena tersediannya informasi biaya disetiap tingkat aktivitas perusahaan.

Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar

Basis ini dianggap tolok ukur untuk menilai kinerja manajer divisi karena
kemampuannya menghasilkan laba dan merangsang divisi untuk bekerja secara
bersaing. Penentuan harga transfer ini bisa dibilng baik bila pasar perantara cukup
bersaing dan saling ketergantungan antar unit adalah minimal.

Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi

Pengendalian keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam grup secara
memadahi menghendaki adanya harga transfer berdasarkan negosiasi, dengan asumsi
bahwa kedudukan divisi-divisi tersebut berada dalam tawar menawar yang sama.

Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase


Pendekatan ini menekankan pada interaksi kedua devisi dan pada tingkat yang
dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya paksaan oleh salah satu
divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan inengesampingkan konsep pusat
pertanggung jawaban laba.

D. HARGA TRANSFER GANDA

Untuk memenuhi disparitas prtanggungjawaban dari dua divisi, dikenal juga harga transfer
ganda. Prosedur aplikasi pendekatan ini dapat berupa :

1. Pemakaian harga transfer, harga pasar, negosiasi, arbitrase oleh divisi yang
melakukan transfer dalam menghitung penghasilan dari penyerahan dari antar
perusahaan.
2. Biaya variabel divisi yang melakukan transfer plus margin kontribusi atas beban tetap,
ditransfer kepada divisi penerima.
3. Total laba perdivisi akan lebih besar dari pada laba perusahaan, dan laba divisi
produksi akan dieliminasi dalam penyusunan laporan keuangan.

E. ISU-ISU PAJAK INTERNASIONAL DALAM HARGA TRANSFER

Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan
multinasional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama dan
lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling
penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of
Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga
transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arms-length, artinya pada suatu
harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen.

Standar Arms-lenght diterapkan dalam banyak cara,tetapi metode yang paling banyak
digunakan adalah sebagai berikut :

Comparable uncontrolled pricing method


Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu pada tingkat harga yang
terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang
independen.

Resale pricing method

Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup laiinya untuk dijual
kembali.

Cost plus pricig method

Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan mark up yang wajar
pada harga pokok pihak yang mentransfer.

Other method

Dalam keadaan tertentu kombinasi ketiga metode diatas perlu diterapkan atau mungkin
metode lain, misalkan alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu,
kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi wajib pajak.

Metode alternatif dari empat metode diatas antara lain :

a. Global method

Suatu pendekatan yang merupakan penyimpangan dari harga pasar wajar adalah metode
global. Metode ini merupakan alokasi langsung atas laba dari beberapa entitas hukum yang
merupakan anggota dari satu kesatuan ekonomi.

b. Safe Havens

Pendekatan ini dilakukan dengan menyusup suatu batas toleransi interval harga.

F. PERUSAHAAN MULTINASIONAL DAN ASPEK PAJAKNYA

Perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam arti perusahaan-perusahaan


multinasional Indonesia yang mempunyai unit (anak perusahaan/ cabang/ perwakilan) di luar
negeri maupun perusahaan-perusahaan multinasional di luar negeri yang mempunyai unit
(anak perusahaan/ cabang/ perwakilan) di Indonesia pada umumnya akan senantiasa berusaha
dengan instrumen harga transfer, mencapai salah satu tujuannya memaksimalkan keuntungan
dengan berupaya meminimalkan beban pajaknya, terutama pajak penghasilan badan
(corporation income tax).

Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari negara yang beban pajaknya tinggi ke
negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Selain itu, diadakan pula perjanjian bilateral di
bidang perpajakan, dengan maksud antara lain untuk menghindarkan pengenaan pajak
berganda, sehingga beban pajak dapat ditekan.

Gambar

Penentuan Harga Transfer Domestik dan Internasional

Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing
mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas
internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing
dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, membebankan
suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang
telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan kemudahan
bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak
pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country).
G. PERLAKUAN HARGA TRANSFER DI INDONESIA

Harga transfer dapat terjadi baik antarwajib pajak dalam negeri maupun antara wajib pajak
dalam negeri dengan pihak luar negeri. Terhadap transaksi antara wajib pajak yang
mempunyai hubungan istimewa, undang-undang perpajakan Indonesia menganut asas
material (substance over form rule). Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan
kekurangwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi
usaha.

Kekurangwajaran tersebut dapat terjadi pada:

harga penjualan
harga pembelian
alokasi biaya administrasi dan umum (biaya overhead)
pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen,
imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa lainnya

H. PENANGKAL HARGA TRANSFER

Ada beberapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi manuver pajak

melalui harga transfer sebagai berikut.

Menyingkap praktik bisnis antarperusahaan secara lengkap sehingga dapat dievaluasi

keinginan harga transfer.

Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas beban pajak.

Kerja sama internasional.

Advanced Pricing Agreement (APA)


I. ADVANCED PRICING AGREEMENT (APA)

Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan di antara Internal Revenue

Service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, untuk menetapkan

harga transfer yang disepakati. APA biasanya diperoleh sebelum perusahaan terikat dalam

transfer. Maksud dari program APA adalah memecahkan masalah perselisihan harga transfer

dengan cara tepat dan menghindari proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.

Kesepakatan yang dibuat dalam APA terjadi antara wajib pajak dengan otoritas pajak,

bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga dengan dua otoritas pajak dari negara yang

berbeda. Apabila APA dilakukan antara wajib pajak dengan otoritas pajak dalam satu negara

maka disebut unilateral APA, sedangkan apabila APA dibuat oleh wajib pajak dengan dua

atau lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut multilateral APA.

Manfaat APA

Beberapa manfaat dari diselenggarankannya APA adalah sebagai berikut :

Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas semua penghitungan mengenai harga

transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui.

Memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajak termasuk kepastian mengenai

kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga transfer.

Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlaku

harga transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas pajak.

Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya

untuk menghindari pajak.

Masalah dalam Penyelenggaraan APA


Hal yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan APA yaitu kemungkinan adanya

potensi kerugian, yaitu:

Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.

Wajib pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia

perusahaan kepada otoritas pajak.

Yang perlu diperhatikan, bahwa APA tidak menjamin wajib pajak untuk tidak diaudit

olehotoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak tercakup dalam APA masih dapat diaudit

dalam kriteria audit yang biasa dilakukan. APA tidak berlaku retroaktif sehingga masalah

hargatransfer yang ada sebelum APA disepakati tidak dapat diselesaikan dengan APA.

You might also like