Professional Documents
Culture Documents
Nama: firdaus
NRP: 150114212
Waktu
Kegiatan Refleksi
Tanggal Jam
Bertemu ibu
elly dan ibu
nur untuk
melakukan
03 11.00-
proses
agustus 14.00
asesmen dan
observasi bank
sampah secara
umum
bertemu ibu
pimpinan RT,
ibu Wiwik
salah satu
warga senior
dan ketua
bank sampah
periode
sebelumnya
(2016), dan
juga bertemu
ibu Rini
selaku ketua
10 10.00- bank sampah
agustus 14.00 periode
terbaru.
Agenda
bertemu ibu
pimpinan
untuk
melakukan
asesmen
seputar
permasalan
yang muncul
di warga
kampung
Candirejo dan
asesmen
seputar bank
sampah.
Pertemuan
dengan bu
Wiwik dengan
agenda
asesmen
tentang bank
sampah
periode yang
telah
dipimpinnya,
untuk
melakukan
komparasi /
perbandingan
periode lalu
dan sekarang,
berikut
mencari
permasalahan
yang ada.
Agenda
bertemu bu
Rini selaku
ketua bank
sampah
sekarang
adalah
melakukan
asesmen untuk
menggali
persoalan
yang ada dan
harapan
anggota bank
sampah pada
umumnya.
Bu wiwik dan
ketua karang
taruna.
Agenda
bertemu bu
Wiwik untuk
wawancara
seputar
program-
program
warga
Candirejo,
khusunya
kegiatan
UKM. Agenda
bertemu ketua
karang taruna
untuk
melakukan
11 13.00- asesmen guna
agustus 15.00 mendapatkan
data terkait
masalah yang
belum
terpecahkan di
kampung
Candirejo, dan
mendapatkan
informasi
harapan/target
yang belum
terealisasi
(marketing
produk UKM,
konsep
kampung
dolanan, dan
smart
education for
parenting)
14 12.30- Bu elly
agustus 14.30 seketaris
Waktu
Kegiatan Refleksi
Tanggal Jam
15 19.00-
Pak rt dan
agustus 20.30
Coaching
17 19.00-
dengan
agustus 21.00
pengurus
Refleksi diri
Setelah saya beproses dalam kegiatan Live-in ini saya mendapat banyak
pelajaran tentang kehidupan dalam konteks berinteraksi sesama manusia.
Bersosialisasi adalah sarana bagi seseorang untuk mengasah kemampuan
berkomunikasi antar sesama, memahami satu sama lain, tidak lagi mementingkan
hidup semau gue, atau dalam kata lain memetingkan diri sendiri tanpa peduli
terhadap tanggung jawab dan masyarakat sekitar.
Persoalan kondisi, situasi, dan waktu yang tidak tepat memang cukup
mengganggu dan harus dipahami untuk mengatur cara berkomunikasi, melakukan
pendekatan persuasive, dan mengutarakan keinginan. Akan tetapi memahami
karakter seseorang yang kita temui itu sendiri tidaklah kalah penting. Tidak semua
orang bisa diajak berkomunkasi dengan cara yang sama. Saat Live-in ini saya
mendapat pemahaman utuh tentang segala yang saya pahami selama ini
berdasarkan keilmuan, bahwa memang setiap manusia itu unik dan berbeda, setiap
manusia itu harus dipahami dalam konteksnya. Maka memperlakukan dan
berhubungan dengannya haruslah tidak sama.
Refleksi terakhir yang saya dapati adalah, dalam menjalani program live-in
yang bernuansa sosial, maka diperlukan kekuatan yang dapat melakukan back-up
dibelakang pergerakan kegiatan sosial kami sebagai agent of change. Karena
turun di dalam masyarakat dalam skala perkampungan sekalipun, maka
administrasi dan pembuka jalan (permintaan ijin) dari sebuah lembaga atau
instansi yang dapat bertanggung jawab atas kegiatan kami diperlukan sekali. Saya
dan kelompok mengalami sedikit kesulitan dan bepikir keras untuk meyakinkan
agar program yang akan kami jalani dapat diijinkan, sedangkan almamater tempat
kami bernaung tidak membuka jalan terlebih dahulu agar proses dan langkah awal
kami mudah dijalani.